Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/117

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

narendra, aku tidak bisa menghadap," agaknya kedua gandek tadi merasa diremehkan oleh Kyai Ageng Pengging, terlonta: kata-katanya agak keras. "Apakah itu sudah menjadi tekad dan ketetapan Kyai Ageng untuk tidak mau menghadap ke Sultan Bintara?'.

Kyai Ageng Pengging menjawabnya, "Hai, gandek. Kau ini duta, jangan pula bertingkah seperti anak kecil", kedua utusan menjawab, "Maafkan. Kyai, kalau memang demikian kehendak Kyai, aku hanya menyerah saja. Perkenankanlah kami berdua sekarang juga mohon pamit, kembali ke Demak", Kyai Ageng mengizinkan kedua gandek, berlakulah mereka dari Pengging menuju ke Keraton Demak. Sebelum pergi masih juga Kyai Ageng Pengging sempat memesan kepada kedua gandek tadi," Jangan sampai lupa, sampaikan kepada Sultan Bintara apa yang menjadi jawabanku tadi."

Sultan Bintara telah menerima laporan kedua utusannya, bahwasanya Kyai Ageng Pengging tak mau seba ke Demak. Tiada lain yang terpikir dalam benaknya, kecuali mengira-ngira kalau demikian kakang Kebokenanga mempunyai maksud tidak baik terhadap kekuasaan Demak, terbukti berkali-kali kuminta datang tak mau juga.

XXVI.
 Lagu Sinom, 20 bait.
 Baris 1 bait ke-1, dan baris 1 dan akhir, dari bait ke-20.
 Baris 1 dari bait ke-1;
 Wus mundur caraka Demak,
 Baris 1 dan akhir dari bait ke-20;
 Datan kawarna ing marga,
 aturana jujug sanggar palanggatan.

Terjemahan Konon kakak dari Kyai Ageng Pengging, ialah Kyai Ageng Tingkir telah mendengar kabar bahwasanya Sultan Bintara berkali-kali utusan ke Pengging untuk memanggil adiknya seba ke Demak. Namun berulang kali utusan datang, tetap jawaban Kyai Ageng Pengging tak mau seba ke Demak,

Hari itu juga Kyai Ageng Tingkir memutuskan untuk pergi me-

115