Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/112

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dipati semua yang hadir, memuji keagungan dan kebesaran jiwa Ki seh Malangsumirang dengan segala kesederhanaannya. Bubarlah sudah pertemuan pada hari itu, semuanya kembali ke tempatnya masing-masing,

Ki Seh Malangsumirang berdiri dan berpamitan segera laju menuju ke tempai pemukimannya yang baru, di hutan belantara yang gawat dan buas, di Kalampisan nama tempatnya. Beralih cerita dari Negara demak, Jeng Kyai Pengging yang akan didongengkan, pada waktu itu Kyai Ageng Pengging sedang dirundung malang, hatinya susah bukan kepalang, tak ada yang dikerjakannya kecuali berdoa dan bersemadi, mengurangi makan dan tidur, kepada Tuhan Yang Mahaesa selalu dipanjatkan doa-doa.

Adapun yang menjadikan kesedihan Kyai Ageng Pengging, tiada berputra yang panjang usianya, konon dahulu putranya empat, ada lelaki adapula yang perempuan, kesemuanya mati manakala masih muda, itulah yang menjadi sebab Kyai ageng Kebokenanga sangat susah, cita-citanya menginginkan anak lelaki, yang berumur panjang.

Rupawan lagi pula tahu akan segala ilmu, dan jadilah pula Pangeraning kulawarga (pangeran diartikan tempat pemberentian, atau tempat bernaung, berlindung tegasnya yang akan merupakan tuntunan tauladan bagi keturunan keturunannya kemudian) dan diharapkan pula anak itu dapat melangsungkan keturunan Kyai Ageng Kebokenanga, pada suatu h a r i jatuh malam Jumat, manakala Kyai Ageng Kebokenanga sedang tekun dalam semadinya, waktu itu menunjukkan jam 3 pagi, rasa kantuk sangat mengganggunya. Keadaan Kyai Ageng Pengging antara tidur dan berjaga,

duduk bersemedi di tempat pemujaannya,

110