Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/101

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

praja. Banyak pula manca-nagari yang telah dijelajahinya, kesemuanya itu tak ada maksud tertentu ataupun tujuan tertentu. Sekedar hanya berjalan-jalan, berkelana menjelajahi daerah-daerah. Itulah yang dinamakan "laku utama bagi manusia sakti", perilaku yang segila orang gila itu hanya dipergunakan sebagai tirai diri saja, bahwa sesungguhnya Ki Seh Malangsumirang seorang ilmuwan dan kelewat sakti.

Sudah menjadi kebiasaan Ki Seh Malangsumirang melihat dan memperhatikan orang-orang yang pergi ke mesjid untuk sembahyang, namun Seh Malangsumirang sendiri tidak bersembahyang. Hanya anjingnya saja yang turut ke mesjid mengikuti orang-orang yang bersembahyang, tentu saja hal itu merepotkan dan membikin gaduh orang-orang yang sedang bersolat di mesjid. Pernah sekali Ki Seh Malangsumirang dipaksa untuk bersembahyang, namun enggan juga. Dicemoohi ataupun dikata-katai, namun Ki Seh Malangsumirang tidak juga marah malahan hanya tersenyum saja, tak menjawab sepatah pun juga.

Merata berita tersiar ke segala penjuru praja, bahwasanya tindakan-tindakan ulah dan tingkah dari Ki Seh Malangsumirang jelas merintangi kekhusukan agama, menyingkur sarak rasululah. Kepadanya kalau diancam dan ditakuti akan kekuasasaan Sultán Demak, sama sekah tiada gentar hatinya. Bahkan keberaniannya timbul, seakan-akan tak ada orang yang ditakutinya, dan tak ada orang yang dapat melarang segala tingkah lakunya. Semakin diancam, semakin berani itulah Ki Seh Malangsumirang.

Tiga tahun lamanya tingkah-polah Ki Malangsumirang "berlaku gila", tiga tahun pula Ki Seh Malangsumirang dianggap gila-gilaan.

Negara Demak menyadari bahwasanya perilaku Seh Malangsumirang jelas mengancam ketentraman, mengganggu kerukunan orang menjalankan ibadahnya untuk itu segera diadakan perembugan untuk mengatasi keadaan yang serba resah.

Pada waktu itu umur Ki Seh Malangsumirang sudah mencapai 30 tahun, suatu ketika berkumpullah para Wali-agung, mukti, sulaka, pandita, membicarakan perihal Ki Seh Malangsumi-

99