Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/100

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

gurunya Jeng Susunan Giri Perapen.

Konon ketika Seh Malangsumirang berusia tujuhbelas tahun, telah memiliki ilmu-sejati wejangan dari Jeng Sunan Giri Perapen, dilanjutkan bertapa-brata di hutan-hutan yang ganas lagi seram, di jurang-jurang yang terjal, di dalam gua-gua yang angker, di lembah-lembah lereng-lereng gunung, di puncak gunung, di tepi samodra, di teluk-teluk maupun di tanjung-tanjung selama sepuluh tahun.

Seusai 10 tahun menjalankan tapa-raga, dilanjutkan menjalankan "tarek makjun rabani" yang berarti bertapa "tingkahgila" (laku ngedan). Ulah dan tingkahnya, tak ubahnya bagaikan orang yang gila. Pikiran kosong melompong, bodoh dungu lagi pandir, tak ada yang dikerjakan selain berkelana kian-kemari Ada kalanya duduk termenung, merenungkan sesuatu yang tidak mungkin orang akan mengetahuinya pula. Tak ada sesuatu kesibukan yang menjadi pekerjaannya, tak pula menjalankan sarengat-sarengat kebiasaan agama, segala tata sarak Nabi tak diperdulikan lagi. Tak pernah bersembahyang, pendek kata tak ada yang diturut kecuali menuruti kemauannya sendiri.

Kesenangannya memelihara "srenggala" kecil (srenggala sejenis anjing yang sangat galak), diajarinya sehingga anjing tadi sangat menjelma. Tak ubahnya bagaikan abdinya Ki Seh Malangsumirang saja, apa saja yang diperintahkan pada anjing itu selalu dapat memahaminya. Ke mana saja Ki Seh Malangsumirang pergi, srenggalanya tentu tak ketinggalan selalu mengikutinya di belakang.

XXIII Lagu Sinom, 30 bait.
Baris 1 dari bait ke-1 dan baris 1, akhir dari bait ke-30.
Baris 1 dari bait ke-1;
Ya ta Sang Malangsumirang,
Baris 1 dan akhir dari bait ke-30;
Ya ta Seh Malangsumirang,
kang andulu yayah sinamberan dhandhang.

Terjemahan

Berkelana berjalan kian kemari, berkeliling mengelilingi praja-

98