Lompat ke isi

Tjinta dan Hawa Nafsoe/Semua

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Tjinta dan Hawa Nafsoe
oleh Merari Siregar

Diantara sekalian jang ada,
Dalam ini lingkoengan doenia,
Hanjalah oesaha jang moelia,
Jang kekal selama-lamanja.



TJINTA dan HAWA NAFSOE

Tįeritera tentang boesoek dan wanginįa kota Betawi

═══

TERKARANG OLÉH

MERARI SIREGAR

(Pengarang „SI-DJAMIN dan SI DJOHAN” dan „'Azab dan Sengsara”, jang dikeloearkan oléh VOLKSLECTUUR).

═══

SEDIKIT KATA PENDAHOELOEAN.

Adapoen sahaja mengarang boekoe ini boekanlah dengan maksoed akan membawa gobahan jang menjenang-njenangkan hati pembatja, karena boekoe ini tiadalah berisi tjeritera jang anèh-anèh, jang menggelikan hati toean. Sebaliknja apabila toean perhatikan benar-benar, dan apabila toean merasai sengsara nasib sesama kita manoesia, tiadalah pembatja dapat menahan air mata toean, sebagai pengarang ini tiada dapat menahani piloe hatinja mengenangkan nasib orang hina dan dina, jang hidoep berkeliling kita.

Saban hari meréka itoe koelihat mendjadi korban orang jang koeat. Kesengsaraan meréka itoe jang tertindis dan teraniaja, itoelah jang memiloekan hatikoe. Kesedihan hati jang demikian itoelah jang menggerakkan tangankoe menoelis karangan ini.

Bagai orang toea jang membatja, besarlah harapan hamba, soepaja boekoe ini mendjadi pokok kenang-kenangan. Bagai orang moeda, soepaja mendjadi nasihat jang bergoena oentoek dibelakang hari, apabila hidoepnja penoeh dengan pertjobaan. Itoelah maksoed dan tjita-tjita penoelis mempersembahkan karanngan ini kehadapan sidang pembatja jang terhormat.


MERARI SIREGAR.



——————

BAB JANG PERTAMA
10 Mei 1921.
Adinda jang koetjinta.

Lamalah soedah kakanda tiada berkirim soerat kepada adinda, meskipoen banjak roepa perkara-perkara, jang akan sahaja tjeritakan bagai adinda, Haraplah saja adinda tiada menaroeh goesar kepada kakanda, karena dalam tiga tahoen ini adinda tiada menerima setjarik soerat dari pada kakanda. Dahoeloe saja berdjangji akan berkirim soerat tetap kapada adinda, bila ada jang perloe kakanda moesti kabarkan, dan saja poen bermaksoed benar-benar jang demikian itoe. Akan tetapi olèh karena roepa-roepa hal jang selama ini, ja'ni hal-hal jang tiada koesangka-sangka tiadalah saja dapat menepati djandjikoe itoe. Ja, berdjandji ada gampang, tetapi mengerdjakannja tiada selamanja moedah. Hal ini djadi peladjaran bagikoe. Dari sekarang ini ta' kan saja memberi perdjandjian kepada barang siapa djoea, - kepada dirikoe sendiri poen tidak - karena tiadalah dapat bagai manoesia itoe menentoekan apa jang akan dilakoekannja pada èsok harinja, sedang hal jang akan menimpa dia itoe adalah sebagai rahasia. Siapakah dapat mengangkat tirai jang menoetoep mata kita, soepaja kita dapat melihat hal jang didepan kita.

—————

Apa jang terdjadi diatas diri kakanda jang tiga tahoen ini, nanti akan saja tjeriterakan pada adinda, dalam soeratkoe jang bertoeroet-toeroet. Tetapi ini boekan djandji, hanja saja bermaksoed akan menjampaikan dia. Moga-moga Allah jang rahim memberi lapang akan sahaja.

Hari ini hari Selasa. Dan saja menoelis ini soedah djaoeh malam dan matakoe soeda berat. Tahadi poekoel doewa petang, saja pindah dari. . .(adinda tahoe, dimana saja tinggal, boekan?) ke Kramat-poelo No. . . . . . Barangkoe sedikit, tetapi kakanda sekarang amat lelah. Boekan lelah karena mengangkat barang, — barangkoe sedikit — karena. . . . . . . . . . . . . . .

Machloek itoe semoea mempoenjai perasaan.

Perasaan itoe lebih tadjam pada manoesia. Perasaan inilah menjababkan kita tertawa dan menangis. Oleh karena dialah kita berasa beroentoeng dan bedoekatjita. Meskipoen manoesia itoe masing-masing mempoenjai perasaan adalah dia berlainan haloesnja, tadjamnja, jang seorang bersoekatjita karena rezeki jang sedikit, jang lain mengeloearkan air matanja oleh sebab perboeatan temannja jang koerang senonoh. Ada poela orang jang moedah loeka hatinja, sebab haloes perasaannja. Dimata orang, perboeatan jang mengenaï dia itoe ,,perkara ketjil", dan perkataan jang menoedjoe dia itoe tiada berapa, akan tetapi hatinja loeka dan berdarah olèhnja, dan soenggoehnja ia menahan perkataan" dan ,,perboeatan" itoe dimoeka orang, akan tetapi ditempat jang lengang, pada waktoe tengah malam, bila ia sendiri sahadja, disitoelah ia ta' dapat lagi menahan air mata jang bertjoetjoeran itoe. Ia menangis sebagai anak, dan air mata itoe sehadjalah jang dapat mengoerangi pedih loeka itoe dan meringankan dada jang berat itoe.

Tjelakalah atasmoe, hai manoesia jang tiada mengindahkan perkataan jang keloear dari moeloetmoe! Manoesia jang tiada mengingatkan, betapa djahatnja perboeatanmoe jang menimpa sesamamoe machloek !

Noer, tiadalah kakanda tahoe dengan pestinja, atau kakanda ada berperasaan jang amat haloes, sebagai orang jang koekatakan diatas.

Saja lebih. Boekan disebabkan pekerdjaan jang berat. Hati kakanda masih...... Sjoekoer saja soedah pindah roemah. Hati jang loeka dan gemoeroeh itoe tentoe nanti lambat laoennja akan semboeh dan senang.

O, perasaan jang tadjam! Apakah sebabnja angkau koeperoleh. Oleh karenamoe kerap kali saja merasa dirikoe sial. Oleh karenamoe saja ta' dapat tertawa, meskipoen oedara jang berkeliling saja bergelombang oleh karena soeara orang jang tertawa bahak-bahak dengan kegirangannja.

12 Mei 1921.

Saja doedoek termenoeng memandang kelangit disebelah barat. Hatikoe ditarik olèh keèlokan sinar matahari jang hampir terbenam itoe. Awan jang bertoempoek-toempoek dilangit itoe mèrah koening roepanja. Tempat matahari terbenam itoe seolah- olah pintoe gerbang jang diperboeat dari pada emas djoeita. Tjeritera orang toea-toea itoe adalah sebagai perkara jang benar dimatakoe. Pintoe emas itoe itoelah tempat bidadari keloear masoek akan mandi tiap-tiap petang, sesoedah matahari lenjap. Dilaoetan besar, dimana orang tiada pernah datang, disitoelah merèka itoe bersiram. Pakaian terbang merèka itoe disangkoetkannja, dan apabila habis mandi, baharoelah dipakainja itoe. Karena dengan pakaian itoelah dapat ia terbang. Boekan boeatan inginnja hatikoe

9

berolèh pakaian jang seroepa itoe, soepaja dapat saja memboeboeng dioedara; terbang memasoeki pintoe emas itoe; terbang melihat tempat kediaman bidadari dan pendoedoek negri Kajangan itoe.

Noer, didoenia ini saja soedah bosan. Doenia jang diatas itoelah jang diinginni hatikoe. Waktoe saja ketjil nénékkoe jang soedah toea bertjeritera bahasa ada doenia jang lain jang lebih bagoes dari doenia ini; diatas tempatnja.

Matakoe selaloe memandang pintoe emas jang disebelah barat, kalau-kalau saja melihat bidadari nanti keloear. Kalau ada, saja akan meminta kasihan, apa soedi dia menerbangkan saja. Lama saja toenggoe. Berapa lama koerang tahoe saja. Karena kakanda soedah loepa akan diri sahaja. Adalah saja sebagai orang bermimpi adanja.

Apakah kesenangan jang seénak-énaknja didoenia ini. Kalau kita loepa akan diri kita, kalau kita akan tiada mengingat segala soesah dan nasib kita, pikiran kita lepas dari doenia ini......... ja, itoelah kesenangan jang lebih sempoerna diatas boemi ini. Saja pikir, kesenangan jang seroepa itoelah jang ditjahari orang jang mengisap madat, orang peminoem. Meréka tida segan mengorbankan keadaannja akan memperoléh kesenangan itoe, biarpon ta' kekal adanja. Benarlah! Kesenangan itoelah jang ditjahari manoesia itoe. O, kesenangan dimanakah tempatmoe. O, kesenangan jang kekal pabilakah engkau koeperoléh.

Adinda Noer, sedang saja berangan-angan itoe, tiba-tiba saja sedar, karena soeara orang menangis. Saja memasang telingakoe, karena soeara itoe seakan-akan saja kenal. Meskipoen orang menangis itoe menahan soearanja — ia menangis itoe tersedoe-sedoe — dapatlah saja mengenal soeara itoe dengan seterang-terangnja.

Kalau kakanda melihat seorang jang melarat dalam kemiskinan, hatikoe merasa apa jang diderita orang itoe. Adalah saja beroetang dalam hatikoe, bila saja tiada menoendjoekkan perboeatan jang meringankan ‘azab jang menimpa sesamakoe manoesia. Dinegeri besar tempat kekajaan, penoeh roepa-roepa kepelesiran, disitoelah manoesia jang banjak melarat. Kebanjakan orang memikirkan dirinja sendiri. Temannja jang melarat disingkirkannja. Asal saja djangan beroléh nasib jang demikian, demikianlah pikirannja. Ada poela separoeh orang, jang merasa dirinja doea kali beroentoeng, bila ia melihat orang jang berkeliling dia dalam kemiskinan, sedang dia hidoep dalam kekajaan. Seolah-olah ia bergirang hati, sebab orang jang lain dalam kemalaratan. „Djaga diri sendiri”. Dengan perkataän itoelah roepanja menoesia itoe dididik, sedjak dari ketjilnja. Akan tetapi beberapa banjak ‘azab terhindar dan berapa banjak orang jang tiada melarat, bila manoesia itoe sedikit réla memikirkan nasib temannja. Kalau orang jang memikirkan nasib sesamanja manoesia tiada banjak bilangannja, O, bagaimana poela soesahnja beroléh orang jang soeka memperhatikan keperloean orang jang ketjil itoe.

Soeara perampoean jang tersedoe-sedoe beloem berhenti. Keindahan waktoe sendja itoe soedah lenjap dari matakoe. Dapatkah keélokan doenia ini menjenangkan hati kita, bila kita melihat air mata orang bertjoetjoeran.

Saja berdiri. Hatikoe bimbang. Saja hendak pergi mendapatkan orang menangis itoe, tetapi saja merasa lebih dahoeloe, bahwa adalah sesoeatoe perkara jang koerang énak jang mengenaï sahaja, bila saja tjampoeri hal itoe. Hendak mendjaoehkan diri, itoepoen tiada moedah. Saja kira tiadalah moedah bagai kita melawan soeroeh hati kita dalam satoe-satoe hal, meskipoen kita tahoe amat soesahnja menjampaikan dia. Demikianlah djadinja saja pegi djoega menoedjoe soeara orang menangis itoe. Siapakah perempoean itoe?

Dioedik tempatnja tinggal. Orang toeanja kerdja tanah. Sawah jang ditjangkoel mereka itoe boekan kepoenjaannja sendiri. Paadi jang diketam itoe boekan boeat dia semoenja, sebagian besar oentoek toean tanah. Meskipoen demikian, beras boeat fimakan tiadalah koerang bagai anak beranak, karena benih jang diterima sawah jang soeboer itoe memberi hasil berlipat ganda. Fasal makanan tiadalah bersoesah hati si bapa. Oeang oentoek pembeli pakaian anka nibi. itoelah jang moesti dipikikannja. Djikalau padi soedah ditanam dan pandjangnja lebih sehasta, dapatlah ia meninggalkan kampoengnja. Dengan membawa bamboe pikoelan sera doewa boewah pengki penoeh dengan boeh-boehan, kota jang bedar itoe. Sepandjang djalan dan lorong ia bersoroe: ,,boee! biee!" , menahan panas dan aboe. Bila ia haoes, air jang dipinggie djalan, itoelah jang diminoemnja, meskipoen ia tahoe nangka belanda jang dipengkinja itoe sedap bagai orang jang dahaga. Kalau hari malam si bapal tahadi menginap dalam roemah kenalanja, bekas sekampoeng dengan dia, jang sekarang mendjadi toekang menatoe. Tahoen ini si bapak sakit. Betoel beras tjoekoep bakal dimakan, akan tetapi dari manakan mereka beroleh oeang akan pengganti pakaian anaknja jang ampat orang iroe. Jang toea, perepoean, soedah akil baliq, jang kedoea laki-laki oemoer sepoeloeh tehoen, jang ketiga perepoean dan jang keempat laki-laki, masing-masing bertangga-tangga tiga tahoen 'oemoernja. Anak perempoean jang soeloeng dan anak laki-laki jang paling toe ada doe orang antaranja, akan tetepi anak jang doe itoe meninggal, sebeloem merela moelai pandai memanggil ,,mak.

Dengan sabar si bapak menoenggoe penjakitnja seboeh. Boelan poesa' tiada djaoeh lagi, lagi tiga boelan. Pakaian anaknja soedah toea. Mekipoen bininja radjin membetoelkan pakaina mereka itoe anak beranak, oemp: mendjahit manajang tjabik, mengelarai mana jang bobo, sekarang soedahlah masanja memikirkan oeang akan pembeli pakaian jang baharoe, apa lagi hari raja tiada djaoeh lagi. Boeat dia dan bininja, tiadalah seberapa. Soenggoeh[oen kain badjoe mereka bertambal-tambal tiada mengapa, asal anaknja jang empat bidji itoe berpakaian jang pantas dimata orang.

Si iboe memboeka tjelengan laloe doedoek membilang doeit simpnannja dihadapkan lakinja, jang sedang berbaring diatas balai-balai.

,,Dari manakah kita memperoleh tambahnja oeang ini?" kata si iboe dengan soeara jang mengeloeh.

Lalinja itoe diam termenoeng seilah-olah ia tiada menfengar perkataan bininja itoe. Matanja memandang keloear dari djendela roemah itoe.

Langit jang biroe djernih. Soeara boeroeng-boeroeng jang beerterbangan disemak-semak itoe merdoe. Boenga-boengaan jang dipandang itoe berkembangan memboeka kelopaknja akan menerima tjahaja matahari, sambil memenoehi oedara itoe dengan baoenja jang semebak itoe.

Soedjoeroes pandjang mereka itoe kedoe laki bini tepekoer memikirkan apa jang akan dipeboeatnja. Anak jang soeloeng masoek kedalam. Ia baharoe poelang dari sawan. Sebeloem matahari terbit, ia soedah moelai bekrdja menjiangi sawah dan memeriksai piring-piring, kalau-kalau ada kekoerangan air.

Anak perempoean itoe doedoek dipeinggir balai balai bapaknja. Ia meraba tangan bapaknja jnag sakit itoe sambil ia bertanja, kalau-kalau perasaan bapaknja ada lebih baik.

Si bapak menghiboerkan hati anaknja itoe,. Meskipoen perasaaannja bertambah berat, ia berkata djoega penjakitnja bertambah ringan. Si anak mengerti djoega perkataan orang toeanja itoe. Karena ia merasa tangan bapaknja jang panas itoe.

,,Pergilah makan dahoeloe, Ani”, kami soedah doeloean makan, kata si iboe dengan soeara jang lemboet.

Setelah si Ani pergi makan kedapoer, maka orang kedoea laki bini itoe poen berbitjaralah mentjahari “akal akan memperoleh oeang pembeli pakaian anak mereka itoe. Si bapak berkata akan mendjoeal keris poesaka peninggalan neneknja itoe; penghoeloe kampoeng mereka itoe telah meminta keris itoe. Tiga poeloeh roepia soeka ia membelinja karena dari retak mata keris itoe ia tahoe, keris itoe ada toeahnja. Bininja itoe tiada setoedjoe akan pikiran itoe, karena tiada sampai hatinja medjoeal keris poesaka, jang soedah tiga toeroenan tinggal diroemah itoe. Dengan keris itoelah dahoeloe nénéknja melawan penjamoen jang hendak memboenoeh dia ditengah djalan waktoe ia poelang dari Betawi membawa oeang toean tanah itoe. Semasa hidoep neneknja, ia berpesan soepaja keris itoe tinggal tetap mendjadi poesaka anak tjoetjoenja.

Semoea perkataan orang toeanja itoe didengar oleh si Ani. Soedah lama djoega dipikirkannja sekalian hal itoe. Pada seorang perempoean temannja sekampoeng jang sedang datang mengoendjoengi orang toeanja, ia bertanja kalau-kalau temannja itoe maoe mentjaharikan pekerdjhan bagai dia di Betawi, oempamanja mendjadi baboe toekang mendjaga anak-anak, karena mendjadi koki ia beloem pandai masak. Temannja itoe berdjandji akan mentjahari bagi dia pekerdjaan. Ia bertjerita djoega bahwa bekerdja di Betawi itoe tiada moedah. Boekan sebab beratnja pekerdjaan, akan tetapi oleh karena roepa-roepa bentjana dan kemelaratan jang melingkoengi orang baroe, apa lagi perempoean jang moeda, jang lahir dan besar dioedik, djaoh dari roepa-roepa jang dibawa oleh bangsa asing.

Segala tjeritera ini didengar oleh si Ani, akan tetapi adalah tjeritera itoe bagai dia sebagai dongeng sahadja, karena beloem mengerti dia akan kebeneran perkataan itoe. Apa lagi hatinja soedah penoeh dengan kegembiraan ja'ni: kegembiraan anak jang soeka menderita kesoesahan, asal dapat ia menolong dan meringankan beban jang dipikoel orang toeanja.

Dengan girang ia mentjeritakan maksoednja itu kepada orang toeanja. Pada moelanja tiadalah ada jang setoedjoe pada perkataan anak itoe, akan tetapi sebab ia keras djoega memintanja, terpaksalah kedoea orang itoe meboeroet perkataan anak mereka itoe.

,,Mengapakah mak dan bapak menaroeh hati jang berat, kata anak itoe dengan gembiranja, ,,lepas doea boelan setengah saja akan balik. Gadjikoe itoe tjoekoeplah nanti akan pembeli badjoe adikkoe. Kalau saja radjin dan toeloes, barang kali saja dapat peresen lagi. Dan kalau saja dipertjajai toeankoe dapatlah saja nanti memindjam oeang bila ada perloe boeat kita"

Hanya anak jang tjinta akan orang toeanja itoelah jang bergirang hati. Si iboe doedoek memandang lakinja jang terletak dibale-bale itoe. Si bapak menghadapkan moekanja kedjendela itoe serta meandang keloear. Langit jang biroe itu, djernih matahari, jang naik itoe, memantjarkan tjahajanja pada segenap pendjoeroe 'alam.

Sioentoeng — boeroeng perkoetoet mereka itoe — berboenji tiga kali dengan soeara jang rajoe, alamat bentjana jang akan datang.

Dengan kaki jang ringan berangkatlah anak dara jang moeda itoe menoedjoe negeri jang ditjita-tjitanja itoe, jaitoe Betawi tempat perkoempoelan serba bangsa. Beloem berapa lama ia bekerdja, merasalah ia boekan pekerdjaan jang ringan itoe jang menjenangkan badan kita, sebab orang jang bekerdja itoe tiada perloe memakai sekoeat-koeat tenaganja akan mengerdjakan pekerdjaan itoe. Ia biasa bekerdja berat, tetapi dia kadang-kadang heran sesoedah pekerdjaannja selesai, ia tiada merasa pajah, sebaliknja ia bergirang hati, dan adalah waktoe bekerdja itoe sebentar rasanja dan matahari itoe lekas toeroen. .

Njonja tempat ia bekerdja itoe sering berkata ia amat bodoh, koerang mengerti apa jang dikatakan. Benar koerang tjepat ia mengangkat piring dan gelas, koerang pandai mengatoer. medja dan kerosi, apabila ia selesai mentjoetji lantai, tetapi malas bekerdja sekali-kali tidak. Kebanjakan Orang makan gadji poera-poera radjin dihadapan toeannja, dan main-main bila kepalanja tidak ada. Adat jang seroepa itoe tiada dikenal si Ani. Baik dihadepan njonjanja, baik dia sendiri, ia melakoekan pekerdjaannja itoe dengan loeloes. Meskipoen- diketahoeinja jang ia koerang disoekai njonja itoe, hatinja tetap dan tenang. Nasihat orang toeanja, hal mereka itoe seroemah tangga, tiada pernah diloepakannja. Sepandai-pandainja ia beroesaha soepaja pekerdjaannja menjenangkan njonja itoe. Perkataan jang kasar dan tegoran jang koerang pantas diterimanja dengan sabar, meskipoen ia tiada biasa mendengar perkataan jang seroepa itoe. Perkataan, jang tiada keloear dari moeloet orang bodoh dan rendah, sering kita dengar disemboerkan orang jang memandang dirinja berbangsa tinggi.

Noer, amatlah soesahnja didoenia ini. Makan gadjih sama orang, boekan mengerdjakan pekerdjaan jang kita terima dari dia sahadja. Wang (gadji), jang kita terima itoe boeat belandja kita, boekan sekadar harga tenaga kita jang kita pakai. Adalah lagi jang lain kewadjiban orang jang makan gadji itoe. Ia moesti pandai mengambil hati toeannja. Mengambil hati boekan dengan mengerdjakan pekerdjaannja. Ini mémang, karena gadji itoelah bajaran pekerdjaan itoe. Jang saja maoe katakan ja'ni mengambil hati — lebih terang mengambil moeka — dengan memoedji-moedji, mengangkat-ngagkat toeannja. Banjak orang selamat makan gadjji, karena pandai ia mengambil moeka, dan sedikitlah orang jang disoekai toeannja, orang jang melakoekan kewadjibannja, dengan tiada mendjilat-djilat orang jang mendjadi kepalanja itoe. Tiada koerang orang jang makan gadji itoe jang mendjadi korban keloeroesannja. Orang jang bersifat soeka memoedji-moedji orang, adalah dia itoe sebenarnja orang pembohong besar.

Noer, kalau koepikirkan hal ini, saja poetoes asa. Ja, manoesia jang lebih tinggi dari machloek jang di’alam ini sering lebih doengoe dari pada héwan jang rendah.

Si Ani jang lahir dan besar dioedik soedah tentoe doengoe dimata njonja itoe, sebab ia tiada pandai memoedji-moedji njonja itoe. Anak dara itoe memanggil „njonja” sahadja. Ia tiada berkata „njonja besar”.

Bagaimana perasaan toean si Ani itoe?

Barangkali kalau tiada si njonja mengatai-mengataï anak dara jang bodoh itoe, tentoe toean itoe tahoe akan sifat anak jang baik itoe. Oléh sebab njonjanja memboesoek-boesoeki nama anak itoe, si toean poen koeranglah menghargakan dia. Didoenia ini sering kedjadian jang demikian. Manoesia itoe moedah pertjaja akan tjeritera jang koerang baik tentang sesamanja manoesia. Tiadalah diperiksaïnnja lagi kebenaran tjeritera itoe. la teroes berkata: „saja poen pikir demikian djoega, mémang orang itoe boesoek”. Betapa djahatnja perkataannja itoe tiada dipikirkannja, nama orang jang baik itoe diroesakannja serta tiada menghargakan bentjana, jang timboel dari perboeatan jang seroepa itoe.

Ringkas kata, tiadalah seorang djoea poen jang menaroeh hati kepada anak dara jang sebatang kara itoe. Tjoema anak toeannja jang beroesia satoe setengah tahoen jang menjoekai dia. Itoe djoegalah sebabnja ia tiada dioesir orang.

Kalau dipikirkannja moeka njonja jang selama masam itoe dan perkataan jang tadjam-tadjam itoe, maoelah ia lari malam-malam, waktoe orang tidoer njenjak. Akan tetapi bila diingatnja kemiskinan orang toeanja dan pakaian adiknja jang soedah lama minta diganti, tiadalah sampai hatinja meninggalkan pekerdjaannja itoe.. Hendak mentjahari pekerdjaan ditempat jang “lain, soesah djoega bagai dia. Pertama ta' sempat, dan kedoea ia orang baroe, beloem tahoe saloek baloeknja kota Betawi, sedang perkataan orang poen beloem mengarti benar ia. Oleh karena itoe ditahannja sedapat-dapatnja. Kalau ada masa jang baik, ia selaloe menoendjoekkan keradjinannja soepaja orang besenang hati pada dia. Jang amat soesah pada dia jaitoe kalau tiada pekerdjaannja. Doedoek dengan diam dihadapan njonja itoe. Segala apa jang diperboeatnja, semoea salah dimata njonja itoe, Doedoek salah, berdiri. salah, batoek salah........ Adalah sekalian pergerakan badannja salah bagai njonja itoe. . Soedah tentoe kalau pekerdjaannya soedah habis, pergilah ia mentjahari tempat jang soenji, oempama dipendjoeroe pekarangan belakang. Disitoelah ia doedoek dirinja, sebagai seekor andjing, jang disipak-sipak orang didjalan besar, beroleh tempat berlindoeng.

Perboeatan ini mendjadi soeatoe sebab jang Enak bagai njonja itoe akan memaki-maki dia. Ia dikatakan, soeka bersemboenji takoet disoeroeh, orang malas, soeka tidoer ditempat jang soenji. Soedah tentoe semoeanja ini ditjeriterakan njonja itoe kepada soeaminja, dengan maksoed soepaja soeaminja bentji kepada anak itoe. Karena adalah tetap pada pikirannja akan mengoesir anak itoe. Tiga hari jang liwat soedah berkata ia dihadapan soeaminja, akan tetapi toean itoe menjahoet: „Mengoesir orang itoe tiada baik. Tjoba pikir dahoeloe sebentar, betapa sakitnja perboeatan jang seroepa 'itoe bagai dia. Apalagi ini ta' ada soeatoe sebabnja.”

Hati toean itoe memang sederhana baik. Tahoe djoega ia sedikit bahwa manoesia itoe, rendah dan tinggi, miskin atau kaja menaroeh perasaan. Akan tetapi toean itoe lemah, ia selaloe menoeroet kesoekaan njonjanja dibelakang hari, meskipoen diketahoeinja bahwa permintaan njonja itoe tiada baik. Pada hatinja adalah si soeami itoe diperintah isterinja.

Adinda Noer, dari dahoeloe adinda tahoe, saja amat setoedjoe akan kemadjoeannja perempoean. Akan tetapi bila kemadjoean itoe maksoednja soepaja laki-laki mendjadi dibawah perintah perempoean, memang saja tidak setoedjoe. Bagaimana poen pintarnja saudara kita perempoean, seharoesnja laki-laki itoe mendjadi kepala dalam roemah tangga. Kepandaian dan kepintaran si isteri boekan artinja akan mengoerangkan hormatnja kepada soeaminja. Sebaliknja haroeslah ia mangkin mengerti kewadjiban perempoean itoe dalam roemah tangga. Golongan perempoean asjik sekarang mentjahari kepintaran, sabagai saudaranja laki-laki. Itoe saja setoedjoe, Noer. Tetapi djanganlah loepa orang toea dan goeroe2 mendidik perempocan itoe soepaja mendjadi perempoean jang sedjati dibelakang hari. Peladjaran jang tinggi memang. bergoena sekali, tetapi 'ilmoe mengoekoer, aldjabar, 'ilmoe 'alam...... itoe semoea ta'kan lebih berharga bagai perempoean dari 'ilmoe mendidik anak dan memilahara roemah tangga.

Laki-laki dan perempoean tiada sama didjadikan Toehan. Sjoekoer! Mémang demikianlah jang sebaik-baiknja, kalau mereka disamakan — tapi ini moestahil kedjadian — tentoe doenia ini koesoet djadinja. Sekali lagi saja katakan Noer: Bawalah perempoean itoe kepadang kemadjoean, dan didiklah ia tetap sebagai perempoean, karena Allah mendjadikan perempoean itoe dengan maksoed soepaja mereka itoe mendjadi iboe jang baik.



15 Mei.


Hatikoe kesal melihat pelbagai djenis 'adat jang djahat dilingkoengan pendoedoek doenia ini. Beberapa kali saja lihat orang ketjil itoe mendjadi melarat karena perboeatan orang besar. Sering tersoea dimatakoe air mata jang betjoetjoeran, oléh karena kelakoean orang jang jang diatas kepada sesamanja manoesia. Adalah meréka itoe seakan-akan sengadja meloepakan kata ini: Adapoen nasib manoesia itoe sebagai roda adanja. Adakah pada persangkaan meréka itoe, bahwa kita mentjahari kepandaian, pangkat jang tinggi, harta jang banjak dengan maksoed soepaja kita menghimpit orang jang dibawah itoe. Akan menambah 'azab dan sengsara jang diderita orang miskin itoe?

Bagaimana jang sebenarnja saja koerang paham. Tetapi melihat jang kedjadian sekililing kita adalah demikian adanja.

Doea tiga kali si Ani minta izin menonton topéng jang main dikampoeng, tiada djaoeh dari roemah toennja itoe. Ia diadjak temannja jang bekerdja pada seorang toean, berhadapan roemahnja dengan roemah toennja. Ia ingin menonton orang main topeng itoe, karena teringatlah ia kekampoengnja, sedang topeng itoe poen permainan jang amat disoekai orang kampoeng. Dekat lampoe minjak tanah jang bernjala besar itoe, disitoelah ia berdiri melihat toekang toepeng iteo bermain. Sekarang loepalah ia akan doeka tjitanja, djaoeh dari roemah, djaoeh dari njoja jang manis itoe. Baharoe ia disini dapat tertawa dengan orang jang banjak itoe, apabila toekang topeng menoendjoekkan permainan jang loetjoe serta menggelikan hati.

Soedah djaoeh malam waktoe ia poelang bersama temanja itoe. Berat kakinja sepandjang djalan menoedjoe roemah toeannja itoe, sebagai orang masoek toetoepan. Kalau ada topeng dikampoeng dekat roemah toeannja itoe, selaloe ia minta izin akan pergi melihat dia. Karena itoe sahadjalah masa jang baik bagai dia mendjaoehkan dirinja dari roemah toennja itoe. Ia amat berbesar hati, bebas perasaannja, djaoeh dari paksaan, apabila ia soedah diloear ditempat penontonan itoe. Soedah tentoe waktoe jang seroepa ini amat menjenangkan hatinja. Ia poen polang keroemah, kalau malam soedah djaoeh. Apabila hidoep kita penoeh dengan masjgoel dan pertjintaan amatlah girang hati kita, apabila kita beroleh tempoh, dimana hati jang masjgoel itoe beroleh penglipoeran. Penglipoeran jang sedikit itoe besar artinja bagai kita. Kita poen selaloe memakai tempoh jang sedikit itoe akan melipoerkan hati kita jang goelana itoe. Akan tetapi nasib manoesia itoe banjak ragamnja, dan bagai jang malang itoe, adalah tempoh jang sereopa itoe sering membawah penanggoengan jang lebih berat lagi.

Si Ani pegi doea tiga kali menonton topeng sekedar melipoerkan hatinja, sekadar meloepakan doekatjitanja dengan djalan jang halal.

Adinda Noer, adakah hak kita akan melarang sesama kita manoesia berboeat soeatoe pekerdjaan dengan maksoed mentjahari kesenangan, manakala pekerdjaan itoe tiada meroegikan orang. Apakah artinja menjenangkan hati. Tiadakah sama maksoednja dengan meloepakan doeka tjita. Apabila saja lihat orang maboek ditengah djalan -Betawi negeri besar, tempat soeka dan doeka- dan mendengar perkataan orang jang laloe lintas jang memaki-maki orang maboek itoe, maka saja bertanja diri sahaja: ,,Adakah orang jang menjalahkan sesamanja manoesia itoe memeriksai hal-hal jang menjebabkan orang itoe berboeat jang demikian?" Memang amatlah rendahnja perboeatan orang maboek ditengah djalan, akan tetapi bila saja pikirkan akan sebabnja itoe, ja'ni ia minoem itoe akan meloepakan kesal dan doeka tjitanja, maka tiadalah sampai hati saja akan menjalahkan orang itoe; sebaliknja, hati saja hiba melihat orang jang seroepa itoe. Noer, saja soedah merasa betapa lemahnja hati manoesia itoe, apabila ia hidoep sengsara ditanah asing djaoeh dari iboe dan bapak, djaoeh dari orang jang menjintai dia.

Doea tida kali si Ani pergi melihat orang itoe bermain topeng akan melipoerkan hatinja jang masjgoel itoe. Akan tetapi tiadalah tahoe ia apa jang menanti dia.

Bagai njoja besar itoe inilah paksa jang baik akan memboesoeakkan kehormatan anak gadis. anak orang jang rendah itoe. Matjam matjamlah tjeriteranja kepada soeaminja itoe. Sebagai boekti dikatakannja:"Pertama anak itoe selaloe liwat tengah malam poelang."

Itoe memang sebenarnja, akan tetapi boekan disebabkan perboeatan jang senonoh sebagai jang didjadi-djadikan (diada-diadakan) njonja besar itoe;

,,Kedoea anak itoe sering mengantoek."

Boleh djadi, sebab koerang tidoer. Meskipoen ia lekas tidoer, matanja ta dapat tidoer, karena memikirkan kata maki dan nista jang diperolehnja siang itoe dari njoja jang manis itoe. Lagi poela bagaimana ia dapat tidoer dengan njejak karean ia mendengar dari orang sekampoengnja jang datang ke-Betawi djoealan, bahwa penjakit bapaknja bertambah berat.

,,Ketiga, badanja bertambah koeroes dan moekanja makin poetjat. Pada hal pekerdjaannja ringan. Soedah tentoe ia pegi malam itoe dengan maksoed jang lain, boekan sekadar menonoton topeng."

Mendengar perkataan njoja itoe, toen itoe poen pertjajalah akan toedoehan njoja itoe semoea. Manoesia itoe lebih moedahlah pertjaja akan perkataan orang jang mentjetritakan roepa-roepa jang beoeroek tentang kelakoean orang jang lain. Adalah dia itoe soeka memikirkan jang koerang baik tentang sesamanja manoesia.

Apa jang dioesahakan njoja besar itoe, sekrang soedah berhasil: soeaminja soedah membentji anak gadis jang miskin itoe. Ini soedah tentoe diketahoei oleh si Ani. Hatinja poen bertambah soesah memikirkan nasibnja itoe. Soetoepoen ta adalah jang mengikat hatinja diroemah itoe, selain dari pada anak toean jang ketjil, jang dipeliharakannja itoe. Bila ia memandikan anak itoe, sedang orang tiada jang melihat, maka ia sering terkenang akan adiknja. Kalau matahari hendak toeroen dan ia soedah poelang dari sawah, disitoelah biasanja ia membawa adiknja itoe ramai-ramai mandi kesoengai, jang menghalir dekat kampoeng mereka itoe. Adiknja itoe dimandikannja seseorang; moeka dan kakinja dibersihkannja dan badan mereka itoe digosoknja dengan batoe jang litjin. Apabila adiknja itoe habis mandi, baharoelah ia mandi. Ramai dan bergirang hati poelanglah anak bersaudara itoe kekampoeng berlomba-lomba dihadapan saudara mereka itoe siapa jang dahoeloe sampai keroemah.

Si Ani terkenang akan hal ini semoeanja, bila ia memandikan anak toeannja itoe. Sambil air matanja bertjoetjoeran, ia mentjioem anak itoe. Anak itoe medakap leher anak gadis itoe dengan girangnja, karena tiadalah tahoe ia akan ma'na tjioem anak gadis itoe, disangkanja sekadar bersenda goerau dengan dia.

16 Mei.

Noer, dengan pandjang soedah saja tjeriterakan pada adinda tentang keadaan si Ani diroemah toeannja. Bagaimana soesahnja bagi dia makan gadji itoe, tentoe telah dapat engkau pikirkan. Disini adindda Noer melihat doea orang perempoean. Jang seorang menerbitkan hati jang hiba dalam tangkai kalboe hati kita, karena penanggoengannja dan kemoeliaan hati dan boedinja. Jang seorang lagi menimboelkan hati marah, karena bengis dan tiada senonoh perboeatannja. Jang pertama orang miskin dan bangsa rendah, jang kedoea orang berada dan Njonja ,,besar". Akan tetapi meskipoen demikian banjaklah orang (barangkali kebanjakan) jang memandang harga manoesia itoe dari loear. Bila orang itoe kaja dan berbangsa, tinggi dimatanja; kalau orang itoe miskin dan orang kebanjakan, rendah dipandang seakan-akan tà berharga dalam doenia ini.

Wahai manoesia jang boeta, apakah arti bangsa, kekajaan dan pangkat jang tinggi?

Wahai hati jang lemboet, ajoehai perasaan jang haloes! Apakah goenanja engkau marah dan bersoeara jang merengoes. Tiadakah engkau mendengar soeara perempoean jang menangis itoe ? Perempoean, sesamamoe manoesia; menangis diwaktoe sendja, waktoe tempat bergirang hati. Ajo berdirilah, dapatlah dia, djangan segan dan maloe, djangan pikirkan perkataan orang jang, bermoeloet gatal.

Saja berdjalan menoedjoe soeara orang tersedoe-sedoe itoe. Diroesoek roemah, sebelah kanan, disitoelah berdiri si Ani. Ia berdiri bersandar kedinding roemah itoe. Kedoea belah tangannja menjapoe-njapoe matanja jang mengalir itoe. Bahoe dan badannja naik toeroen, serta soearanja poetoes-poetoes. Boemi jang bagoes, langit jang indah itoe telah hilang bagai dia. Ia berdiri sebagai orang jang hanjoet dilaoetan doekatjita. Oedara jang diisapnja sebagai asap ratjoen jang memenoehi dadanja.

Dadakoe sebagai diiris dengan sembiloe melihat hal anak gadis jang miskin itoe! Tetapi setelah saja mengerti akan perboeatan orang menghinakan anak jang sebatang kara itoe, marahkoe poen boekan boeatan. Darahkoe mengalir dengan tjepatnja, djantoengkoe naik toeroen, dadakoe gemetar. Kesangsaraan jang ditanggoeng anak ini tiada lain dari pada perboeatan manoesia, jang memikirkan dirinja orang berbangsa, orang berada. Oléh karena itoe maka ia tiada menahan nafsoenja jang rendah ja'ni menghinakn perempoean bangsa ketjil ini; tiadalah dipandangnja akan kehormatan jang ada didjoendjoeng tinggi oléh tiap-tiap perempoean jang baik dan roebiah, meskipoen ia orang jang hina dimata orang bangsawan dan hartawan. Kalau koetoeroet hatikoe jang marah itoe, bila koepikir perboeatan jang kedji itoe, maoelah saja, Noer, menikam orang itoe soepaja hatikoe poeas melihat darahnja jang toempah itoe. Tetapi dalam hal ini, anak jang malang itoelah jang haroes lebih dahoeloe saja hiboerkan, soepaja air matanja ioe berhenti dan dadanja bernapas sebagai biasa.

Si Ani makan gadji diroemah toean itoe. Menoeroet perdjandjian waktoe dia maoe bekerdja, pekerdjaannja memelihara serta mendjaga anak toean itoe dan membersihkan roemah dan pekarangan. Njonja itoe memandang pekerdjaan ini terlaloe ringan, karena itoe ia selaloe menambah pekerdjaan anak itoe asal sempat. Orang jang seroepa itoe tà perloe berhenti, karena dia digadji akan bekerdja boekan akan diam. Lagi poen semangkin banjak pekerdjaan si Ani, semangkin banjak oentoengnja menggadji anak itoe. Ia berpikir, boekan membeli barang sahadja orang jang beroentoeng, menggadji orang poen haroeslah kita beroentoeng, Membeli barang-barang artinja kita peroléh barang itoe sebagai toekaran wang jang kita berikan. Semangkin banjak barang toekaran wang kita itoe, akan tetapi oeang itoe sebegitoe djoega banjaknja - makin beroentoeng si pembeli. Demikian djoegalah menggadji orang. Gadji wang jang kita beri itoe, adalah dia itoe toekaran pekerdjaan jang dikerdjakan orang jang digadji itoe. Semangkin banjak pekerdjaan jang dilakoekan orang jang digadji itoe sedang gadji gitoe djoega — makin beroentoenglah orang jang menggadji itoe, karena ia beroléh hasil lebih banjak dari pada harga wang jang dikeloearkannja itoe. Demikianlah pikiran njonja itoe. Loepalah ia agaknja bahasa boemi ini dengan keadaannja didjadikan Toehan oentoek manoesia dan barang siapa jang pajah bekerdja, patoetlah ia berhenti. Seorang manoesia tà ada hak melarang dia; tà ada hak kata saja, artinja menoeroet atoeran kemanoesiaan.

Si Ani disoeroeh oléh njonja itoe memasak ikan. Meskipoen pekerdjaan itoe boekan pekerdjaannja, ia réla djoega mengerdjakannja. Tjoema ia mengatakan, jang ia tà pandai memasak, takoet ia kalau-kalau pekerdjaan itoe tà dengan sempoernanja.

„Djangan banjak tjeréwét, apa jang saja bilang loe [1] moesti toeroet. Apa loe ingga tahoe makan gadji disini”, sahoet njonja itoe serta moekanja masam sebagai moeka beroek jang makan asam.

Maksoed perkataan „loe makan gadji disini” anak itoe mengerti dengan seterang-terangnja. Bagai manakah ia tà mengerti, karena ia tahoe benar bahwa gadji jang diperoléhnja itoe akan diberikannja kepada iboenja oentoek pembeli kain badjoe saudaranja. Oeang jang ditjelengan iboenja itoe ta tjoekoep sedang lebaran soedah deakat.

Ia bertanja tjara bagaimana ia menggoelai ikan itoe. Njonja itoe menerangkan dengan pendek serta dengan tjepatnja, sebagai ia soeka soepanja anak itoe lekas pegi dari hadapannja. Sekali lagi si Ani bertanja karena ia koerang mengerti, tapi ia beroleh djawaban: ,,Dimana loe poenja telinga, pegi kerdjakan sendiri; kapan loe ada poenja otak.

Setengah delapan malam, disitoelah waktoe makan. Soedah tentoe masakan ikan itoe tiada enak; karena dimanakah si Ani dapat beladjar meamsak jang enak. Ia orang oedik dan besar dioedik. Sedang makan, toean itoe, mengatakan heran dan marahnja, karena ikan itoe ta berasa. Njonja itoe menjalahkan si Ani, dan disinilah njonja itoe beroleh paksa memboesoek-boesoekan nama anak itoe. Si Ani dipanggil. Ia datang, berdiri dengan hormatnja. Dengan marahnja toean itoe berkata: ,,Roepanja loe selaloe menjia-njiakan apa yang njonja perintahkan. Loe bekerdja disini, boekan main-main. Dari sekarang loe ta boleh pegi-pegi menonton topeng malam. Kalau loe pegi, tengah malam baroe bisa poelang." ,,Lewat lagi tengah malam, memang dia itoe perempoean...............", kata njonja itoe memoeaskan nafsoenja.

***

Noer, perkataan jang sepatah itoe ta koetoeliskan disini. Berat rasanja lidahkoe mengoelangi perkataan jang kedji itoe. Akan tetapi kalau Noer lama tinggal di Betawi, tentoe adinda tahoe akan perkataan itoe. Perkataan jang seroepa itoe lebih baiklah djangan adinda tahoe.

***

Moeka anak gadis itoe poetjat, badannja ta bergaja, keringatnja mengalir. Dengan terhoejoeng-hoejieng ia pergi dari hadapan kedoea orang jang kaya dan sopan itoe. Kemana ia berdjalan itoe ta tahoe ia; karena pikirannja soedah gelap.

Sambil bersandar pada pagar jang diroesoek kanan roemah itoe, ia menangis. Tetapi soearanja tiada keloear, sebab adalah kerongkongannja sebagai didjepit dengan tangan besi. Sekali sekali ia menarik napas jang pandjang, sambil seloeroeh badannja gemetar; kedoea belah tangannja memegang pagar itoe, soepaja ia djangan djatoeh ketanah, karena kakinja tiada berdaja lagi. Perkataan jang doea patah, ,,perempoean........", jang keloear dari moeloet njonja itoe lebih hebat lakoenja dari pada anak panah jang ditjeloep kedalam ratjoen jang bisa. Apabila ia sekedar dimarahi sahadja, soedah tentoe ta kan sampai demikian penanggoengannja. Akan tetapi perkataan jang doea patah itoe, jang diterimanja dari pada sebangsanja perempoean, itoelah jang menghantjoerkan hatinja. Bagaimana poen rendahnja manoesia itoe, tentoe ia merasa harga dirinja. Dalam sesoetoe hal atau pekerdjaan, tiadalah loepa ia akan harga dirinja itoe, dan selamanja ia beroesaha, baik dalam kemiskinan, soepaja kehormatannja djangan roesak. Disinilah kita lihat perbedaan manoesia itoe dari pada hewan. Maka perasaan jang demikian itoe adalah lebih haloes pada antero perempoean. Meskipoen didoenia ini orang memandang harga perempoean itoe koerang dari pada laki-laki, akan tetapi jang sebenarnja adalah perempoean itoe lebih menghargakan dirinja dari pada laki-laki, dan perasaannja poen djaoeh lebih haloes dan tadjam. Disini kita lihat poela doea perbandingan jang njata. Pihak laki-laki marahnja boekan boeatan, kadang-kadang maoe ia mengorbankan djiwanja, apabila ia dihinakan orang sehingga kehormatannja roesak. Lebih baik njawanja hilang dari pala kehormatannja. Diperkelahian, dalam peperangan mereka itoe berseroe: ,,Kita berperang mendjoendjoeng tinggi kehormatan bangsa dan tanah air kita!"

Hal ini ada lain sekali dalam lingkoengan perempoean. Meskipoen mereka itoe mendjoendjoeng tinggi kehormatan dirinja, djaranglah ia mendjadi bengis sebagai matjan, kalau orang menghinakan dia. Loeka jang disebabkan kata hina itoe benar lebih parah dalam hatinja, akan tetapi darah panas itoe tiadalah seberapa mengalir dalam badannja. Laki-laki memoeaskan dendamnja kepada orang jang menghinakan dia, akan tetapi perempoean menahan nasibnja dengan sabar. Kalau maloe itoe soedah terlampau, boekan ia gelap mata atau mentjahari akal membalas perboeatan itoe, akan tetapi lebih baik ia memoesnakan dirinja dari pada menaroeh 'dendam.

Kalau sekiranja si Ani seorang laki-laki, soedah tentoe takan sabar dia mendengar perkataan jang seroepa itoe. Boleh djadi ia gelap mata; dengan tiada diketahoeinja ia mengambil pisau atau sendjata jang lain akan memoetoeskan leher orang jang menghina itoe. Si Ani seorang anak gadis jang papa lagi miskin. Meskipoen demikian tiadalah terhingga olehkoe betapa hebatnja loeka hatinja oleh karena kata njonja jang menghinakan dia itoe. Saja tiada dapat menggambar dengan penakoe ini, bagaimana lakoenja ia berdiri diroesoek roemah itoe. Seorang diri. Menangis diwaktoe sendja. Seorang diri.......... ta ada jang menghiboerkan dia........ atau orang jang menoendjoekkan hati kasihan.

Adinda Noer, padahal kalau saja katakan: hatikoe remoek redam melihat dia menangis itoe. Sampai sekarang tiada lenjap dari mata hatikoe bajang-bajang anak jang malang itoe. Oleh karena hiba hatikoe maoelah saja ketika itoe mengangkat dia djadi saudarakoe, soepaja saja dapat bersama-sama dengan dia memikoel perboeatan jang tiada senonoh itoe. Kalau doea orang seperasaan sama-sama menahan sengsara adalah dia lebih ringan. Iitoelah soeatoe kebadjikan bagai orang berlaki bini. Tetapi meskipoean timboel pikiran jang semoelia itoe dalam atikoe, tiadalah saja menjempaikan dia. Apa sebabnja, tentoe adinda tahoe. Angan-angan jang baik meoedah terbit dihati kita, apabila kita melihat atau mendengar soeatoe hal, akan tetapi melakoekan pikiran jang baik itoe amatlah soekarnja karena manoesia itoe tiada selamanja mempoenjai tenaga jang tjoekoep akan menjampaikan maksoednja jang moelia itoe. Itoelah soesahnja kalau kita mendjandjikan soetoe perboeatan oentoek orang. Sering kali kita ta memikirkan dengan tenang dan pendjang betapa soesahnja mengerdjakan djandji itoe. Kadang-kadang oleh karena keinginan kita akan menoendjoekkan perboeatan jang baik (pahala), loepa kita menimbang beratnja kesoesahan jang mesti dipikoel. Itoelah jang saja takoetkan ketika saja menoelis soerat jang pertama bagi adinda. Saja poen mengharap jang Noer djangan memaksa — haloesnja meminta — kakanda akan mendjandjikan ini atau itoe. Tjoekoeplah kalau Noer ketahoei, bahwa besarlah hasarat kakanda akan berboeat segala pekerdjaan jang menjenangkan adinda. Moga-moga Toehan jang esa soedi menoeroenkan rahmat dan kodratnja atas kita berdoea.

20 Mei

Noer, soerat adinda itoe soedah saja terima. Tetapi lama baharoe sampai ditangan saja, karena 'alamat soerat itoe ketempatkoe jang dahoeloe itoe, sedang saja soedah pindah ke Kramat-poelo, sebagaimana saja katakan dalam soerat djanganlah loepa menoelis 'alamatkoe jang sekarang.

Saja girang membatja soerat itoe, karena adinda sehat wal'afiat. Tiadalah ada chabar, jang lain jang lebih menggirangkan hati saja, dari pada chabar jang demikian. Kesehatan itoelah jang lebih berharga jang dapat kita peroleh didoenia ini. Apakah goenanja, oempamanja, saja mendapat kabar dari adinda, jang adinda beroleh intan sebesar teloer ajam atau menang loterė seratoes riboe, kalau adinda selaloe digoda penjakit. Kekajaan, kebagoesan, pangkat........ semoeanja bergoena kalau badan kita segar. Oleh sebab itoe djagalah badan adinda dan peliharakanlah dirimoe. Kalau adinda mengatoer hidoep adinda, nistjaja bala penjakit poen djaoeh. Soedah saja perhatikan benar-benar dan soedah koerasai: Kalau saja beroleh penjakit itoe takdir Allah, tiada boleh kita menolak dia." Akan tetapi kebanjakan orang — lebih-lebih diantara orang jang koerang mengindahkan 'akal boedi jang diberikan Toehan kepada dia, soeatoe pemberian jang taida diperoleh machloek jang lain — kebanjakan orang kita loepakan faedah oesaha. Oesaha itoe harose dan dapat kita perboeat dengan soenggoeh-soenggoeh hati; boeah oesaha itoe datang dari atas.

Kesehatan itoe benda jang lebih berharga dari segala harta doenia. Harta kita peroleh didoenia itoe kita pakai menjenangkan hati kita. Kesenangan hati itoelah jang kita tjahati dibawah langit itoe, dialah jang lebih berharga dan digemari dari pada sekalian benda jang mahal-mahal. Meskipoen Noer masih moeda, tentoe engkau telah pernah merasaï, selain dari pada kesehatan badan dan nafkah sehari adalah lagi jang bergoena sekali akan menjenangkan hati itoe. Dia itoe lain dari makanan jang sedap atau pakaian jang bagoes. Perboeatan jang baik. Perkerdjaan jang berfaédah bagai orang lain. Menolong orang jang dalam kesoesahan. Berboeat pahala. Semoeanja itoe memberi kesenangan jang semata-mata dalam hati kita. Boekan kekajaan. doenia, akan tetapi dialah pokok kesenangan hati itoe. Kesenangan jang kita peroleh dari doenia ini adalah dia itoe kesenangan jang memperdajakan kita, karena semakin banjak kita beroleh dia, semakin besar hasjrat kita, achirnja adalah kita sebagai orang jang melepaskan haoesnja dengan air laoet.

Benar adinda masih moeda, tetapi adinda moelailah. mengadjar-adjar diri adinda berboeat baik bagai orang lain. Dan besar nanti harapan kakanda jang adinda merasa dibelakang hari, bagaimana bagoes dan moelianja hidoep manoesia itoe — baik laki-laki baik perempoean — bila mengorbankan apa jang. ada padanja oentoek keselamatan sesamanja manoesia. Sekali ini soeratkoe tà pandjang. Saja ada dalam selamat. Nasihatmoe itoe takan koeloepakan. Sebagaimana dajakoe, nanti koeoesahakan dirikoe akan mengobati penjakitkoe itoe: moeroeng, hati walang; memang dia itoe penjakit djoega. Akan tetapi Noer djangan loepa, dia itoe tabi'at jang koebawa lahir kedoenia.

Tolong sampaikan salam dan tjioem kakanda kepada boenda. Katakan kepada dia, bahwa rindoekoe melihat moekanja besar adanja. Moedah-moedahan oesianja pandjang, dan dapat saja berdjoempa dengan dia.

6 Juni.

Adinda djangan hèran, karena soedah selama itoe saja tà berkirim soerat. Tetapi sorè baharoe saja poelang dari Periangan. Benar saja dapat djoega berkirim soerat dari sana, tetapi waktoe jang lima belas hari itoe adalah dia bagai saja sebagai waktoe perhentian. Pekerdjaankoe sehari-hari koetinggalkan selama saja disana. Soeatoe boekoe tà ada koebatja, setjarik soerat poen tà koetoelis. Saja maoe berhenti, berhenti benar-benar. Hatikoelah jang akan koehiboerkan dengan kekajaan doenia ini.

Dikota Betawi banjak keramaian, tà koerang tempat menjenangkan diri. Taman jang indah-indah, dihiasi lampoe jang bertjahaja roepa-roepa, sehingga malam mendjadi siang. Disana ada tempat menari, disini tempat menjanji. Perempoean jang bermain itoe moeda dan tjantik laksana bidadari diwaktoe sendja,

Orang jang koerang gemar menjenangkan hatinja ditaman, pergi menonton gambar hidoep atau bagsawan. Bagai orang jang hendak merasai makanan dan minoeman, jang lazat-lazat ada sedia bagai dia restaurant, Disanalah ia makan dan minoem apa jang disoekainja, sambil mendengar boenji-boenjian jang merdoe atau melihat perempoean jang menari sebagai koepoe-koepoe terbang mentjahari manisan boenga.

Akan tetapi sekalian kepelesiran ini ta' ada jang menggirangkan hatikkoe. Bila koedengar tjeritera temankoe, inginlah hatikoe hendak mengetjap lazat tjita rasa jang diperolèh merèka itoe ditempat keramaian itoe Kalau saja pegi ketempat itoe tà ada koeperolèh kegirangan jang koeingini itoe. Hatikoe ketjiwa, karena adalah saja sebagai diperolok-olokkan merèka itoe. Ringkasnja tà ada kepelisiran itoe jang dapat menglipoerkan hatikoe.

Kekajaan 'alam inilah Noer jang menghiboerkan hati kakanda ini. Kerapkali saja, waktoe malam, memboeka djendèla kamarkoe apabila hatikoe goendah goelana. Saja memandang langit jang penoeh dengan bintang itoe. Adalah dia sebagai pajoeng soetera hidjau jang bertaboer dengan emas djoeita. Kalau saja merasa dirikoe baloe, koeambil tongkatkoe dan pegi berdjalan-djalan keloear kota. Disanalah saja dapat menjenangkan hatikoe. Boeroeng jang sedang memboeat sarangnja atau semoet jang mendjemoer teloernja adalah dia pemandangan jang indah bagai saja. Dia itoe lebih koesoekaï dari pada permainan jang bermatjam-matjam dalam kota Betawi.

Seboeah désa, ditepi djalan karéta api dari Tjibatoe ke-Garoet, disitoelah saja tinggal dalam waktoe jang lima belas hari itoe. Bagoes letaknja désa itoe; ditengah-tengah sawah jang menghiasi dataran tinggi Garoet. Saja menompang diroemah seorang orang tani. Orang itoe boekan sahabatkoe. Tjoema anaknja koekenal baik. Akan tetapi meskipoen demikian itoe ia mendjamoe saja dengan ramahnja dan isterinja poen amat baik boedinja. Noer, inilah soeatoe 'adat jang moelia, ja'ni 'adat mendjamoe orang dengan hati bersih. 'Adat ini dihargakan tinggi oléh nénék mojang kita dan dia itoe sebagai tanda kesopanan diantara bangsa Timoer. Sajang adat jang sebaik itoe disia-siakan orang zaman sekarang. Apalagi dalam lingkoengan orang kaoem moeda, jang menjangka kesopanan orang dahoeloe itoe koerang baiknja diwaktoe sekarang. Orang désa, jang djaoeh dari pergaoelan bangsa „sopan” itoe memegang ’adat nénéknja dengan setianja.

Sebidang padang, tiada djaoeh dari désa W. itoe, itoelah tempat kesoekaankoe. Sekoerang-koerangnja doea kali satoe hari saja menoendjoengi tempat itoe. Apabila saja pajah dari perdjalanankoe, saja berbaring diroempoet jang tebal itoe, sambil bernaoeng dibawah pohon asam jang tedoeh. Kalau matahari hendak toeroen tiadalah pernah saja ketinggalan menoendjoengi tempat itoe. Noer, boekan boeatan sedapnja tempat jang soenji itoe, djaoeh dari kota jang ramai. Hatikoe penoeh kegirangan apabila matakoe memandang boekit barisan itoe. Perlahan-lahan awan jang poetih berkoempoel-koempoel menjelimoeti poentjak boekit-boekit jang hidjau itoe, adalah dia sebagai kain toedoeng jang menoetoep moeka toean poeteri hendak beradoe, Matahari jang sedang tenggelam itoe, memantjarkan sinarnja jang permai dari balik pinggir goenoeng itoe. Didalam rimba besar, tempat jang tiada terdjalani manoesia, disanalah matahari itoe mentjahari tempat perhentian, karena sebagai macloek jang lain, ia poen soedah lelah dari perdjalanannja.

Lembah-lembah jang pandjang dan djoerang jang dalam hilanglah dari pemandangan, karena meréka itoe soedah dipenoehi kegelapan jang lebat. Soeara anak boeroeng jang ketinggalan kedengaran memanggil indoeknja.

Langit disebelah barat soedah malap tjahajanja dan dewi malam itoe poen mengembangkan sajapnja diatas dataran tinggi Garoet jang permai itoe.

Sekadar mengoerangi hébatnja kesepian malam itoe berkeloearanlah binatang jang ketjil-ketjil dari perlindoengannja. Ada jang menjanji ada jang memperlihatkan tjahajanja diantara roempoet-roempoet jang tebal itoe. Koembang malam dan teman-temannja poen berterbanganlah d'oedara memperdengarkan soeara sajapnja jang berdengoeng-dengoeng itoe.

Adinda Noer, boekan boeatan girangnja hatikoe melihat dan mendengar ini sekaliannja. Saja loepa akan dirikoe dan pikirankoe penoeh dengan tamasja jang ramai ini. Disinilah saja mengetahoei dengan hérankoe akan kebesaran Toehan Allah, jang mengatoer perdjalanan bintang jang berjoeta-joeta dan memeliharakan machloeknja jang berjoeta-joeta itoe, besar dan ketjil, masing-masing beroleh rezekinja. Tiadalah dapat saja mentjeriterakan dengan hoeroef jang doea poeloeh enam sekalian jang koerasai pada waktoe itoe. Sajang seriboe kali sajang, karena adinda djaoeh dari kakanda. Kalau sekiranja adinda ada bersamasama dengan saja, betapakah éloknja kita sama-sama merasa ni’mat dan keindahan doenia ini.

Selama saja tinggal didésa W. itoe soedah tentoe saja moenoeroet atoeran kehidoepan meréka itoe. Meréka itoe tidoer lekas, dan bangoen pagi-pagi benar. Makanan meréka itoe sederhana. Akan tetapi apa jang dimakan mereka itoe adalah menjegarkan badan meréka itoe. Sekalian orang pendoedoek désa koeat dan séhat toeboehnja, beloem ada koelihat jang koeroes atau poetjat-poetjat, sebagai pendoedoek Betawi jang beriboe- riboe itoe. Apabila saja mentjeriterakan roepa-roepa penjakit jang bertjaboel dinegeri jang ramai-ramai, mereka itoe menoendjoekkan hérannja, karena pada sangka mereka itoe orang dikota jang ramai itoe djarang sakit, karena dokter dan orang jang pintar-pintar sampai banjak. Meréka itoe menaroeh kasihan melihat orang itoe.

Apabila kita lihat dari loear adalah orang tani itoe seolah-olah tà tahoe memeliharakan kesehatan toeboehnja, meskipoen meréka itoe orang jang sesegar-segarnja. Akan tetapi bila diperhatikan kebiasaan meréka itoe, tahoelah kita bahwa hidoep mereka itoe teratoer benar. Makanan sederhana ja'ni nasi dan roepa-roepa sajoer-sajoeran (daoen-daoen) serta sedikit daging. Air minoem jang bersih. Meréka itoe tidoer tjoekoep serta dengan njenjaknja. Minoeman keras atau makanan jang meroesakkan kesehatan tiada digemarinja, kepelesiran jang koerang baik poen tà ada disoekainja.

Meréka itoe hidoep bertolong-tolongan. Soeka dan doeka tjita jang menghinggapi seboeah roemah sama sama dirasai orang sekampoengnja. Oempamanja diwaktoe kawin atau selamatan seloeroeh kampoeng itoe bersoeka tjita. Bila ada orang meninggal, semoeanja menoendjoekkan dockatjitanja. Doea tiga malam soeata gemelan tiada kedengaran dalam kampoeng itoe, sedang berkeliling roemah jang kematian itoe poen orang tiada berani tertawa-tawa. ’Adat dan lembaga meréka itoe dihargakan tinggi oléh meréka itoe. Orang asing jang meroesakkan kesopanan poen tà kan ada sebagai dalam kota jang ramai. Soedah tentoe keamanan dan kesampoernaan hidoep orang banjak tiada terganggoe. Saja boekan mengatakan bahwa djangan membiarkan bangsa asing masoek dinegerinja, akan tetapi orang haroes memegang ’adat lembaganja dengan benar-benar dan beroesaha poela soepaja orang asing menghormati 'adat negerinja. ’Adat itoelah jang mengatoer perhoeboengan orang dengan sesamanja manoesia. Apakah djadinja soeatoe negeri kalau ’adat itoe diboeangkan.

Selain dari ’adat itoe tiap-tiap bangsa jang sopan mempoenjaï agama. 'Adat jang baik tiada pernah berlawanan dengan agama. Kadoea-kadoeanja menjatakan kepada kita bagaimana kita haroesnja hidoep didoenia. Akan tetapi agama adalah lebih dalam adanja. Selain dari pada kewadjiban kita kepada sesama manoesia, dia meletakkan kewadjiban kita kepada sesama manoesia, dia meletakkan kewadjiban jang lebih berat ja'ni menoereot perintah Toehan. Bagai orang jang beragama, tiadalah disebabkan takoet akan hoekoem dan antjaman dari loear maka ia tiada berboeat salah. Hatinja itoelah jang melarang dia melakoekan pekerdjaan jang tiada baik. Maka apabila ia berlakoe salah, meskipoen tiada diketahoei orang, hatinjalah jang menghoekoem dia. Perasaannja tà senang, dan dadanja selaloe berdebar. Adalah dia sebagai bermoesoeh dengan dirinja sendiri, jaïtoe pikirannja jang baik itoe.

Dari sinilah kita ketahoei besarnja faédah agama itoe. Oendang-oendang jang diperboeat manoesia. Selama orang menipoe dengan tiada ketahoen, dia tiada beroléh hoekoeman dari pada hakim, sedang apabila orang jang beragama itoe bersalah, ia tiada pernah loepoet dari hoekoeman, karena hakim itoe ada dalam hatinja.

Bila orang berkata bahwa pemerintah soeatoe negeri ta perloe mentjampoeri (memadjoekan) agama ra'iatnja, adalah perkataan jang seroepa itoe mendjadi keterangan bagai kita, bahwa kebanjakan orang selamanja sedia mengeloerkan pikirannja, sedang perkara jang diperbintjangkan itoe beloem diketahoeinja benar-benar.

Didoenia ini ada bermatjam-mattjam agama. Kalau orang bertanjakan saja mana jang baik ditoeroet, tiadalah soesah saja mendjawab dia. Tiap-tiap agama jang baik, meskipoen kita ta memeloek dia, haroeslah kita hormati, sekali-kali djangan ditjela atau dihinakan. Soetoe poen ta ada agama jang menjoeroeh kita menghinakan pengadjaran (agama) jang lain. Agama jang baik apabila diperhatikan dan ditoeroet benar-benar, tiada dapat dikira-kira besar kebadjikannja bagai kita. Oleh karean dia, mata kita terboeka, pikiean bertabah dalam. Seagala nabi, jang mendjadi goeroe besar dalam agama itoe, orang jang pandai dan penoeh dengan ilmoe filsafat. Mereka itoe djaoeh lebih tinggi dari pada orang kebanjakan, tinggi disebablan ilmoenja jang dalam serta pikirang jang moelia.

Malam soedah djaoeh. Pekerdjaan sehari ini haroeslah dahoeloe koeperhatikan. Selamat malam, Noer!

10 Juni

Dalam soeratkoe jang bertoeroe-toeroet itoe, adinda telah membatja kelakoean orang itoe kepada boedjangnja. Nasib manoesia itoe sebagai roda adanja. Perkataan ini sering diseboerkan orang. Sering djoega terdjasi jang demikian itoe, pada bangsa, keradjaan baikpoen diroemah tangga. Nafsoe akan madjoe, artinja beroleh jang lebih baik, naik pangkat dan deradjat, kekajaan doenia dan harta rohani, nafsoe jang demikian itoe adalah tiap-tiap manoesia mempoenjai dia. Dialah jang menggerakkan hati kita akan berosaha dengan sekoeat-koeat kita, soepaja kita beroleh jang kita ingini itoe. Keinginan manoesia itoe tiadalah sekadar makan dan minoem soepaja hidoep. Manoesia itoe mentjari 'akal soepaja hidoepnja baik dan sempoerna didoenia ini. Akan tetapi banjaklah orang jang sesat jang menjangka harta doenia inilah jang sesat jang menjempoernakan kehidoepan itoe. Mereka itoe beloem pertjaja benar-benar bahwa selain dari perak dan emas adalah lagi barang jang moelia jang menjepoernakan kesenangan hidoep manoesia itoe.

Nafsoe akan beroleh jang lebih baik. Oleh sebab itoe orang beroesaha soepaja ia mendjadi kaja. Orang jang miskin jang mendjadi kaja oleh sebab oesahanja selamanja lebih memberi kebadjikan kepada sesamanja manoesia dari pada orang kaja jang beloem pernah merasa kemiskinan. Boleh djadi benar, akan tetapi djanganlah kita memandang dia sebagai soeatoe atoeran jang tetap. Karena banjak orang kaja, jang beloem pernah hidoep miskin, berhati moelia, selaloe soedi meringankan kesengsaeaan orang miskin, jang hidoep ditengah-tengahnja. Demikian djoega banjak orang kaja, jang doeloenja miskin, tiada mengindahkan nasib orang miskin jang berkeliling dia. Ia selaloe beroesaha soepaja kekajaannja berlipat ganda: kadang-kadang ditjaharinja 'akal akan memeres orang lain, asal oeangja bertambah banjak.

Apabila orang itoe kehilangan 'akal boedi oleh karena nafsoenja akan kekajaan, soedah tentoe dia itoe mendjadi tjelaka akan kemanoesian. Oleh sebab itoe haroesnjalah kita mendjaga soepaja kita djanngan keliroe akan arti oeang. Oeang itoe bergoena kepada kita; kiatalah jang memakai dia kepada barang jang halal jang kita ingini. Pendeknja kitalah jang memerintahkan wang itoe. Kalau soedah mendjadi boedak wang, itoelah jang meroesakkan kesenangan orang, karena dalam hal ini arti ceang itoe soedah lain dari pada jang sebernja.

Noer, njoja ,,besar", toean ,,besar" jang koetjeriterakan dalam soeratkoe itoe koekenal hidoepnja tempo dahoeloe. Waktoe itoe sering saja berkata dalah hatikoe — kepada adinda poen soedah pernah saja tjeriterakan — bahwa djaranglah orang jang sebaik itoe kita peroleh dinegeri sendiri, apalagi ditanah asing. Rendah serta ramah, air moekanja djernih apabila kita berkata-kata dengan toean itoe. Isterinja poen berboedi manis kepada siapa jang bergeoel dengan dia. Bagai saja adalah roemah mereka itoe sabagai soetoe tempat melarikan diri, tempat metjahari penghiboeran hati, oleh karena baik boedi kedoea orang laki isteri itoe. Noer, mengerti, bahwa roemah jang seroepa itoe dihargakn orang, lebih-lebih oleh orang jang hidoep djaoeh dari pada kaoem keloerganja. Seorang orang jang ber'ilmoe filsafat jang mashoer berkata: Lak-laki itoe mendjadi kepala serta perempoean itoelah jang mengatoer roeamah tangga itoe. Isteri jang sedjati beroesaha soepaja damai dan kesenangan selaloe memenoehi roemahnja. Pintoe roemahnja itoe haroes poela diboekanja soepaja orang lain dapat bernaoeng dibawah pohon jang tedoeh itoe, jaitoe roemah tangga mereak itoe, karena tiadalah soeatoe perasaan jang lain jang lebih senang pada perasaan orang moedafar jang penat dari pada bernaoeng dibawah pohon beringin. Roemah jang dihoenii perempoean jang baik boedi dan laki jang ramah adalah lebih tedoeh dari pada pohon beringin jang besar." Akan tetapi waktoe itoe orang kedoea laki isteri itoe adalah sebagai orang kebanjakan, artinja beloem masoek golongan orang berada. Pendeknja miskin; karena kalau diseboetkan orang kebanjakan adalah pengertiankoe orang miskin. Memang demigian djoega jang sebenarnja; meskipoen sepoeloeh kali sepoeloeh lipat ganda banjak orang kaja beloemlah ia sebanjak orang miskin.

Wah, pendoedoek doenia ini hampir orang miskin sahadja roepanja! Akan tetapi ta mengapa. Allah jang rahmat menjajangi hambanja jang miskin siapakah jang memeliharakan hewa dipadang itoe. Lihatlah boeroeng dirimba belantara dan ikan jang diloetan besar. Boekankah masing-masing beroleh rezekija.

Boedi kedoea laki isteri baik diwaktoe dahoeloe, waktoe mereka itoe beloem mempoenjai kekajaan. Roepanja boedi jang baik itoe boekan sifat jang tetap adanja. Kalau orang itoe naik keatas, kelakoeannja berobah. Ramahnja pada orang jang dibawahnja mendjadi berkoerang. Kalau ia merendahkan dirinja, takoerlah ia kalau-kalau daradjatnja berkoerang. Didjalan raja, dikereta atau dikapal, pasar atau dikammpoeng, pendeknja hampir dimana-mana sering kita melihat orang koerang mengindahkan orang jang dibawahnja. Adalah pada persangkaan mereka itoe orang papa itoe setengah manoesia roepanja. Meréka itoe berlakoe sombong dan pongah dan 'adatnja kasar. Akan tetapi bila mereka itoe bergaoel dengan orang jang lebih tinggi daripada dia atau dengan sesamanja, adat jang kasar beroebah sebentar mendjadi haloes dan sopan.

Diantara orang jang demikian itoe bannjak djoega jang dahoeloenja orang kebanjakan. Waktoe itoe hatinja rendah dan baik, akan tetapi bila ia beroleh rezeki jang baik, bila ia orang berada, penjakit sombong dan hati jang tinggi poen menghinggapi ia. Orang jang tjampoer gaoel fengan orang rendah tentoe mengakoe bahwa diantara orang jang rendah itoe banjak jang berhati moelia, lebih lagi daripada bangsa orang kaja-kaja. Orang jang memperhatikan dia itoe tentoe tiada heran bila ia mendengar orang berkata: ,,Orang baik dan penjajang serta soeka bertolong-tolong kebanjakan kita peroleh ditengah-tengah orang rendah."

Kalau kita pikir pandjang-pandjang, tiadalah soeatoe kebadjikannja kepada segala manoesia orang kaja itoe, kalau manoesia itoe selaloe menoendjoekan tenaganja kepada temannja, apalagi kalau koeasanja tiada dirinangi oendang-oendang negeri. Lagi poela dalam perlombaan kehidoepan sebagai kita lihat pada zaman ini adalah orang jang berada itoe jang selaloe menang, dan pengapengaroeh meréka itoe poen soedah tentoe bertambah besar. Achirnja kehidoepan orang jang miskin itoe bertambah-tambah soesah djadinja.

Adinda Noer, koekan maksoed saja akan mengatakan tiadalah goenanja kita djadi kaja. Tetapi kekajaän orang kaja jang tiada memberi kebadjikan kepada manoesia jang ditengah-tengahnja, tiadalah bergoena. Kekajaän jang seroepa itoe tiada mendjadi keselamatan kepada manoesia. Bagai diri orang jang mempoenjai kekajaän jang banjak itoe poen, tiada selamanja kekajaännja itoe membawa kebadjikan. Berapa banjak orang kaja jang mendjadi bengis dan berkelakoean rendah, sedang dahoeloenja ia pengasih dan bertabi'at moelia.

Demikian djoega toean „besar” dan njonja „besar” itoe. Saja menjeboet itoe sebagai tjontoh dari pada orang jang beriboe-riboe itoe. Waktoe dahoeloe moela-moela saja adjar kenal dengan meréka itoe adalah lakoe meréka itoe rendah, boekan bagai orang sesamanja sahadja; kepada orang rendah poen demikian djoega. Banjak djoega orang memoedji mereka itoe, sedang roemah tangga meréka itoepoen sering tempat bernaoeng bagai orang jang kesoesahan, sehingga nama mereka itoe tinggi dalam lingkoengan orang bangsanja.

Kota jang besar tempat bersoeka-soekaän bagai orang kaja. Roemah jang bagoes, gedoeng jang permai dikelilingi pekarangan jang indah, serta dihiasi pétak boenga jang wangi-wangi. Keindaraän jang bermatjam-matjam serta dengan tjantiknja. Roemah gedoeng komidi tempat bersenang-senang. Roemah tempat makan minoem, menari dan bersoeka-soekaän.

Orang jang tinggal dalam kota jang seroepa itoe tentoe selamanja melihat ini dengan hati jang ingin. Kesenangan doenia ini, jang diketjap orang kaja itoe, amat menggerakkan hati orang jang melihatnja. Api keinginan akan mentjoba kehidoepan orang kaja itoe timboel dalam hatinja. Soedah tentoe nafsoenja akan mendjadi orang hartawan makin besar, karena selaloe ia memperhatikan kesenangan doenia jang diperoléh dinegeri besar itoe.

Apa dajakoe soepaja saja kaja. Perkataän jang seroepa itoe sahadjalah jang timbóel dihati orang itoe. Moela-moela ditjobanja hidoep dengan hémat serta bekerdja radjin an keras. Soedah berapa lama dirasaïnjalah bahwa dengan djalan jang demikian itoe sahadja, ta'kan, hampir tiada, dapat orang djadi kaja. Djalan jang salah akan mengoempoelkan oeang selaloe didjaoehkannja. Sifat jang baik, jang dibawa lahir manoesia, masih koeat lagi dalam hatinja. Akan tetapi nafsoe beroléh harta jang banjak makin hebat dari sehari kesehari, sedang simpanannja poen soedah ada, biarpoen beloem banjak. Apabila nafsoe itoe makin koeat dan orang itoe selaloe menoeroetnja, maka sifat-sifat jang moelia jang terkandoeng dalam dadanja makin lemah. Bila orang itie diperintah nafsoenja, tiadalah ada tenaganja lagi. akan berboeat jang baik, karena kekoeatan rohani soedah hilang.

Akan melaloei djalan jang salah tá ditakoetinja lagi, hatinja poen tá berdebar lagi mengoempoelkan barang jang koerang halal. Pikirannja, ’akalnja, tipoe dan moeslihat, semoeanja dipergoenakannja akan memocaskan nafsoenja.

Siapa jang berkehendak sesoeatoe apa, kalau ia mentjaharinja dengan oesaha jang soenggoeh-soenggoeh, tentoe barang jang diinginanja itoe diperoléhnja.

Perkataän itoe soenggoeh; orang itoe menljadi Seorang kaja.

Akan tetapi apalah faédahnja dia sebagai manoesia? Tabiat jang baik soedah hilang. Hati menaroeh kasihan ta ada lagi. „Kesenangan doenia” itoe soedah diketjapnja akan tetapi segala kepelesiran itoe tiada menjenangkan pikirannja. Roemahnja penoeh dengan perkakas jang mahal dan “perhiasan jang permai, akan tetapi „ketedoehan hati” jang dahoeloe itoe soedah hilang. Ditengah-tengah kekajaan jang seni’mat itoe ia selaloe merasa hatinja kosong, karena batoe geliga jang dalam hatinja telah hilang ja’ni tabi’at dan sifat jang moelia itoe.

Bila kita lihat moeka njoja besar itoe djaoehlah bedanja sekarang dengan dahoeloe. Bener pakaiannja sekarang bagoeh dan mahal, tetapi air moekanja ta manis lagi dipandang mata. Njoja „besar” itoe boekan orang jang bagoes roman. Tetapi meskipoen demikian adalah dia dahoeloe manis dipandang mata. Boekan manis sebab moeka. Tingkah lakoe, perkataan jang rendah, soeara jang lemah lemboet, itoelah jang lebih menarik hati orang dari pada moeka jang bagoes. Meskipoen moeka orang koerang dari pada sederhana, kalau ia selaloe ramah dan belakoe manis, soedah tentoe moeka perempoean itoe dipandang orang manis. Karena riman jang koerang tjantik itoe tertoetoep oleh boedi jang manis. Boedi jang manis itoe djaoeh berlipat ganda soetjinja dari pada roman jang bagoes itoe.

Roepa jang tjantik adalah ’ibarat kembang; kebagoesannja hilang bila ia lajoe. Boedi jang manis itoe ’ibarat boeah jang sedap dimakan dan dalamnja ada bidji jang hidoep; apabila ditanam mendjadi pohon jang baharoe. Sekarang barang jang moelia itoe telah hilang dari kalboe njonja „besar” itoe. Tingkah lakoe jang menoetoep roman jang koerang itoe poen tå ada lagi, soeatoepoen tá ada lagi jang menarik hati kita melihat njonja itoe.

Moeka jang sempit itoe hampir seroepa moeka beroek; diatas hidoengnja moeka itie selaloe berkeroet oleh karena hatinja selaloe soesah. Meskipoen ia poetih langsat, boesoek djoega dipandang mata, karena koelitnja kasar. Hidoengnja péndék, besar dan péngék. Bibirnja tipis akan tetapi moeloetnja lébar, sehingga apabila ia tertawa atau tersenjoem, roepa jang boeroek itoe bertambah boeroek poela. Léhér jang menjamboeng kepala dengan badan jang malas dan lemah itoe, besar serta péndék, dan apabila ia berdjalan, belakangnja itoe boengkoek sedikit, seperti siamang roepanja kelihatan dari belakang.

Tentang roman toean itoe tiada seberapa jang haroes ditjeriterakan. Tjoema mata jang doca itoe koerang bertjahaja, tjekoeng sedikit dan roepanja selamanja seakan-akan mengantoek. Adalah ruepanja ia koerang menahan nafsoenja. Pada pikirannja selagi orang koeat dan bertenaga, haroeslah ia mengenjam kesenangan jang diperoleh dalam kehidoepan ini dengan sekenjang-kenjangnja. Bahagia manoesia dihari jang kemoedian beloem diketahoei orang jang sebenarnja. Oléh sebab itoe mana jang lajak diperoleh sekarang djanganlah dia ditolak atau didjaoehkan. Memoeaskan keberahian hati itoelah kesenangan jang paling tinggi. Demikianlah pikiran toen itoe.



BAB JANG KADOEA.

12 Juni 1921.

„Malam ini mesti saja pegi. Tinggal lama disini tiadalah dapat koetahan lagi. Kemanakah saja memebawa oentoengkoe?”

Demikianlah Ani berkata dalam hatinja, sambil ia bersimpan kain dan badjoenja selembar. Ia mengambil oeang gadjinja dari bawah tikar tempat tidoernja. Dihitoengnja mata oeang itoe satoe-satoe takoet ia kalau-kalau ada jang ketinggalan. Sebelas perak, gadji doea boelan. Seroepiah ditahan njoja jang kaja itoe, sebaba seboeah gelas petjah waktoe ia mentjoetji piring-piring. Sebenarnja boekan ia jang salah. Gelas itoe terbalik tersintoeh oleh ajam. Akan tetapi apa poen katanja tiadalah soeatoe pertolongannja, gadjinja mesti dipotong. Atoerannja ia mesti membilang terima kasih lagi, karena harga gelas jang baroe ta koerang tiga soekoe.

Dengan hati-hati wang itoe diboengkoesnja dengan setjarik kain laloe dimasoekkannja kedalam simpoelan saroengnja. Disitoelah tempat jang seaman-amannja bagai wang itoe, gadji jang diperolehnja dengan keringat serta maki dan nista.

Perlahan-lahan diboekanja pintoe belakang serta ia memasang telinganja benar-benar. Roemah itoe memang sepi, semoea orang tidoer lelap. Tetapi djalan besar itoe beloem soenji roepanja, masih ada kedengaran soeara orang. Meskipoen tiada hiroek sebagai siang, tetapi njaring djoega kedengaran, karena malam soedah djaoeh dan sepi.

Neng, neng..........berboenji djam doea belas kali. Ia terkedjoet sebentar, akan tetapi tiadak berdebar. Ia poen doedoeklah dihadapan pintoe itoe menoenggoe-noenggoe sampai djalan besar itoe sepi, karena takoetlah ia kalau ada orang jang mengenal dia.

Sedeng ia doedoek diloear itoe, teringatlah ia akan orang toeanja dan adiknja jang tiga bidji itoe,, Kalau mereka itoe melihat saja melarat demikian, berapakah sedihnja hati mereka itoe. Barang kali penjakit bapakkoe itoe bertambah keras, kalau diketahoeinja apa jang koederita ini. Akan tetapi tiada mengapa, siapa tahoe besok saja dapat kerdja lain jang lebih baik. Lagi ini masih permoelaan boealan waktoe jang baik mentjahari pekerdjaan digendong-gendong. Demikianlah ia berpikir-pikir. Ani merasa air matanja mengalir dipipinja jang dingin, itoe karena adalah sebenarnja hatinja sedih oleh sebab nasibnja itoe. sampai sekarang tiadalah ia mengerti apa sebabnja ia selaloe dibentjihi njonja itoe. Akan tingkah lakoenja dan radjinnja bekerlja tiadalah jang koerang. Akan tetapi meskipoen demikian, ia tiada oeroeng beroleh kata jang kasar dari njonja itoe, sedang apa sebabnja tiada terang diketahoeinja.

Fasal kelakoean toean itoe tiada mengerti ia dengan terang. Moela moela toean itoe baik sama dia. Lama-lama berobah, ja'ni apabila njonja ada. Kalau isterinja pegi, toean ramah kepadanja, terkadang lebih dari pada kadarnja. Sering ia haroes memikirkan hal ini: „Njonja toean itoe selaloe membentjihi dia, sedang lakinja ramah dan manis, apabila isterinja ta ada. Roepanja anak gadis jang moeda itoe tiada sampai pikirirannja mendoega hati toean itoe. Pikirannja jang rendah itoe tiada sedjaoeh itoe, ja'ni mengerti maksoed toean jang boeroek itoe ja'itoe perboeatan jang memebahajakan badan dan djiwa anak dara jang bersih itoe.

Akan melipoerkan hatinja jang ragoe itoe ia memandang kelangit jang ta berawan itoe, biroe roepanja sebagai air taroem. Bintang jang berjoeta-joeta itoe gemerlapan roepanja sebagai koenang-koenang. Perlahan lahan mereka itoe mendjalar kebarat, masing-masing mengetahoei djalannja, seboetir poen tá ada melanggar temannja, Melihat langit djernih itoe adalah ia merasa hatinja seakan-akan terhiboer oleh karena keindahan 'alam itoe. Ia heran memandang kepintaran jang mendjadikan 'alam ini dengan isinja, semoea teratoer dengan sempoerna. Tjoema nasib manoesia pendoedoek boemi ini jang tiada teratoer. Jang kaja bertambah kaja; kehidoepan rang miskin makin soekar, meskipoen mereka bekerdja membanting toelang, sedang orang kaja itoe doedoek makan minoem bersoeka-soekaän. Adalah roepanja orang miskin jang banjak itoe bekerdja oentoek memperbanjakkan harta orang jang kaja, sedang oepah jang diperolehnja hanja tjoekoep boeat kehidoepannja jang sahadja itoe (tiada dengan sepertinja). Ia tiada mengerti apa sebab hal jang demikian itoe terdjadi didoenia. Mengapakah Toehan seroe sekalian 'alam seolah-olah loepa mengatoer kehidoepan manoesia itoe? Atau manoesia itoekah menjengadja mengadakan hal jang sekoesoet itoe.

Sedang pikiranja berkisar-kisar itoe ditengah malam jang sedjoek itoe, berboenjilah djam jang dalam roemah itoe sekali. Ia terkedjoet seraja berkata: „Wah, soedah poekoel satoe roepanja, baiklah akoe pegi sekarang ini djoega."

Ani berdiri perlahan-lahan. Ia berdjalan ri roesoek roemah itoe melaloei kamar orang laki isteri itoe, tempat ia bekerdja, la mendengar njonja itoe mendengkoer dan napas toean jang tidoer dengan lelahnja itoe. Setelah sampai ia dipintoe gerbang, ia melihat sebentar kebelakang seraja berkata dalam hatinja: „Selamat tinggal bagimoe, hai roemah dan pekarangan jang koepelihara dengan soenggoeh-soenggoeh hatikoe. Apabila saja nanti soedah pegi dan orang memperboeroeki namakoe, kamoelah saksikoe, bahwa saja melakoekan kewadjibankoe dengan setjoekoep-tjoekoepnja. Kalau orang nanti mengatakan saja melarikan barang orang, djanganlah segan mengatakan jang sebenarnja. Saja pergi membawa barangkoe sahadja; kain badjoe dan wang sedikit jang koeperoléh dengan sengsara jang boekan-boekan. Ajoehai roemah tempatkoe berdoekatjita, engkau dengar segala keloeh kesahkoe, kepadamoe koetjeriterakan isi dadakoe. Wahai pekarangan, kalau orang mengatakan saja perempoean jang tá dipertjajai, djanganlah loepa mempertahankan namakoe. Engkau lihat sendiri berapa air mata jang tertoempah dari matakoe, sebeloem saja memoetoeskan pegikoe malam ini.”

Dengan hati-hati diboekanja palang pintoe gerbang itoe. Baharoe ia hendak keloear, maka didengarnjalah soeara anak toeannja itoe ngis sebentar. Akan tetapi anak itoe boekan djaga dari pada tidoernja, adalah ia sebagai menoendjoekkan doekatjitanja, meskipoen badan tempat hati dan djiwa bersarang itoe tidoer.

Anak dara jang boediman itoe mengerti akan tangis anak itoe. „Engkau mémang sajang kepada saja”, katanja. „Engkau mengerti berapa bèsar tjintakoe kepadamoe, engkau koepelihara lebih dari adikkoe sendiri. Hatimoe bersih dan soetji dan tahoe membilang terima kasih. Hati orang toeamoe soedah roesak lantaran daki doenia ini. Betapakah besarnja keinginankoe tinggal dekatmoe, tetapi didoenia ini tiadalah jang melindoengi orang ketjil itoe. Sajang, apa jang dalam hatimoe itoe tá dapat kau loeaskan. Sebenarnja tiada diartii orang toeamoe. Kalau tiada demikian, saja soedah mengharap, bahwa engkau saksi jang pertama melawan, orang toeamoe. Sekarang saja moesti pegi, kita bertjerai, selamat tinggal!”

Anak itoe memperdengarkan soearanja sekali lagi dari tempat tidoernja. Adalah ia seolah-olah mengerti perkataän anak gadis jang memelihara dia itoe. Kemoedian maka kembalilah sepi didalam dan diloear roemah itoe.

Si Ani poen berangkatlah.

Kedjalan besar ia berdjalan, mengambil haloean kepasar Senén. Dijalan raja itoe soedah lengang dan lampoe gas jani menerangi djalan itoe soedah djarang-djarang, karena poekoel sembilan lentera itie dipadami antara-antara satoe. Sekali-sekali melintas kandarain diwaktoe malam jang dingin itoe. Tjais kareta itoe doedoek memboengkoek, karena mengantoek. Akan tetapi ia tiada takoet, karena tiadalah orang jang mengenal dia. Tjoema mata jang mendoedoeki kandarain itoe jang ta disoekainja, karena orang itoe melihat dia dengan awasnja. Si Ani héran karena tiadalah mengerti apa sebabnja ia dapat pandanngan jang demikian itoe, sedang orang itoe tá dikenalnja. Oléh sebab itoe iapoen menjingkirkan djalan besar itoe.Ia berdjalan dari depan roemah jang tinggi-tinggi itoe. Dihadapan roemah polisi dekat djembatan itoe ia melihat seorang opas berdiri dipinggir djalan itoe, Badjoenja hitam, tjelananja poen hitam, topi dan sepatoenja poen hitam belaka sehingga ia hampir tiada kelihatan pada malam itoe. Sesoedah dekat tahoelah ia bahwa opas polisi itoe seakan mengamat-amati dia, Hatinja bimbang sebentar, karena tiada tahoe ia djalan mana jang akan dilaloeinja. Ia berdiri disimpang empat itoe memikirkan haloeannja. Akan tetapi tiada lama, takoet ia menerbitkan tjoeriga dihati opas jang mengamat-amati dia itoe. Dengan tiada pikir pandjang ia poen meneroeskan perdjalannja itoe. Kemana ia pergi itoe tiadalah diketahoeinja. Maksoednja sekarang hanja sekedar mendjaoehkan dirinja dari roemah toeannja itoe. Kalau siang soepaja ia djangan bersoea dengan sekampoeng toeannja itoe. Tiga djam lamanja ia berdjalan sendiri itoe. Akan tetapi tiadalah ma'loem ia bahwa ia berdjalan itoe berpoetar-poetar. Seloeroeh badannja jang tertoetoep pakaiannja soedah dingin, karena meskipoen Betawi negeri jang panas, tetapi sering kedjadian kalau malam amatlah sedjoeknja. Sekarang adalar perasaännja amat pajah dan kelopak matanja poen soedah berat hendak tidoer; sepadjang djalan itoe itoe ia mentjari tempat jang baik akan perhentian. Dikiri kanan djalan itoe berdiri gedong-gedoeng jang amat besar besar dan indah-indahnja. Diserambi tiap-tiap roemah jang bagoes-bagoes itie menjala lampoe gantoeng ketjil. Katjanja berwarna-warna: ada jang koening, ada jang hidjau ada poela jang kemérah-mérahan, sehingga tjahajanja jang menerangi serambi moeka itoe amat bagoes dipandang mata diwaktoe malam itoe. Diroemah sana ia melihat seekor andjing tidoer diatas gosok kaki dekat pintoe dengan njenjaknja. Ia memandang andjing jang tidoer itoe sedjoeroes pandjang lamanja „Ja, kadang-kadang adalah nasib binatang itoe lebih baik didoenia ini dari pada manoesia,” Katanja sambil ia meneroeskan perdjalanannja dengan mata jang berat.

Dibawah pohon asam Djawa jang tedoeh ia berhenti karena kakinja telah lemah oléh berdjalan itoe. Ia doedoek diatas roempoet jang sedjoek itoe seraja bersandar kepohon asam itoe. Ia tiada dapat lagi menahan matanja jang mengantoek itoe. Dengan tiada diketahoeinja maka ia poen tertidoerlah seorang diri dipinggir djalan jang lengang itoe.

13 Juni.


Adinda Noer jang koekasihi. Sebeloem saja memoelai menoelis soeratkoe jasg tiada dengan sepertinja ini, lebih dahoeloe kakanda mengoetjap terima kasih jang banjak kepada adinda. Sedih hatikoe membatja soeratmoe itoe. Doea kali saja bedhenti membatja soerat adinda itoe, karena air matakoe bertjoetjoeran. Bertambah piloe lagi hatikoe jang selaloe bimbang itoe, sesoedah saja memboeka kirimanmoe itoe. Kalau adinda ada dihadapankoe waktoe itoe, tentoe saja memeloek dan mendakap léhér adinda, dan segala kemasjgoelan hatikoe tentoe saja keloearkan dengan ratap tangiskoe. Baharoe saja bangoen tadi pagi, saja soedah melihatmoe berserta kiriman itoe diatas medja depan. Engkau mengoetjap selamat 'oemoer pandjang, dan mengharap soepaja kakanda selamanja dalam kesehatan, Nasehatmoe itoe, soepaja saja djangan selaloe menjerahkan hatikoe kepada doekatjitakoe, soepaja saja melawan masjgoel hatikoe, soepaja saja selaloe bergirang hati, meskipoen. saja beroleh soesah dalam kehidoepankoe............nasihatmoe itoe, ta'akan koeloepakan. Saja simpan dia benar-benar dalam tangkai kalboekoe. Akan tetapi Noer, engkan kenal saja dari dahoeloe. Adalah hati kakanda ini lemah adanja. Djanganlah adinda menjalakan “saja. Saja akan beroehasa, akan mengoebah tabiat jang koerang “baik itoe (Koerang baik dimata orang, akan tetapi jang-biroe dimata orang itoe adalah terkadang hidjau roepanja). Tetapi barang ma'loemlah adinda bahwa tabiat itoe dalam akarnja dalam darah dan oerat manoesia.

Boekoe jang adinda kirim itoe adalah setoedjoe dengan kesoekaänkoe. Engkau tahoe benar roepanja memilih barang kehendakkoe. Betapa besar hatikoe menerimanja tiadalah dapat saja katakan. Kalau sekiranja saja beroléh keris emas, tá'kan sampai separoehnja soekatjitakoe. Sekali lagi saja seboetkan: Terimalah tjioem jang lemboet ja’ni tjioem ’alamat tenerima kasih kakanda jang indoeh ini.

Tolong sampaikan sembah soedjoedkoe kepada iboenda. Katakan kepada dia, bahwa saja ta'kan meloepakan tjinta dan kasihnja jang tiada terhingga itoe.

21 Juni.

Seminggoelah soedah lamanya saja menerima soerat dan kiriman itoe. Tiap-tiap hari saja menbatja soeratmoe itoe, dan segala perkataän nasihatmoe itoe mendjadi bocah kenang-kenangan dalam hatikoe. Kalau saja hendak tidoer, dialah jang lebih dahoeloe koeingat.

Adinda berkata dalam soerat itoe:

„Tiap-tiap manoesia itoe haroes selama hidoepnja beroesaha soepaja rezekinja moedah dan rendah, akan tetapi kakanda djangan loepa: adapoen beroesaha itoe djangan lebih dari patoetnja. Karena boeah oesaha itoe bergantoeng dari pada Toehan jang Esa, jang tahoe mengatoer kehidoepan segala ma'chloeknja. Kakanda djangan sangka, bahwa segala benih jang ditaboer itoe toemboeh adanja. Demikian djoega dalam. hidoep manoesia didoenia ini adalah soeka dan doekat jita itoe silih berganti, masing-masing dapat gélérannja. Dalam hal doekatjita itoe djangan kakanda menjerahkan hati kakanda kepada dia. Seharoesnjalah kakanda tetap berhati girang, karena tiap-tiap sengsara kalau dia diterima dengan hati jang senang, adalah dia membawa kebadjikan jang berharga besar kepada kita."

Dalam soerat itoe adinda mengatakan adinda empoenja harapan soepaja Allah mengoerniai saja oesia jang pandjang.

Oesia jang pandjang. Lama hidoep didoenia ini. Itoelah harapan adinda kepada kakanda. Dalam toedjoeh hari ini sering saja bertanja dalam hatikoe. Apakah goenanja saja lama hidoep didoenia ini? Akan bersenang diri? Melihat tamasja? Akan berboeat ’ibadat.

Sekarang soedah genap ’oemoerkoe doea poeloeh lima tahoen. Sekian lamalah saja ada bertjampoer gaoel dengan ma'chloek jang mendiami 'alam ini. Beloem saja ber'oemoer empat belas tahoen — saja ingat lagi benar-benar, Noer — telah saja rasi bahwa kehidoepan didoenia itoe tiada menaroeh soeatoe benda jang dapat memberikan kegirangan hati jang kekal bagai kita. Hati saja jang merasa haloes itoe sering mendatangkan doeka. Sedjak dari ketjil orang toea jang menjintai saja mentjeriterakan kepada saja, bahwa hidoep didoenia ini sebentar adanja dan kehidoepan hari jang kemoedian itoe, itoelah kehidoepan jang semata-mata: penoeh dengan penghiboeran, air mata dan hati jang remoek ta'kan kita peroleh lagi didoenia jang kekal itoe. Boekanlah boeatan besar hatikoe mendengar perkataan jng seroepa itoe. Air matakoe berlinang-linang dari soedoet matakoe, oleh karena girang hatikoe memikirkan hidoep- jang kedoea itoe, dan apabila ada soeatoe hal jang menjoesahkan hatikoe, maka saja poen mengingat doenia jang permai itoe. Hatikoe jang rawan itoe adalah terhiboer dan kekoeatankoe poen makin bertambah memikoel nasibkoe. Dari sehari kesahari saja menoenggoe adjalkoe dan tiadalah saja takoet akan dia. Saja ma'loem dan pertjaja, bahwa kematian itoelah jang menjeberangkan saja kenegeri jang koekenang-kenang itoe. Apabila ada orang meninggal dikampoengkoe, saja bertanja dalam dirikoe sendiri. ,,Apabila saja dapat géléran.” Sering saja heran melihat kaoem keloearga orang jang mati itoe menangisi majat jang dingin itoe. ,,Adalah mati itoe soaetoe malang jang sebesar-besarnja”, tanjakoe dalam hatikoe, ,,Kalau tiada demikian, mengapakah orang itoe meratap?” Apabila saja melihat moeka orang mati itoe, senang dan tenang roepanja, maka hilanglah was-was hatikoe. Kepertjajaankoe tetap djoega, bahwa orang jang meninggal itoe beroléh kesenangan jang sebenar-benarnja dinegeri jang kekal iteo. Pada perasaänkoe adajah perbocatan orang itoe salah, ja'ni kalau mereka menangisi orang jang meninggal itoe. Akan tetapi waktoe seorang dari pada orang toeakoe poelang kerahmatoe'llah, tangiskoe tiada terkira-kira. Semalam-malaman itoe. Beberapa kali saja meraba kepala jang dingin itoe, karena saja harap-harap djoeg badannja panas kembali dan ia doedoek menghiboerkan kami jang doedoek berkeliling dia menangis itoe.

Lebihlah sepoeloeh tahoen saja menoenggoe adjalkoe ito, akan tetapi sampai sekarang beloemlah koeketahoei apabila saja meninggalkan doenia ini. Datang poela lagi adinda Noer dengan harapan soepaja saja dikoerniakan Toehan oesia jang pandjang. Mana jang lebih baik itoelah harapkan bagai saja, karena sampai pada waktoe ini adalah tetap pikirankoe bahwa boekan hidoep jang disini hidoep jang sebenarnja. Kalau ada djalan jang tedoeh dan datar, apakah sebabnja kita bertjintakan djalan panas dan tjoeram itoe? Soedahlah koeperhatikan benar-benar. Kalau koekoempoelkan segala kesenangan jang koeperoleh dalam doenia ini dan koeletakkan sekaliannja itoe keatas piring neratja; kemoedian saja menaroeh segala doekatijit jang menimpa dirikoe keatas piring neratja jang sebelah lagi, soedah tentoe adalah doekatjita jang lebih berat. Makin lami kita hidoep, makin besar béda perbandingan soeka dan doekatjita itoe. Dengan adinda poen adalah demikian, boekan? Benar Noer masih moeda sekarang, akan tetapi pertjajalah, apabila adinda mangkin toea tentoe adinda merasa benarnja perkataän kakanda itoe. Kalau demikian apatah goenanja kita lama lagi dalam doenia ini?

Waktoe moela-moela kita datang dan hidoep diboemi ini — ja'ni ketika anak-anak — kita beroléh hidoep jang sesenang-senangnja. Sajang seriboe kali sajang waktoe jang ni'mat itoe lekas laloe adanja. Dan kalau kita mengenangkan hari jang ni'mat itoe adalah kita sebagai orang bermimpi adanja.

25 Juni.


Adinda Noer. Hatikoe semangkin ragoe bila koepikirkan apakah faédahnja kita hidoep didoenia ini. Atau lebih terang kalau saja katakan: „Apakah maksoednja kita datang didoenia ini?”

Adakah manoesia lahir didoenia ini dengan kesoekaännja sendiri? Atau soeatoe paksaän jang tà dapat ditolak. Kalau demikian halnja, siapakah jang menjoeroeh kita datang didoenia ini? Allah jang mendjadikan seroe sekalian 'Alam?

Kalau begitoe jang sebenarnja, apakah maksoed Toehan mendjadikan kita didoenia ini? Perkara ini adalah penting dalam pikiran saja, dan saja tiada mengetahoei jang sebenarnja. Orang poen banjaklah soedah jang berkata. Seorang berkata begini, seorang berkata begitoe. Masing masing tà ada jang dapat memberi djawaban jang pesti dan terang.

Saja ma'loem jang adinda masih moeda, akan tetapi orang jang 'arif bidjaksana itoe tiadalah selamanja orang jang ber'oemoer. Kalau orang toea kepoetoesan 'akal, sering anak jang ketjil beroléh ichtiar. Mengingatkan hal jang demikian itoelah maka saja bertanja sekarang kepada Noer apakah maksoednja kehidoepan manoesia ini diatas boemi ini. Adinda poenja pikiran sendirilah jang hendak koedengar, oléh sebab itoe djanganlah adinda bertanja pada orang lain.

Hari ini telah koemoelai mentjoba-tjoba berhati girang. Dengan teman-temankoe saja tertawa-tawa, asal ada sedikit hal jang loetjoe. Lagoe-lagoe jang riang itoelah koenjanjikan dan mana boekoe jang berisi tjeritera jang aneh-anéh, itoelah koebatja kalau saja sempat.

Akan tetapi bila saja doedoek sendiri sahadja dan kalau saja termenoeng memikirkan perboeatankoe itoe sekalian, adalah dia itoe semoea seolah-olah pekerdjaän orang doengoe, jang tiada mengatjoehkan apa jang terdjadi sekeliling dia. Penjakit jang lama itoe timboellah dari hati jang lemah itoe. Air moekakoe poen bertoekarlah sebagai mendoeng diwaktoe siang. Koelit dahikoe poen berkeroetlah sebab memikirkan hébatnja sengsara jang menimpa sesama kita manoesia. Maka saja poen moelailah membilang segala doeka tjita dan ketjiwa jang koeperoléh didalam hidoepkoe. Separoeh pedih loeka hatikoe masih terasa oléhkoe, meskipoen soedah berhoen-tahoen lamanja.

Akan tetapi bila koebandigkan sengsara jang koerasai degan nasib sesamakoe manoesia jang lebih malang — lagi mereka tiada sedikit bilangannja — maloelah saja akan dirikoe sendiri. Soeara koedengar dalam hatikoe: "Tjih, tiadalah engkau maloe mengeloeh demikian itoe. Tengok saudaramoe jang banjak itoe. Sehari ini sahadja soedah empat orang peminta-minta laloe dihadapan roemahmoe. Jang pertama orang boeta, jang kedoea orang loempoeh, sehingga ia didoekoeng orang dari sana sini kalau mintak sedekah oentoek nafkahnja. Jang ketiga dan keempat ja'itoe seorang perempoean dengan anakuja jang lagi menjoesoe. Si iboe koeroes dan poetjat. Dadanja kempis dan roesoeknja kentara. Air soesoe jang diminoem anak jang koeroes itoe koening roepanja, karena si iboe jang malang itoe makan sehari, tà makan doea hari. Hati remoek redam memikirkan nasib meréka itoe dan anaknja jang sebidji itoelah jang lebih meremoekkan kalboenja."

Benarlah soenggoeh, ja adinda, banjak lagi saudara kita jang melarat didoenia ini. Keloeh meréka itoelah jang haroes lebih dahoeloe didengar dan diperhatikan.

Doeka nistapa jang menimpa
Hati kita jang sengsara
Keloeh kesah beroelang-oelang
Menghimpit diri selaloe malang
Akan tetapi soenggoehpoen demikian
Beloemlah dia seiitik air dilaoetan
Kalau dipikir dibandingkan
Dengan orang lain empoenja kamelaratan.


Ja adinda Noer, sekarang ma'loemlah saja apa artinja doekatjita itoe. Seloeroeh pendjoeroe doenia ini dikoendjoengi doekatjita. Tiadalah soeatoe benoea atau negeri jang tiada ditempati sengsara. Astana radja, roemah orang kaja, pondok teratak si miskin semoeanja mengenal doekatjita. Hatikoe jang lemah ini poen kerap kalilah mengeloeh memikoel sengsara.

...O, sengsara, tiadalah engkau jang menakoetkan saja, tiadalah moekamoe jang mendahsjatkan hatikoe! Kelemahan hatikoelah jang memberatkan penanggoengankoe itoe. Boekanlah doeka nista koeminta soepaja didjalankan Tochan; dan boekanlah soeka dan ria jang diingini hatikoe. Kekoeatan hati itoelah jang koetjahari, itoelah jang koeminta.

O, sengsara, engkaulah jang memenoehi hatikoe, engkaulah jang mendjadi handai tolankoe dan englah jang memberi makanan bagai hatikoe jang lapar itoe. Karena padamoelah saja beroléh kodrat jang mengoeatkan diri sahaja dalam kehidoepan jang fana ini.


Tengah saja menoelis ini hoedjan jang lebat itoe soedah tedoeh. Seloeroeh lorong dan djalan besar sepi roepanja karena malam soedah djaoeh. Awan jang tebal dan kalam itoe telah hantjoer bertoekar mendjadi hoedjan menjirami moeka boemi jang dahaga itoe.

Saja memboeka djendélakoe laloe memandang keloear. Langit jang sebagai koeali lébar itoe tedoeh dan hening, dihiasi bintang jang gemerlapan itoe. Hatikoe ragoe memandangnja; dalam telinga saja, saja mendengar soeara jang sajoep-sajoep; demikian boenjinja:„Djanganlah engkau menjangka akoe sebagi moesoehmoe. Roepa saja boeroek dan hébat. Soearakoe dahsjat. Akan tetapi maksoedkoe soetji dan moelia. Akoe menoendjoengi manoesia itoe dengan bermaksoed jang soetji dan moelia djoega. Adapoen pekerdjaänkoe akan roesaha soepaja hatimoe soetji dan moelia djoega. Lihatlah langit itoe. Tadinja lain sekali roepanja. Awan jang hitam itoe boeroek dipandang mata dan soeara halilintar itoe dahsjat didengar orang. Akan tetapi setelah hoedjan toeroen dan tedoeh, langit itoe poen djernih dan moelia dipandang mata. Insaflah engkau akan perkataankoe itoe dan peganglah dia benar-benar dalam kalboemoe."

Ja pengadjaranmoe itoe benar sekali dan saja ta'kan meloepakan dia sampai hari adjalkoe", sahoet saja. ,,Akan tetapi siapakah engkau ini? Nabikah engkau, atau orang aloeskah?" tanja saja dengan gembirakoe.

,,Beloemkah engkau mengenal akoe? Akoelah,,sengsara itoe dan pekerdjaankoelah jang soetji dan moelia itoe", sahoet soeara itoe.

Ditepi langit jang biroe itoe, pada sebelah selatan, melajang seboeah bintang, sebagai anak panah roepanja.

Perlahan lahan saja menoetoep djendéla kamarkoe itoe, soepaja orang tetangga jang lelap itoe djangan terganggoe dalam tidoernja. Soenggoehpoen demikian djendela itoe mengeretak djoega, karena djendela itoe dari bamboe dan éngselnja poen boekan boeatan Eropah. Akan tetapi soeara keretak-keretik itoe adalah merdoe dalam telingakoe.

Malam itoe saja tidoer dengan njenjaknja dengan tiada terganggoe oléh mimpi atau soeatoe apa jang lain. Mendjalang matahari terbit saja dibangoenkan soeara boeroeng jang menjanji dengan merdoenja itoe dipohon djohar dan kenari jang menedoehi djalan raja kota besar itoe.

Adinda Noersia, kalau saja dapat mengerdjakan apa jang koekehendaki, tentoe soerat ini tiada lambat adinda terima. Dahoeloe keraslah maksoedkoe hendak menoelis soerat bagai adinda sekoerang-koerangnja doea kali seminggoe. Sekarang telah sepoeloeh hari liwat, baharoelah ini saja menoelis soerat. Itoe poen boekan boeatan beratnja tangankoe ― sebenarnja hatikoe ― memegang tangkai péna itoe dan perkataan dan kalimat-kalimat jang koetoelis itoe adalah serba djanggal. Perkataän anak jang ber'oemoer enam tahoen adalah lebih terang dari pada sekalian jang akan saja tjeriterakan kepada adinda.

Kalau adinda bertanja apakah sebabnja jang demikian itoe, soesahlah bagikoe mendjawabnja. Adalah roepanja dalam hati manoesia itoe tiada tetap keadaännja. Kalau engkau pandang langit itoe pagi-pagi nampaklah dimatamoe awan jang tenang serta dengan poetihnja menoetoep langit itoe. Disana sini, dimana-mana jang tiada berawan-awan, kelihatan moeka langit jang biroe itoe, indahnja diwaktoe pagi itoe. Kalau engkau mengangkat matamoe diwaktoe tengah hari keatas, soedalah djaoeh bertoekar moeka langit itoe. Awan jang tenang itoe dihemboeskan angin dengan tjepatnja; adalah dia seolah-olah air soengai jang mengalir dengan derasnja. Warna jang poetih itoe tiadalah lagi menjedapkan mata, karena silaunja. Langit jang hidjau itoe poen soedah poetjat roepanja sebagai moeka anak gadis jang merana. Apabila hari malam lain poela roman langit itoe. Disebelah timoer dan bagian jang berwatas oetara dan selata penoeh awan jang bergoempal-goempal, agak kehitaman roepanja; nampaknja, sebagai moeka perempoean jang doedoek berdoeka tjita sebab kehilangan soeami. Tengoklah pinggir langit disebelah barat jang menjenangkan pemandangan mata karena disana roepa awan itoe sebagai emas dileboer.

Dalam hati kakanda poen adalah berobah-obah halnja. Kadang-kadang mendoeng, sebagai orang jang berdoeka tjita. Terkadang bergirang hati sahadja,sebagai orang jang beloem pernah merasa soesah. Sering saja doedoek terpekoer memikirkan apakah jang menjebabkan perobah-obahan itoe dalam hatikoe. Terkadang adalah disebabkan saja selaloe memikirkan jang akan datang. Terkadang disebabkan saja selaloe bersoesah hati mengenangkan malang jang menimpa saja pada waktoe jang soedah lewat.

Kalau adinda mendengar perkataankoe itoe djangan adinda mentertawakan saja. Memang kelakoean jang seroepa itoe seperti perboeatan orang bebal. Tiadalah goenanja kita doedoek bersoesah hati memikirkan keroegian kita; lebih baiklah kita meloepakan dia dan beroesaha teroes. Maka dengan djalan jang demikian dapat kita menoetoep keinginan itoe. Orang jang 'arif bidjaksana poen ta'kan maoe menjoesahkan hatinja karena memikirkan barang jang akan datang. Seorang poen ta' dapat mengatahoei degan pastinja nasibnja kita jang akan datang.

7 Juli

Barangkali adinda bersangka saja loepa meneroeskan kesah kehidoepan si Ani, anak gadis itoe, jang telah bertoeroet-toeroet saja tjeriterakan dalam soerat-soerat kakanda itoe.

Akan memnoehi djandji saja itoe baiklah koemoelai meneroeskan tjeritera itoe.

Dipinggir djalan, dibawah pohon asam Djawa si Ani tertidoer sendirinja, karena tiadalah dapat ia menahan lelahnja itoe. Apa jang terdjadi dalam waktoe itoe, tiadalah terang di-ingatnja adalah dia sebagai bermimpi. Sesoedah hari siang dan ia sadar betoel akan dirinja, adalah ia dalam seboeah roemah pondok. Dimana tempataja tiada diketahoeinja dengan njatanja. Ia berdjalan keroemah ini, di-ingatnja. Ada lagi temannja doea orang perempocan. Mereka itoelah jang mengadjak dia. Tetapi itoe sekaliannja tiadalah terang lagi dalam ingatannja, adalah dia itoe sebagai mimpi dalam ingatannja, adalah dia itoe sebagai mimpi dala hatinja.

Sedang ia doedoek berpikir-pikir mengingat-ingat segala perdjalannannja, ia poen terkedjoet mendengar soeara seorang perempoean jang menanja dia, atau ia hendak mandi. Perempoean itoe 'beloem toa, moekanja koeroes sedikit. Ia melihat perempoean itoe degan herannja.

,,Dimanakah saja sekarang, apakah nama kampoeng ini?” bertanja si Ani dengan bingoengnja,

Kau memang diroemah ini”, sahoet perempoean itoe. Ia tersenjoem melihat moeka si Ani jang bingoeng itoe. Kemoedian ia berkata perlahan-lahan: ,,Tiadakah kau ingat lagi kau datang disini semalam?”

,,Ja, tetapi ada temankoe doea orang jang mengadjak saja. Dimanakah mereka itoe?” tanja si Ani.

,,Lagi tidoer. Sebentar engkau nanti melihat reka itoe, marilah kita sama-sama mandi”, djawab perempoean 'itoe.

Soearanja lemah lemboet, moekanja poen ramah. Si Ani menoeroet dia berdjalan dari pintoe belakang menoedjoe soemoer jang tiada djaoeh dari roemah itoe. Hatinja masih penoeh waswas dan ketakoetan. Akan tetapi bila “diamat-amatinja moeka temannja itoe, waswasnja itoe berkoerang dan ia menaroeh pertjaja kepada temannja itoe.

Waktoe ia melekatkan pakaiannja setelah habis mandi, maka ia poen teringatlah akan wangnja itoe. Ia berlari lari melihat tempat tidoernja, kalau kalau ada terletak disana. Akan tetapi soeatoepoen tiada diperoléhnja. Kain badjoenja jang diboengkoesnja itoe djatoeh berserak-serak ditanah. Ia menangis mengingatkan oeang jang ditjaharinja dengan soesah pajah itoe.

,,Toetoep moeloetmoe jang lebar itoe, orang lagi tidoer” boenji soeara-orang dari kamar jang lian.

Ia terkedjoet mendengar soeara orang jang marah itoe. Tiada berapa lama antaranja maka perempoean temannja mandi itoe poen poelanglah. Si Ani mentjeriterakan wangnja jang hilang itoe. Ia poen menangis. Temannja mengerti akan segala perboeatan teman-temannja seroemah itoe. Akan tetapi tiadalah ia maoe mentjeriterakan itoe kepada si Ani, karena tá ada goenanja. ,,Diamlah Ani, djangan menangis. Apakah goenanja engkau menjoesahkan barang jang soedah hilang itoe”, katanja dengan soeara jang menaroeh kasihan menghiboerkan anak gadis itoe.

Ragoe pikiran si Ani memikirkan halnja itoe. Wang jang diperolehnja dengan soesahnja itoe hilang dengan 'adjaibnja. Roemah jang ditempatinja tiada dikenalnja, demikian djoega orang jang menhoeniinja. Ia heran poela melihat orang itoe prempoean sekaliannja, masih moeda, tetapi semoeanja ta ada jang berlakoe manis. Ketjoeali perampoean jang seorang itoe, temannja mandi itoe. Akan tetapi perempoean itoe tiada moeda lagi roepanja, doea poeloeh lima tahoen soedah lebih. Dialah jang paling toea dalam roemah itoe, tetapi perempoean jang lais itoe tiada menjegani dia.

Hari soedah tinggi, tetapi si Ani beloem makan soeatoe apa. Dalam roemah itoe tiadalah beratoeran. Masing-masing dengan soekanja. Masing-masing makan sendiri ja'ni makanan jang dibeli mereka itoe dari pada orang jang djoealan jang mendjadjakan djoealannja. Ada jang membeli nasi petjal, ada jang membeli pisang goreng, ada jang membeli nasi oelam dan ada poela jang membeli roti. Masing-masing dengan soekanja.

Tengah mereka itoe makan dengan riboetnja, si Ani doedoek tepekoer diatas balai-balai diroesoek roemah itoe. Seorang poen tak ada jang mengadjak dia makan itoe. Soerdjima — demikianlah nama perempoean jang berlakoe ramah kepada dia — beloem poelang sampai sekarang. Ia berkata tahadi kepada si Ani, bahwa ia pergi sebentar. „Kalau saja balik”, katanja waktoe hendak berangkat, „nanti kita sama-sama makan barang apa jang koeperoléh. Baik-baiklah Ani Ani tinggal disini.”

Si Ani heran melihat kelakoean segala perempoean jang diroemah, masing-masing berboeat soekanja dan seorang poen tak ada jang: mengatjoehkan dia. Memikirkan boedi Soerdjima poen ia héran poela. Karena tjoema ia sendirilah jang baik pada dia. Melihat moeka jang ramah itoe dan mata jang memandang dengan tenaganja itoe, hatinja tertarik oleh perempoean itoe. Adalah perasaannja melihat Soerdjima itoe sebagai memandang iboenja. Ia héran akan perasaannja, sedang ia beloem berapa lama tjampoer gaoel dengan perempoean ini.

Matahari itoe makin tinggi dan oedara itoe poen makin panas. Perempoean jang diroemah masing-masing mentjahari tempat tidoernja. Ada jang menjanjikan lagoe jang sedih-sedih, ada poela jang bersandau-goerau. Makin lama makin




koerang ramainja, karena meréka itoe tidoer njenjak poela. Roepanja tadi malamnja mereka itoe koerang tidoer.

Si Ani doedoek termenoeng dengan sendirinja. Ia menoenggoe-noenggoe poelang sahabatnja itoe. Meskipoen ia beloem lapar, amatlah inginlah melihat perempoean jang menaroeh hati bagi dia itoe.

„Ani doedoek sendiri disini. Saja lama baroe poelang, ditengah djalan saja bertemoe dengan sahabatkoe, Ia bertanja ini dan itoe, karena telah lama saja bertjerai dengan dia. Lima tahoen soedah”, kata Soerdjima dengan moeka jang ramah, sambil ia mengadjak si Ani bersama-sama masoek kedalam roemah itoe. Ia baharoe datang dan pada tangannja ada makanan terboengkoes dalam daoen pisang.

„Djanganlah kau bersoesah hati, selagi kita séhat, tak akan kita mati kelaparan di Betawi ini. Bagai orang jang maoe kerdja, tiada koerang rezeki didoenia ini.”

Sambil Soerdjima memboeka boengkoesan itoe diatas médja, ia menghiboerkan hati si Ani. Mereka poen makanlah bersama-sama. Nasi doea boengkoes dan ikan kering doea potong. Setelah habis makan, maka, Soerdjima poen berkemaslah akan pergi. Ia melihat moeka anak



gadis itoe heran memandang dia. „Djanganlah Ani takoet. Tinggallah diroemah ini. Saja mesti pegi lagi kerdja, Saja poelang tahadi dari gedong dengan izinnja njonja. Saja datang ini hanja membawa makanan”, kata Soerdjima. Ia mengambil sepotong saboen jang ditaroehnja diperan bamboe roemah itoe. Saboen itoe diberikannja kepada si Ani, seraja katanja: „Ini saboen, tjoetji nanti pakaianmoe jang kotor itoe. Saja poelang nanti poekoel lima sore. Kalau engkau lapar, beli nasi barang sedikit, disini oeang sedikit”. Ia poen memberikan oeang doea belas sen kepada anak gadis itoe.

„Tinggallah dahoeloe, Ani!” katanja. Maka ia poen berdjalanlah tjepat-tjepat menoedjoe gedong tempat ia bekerdja itoe.

Sepeninggal Soerdjima itoe tiadalah mengerti si Ani akan hal orang-orang jang mendiami roemah itoe. Sekalian perempoean jang dalam roemah itoe tidoer dengan senang-sengannja. Pakaian mereka poen bagoes bagoes. Sehabatnja jang seorang itoe ta sempat tinggal diroemah. Haroes pergi setiap hari. Tetapi jang lebih mengherankan dia, ja'itoe kebaikan hati Soerdjima itoe kepadanja. Sering ia bertanja dalam hatinja:” Apakah sebabnja perempoean ini menaroeh hati jang kasihan kepada saja, sedang jang lain-lain itoe tá mengindahkan nasibkoe ?"

Setelah ia pajah memikir-mikirkan hal itoe, ia poen berkata dalam hatinja: ,,Biarlah saja sabar menantikan waktoe jang baik, nanti saja bertanja sendiri kepadanja."

Hari itoe lebih pandjang lamanja pada perasaän si Ani. Kalau orang tiada mengerdjakan soeatoe apa, adalah perasaännja lebih pajah dari pada orang jang bekerdja. Nasi jang dibeli dengan wang doea belas sén itoe poen tiada pada bagai dia mendiaamkan peroetnja jang lapar itoe.

Akan tetapi meskipoen peroetnja lapar, adalah hatinja lebih lapar karena inginnja melihat sahabatnja itoe poelang.

Matahari jang panas itoe soedah miring menoedjoe arah kebarat. Diloear dan didalam roemah bamboe itoe poen panas djoega karena angin tiada mengemboes. Dalam tempat tidoer jang disoedoet-soedoet roemah itoe si Ani mendengar orang jang tidoer itoe mengeloeh karena panasnja. Akan bangoen adalah pada mereka itoe masih terlaloe lekas. Si Ani poen adalah merasa badannja lemah dan malas. Matanja poen soedahlah berat karena hendak tidoer. Diatas balé-balé, diloear, i poen merebahkan dirinja. Sebentar itoe ia tertidoerlah dengan njenjaknja. Pada malam malam jang soedah liwat ia koerang tidoer dan pikirannja poen soedah pajah roepanja, karena mengenangkan halnja jang gandjil itoe.

12 Juli.

Sedang ia tidoer dengan senangnja itoe, maka tempat tidoer jang dalam roemah itoe moelailah bergerak. Orang jang berbaring pada soedoet-soedoet roemah itoe soedah kenjang roepanja tidoer itoe. Masing-masing membalikkan badan- nja; akan bangoen meréka lagi malas, hendak tidoer teroes, mata soedah menolak.

Segala moeka perempoean itoe masam dan bengis roepanja. Adalah meréka itoe sebagai orang peminoem jang sadar dari pada tidoernja. Perasaän jang senang itoe soedah hilang dan badan sekarang lesoe dan malas. Sedjoeroes pandjang lamanja maka meréka itoe poen berdirilah masing-masing meninggalkan tempatnja. Ada jang doedoek dibangkoe serta meletakkan kepalanja keatas médja, ada poela jang menaroeh kakinja diatas serta bersandar pada dingding. Dan ada poela jang pegi minoem memoeaskan dahaganja.

Semoeanja itoe tiada diketahoei si Ani, jang sedang tidoer dengan njenjak itoe. Kalau sekiranja ia mendengar orang-orang jang. soedah bangoen itoe, tentoe ia soedah mentjahari tempat jang aman bagai dia, djaoeh dari hadapan orang jang tak dikenalnja itoe. Seorang perempoean berdiri dekat bale-bale tempat si Ani tidoer, Ia menggojang-gojangkan kepalanja melihat anak itoe tidoer. Dengan bengisnja ia menggontjang-gontjangkan kepala anak jang tidoer itoe. Si Ani terkedjoet seraja melompat. Ia memandang moeka orang itoe dengan herannja. Sepatah doea patah ia mengoetjap perkataan dengan ragoenja. Akan tetapi perempoean jang didepannja itoe tak mengatjoehkan dia. Perempoean itoe mengoesir dia sebagai andjing jang masoek dipekarangan orang. Dibelakang roemah itoe. dibalik seboeah tong besar jang soedah toea, disitoelah ia doedoek mendjaoehkan dirinja dari pada orang jang berlakoe 'adjaib-'adjaib itoe. Disanalah ia doedoek menantikan sahabatnia itoe poelang dengan hati jang sabar.

Dalam pada itoe matahari poen soedahlah hilang menjemboenjikan moekanja. Akan tetapi Sahabatnja itoe beloem kembali djoega.

Dalam roemah itoe makin lama makin ramai Kadang-kadang ia mendengar soeara orang jang bertengkar serta orang jang siboek memakai dan menghiasi dirinja. Soeara saroeng dan kain pandjang jang haloes serta baoe bedak dan minjak wangi memenoehi roemah bamboe itoe. Bagai orang jang tiada mengerti sebagai si Ani, adalah semoeanja itoe amat 'adjaib roepanja. Njonja jang kaja tempat ia bekerdja dahoeloe itoe djarang dilihatnja memakai pakaian jang sehaloes dan bedak jang seharoem itoe. Sekalian hal jang menghérankan dia itoe diperhatinannja benar-benar. Kalau sahabatnja itoe nanti soedah poelang, ia akan menanjakan hal itoe semoeanja.

Maka sedang ia berpikir-pikir demikian itoe maka kedengaranlah oléhnja soeara Soerdjima bertanja temannja kemana perginja ia. Sebagai boedak jang bergirang hati melihat iboenja poelang dari ladang demikianlah girangnja si Ani mendengar soeara sahabatnja itoe. Ia poen berlari mendekap si Soerdjima. Perempoean jang lain-lain itoe memandang perboeatan si Ani itoe sebagai perboeatan orang jang miring otak. „Tjis, seperti anak-anak. Apa kaukah itoe?” kata perempoean jang membangoenkan dia tahadi itoe.

Soerdjima mengerti, apa sebabnja ia didekap anak gadis itoe. Ia tersenjoem seraja mengadjak si Ani pegi mandi bersama-sama dengan dia.

„Saja lambat poelang sekali ini, sekali ini, karena pekerdjaan saja banjak”, katanja waktoe meréka itoe berdjalan menoedjoe soemoer tempat meréka itoe mandi.

Pada perempoean jang seorang ini si Ani menaroeh kepertjajaan. Segala isi kalboenja maoelah ia menoempahkannja dai sekali poen beloem pernah ia melihat perempoean jang menarik hatinja, selain dari pada iboenja jang ditjintaïnja itoe.

15 Juli 1921.


Adinda Noer. Apakah gerangan jang menerbitkan goendah goelana dalam hati manoesia itoe? Apakah sebabnja kita merasa hati jang berat penoeh, sempit. Kadang-kadang adalah perasaän hatikoe sebagai dirikoe ditimpa segoempal timah jang berat. Dadakoe penoeh dan napaskoe sesak. Apakah gerangan dia itoe jang menjoesahkan pikirankoe itoe? Apatah jang menjebahkan hatikoe bimbang? Adakah dia itoe disebabkan perboeatan jang teledor jang koelakoekan pada waktoe jang soedah-soedah? Atau disebabkan saja selaloe berhitoeng jang akan datang? Ja'ni membagi dan mengalikan, menemba dan mengoerangi sekalian jang akan koeperoleh dalam hidoepkoe jang datang. Dimanakah asalnja hal-hal jang 'azaib jang menimpa diri saja itoe? Adakah dia itoe poesaka jang koeperoeleh dari pada orang toea atau nénék mojangkoe, atau badan tempat djiwa bersarang itoekah jang koerang sempoerna? Manakah jang salah? Darahkoe jang koerang sempoerna dalam perdjalanannja pada seloeroeh toeboehkoe atau oerat sjaraf jang membawa perintah dari oetak sendirikah jng salah? Karena ialah tempat perkisaran pikiran itoe.

Lama koepikirkan, akan tetapi tiada koeperoleh kepestiannja. Sebaliknja Noer, hatikoe semangkin ragoe.

Soenggoeh saja bingoeng dan héran. Apakah jang menimboelkan hati goendah koelana itoe? Adakah dia itoe penjakit dari loear jeang menjerang hati kita, atau penjakit dalam diri kita sendiri. Ia timboel sekali-kali akan menjiksa djiwa kita.

Perboeatan jang baik menjenangkan hati, kata orang ’oelama dan hikmat. Sebaliknja perboeatan jang salah menjoesahkan hati.

Inikah dia itoe asal goendah goelanan jang memenoehi hatikoe itoe pada sa’at jang tak koesangka-sangka.

Diantara manoesia jang banjak itoe tiadalah seberapa jang memikirkan: apakah maksoed hidoep kita didoenia ini. Jang kebanjakan tak mengatjoehkan pertanjaän jang penting itoe. Meréka itoe tertawa mendengar perkataän jang seroepa itoe. Tjari kesenangan doenia dan poeaskan nafsoe selama hajat dikandoeng badan. Itoelah pendapatan meréka itoe dan segala oesaha meréka itoe, oeang dan kepandaian, tenaga dan pengatahoean, dipergoenakannja akan mengenjangkan kehendak nafsoenja.

Kalau pekerdjaankoe sehari-hari soedah selesai dan saja terletak pada tempat tidoerkoe hendak tidoer, maka segala jang koekerdjakan pada hari itoe koepikiri perlahan-lahan dari awal sampai achir. Sering saja melihat peboeatankoe jang salah, sedang dahoeloenja saja soedah bermaksoed keras djangan melakoekan jang seroepa itoe. Saja berdjandji poela dengan dirikoe, soepaja saja djangan berboeat poela jang seroepa itoe. Akan tetapi doea tiga hari, seboelan doea boelan, apabila saja terletak hendak tidoer, sambil mengingati perboeatankoe jang soedah pada hari itoe, nampak poela kesalahan jang dahoeloe itoe koekerdjakan poela. Soenggoeh amat sedih!

17 Juli.

Boelan doea belas hari membentangkan tjahajanja, sehingga dewi malam itoe seolah-olah toean poeteri jang baharoe habis berlangir roepanja. Oedara jang memenoehi kota Betawi itoe sedjoek rasanja, djaoeh berlawanan dengan siang jang panas itoe. Djalan-djalan besar soedah moelai sepi, sedang kereta poen tiada berapa lagi jang lintas. Hanja sekali-kali, ja'ni kenderaan jang membawa tempat makan minoem serta bersoeka-soekaan.

Dalam roemah bamboe tempat perempoean jang banjak itoe telah diam. Semoea perempoean itoe soedah keloear menéroeskan djalan jang didjalani mereka itoe, ja'ni djalan jang membawa dia kedalam djoerang jang dalam.

Ani memandang moeka Soerdjima dengan hérannja. Akan tetapi meskipoen jang dipandang itoe mengerti pertanjaan jang dalam hati anak gadis itoe, tiadalah ia berkata barang sepatah kata. Sedjoeroes pandjang lamanja, maka Soerdjima poen mengadjak Ani makan bersama-sama.

Setelah mereka itoe selesai makan, maka Soerdjima poen pergilah doedoek dibalé-balé jang dihadapkan roemah itoe. „Pada malam inilah waktoe jang baik bagikoe mentjeriterakan dia segala hal ihwal jang ada diroemah ini”, pikirnja, „lebih baiklah saja jang moelai, soepaja ia tahoe dan mengerti roepa-roepa bahaja jang menimpa perempoean jang sesat dari pada djalan jang benar". Sedang ia berpikir-pikir demikian maka datanglah Ani dari dalam, laloe doedoek disisi teman sahabatnja itoe. Soerdjima menjanji perlahan-lahan karena keélokan tjahaja boelan itoe. Ia teringat akan hari moedanja waktoe ia anak-anak bermain-main dengan teman sedjawatnja didoesoen tempat kelahirannja. Jang dinjanjikannja itoe poen lagoe jang biasa dilagoekan anak-anak gadis ketika meréka itoe menoemboek padi diwaktoe terang boelan atau sedang menganjam bakoel dan tikar. Ia menjanji itoe dengan soeára jang poetoes-poetoes serta dengan hati jang sedih. Dalam hatinja tergambar sekalian doesoen meréka itoe serta dengan roemah orang toeanja jang telah bertahoen-tahoen ditinggalkannja itoe. Sekalian jang dikenangkannja itoe dinjanjikannja perlahan-lahan. Makin lama soearanja poen makin sedih kedengaran sehingga Ani merasa piloe mendengar Soerdjima menjanji itoe. Air matanja mengalir perlahan-lahan, karena ia poen terkenanglah keroemah orang toeanja.

Tiba-tiba berhentilah Soerdjima menjanji itoe, karena soearanja tá dapat keloear lagi. Sebagai tersoembat rasanja kerongkongannja karena kesedihan hatinja. Ia menangis tersedoe-sedce sambil memeloek si Ani anak jang moeda itoe. Jang dipeloek itoe menangis poela dengan hibanja. Kedoea orang itoe doedoek bertangis-tangisan dibalé-balé jang dihadapan roemah bamboe itoe, sedang boelan jang permai itoe memantjarkan tjahajanja diseloeroeh 'alam jang lengang itoe.

„Ja, mèmang nasib manoesia itoe berbagai-bagai", berkata Soeardjima, setelah meréka itoe selesai bertangis-tangisan.” Dan saja harap engkau beroléh nasib jang baik; djangan seroepa saja ini. Itoelah pengharapankoe. Akan tetapi kalau koepikir betapa soesahnja dinegeri jang besar seperti Betawi ini dan bagaimana besar bahaja jang mengantjam kita perempoean jang haroes bekerdja oentoek kehidoepannja, hatikoe amat bimbang. Banjak laki-laki menjangka bahwa memang atoeranja — kalau meréka itoe berahi pada seorang perempoean bangsa ketjil seroepa kita ini — meréka itoe berboeat sesoeka-soekanja. Faédah perempoean itoe akan menjenangkan meréka itoe, demikianlah persangkaännja. Kita perempoean golongan jang miskin ini tiada menaroeh soeatoe apa. Akan tetapi mentjari makan, haroeslah kita mendjoeal tenaga kita. Dimana tenaga kita lakoe, kesitoelah kita pegi. Orang miskin golongan kita soedah tentoe tá mempergoenakan tenaga kita, karena itoelah kita pergi bekerdja diroemah orang jang berada, roemah orang jang kaja-kaja. Hal jang demikian itoe soedah tentoe tiada moedah bagai perempoen jang masih moeda Sedang paras jang bagoes adalah bagai dia mendjadikan kesoesahan jang bertipat ganda. — Ani, itoelah jang menaroeh hatikoe bimbang melihat kau. Itoelah sebabnja saja menjangka bahwa nasibmoe tiada djaoeh berlainan dibelakang hari dari pada nasib jang soesah koeperoleh."

Dari djaoeh kedengaran boenji gamelan. Soeara jang sedap dan merdoe itoe berboenji berombak-ombak memenoehi oedara jang sedjoek itoe. Kedoea orang perempoean itoe doedoek termenoeng-menoeng, masing² dengan angan-angannja. Soerdjima terkenang akan nasibnja sedjak dari ketjilnja. Betapa sengsaranja perempoean rendah — artinja orang kebanjakan — jang mendjadi korban nafsoe laki-laki, telah dirasainja, dan sampai sekarang masih terasa lagi oléhnja. Meréka itoe — golongan laki-laki ini — merasa dirinja lebih koeat dan lebih bertenaga. Maréka itoe orang berada, menaroeh oeang dan harta. Diloear dan dalam roemahnja meréka itoe mempoenjai kekoeasaän, jang diperoléh meréka itoe karena tipoe moeslihat dan pengaroeh kekajaän meréka itoe. Sedang 'adat poen — artinja pikiran orang banjak selaloe meringankan boesoeknja kedjahatan meréka itoe. Ja, kadang-kadang memoedahkan mereka itoe berboeat salah. Kalau boeroek baiknja kesalahan ini oentoek meréka itoe beloem seberapa. Tetapi kesalahan jang diperoléh mereka itoe adalah semata-mata menimpa kami péhak perempoean, ja'ni péhak perempoean orang kebanjakan. Kehidoepan kami tiada lain dari pada makan gadji, djadi koki, baboe, koeli. Soedah tentoe kami terpaksa bekerdja ditangan mereka itoe, karena disanalah kami dapat menoekarkan tenaga kami dengan oeang, jang bergoena oentoek pembeli barang kehidoepan kami. Kalau ada diantara kami perempoean jang moeda dan bersih dan ia menaroeh ingin pada perempoean jang seroepa itoe, hampir tiadalah soeatoe apa jang menghambat maksoednja jang sérong itoe, sedang paksa jang baik akan menjampaikan jang diinginkannja itoe selaloe diperoléhnja.

Sedang Soerdjima berkenang-kenang demikian, ia bertanja dalam hatinja: „Adakah hal jang sedih dengan kehendak Toehan jang mengatoer perdjalanan nasib segala jang ada ?

„Moestahil”, djawabnja dalam hatinja, „karena kehendak Toehan tiada lain soepaja manoesia itoe hidoep didoenia senang dan sentosa.”

„Kalau demikian, perboeatan siapakah itoe?” bertanja poela soeara jang lain dalam hatinja. „Perboeatan manoesia sendiri, jang selaloe meroesakan, sekalian jang diatoerkan Toehan oentoek keselamatan itoe”, djawab soeara jang lain.


„Kalau demikian adalah salahnja péhak perempoean? Siapakah jang bersalah besar dalam hal itoe?”

„Perempoean bersalah djoega, meskipoen tiada seberapa. Jang bersalah besar jaitoe laki-laki; meréka itoe patoet beroléh hoekoeman jang seberat-beratnja. Adalah kesalahan meréka itoe lebih lagi dari pada kesalahan radja, jang mengambil roemah dan sawah seorang djanda dengan paksa, karena radja itoe hendak melébarkan taman boenganja, tempat ia bersenang-senang. Radja itoe dapat melakoekan soekanja, karena ia radja jang memegang koeasa, sedang djanda jang miskin itoe tiada dapat mempertahankan haknja, karena ia hina dan dina.”

„Kalau demkian,” bertanja soeara jang lain”, dimanakah” Toehan seroe sekalian 'alam si pelindoengi orang lemah dan ketjil, si penghoekoem orang jang djahat dan bengis?”

Soerdjima termenoeng......termenoeng djoega. Tetapi soeara jang lain itoe tiada menjaoet lagi dalam hatinja.

25 Juli.

Adinda Noer jang koetjintja.

Minggoe jang laloe saja pergi ke D. akan menjegarkan badan saja. Empat hari lamanja saja dalam penjakit. Di D. saja bermalam diroemah engkoe........” Boekan main ramahnja orang itoe, laki bini. Anak meréka itoe séhat serta tamboen badannja. Ja, Noer tiadalah barang jang lain didoenia ini jang lebih berharga dari pada anak bagai orang toea. Siapakah dapat mentjeriterakan kegirangan si iboe melihat anak jang dilahirkannja.

Pada soeatoe petang saja doedoek dikamarkoe menghadap djendéla jang terboeka. Hoedjan kilat memantjar sekali-kali, ditoeroeti goeroeh jang berpoetar-poetar.

Saja doedoek penoeh dengan kenang-kenangan. Matakoe memandang keloear melihat roempoenan bamboe jang mendjadi permainan angin jang kentjang itoe. Apabila angin itoe menghemboes dengan kerasnja, pohon bamboe jang tinggi itoe meroendoek menoedjoe arah angin itoe. Demikianlah pohon bamboe itoe dihempas-hempaskan angin jang keras itoe. Akan tetapi setelah angin tedoeh, ia poen kembali berdiri. Dengan djalan demikian dapat ia menahan pertjobaan itoe, ja'ni angin riboet jang beroelang-oelang itoe. Ia tiada binasa karenanja, hanjalah daoennja jang djatoeh bertaboeran.

Hoedjan jang lebat itoe berhenti, angin jang keras itoe poen tedoeh. Saja pergi keloear. Matakoe melajangkan pemandangan berkeliling tempat jang soenji itoe. Pohon serta toemboeh-toemboehan mendjadi hidjau serta moeda roepanja. Hoetan dan beloekar, sawah dan ladang, lembah dan boekit beroléh kesegaran; amat sedap dipandangmata.

Adinda Noer, boekanlah demikian djoega halnja kehidoepan kita didoenia ini; rohani kita bertambah koeat, apabila pertjobaan itoe telah selesai.


BAB JANG KETIGA

27 Juli.

Adapoen saja menoelis soerat ini tiadalah sebab kakanda hendak memaʼloemkan kepada adinda soeatoe kabar jang penting atau hal kakanda jang amat perloe. Pertemoeankoe dengan seorang bapak toea dan miskin itoelah jang menjedihkan hati kakanda ini. Dan segala perasaankoe jang timboel pada waktoe itoe, itoelah jang menggerakkan djarikoe menoelis soerat jang tiada sepertinja ini, agar soepaja adinda dapat mengatahoei apa jang terdjadi dikaboelkan ini dan toeroet merasa sekalian pemandangan jang menggerakkan hati kakanda ini.

Barang maʼloemlah adinda Noer, tiadalah emas dan pérak atau soetera mastoeli boeah tangankoe kepada adinda. Segala perasaan, hal-hal jang menggerakkan hati kakanda itoelah selaloe koepaparkan dalam soerat kakanda. Batja dan perhatikanlah itoe. Dengan djalan demikian dapatlah adinda kelah berbesar hati menerima pemberian saja itoe. Dan haraplah saja adinda djanganlah loepa, berapa soesah pajah sahaja akan mengoesahakan dirikoe, soepaja karangankoe ini terang dan moedah, soepaja dapat dipetik pembatja boenga jang wangi jang tersoenting dalamnja itoe.

Banjak orang mengamat-amati karangan boenga dengan soekatjitanja. Ia memoedji-moedji keindahan goebahan boenga itoe. Banjak poela orang, apabila ia melihat barang jang demikian, tiadalah ia mengindahkan keélokkan perboeatan toekang goebah jang permai itoe.

Kegemarannja ja'ni mentjahari koerangnja pekerdjaan itoe dan mentjela sedapat-dapatnja. Orang jang menghargakan oesaha dan djerih pajah toekang goebah boenga itoe tiadalah banjak bilangannja. Kalau meréka itoe memperhatikan, betapa toekang itoe menjoesoen tangkai boenga itoe, betapa ia memperhatikan warna dan letaknja sesekoentoem boenga, soepaja goebahannja itoe mendjadi barang jang memberikan pemandangan jang sedap dan soetji, soedah tentoe bertambah banjaknja boeah oesaha orang ditengah-tengah bangsa kita.

–––––––––––

Hal jang akan saja tjeriterakan itoe demikian roepanja.

Tahadi soré waktoe saja hendak poelang keroemah, saja berdiri didjalan Mataraman menonggoe trém. Kalau orang menoenggoe soeatoe apa, adalah ketika itoe lama dari biasa rasanja. Oléh sebab itoe saja berdjalan poelang balik, akan tetapi tiada djaoeh dari halté, tempat perhentian tram itoe. Orang jang hilir moedik, keinderaan jang laloe lintas didjalan besar itoe tiadalah jang menarik hatikoe. Karena semoeanja itoe boekanlah dia barang jang gandjil dalam matakoe. Roemah-roemah gedong jang ditepi djalan itoe poen tiadalah barang jang baharoe dimatakoe; roemah jang bagoes-bagoes dikota jang besar adalah sebagai biasa sahadja pada pemandangankoe.


Sedang saja berdjalan hilir moedik perlahan-lahan, nampak pada matakoe seboeah roemah ditepi djalan raja itoe djoega. Dari djaoeh tahoelah sahaja bahwa roemah itoe tempat mendjoeal tjandoe, karena papan tergantoeng dimoeka roemah itoe terang hoeroefnja. Roemah itoe kotor dipandang mata, tjatnja poen malap, tiada sebanding dengan roemah jang disekeliling tempat itoe. Soeram dan sebagai berkaboet roepanja roemah itoe, seolah-olah tiada dihoenii orang. Boekan orang sipengisap madat jang hilang tjahaja moekanja roemah tempat madatpoen koerang djoega serinja.

Sampai dihadapan roemah itoe saja melihat doea orang tjina dan seorang orang boemi poetera berdiri dihadapan lokét itoe. Saja mengamat-amati maka orang itoe masing-masing waktoe meréka itoe meninggalkan tempat roemah pendjoealan tjandoe itoe. Melihat roepa pakaian dan gaja-gajanja orang. jang keloear pertama itoe toekang kajoe roepanja. Melihat air moekanja dan djalannja beloemlah badannja roesak oleh madat itoe, Akan tetapi bagai orang jang awas, kentara djoega jang ia korban ratjoen jang djahat itoe.

Jang kedoea keloear poela. Badannja koeroes dan tinggi. Djalannja tjepat. Pada taksirankoe ia koeli.

Orang jang ketiga. Ia masih berdiri pada loket itoe, seraja menahankan tangannja keatas papan tempat orang meletakkan oeang pembeli tjandoe itoe. Doea tiga kali ia batoek dan ia memandang kemedja tempat madat berarakan itoe. Setelah ia beroleh tjandoe itoe, ia poen berdjalanlah keloear. Kakinja gemetar dan djalannja tiada tetap lagi.

Orang jang doea tahadi poelang dengan moeka jang riang, akan tetapi orang ini adalah amat berlainan roepanja. Pakaiannja poen amatlah mesoemnja. Barang siapa jang melihat orang toea ini, tentoe ia akan memalingkan moekanja karena kotor dan boeroek roepanja atau hatinja tertarik akan mengamat-amati orang jang tjelaka itoe.

Adinda Noer, boekan boeatan sengsaranja orang toea itoe dipandang matakoe. Sekalian jang ada diloear dan dalam badannja menjaksikan jang demikian itoe. Badannja tinggi dan potongannja tegap. Diwaktoe moedanja tá boléh tidak ia seorang-orang jang bagoes. Bentoek moeka dan kepalanja poen berpadanan dengan bahoe dan badannja jang kokoh itoe. Akan tetapi sekarang soedahlah roesak binasa segala kebagoesan jang ada pada badannja.

Matanja soedah djaoeh masoek kedalam dan tjahajanja soedah hilang, karena bidji mata poetih itoe telah koening nampaknja. Pipinja koeroes dan tjekoeng sehingga toelang hidoengnja tadjam nampaknja. Tangan dan kakinja ketjil dan terlaloe pandjang roepanja, bila dibandingkan dengan badan jang koeroes itoe.

Badan orang itoe soedah boeroek dimata kita, demikian djoega pakaian jang memaloet badan jang sengsara itoe. Meskipoen kainnja belem sompang samping, akan tetapi boekan kotor dan mesoemnja, sehingga amat soesah menentoekannja atau badjoenja itoe kain poetih dan betapa warna tjelananja itoe. Tjorak kain kepalanja itoe poen soedah hilang dipenoehi daki. Péndéknja segala jang nampak pada orang itoe semoeanja mengeloehkan kemalaratan orang toea itoe.

Didjalan besar, sebagai Mataramweg, adalah pemandangan seroepa itoe kentara dimata kita. Oleh karena orang jang laloe lintas diwaktoe siang kebanjakan berpakaian rapi dan bagoes. Maka pemandangan jang seroepa itoe amatlah menggerakkan hati. Hiba dan sedih, sajoe dan rajoe persaankoe melihat peroentoengan manoesia jang seroepa itoe. Saja berdiri termenoeng melihat orang toea itoe berdjalan perlahan-lahan, makin lama makin djaoeh.

Trém lintas dengan hiroeknja dan saja terkedjoet dari kenang-kenangankoe. Hatikoe bimbang, Poelangkah saja dengan trém ini, atau koekedjar orang toea itoe akan berkata-kata dengan dia sekadar bertanja halnja barang sedikit.

Meskipoen badan dan pakaian orang-orang miskin, sebagai peminta-minta ditepi djalan, kotor dan djidji mamta, akan tetapi seringlah kita tertarik pada meréka itoe dengan sesoeatoe kekoeatan jang menarik kita itoe dan kita pegi djoega dengan tiada mengindahkan orang jang sengsara itoe, adalah kita merasa diri kita sial dan hati kita berat sebagai orang jang beroetang.

„Pak hendak poelang kemana?" kata saja menegoer orang toea itoe, sesoedah saja berdekatan dengan dia.

la memandang moeka saja dengan sedikit terkedjoet.


„Poelang keroemah", sahoet orang toea itoe, sambil ia batoek doea tiga kali. Ia menjahoet itoe dengan bertambah sedih lagi dipandang mata.


„Roemah pak masih djaoeh dari sini?


„Djaoeh lagi toean". „Dimana? Apa nama kampoeng itoe?"


„Kampoeng Ploempoeng, kira-kira doea pal setengah dari sini."


„Poelang dari mana pak?" bertanja poela saja, meskipoen soedah koelihat dia dipendjoealan tjandoe itoe. Pada penglihatankoe adalah soesah bagai dia menjahoet pertanjaankoe itoe. Oléh sebab itoe saja bertanja poela: „Apa pak moesti saban hari beli madať?".

„Saja" djawabnja dengan soeara jang kesal. Moekanja jang poetjat itoe bertambah moeram, dan padanja terbajang maloe dan kesedihan jang selaloe timboel dalam hatinja.

„Apakah bapak mempoenjai anak dan bini?" tanja saja. Pada soearakoe itoe ia mengetahoei, bahwa saja bertanja itoe boekan sekedar berkata-kata sahadja. Meskipoen soedah koeketahoei ia pengisap madat, boekanlah saja menoendjoekkan hati jang bentji, sebaliknja hatikoe menaroeh piloe melihat peroentoengannja itoe.

„Anak dan bini saja soedah meninggal, toean. Soedah lama," sahoetnja seraja ia memandang kedjaoeh. Matanja jang malap itoe bertambah kilatnja. Akan tetapi tiada berapa lama maka mengalirlah air matanja dari pangkal hidoengnja perlahan-lahan, seolah-olah tiada diketahoeinja. Saja mengerti jang menjedihkan dia itoe. Pertanjaankie tentang anak bininja itoelah Jang bangoenkan kenang-kenangannja itoe. Roepanja peringatan kepada anak bininja itoe soedah lama diloepakannja, karena peringatan pada meréka itoe itoelah roepanja jang meroesakkan dia. Saja mengerti teroes, ia mengisap madat ini karena kesalnja akan dirinja. Maréka jang ditjintainja itoe meninggal semoanja dan dia tinggal sebatang kara. Akan meloepakan doeka, tjita jang berat itoe - roepanja tiada sampai kekoeatan hatinja akan memikoel bala jang menimpa dirinja itoe - ia mengisap madat akan meloepakan perihnja loeka jang dalam itoe.

Akan memestikan sangkaankoe itoe saja bertanja poela:

„Sedjak pabilakah moelai mengisap madat?”

„Sesoedah anak bini saja meninggal, toean.”

„Apa faédahnja pá mengisap madat itoe ?”

„Perloenja tá ada.”

„Kalau demikian apakah sebabnja pak mengisap madat?”

Moekanja jang kering itoe moeram poela. Ia menjahoet serta soéaranja gemeter dan poetoes-poetoes: Djalannja begini toean. Koerang lebih tiga poeloeh tahoen dahoeloe saja kawin. Bini saja amat sajang pada saja. Dia poen amat koetjintai. Lepas tiga tahoen saja beroleh anak laki-laki. Binikoe amat girang beroléh anak itoe, saja poen tá koerang. Adalah roepanja anak sebagai matahari jang memantjoerkan kegirangan dalam kehidoepan laki bini. Saja hidoep beroentoeng sekali pada waktoe itoe. Akan tetapi sebagai sering kedjadian didoenia ini soeka tjita itoe bertoekar dengan tiada disangka-sangka manoesia itoe. Anak saja beroléh sakit tjatjar. Pada waktoe itoe beratoes-ratoes korban penjakit jang djahat itoe, lebih-lebih anak-anak. Anak saja meninggal. Betapa besar doeka tjita jang menimpa kami laki bini, Allah jang mengetahoeinja. Dan sebagai galibnja adalah kematian anak itoe lebih sedih dan piloe bagi tiap-tiap iboe. Amatlah besarnja doekatjita binikoe pada waktoe ito. Beberapa hari ia doedoek menangis, dan ia tá maoe makan. Lebih baik ia mati dan bersama-sama dengan anaknja dalam koeboer, itoe sahadjalah tangisnja.

„Beloem tjoekoep seboelan lamanja binikoe poen diserang penjakit jang ngeri itoe dan ia poen meninggal poela. Apa jang dimintanja itoe diperolehnja, akan tetapi saja........... saja............ tinggal dengan seorang diri.

„Bala jang besar jang menimpa sahaja itoe itolah jang membawa perobahan besar besar dalam hidoepkoe. Disinilah saja mengatahoei besar faédahnja orang jang mempoenjai kawan sehidoepnja. Bagai orang laki isteri itoe dapatlah meréka itoe bersama-sama memikoel malang jang menimpa mereka itoe. Dalam waktoe kesoesahan jang seorang dapat menghiboerkan jang lain dan dengan djalan jang demikian adalah loeka jang parah itoe koerang sakitnja.

„Saja......... saja tinggal seorang diri. Pikirankoe amat melarat. Akalkoe amat gelap apabila saja makin memikirkan kematian anak binikoe. Adalah pada taksirankoe tenagakoe koerang akan memikoel nasibkoe itoe dengan sabar.”

„Tiadakah engkau mengingat Toehan dalam doeka tjitamoe itoe?" bertanja saja.

„Waktoe saja ketjil, koeranglah saja menerima didikan dan pengadjaran tentang Allah. Sebagaimana kata sahaja tahadi adalah gelap ’akalkoe pada waktoe itoe. Saja mentjahari soepaja akal meloepakan hatikoe jang soesah itoe. Dan......itoelah djalannja sahaja makan madat, toean.”

Orang toea itoe mengatakan kalimat jang penghabisan itoe dengan soeara jang kesal. Hatikoe sedih mendengar kesahnja itoe. Tiap-tiap perkataan jang keloear dari moeloetnja tioe koeartii benar dan perasaannja itoe koerasai djoega.

Adinda Noer, melihat air mata jang berhamboeran dari boeloe matanja itoe adalah dadakoe sebagai diiris dengan sembiloe. Kalau saja tiada menahani hatikoe oléh karena maloekoe, maoelah saja toeroet menangis, menangiskan nasib orang toea jang sengsara itoe.

Meskipoen sahaja merasa, bahwa tà perloe lagi bertanja akan kesah kehidoepan orang ini, akan tetapi saja bertanja poela: „Dibelakang hari tentoe pak tahoe, bahasa madat itoe boekan obat jang baik akan meloepakan hati jang soesah itoe?. Mengapa pak tida menghentikan perboeatan jang keliroe itoe ?”

„Ja, sebenarnjalah perkataan toean itoe. Apabila saja soedah mengisap madat dan saja loepa akan dirikoe, amatlah senangnja perasaankoe. Kesenangan ini tiada lama dan apabila saja sadar akan dirikoe, sekalian hal doeloe itoe timboel poela. Hatikoe tambah soesah lagi, dan akan meloepakan dia itoe saja mengambil madat poela. Soedah tentoe akan meloepakan dia itoe saja menganon madat poela. Soedah tentoe makin lama makin banjak, karena adalah perasaankoe semangkin koerang.

„Segala oeang jang koesimpan — saja dan binikoe amat hémat selama kami hidoep bersama-sama — habis dan barang dan pakaian peninggalan binikoe koedjoeal sama sekali akan pembeli madat jang djahat itoe. Dan sekarang saja lebih melarat lagi, sebagai toean liat ini. Badan soedah toea, koeroes dan lemah. Doeit jang peroléh koepakai pembeli madat, dan kalau ada lebihnja baharoelah saja makan.

Akan menjoedahkan hidoepkoe jang sengsara ini, maoet sahadjalah jang koetoenggoe-toenggoe.Soedah beberapa kali hamba mengharap mati akan tetapi sampai sekarang saja masih hidoep djoega. Hidoep sebagai saja ini, adalah sebagai seksa dalam neraka.

„Tjobalah toean pikir. Pekerdjaankoe sekarang memboeat sapoe lidi. Tempat mengambil lidi itoe djaoeh karena pohon enau tiada seberapa disini. Kalau saja dapat memboeat sepoeloeh ikat sapoe sehari itoe soedah banjak. Sapoe itoe koedjoeal diwaroeng, lima sén seboeah. Dari oeang jang sebanjak itoelah saja hidoep. Oentoek madat saja pakai tiga ketip sehari, tjoekoep pembeli semata.”

Ragoe pikirankoe mendengar tjeritera orang toea itoe. Saja berdiri memandang moeka jang koeroes dan tjekoeng itoe. Kalau koelihat keada- an badannja amatlah hibat hatikoe. Toelang-toelang jang tadjam itoe dipaloet koelit jang kering, sedang seloeroeh badannja hampir tà ada lagi daging kelihatan. Kalau dilihat orang jang laloe lalang didjalan besar itoe adalah orang jang malang ini seroepa majat jang berdjalan roepanja.

„Poelanglah pak, hari soedah soré”, kata saja, seraja saja meraba kantongkoe. „Terima kasih toean”, sahoet orang itoe. Ia tersenjoem menerima pemberiankoe itoe, akan menoendjoekkan kegirangannja. Senjoemnja itoe tiada menggirangkan hati, akan tetapi lebih lagi menimboelkan hati kasihan bagai jang melihatnja.

Lama saja menoeroet orang itoe dengan matakoe, sampai ia hilang diantara orang jang banjak itoe. Trém datang dengan hiroeknja. Saja berlari mendapatkan halte, perhentian itoe. Selama saja doedoek itoe tiadalah lepas orang itoe dari pikirankoe. Roemah jang bagoes-bagoes dikiri kanan djalan besar itoe, silih berganti pada pemandangankoe dengan bajang-bajang si bapak jang melarat itoe.

Ja adinda Noer, dapatkah hati jang dangkal. itoe memikirkan segala tamasja jang kedjadian didoenia ini.

9 Augustus.

Tahadi pagi kakanda menerima sepoetjoek soerat. Saja héran melihat ’alamat soerat itoe, karena saja tiada mengenal nama sipengirim itoe. Saja tersenjoem membatja isi soerat itoe. Orang jang empoenja soerat itoe mengatakan pikirannja tentang boekoe karangan saja jang baharoe dikeloearkan Balai Poestaka. Disini saia menjalin soerat orang itoe: „Toean empoenja karangan jang bernama „’Azab dan Sengsara” telah tammat saja batja dalam témpo doea hari. Besar dan girang hati saja melihat keindahan tjeritera itoe. Kiasan jang terkandoeng dalamnja itoe poen koerperhatikan.

Pertama, bagaimana seharoesnja orang toea mengadjar anaknja diwaktoe ketjil. Didikan jang salah amatlah membawa melarat kepada si anak dibelakang hari dan orang toea poen tiada loepoet dari pada kemelaratan itoe.

Kedoea, haroeslah orang hati-hati waktoe mengawinkan anaknja. Si anak djangan dipaksa, karena ialah orang jang menanggoeng sesoeatoe hal jang terdjadi dari pada perkawinan itoe.

Sajang diantara orang kita Boemipoetera beloem banjak bilangannja jang pandai dan gemar membatja kitab-kitab jang berfaedah, bila dibandingkan dengan orang Hindia jang bermillioen-millioen itoe.

Tetapi pada pikirankoe dan saja minta, perkataan jang ada pada halaman 16 baris ke 13 sampai ke 23 dihapoeskan. Jaitoe: „Ja mendekap isterinja.

............(baris jang kedoea poeloeh satoe) dengan moeka jang berseri-seri, menoendjoekkan kesenangan hatinja.” Akan penoetoep soerat ini, saja mengoetjap selamat bagai toean.

Wassalam,

A.

Setelah saja membatja soerat itoe, soedah tentoe dengan segera saja mentjahari perkataan jang haroes dihapoeskan itoe. Kalimat jang koerang pantas itoe koebatja beroelang-oelang dan tiadalah koerasai apa jang dirasai si A itoe. Dengan perkataan jang sepoeloeh baris itoe koetjeriterakan betapa besar oentoeng dan bahagian laki dan isteri dalam peakawinan meréka itoe. Betapa poela perasaan iboe dan bapak kepada anak meréka itoe, anak jang mengokohkan tali perkawinan meréka itoe, jaitoe tjinta jang soetji dan moelia itoe.

Adinda Noer, pada pendapatankoe tiadalah soeatoe apa jang koerang pada kalimat itoe. Maksoed saja poen adalah sekadar meloekiskan kesenangan dan kekajaan kehidoepan orang laki isteri, ja'ni kesenangan dan kekajaan jang tiada diperoleh dengan emas dan pérak. Bagai pembatja jang memperhatikan benar-benar, tentoe ia merasa keindahan gambar jang koeloekiskan itoe. Dan pada pikirankoe adalah kalimat jang sepoeloeh baris itoe kata jang koerang pantas kata si A — soeatoe loekisan jang soetji dalam karangan itoe.

Soenggoeh benar saja tà mengerti apa sebab ia berkata jang demikian itoe. Adakah perkataannja itoe sebagai perkataan jang keloear dari pada nafsoe mentjela pekerdjaan orang, atau disebabkan singkat pengetahoean, jang menjebabkan kita koerang mengerti dan menghargakan soeatoe perboeatan jang bagoes dan sempoerna.

15 Augustus.

Kepala sama hitam, pendapatan berlain-lain, kata pepatah orang Melajoe.

Adakah adinda Noer memikirkan dalamnja arti pepatah itoe. Perkataan jang enam itoe perkataan jang moedah dan soesoennja poen tà soesah. Akan tetapi adakah adinda memikirkan dalamnja pikiran orang jang mengarang pepatah itoe. Adakah ia beroleh pepatah itoe dengan begitoe sahadja timboel dari pikirannja? Padaa pendapatankoe, tidak. Orang itoe soedi merasai betapa banjak ragamnja pikiran manoesia dan amatlah djarangnja pendapatan jang sesoewai.

Mémang demikian halnja. Akan tetapi soenggoehpoen demikian haroeslah bagai kita menghargakan pikiran orang lain. Djanganlah kita tertawakan atau berlakoe marah, apabila pendapatan orang jang lain berlawanan dengan pendapatan sendiri. Siapa jang menghargakan boeah pikiran temannja, dialah orang jang berboedi haloes dan moelia. Orang jang merasa dirinja sebagai dihinakan, apabila orang melawan bitjaranja, adalah itoe tanda pikiran jang dangkal.

–––––––––––

Noer, tahadi sóré waktoe saja menoesoen soerat-soerat jang koeterima, nampak pada matakoe soeratmoe. Dalamnpa engkau berkata: „Apabila adinda perhatikan segala karang-karangan kakanda itoe, tersalah pada saja oesaha kakanda mengoempoelkan kekoeatan kakanda, soepaja si pembatja merasa penanggoengan orang jang kakanda riwajatkan itoe. Kakanda tahoe dan pandai menjoesoen perkataan jang menjedihkan hatikoe. Bagai orang jang koerang mengindahkan nasib temannja sebab kasar perasaannja, kakanda dapat memetjahkan hatinja jang keras itoe, sehingga hantjoer loeloeh perasaannja membatja karangan kakanda itoe.

Kakanda tentoe soedah ma'loem tentang perasaan adinda. Meskipoen pada beberapa tempat karanganmoe itoe gelap pada adinda beloem dapat koeartii — tiadalah kenjang saja membatjanja. Kadang-kadang doea kali koebatja. Tiadalah djarang matakoe penoeh dengan air mata, sehingga hoeroef soerat itoe riboet pada pemandangankoe ba' mana hoetan beloekar. Dadakoe penoeh oléh kesedihan hatikoe dan kerongkongankoe sesak sebagai disepit dengan penjepit besi. Satoe kali saja terletak tersedoe-sedoe pada tempat tidoerkoe dan air matakoe bertjoetjoeran keatas boekoe itoe. Kalau kakanda pada waktoe itoe ada dihadapankoe, tentoe saja menangisi kakanda. Soepaja kakanda melihat air matakoe jang bertjoetjoeran itoe, jang sebagai tanda, betapa adinda menghargakan karangan kakanda itoe. Genaplah lima tahoen kita soedah bertjerai. Pabilakah kakanda datang mengoendjoengi kami sekalian. Apabila saja doedoek dibawah pohon beringin jang diboekit P. itoe, teringatlah saja pada sa'at kegirangan itoe, ja'ni waktoe kita doedoek bersama-sama pada akar beringin jang tedoel itoe, sambil kakanda mentjeriterakan tjeritera jang sedap-sedap. Sekarang kalau saja doedoek sendiri diboekit itoe dan apabila saja mendengar soeara daoen beringin jang gemalai gemalai karena ditioep angin, adalah soeara itoe, pada telingakoe, sebagai berkata: „Ajoehai anak gadis moeda roemanja. Dimanakah anak teman sedjawatmoe itoe. Soedah lima tahoen tà koedengar soearanja jang njaring itoe. Beloemkah poeas ia ditanah rantau itoe? Apakah sebabnja Noer beroleh air mata membatja tjeritera jang koekarang itoe? Barang kali kakanda bertanja. Kalau laki-laki menaroeh sedih memikirkan nasib Mariamin, anak gadis jang roebiah itoe, apalagi saja seorang perempoean. Perasaannja itoe terasa dalam hatikoe dan nasibnja jang malang itoe menghantjoerkan dadakoe, apalagi kalau koeingat bahwa sampai sekarang masih ada diantara kami, anak perempoean jang beroléh kemalaratan jang seroepa itoe.

Akan penoetoep soeratkoe ini, harap saja kakanda djangan menaroeh goesar, kalau saja menjeboetkan disini akan koerangnja tjeritera itoe.

Kalau diambil rata-rata adalah hikajat itoe koerang berisi barang jang menghiboerkan hati si pembatja. Akan tetapi soenggoehpoen demikian, siapa jang membatja boekoe itoe doea halaman sahadja, tà kan lepas lagi pikirannja dari tjeritera itoe sampai tammat, karena api keasjikannja bertambah-tambah waktoe membatja boekoe itoe."

–––––––––––

Adinda Noer, saja tentoe bergirang hati mendengar adinda bersoeka hati membatja karangankoe itoe. Akan mendjawab segala poedjianmoe itoe, tiadalah saja dapat beroleh perkataan. Adakah poedjian akan oesahakoe itoe pada tempatnja, saja serahkan kepada toean. Tetapi adinda Noer tentoe ma'loem jang sahaja beroesaha itoe boekan dengan maksoed soepaja menerima poedjian dari orang.

Tentoe koerangnja isi karangankoe itoe saja perhatikan benar-benar. Akan tetapi soepaja adinda ma'loem, tà ada pada pikirankoe, atau tergerak dihatikoe, akan menoelis roepa-roepa barang jang menghiboerkan hati. Seharoesnja bagai manoesia itoe menjanji dengan soearanja sendiri, akan tetapi djanganlah ia memindjam soeara jang lain, jang lebih merdoe, seperti soeara boeroeng senandoeng.

Saja pandjangkan sedikit lagi.

Bagai orang jang memperhatikan karangankoe itoe tentoe melihat hal ini: hati sedih dan panas, remoek dan girang, bentji dan soeka, rajoe dan gembira, timboel dihati pembatja, dan inilah jang saja oesahakan dengan kepandaiankoe jang masih dangkal itoe. Hoebaja-hoebaja sekalian toean-toean boediman membatja karangankoe jang sahadja itoe memperhatikan segala hal jang terdjadi dilingkoengan bangsa kita jang koerang haroes kita perbaiki, mana jang lebih, sama-sama kita boeang. Karena barang moestahillah bagai soeatoe bangsa beroleh keselamatan jang sempoerna, apabila pergerakan kedoea belah pihak, atau sebelah, dirintangi rantai besi, ja'ni 'adat dan kebiasaan jang tiada senonoh. Akan memperoleh maksoed jang soetji itoe seharoesnjalah masing-masing beroesaha menoeroet tenaga dan kepandaiannja. Oeang dan pengetahoean koeasa dan hikmat, péndéknja apa jang diserahkan Toehan pada kita, haroeslah kita pergoenakan boekan oentoek menjampaikan tjita-tjita diri kita jang rendah itoe, akan tetapi akan menimboelkan kesalamatan segala oemat dan machloek Toehan seroe sekalian 'alam.

Dengan hoeroef jang djanggal inilah saja mengadjak toean-toean djauhari jang boediman. Marilah kita sama-sama beroesaha. Si pemimpin, berdirilah toean, mengoendjoekkan djalan jang haroes ditempoeh; panggil dengan soeara jang njaring meréka jang melaloei djalan kesesatan. Goeroe-goeroe, baik dalam agama dan 'ilmoe doenia, adjar dan didiklah orang jang banjak itoe dengan tjinta dan ichlas hati. Ahli pengarang, gerakkanlah kalammoe jang tadjam itoe menaboerkan benih kemerdekaan badan dan rohani dilingkoengan saudara-saudaramoe. Toekang boenji-boenjian, ambillah seroeling jang soedah lama terletak disoedoet roemahmoe, soepaja kami mendengar boenji boeloeh perindoe jang merdoe itoe. Toekang ketjapi, petiklah ketjapi peninggalan nénékmoe itoe dan bernjanjilah barang sedikit. Lagoekanlah dengan sja'ir hikajat nénék mojangmoe jang gagah dan berani itoe. Soepaja kemashoeran mereka itoe djangan hilang dari pada hati anak kita, soepaja hati gembira itoe timboel lagi didada anak ketoeroenan kita.

25 Augustus.

Adinda empoenja soerat tertoelis pada tanggal 23 Juli kakanda soedah terima. Tentang maksoed Noer akan mempeladjari dan memperhatikan 'ilmoe mengarang amatlah setoedjoe dalam hatikoe. Akan pertanjaan adinda itoe, ja'ni atau adinda dapat dibelakang hari mendjadi orang pengarang, amatlah soekarnja bagikoe mendjawabnja, apalagi memestikan dia. Karena ma'loemlah adinda adapoen kepandaian itoe soeatoe pemberian Toehan adanja. Bagai orang jang tiada beroléh pemberian, tá dapat mempoenjaï kepandaian itoe, meskipoen ia beroesaha benar-benar. Akan tetapi banjak djoega orang — barang kali kebanjakan — jang mengandoeng pemberian itoe dalam kepalanja, akan tetapi ia tiada mendjadi orang karena tiada dioesahakannja akan mempeladjari, menoentoet dan menjempoernakan kepandaiannja.

Akan mengetahoei, atau orang itoe beroléh bibit kepandaian itoe, amat djoega soesahnja. Karena sering kedjadian bibit jang seroepa itce djaoeh tersimpan dalam diri orang itoe. Kadang-kadang pada hari toeanja baharoelah toemboeh benih itoe dengan soeboernja. Pada persangkaan kita orang itoe mempoenjai benih kepandaian itoe, akan tetapi dibelakang hari kepandaian jang kita sangka ada pada orang itoe lajoe perlahan sebagai keélokan karangan boenga.

Oleh sebab itoelah kakanda berkata diatas, bahwa tá dapat saja mendjawab pertanjaan adinda itoe. Akan tetapi Noer djangan salah mengerti dan haraplah saja sebab perkataankoe ini djangan kau berketjil hati. Kalau adinda Noer amat soeka sekali sebagai saja lihat membatja karangan jang indah-indah, adalah dia itoe pada pikirankoe soeatoe tanda jang menjenangkan hati. Kalau benih itoe akan toemboeh soedah tentoe air, poepoek dan panas matahari bergoena baginja. Demikian djoega benih jang ada pada orang itoe. Sekalian orang pengarang adalah meréka itoe pada moedanja amat asjik membatja boekoe-boekoe jang indah-indah isinja.

Dalam pada itoe poen besarlah harapankoe jang adinda Noer beroesaha benar dengan hati jang sabar dan keras. betapakah nanti besar bahagia bangsa kita, bila dari péhak perempoean timboel pengarang jang ternama.

Kalau saja bersoea dengan boekoe jang élokélok, nanti saja kirim kepada adinda. Sementara itoe baiklah Noer memoelai membatja dan memperhatikan: karang-karangan toean ,Abdoe'llah jang mashoer itoe. Kitab ,,Sjair Abdoelmoeloek” itoe amat indah isinja. Kalau saja ta silaf, seorang perempoecan jang mengarangnja, Fatimah namanja. Kalau saja nanti beroléh dia, harplaha adinda beroeleh sja'ir itoe.

Dan.........Noer! Djikalau nanti sa'atnja telah datang, adinda smoelailah mengarang. Apabila? Itoe ta dapat koeketahoei. Adinda Noer sahadjal nanti jang dapat merasa jang demikian itoe.

Malam soedah djaoeh. Baiklah saja pergi tidoer. Karena hari besok soedah sedia menoenggoe kakanda. Dan oentoek “pekerdjaan jang haroes koekerdjakan itoe haroes saja mengoempoelkan tenagakoe.

Terimalah peloek tjioem dari kakanda jang sebatang kara ini. Tolong sampaikan sembah soedjoekoe Kehadirat boenda jang toea itoe.

31 Agustus

Adinda bertanja: ,,Apabila saja “datang mengoendjoengi adinda.

Ajoehai soeratan nasib jang tiada Hapai ditolak! Ajoehai adinda jang. koetjintai. Kaulah jang mendjadi boeah hatikoe, tangkai kalboekoe.Siang mendjadi kenang- kenangan, malam djadi mimpi- mimpian,

Adinda poenja pertanjaan itoe sebagai anak menemboes djantoengkoe. Akan tetapi apa boleh boeat, besar goenoeng Himalaja, lebih besar lagi hal jang merintangi perdjalan kakanda. Ja, Noer sahaja ini orang melarat, melarat dan mengembara. penoeh dengan. tjita- tjitakoe diatas doenia sengsara ini.

Noer, dengan nama Allah jang “maha rahim saja” minta soepaja adinda mengenangkan beta jang malang ini. Selama adinda mengingat saja, tiadalah soetatoe kesoesahan jang terlampau berat bagikoe.

Haraplah benar-benar, jang kita bersoea dibelakang hari. Dan selama ada hajat dikandoeng badan, kakanda, teroes djoega berkirim soerat pada adinda. Akan tetapi, apabila soeratkoe jang bertocroet- toeroet ini poetoes,........... Adinda Noer (lihatlah air matakoe jang bertjoe- tjoeran itoe), itoelah alamat, bahwa njawa kakanda ini soedah: poetoes. Didoenia ini kita tiada bersoea lagi. Tetapi didoenia jang Jain saja menoenggoe adinda.

Apabila Noer bertjintakan kakanda ini, pegilah adinda keatas boekit tempat kita bermain- main itoe, Apabila angin jang lemah temboet, menghemboes dan memboeai-boeaikan ladang dan roempoet, jang menoetoep léréng boekit itoe, djanganlah adinda menoempahkan air mata, karena seboetir air mata adinda jang toempah keboemi, adalah dia itoe menghantjoerkan toelangkoe jang remoek redam dalam koeboeran ditanah asing.

Noer! Noer! kakanda ini anak melarat. Hanjoet melarat, mendjadi permainan ombak wasangka........

–––––––––––

BAB JANG KE-AMPAT

5 September.

Adinda Noer, jang baik boedi. Saja mengoetjap terima kasih akan pemberian adinda itoe. Meskipoen barang itoe tiada mahal harganja, hatikoe girang djoega menerimanja, karena koeketahoei bahwa tangan adinda sendiri jang memeperboeatnja. Pemberianmoe itoe koetjioem beroelang-oelang dan tiga kali koetekankan kedadakoe, keatas djantoengkoe, jang selaloe berdebar itoe, apabila saja mengenangkan adinda.

Soeratmoe jang ringkas itoe poen telah koebatja dengan seterang-terangnja. Akan permintaan adinda soepaja saja meneroeskan tjeritera kehidoepan si Ani itoe, saja penoehi dengan hati jang réla. Adinda bertanja, apakah sebabnja pénakoe sering menjimpang dari pokok tjeritera itoe. Sabar sedikit, djangan menaroch goesar atau hati djemoe. Kalau adinda koeadjak pergi kenegeri Anoe, apakah salahnja kakanda sering berhenti ditengah djalan, ja'ni dengan maksoed memperlihatkan roepa-roepa tamasja kepada adinda, seoempama boenga jang indah-indah, koembang jang sedang mentjahari madoe, oenggas jang berdjenis-djenis. Barang ma'loemlah adinda, banjak lagi hal-hal jang gandjil diantara binatang dan tanam-tanaman, jang mendjadi peladjaran bagi kita. Kalau Noer mengingat itoe, tentoe Noer mengerti apa sebabnja saja sering menjimpang dari perdjalanan tjeritera itoe.

Sekarang baiklah saja teroeskan menjamboeng tjeritera itoe. Batjalah soeratkoe jang tertoelis pada 17 Juli, soepaja terang dihati adinda.

6 September.

Dengan oesaha Soerdjima si Ani beroléh pekerdjaan pada roemah seorang Tjina jang kaja, tiada djaoeh dari pada tempat Soerdjima bekerdja. Pekerdjaan si Ani mentjoetji piring-piring dan menjapoe lantai gedoeng jang besar itoe serta membersihkan segala perabotan roemah, seperti koersi, médja dan lemari jang mahal-mahal. Meskipoen pekerdjaan itoe ringan, akan tetapi oleh karena banjaknja jang haroes dikerdjakannja, amatlah pajahnja ia, apabila poekoel delapan malam poelang keroemah. Gadji jang diperoléhnja tiga roepiah seminggoe. Njonja besar jang kaja itoe merasa bajaran itoe soedah pantas, karena pekerdjaan itoe tiada soesah dan si Ani masih boedak, beloem biasa bekerdja digedoeng. Anak jang bodoh itoe tiada koerang girang hatinja. Karena tiadalah gadji itoe jang dipikirkannja. Sedikitpoen tiada timboel pertanjaan dalam hatinja: „Pantaskah gadjikoe itoe, tjoekoepkah dia oentoek makan dan pembeli kain badjoe?” Orang jang menaroeh pikiran tentoe berkata lagi: „Sebagini dibelandjakan, sebigini haroes disimpan oentoek belandja dihari toeakoe.”

Jang lebih menggirangkan hatinja jaitoe ia pergi dan poelang sama-sama dengan Soerdjima, sahabat jang disajanginja itoe. Amatlah tersangkoet rasa hatinja kepada perempoean jang koeroes dan poetjat itoe. Apakah jang menarik hatinja itoe, tiada diketahoeinja benar-benar; entah disebabkan orang ini mengenal boedinja, atau karena dia merasa nasib jang akan menimpa anak moeda jang masih moeda itoe.

Soedah seminggoe lamanja si Ani bekerdja itoe. Pekerdjaan jang moedah itoe beloem diketahoeinja benar-benar. Kadang-kadang médja ini tiada digosoknja, sedang médja jang lain doea kali dibersihkannja. Ia keliroe dalam pekerdjaannja itoe boekan karena ia selaloe berangan angan. Anak jang bodoh itoe masih bingoeng, apa-lagi kalau njonja itoe mengamat- amati dia bekerdja. Makin banjak ia beroléh perintah, makin bersalahan pekerdjaannja. Berdjalan poen dilantai marmar jang litjin itoe seolah-olah ia tiada pandai lagi; ia sering hendak djatoeh tergelintjir. Apabila ia dibiarkan sendiri melakoekan pekerdjaannja, ia bekerdja lebih rapi dan tjepat, sehingga njonja itoe sering héran. Ia poen mengertilah bahwa anak jang bodoh itoe tjakap djoega, asal dibiarkan ia sendiri. Pengadjaran telaloe banjak, itoelah jang kerap kali menjebabkan anak bodoh, perintah jang sering- sering, memboeat boedjang djadi malas.

Apa bila si Ani soedah selesai menjapoe dan menggosok lantai dengan kain jang basah, baharoelah ia moelai membersihkan segala perabotan kamar-kamar sekaliannja. Pekerdjaan ini amat menggirangkan hatinja. Disitoelah ia beroleh waktoe jang baik mengamat- amati koersi- koersi jang beroekir, bangkoe berboenga air mas, tempat tidoer besar dari kajoe jang hitam dihiasi oekir-oekiran, oempama gambar oelar naga, gambar boerak jang sedang terbang. Meskipoen saban hari ia melihat barang-barang jang indah-indah itoe, tiadalah pernah ia bosan mengamat-amati barang jang mahal dan gandjil itoe. Kalau ia tidoer malam mimpinja gambar jang beroekir- oekir itoe hidoep. Naga itoe berenang dilaoet, dan boeroeng boerak itoe terbang memboeboeng di oedara, sedang ia doedoek dibelakang boeroeng itoe.

Boekanlah bagai si Ani sahadja perkakas roemah itee barang jang gandjil-gandjil, bagi kebanjakan orang jang djarang masoek diroemah orang Tjina poen demikian djoega, karena barang-barang itoe diperboeat dinegeri asing ja'itoe dinegeri Tjina. Orang Tjina tempat si Ani bekerdja itoe seorang toean tanah jang kaja. Semoea jang bergoena dalam roemah tangganja didipakainja barang-barang boeatan negeri Tjina, jang mahal-mahal dan indah- indah.

Diantara segala pekerdjaan itoe menjoetji piring dan gelas itoelah jang ditakoetinja. Takoet ia dipotong gadjinja apabila ada jang petjah. Keringatnja sering mengalir djika ia mengingat halnja diroemah njonja „besar” jang dahoeloe itoe.

Waktoe ia menerima gadjinja jang pertama itoe boekan boeatan soeka tjitanja. Oeang jang tiga roepiah itoe ditekankannja koeat-koeat kedadanja dan matanja basah karena rahmat jang diperolehnja itoe.

Meskipoen ia tiada sembahjang dan mengadji diwaktoe ketjilnja, ia pertjaja djoega kepada Toehan. Bagi tiap-tiap kebadjikan jang diperoléhnja, meskipoen ketjil, tiadalah pernah ia loepa mengoetjap terima kasih dalam hatinja.

13 September.

„Bagi saja tiadalah soeatoe apa kedjahatannja tinggal diroemah ini bersama-sama dengan perempoean jang, banjak ini, tetapi bagi si Ani banjaklah bentjananja. Ia masih anak lagi, pikirannja beloem toea benar. Sebaiknjalah dia meninggalkan roemah ini, soepaja djangan bergaoel lagi dengan orang-orang jang sesat ini.”

Demikianlah Soerdjima berangan-angan dengan sendirinja. Karena meskipoen ia seorang perempoean jang rendah tiada mempoenjai daja dan tenaga, amatlah ia beroesaha menolong sesamanja perempoean, Sedapat-dapatnja ia selaloe menolong meréka itoe. Siapa jang beloem sesat ditolongnja dengan bitjara dan oesaha, soepaja tinggal selamat dalam kemiskinan. Oleh sebab itoe ia mempoenjai handai tolan jang banjak dan namanja terkenal benar di Betawi. Terkenal benar......, boekan terkenal karena kekajaan sebagai orang Arab, atau sebab kabagoesannja seperti melati dari Periangan. Ia kenamaan itoe di Betawi tiada lain hanja diantara orang jang rendah dan miskin, bangsa koeli dan baboe-baboe serta toekang tjoetji, jang tiada sedikit bilangannja.

Apakah sebabnja maka ia dikenal orang jang sebanjak itoe?

Sesoedah ia ber'oemoer, setelah ia merasai kesengsaraan jang diperoléhnja dalam kehidoepannja kemalaratan jang disebabkan manoesia jang pandai dalam tipoe moeslihat akan beroléh maksoednja — setelah itoe ia poen sedarlah akan dirinja. Apa bila dipikirkannja nasib sesamanja perempoean jang beriboe- riboe itoe, apabila dikenangkannja oentoeng malang jang menoenggoe bangsanja jang banjak itoe, maka perasaannja jang haloes itoe tiada lagi membiarkan ia tinggal diam memandang bentjana jang besar itoe, ja'ni bentjana jang disebabkan laki-laki jang koerang sopan. Djaoeh dalam hatinja menjala api belas kasihan kepada saudaranja perempoean jang miskin akan menolong sedapat-dapatnja mereka itoe jang sesat. Menolong dengan 'akal dan ichtiar, oeang dan tenaga. Benar ia sering merasa bahwa melakoekan perboeatan jang baik itoe, oempama menolong orang, tiada selaloe moedah. Banjak rintangan jang diperoleh dari pada orang lain, djangan dikata lagi soesah pajah, apa lagi kalau jang ditolong itoe ia menaroeh hati jang tiada pertjaja kepada kita. Akan tetapi semoea ini tiada diatjoehkan Soerdjima. Semangkin soesah pekerdjaannja, makin bertambah keras hatinja menjampaikan maksoednja itoe. Dan apabila ia telah dapa membantoe seorang perempoean jang sesat dan soedah ditjaharikannja pekerdjaan jang halal oentoek orang itoe, ia poen merasa kegirangan jang semata-mata memenoehi hatinja jang moelia itoe. la girang dan bersoeka tjita, karena pekerdjaannja berhasil jaitoe keselamatan sesamanja manoesia. Itoelah oepah jang diperoléhnja, oepah jang dihargakan tinggi oléhnja. Akan balasan dari pada meréka itoe, Soerdjima tiada mengharap. Tiadalah pernah timboel dalam hatinja soeatoe tjita- tjita akan balasan pertolongannja. Pada pikirannja, adalah kewadjiban bagai tiap-tiap hamba Allah menolong sesamanja manoesia. Orang jang membiarkan temannja dalam bahaja, oranng melihat orang lain djatoeh kedalam kesesatan dan tiada ia beroesaha menolong orang itoe, orang jang seroepa itoe tiada koerang biadabnja dari pada héwan jang tiada mengatjoehkan nasib temannja.

Akan tetapi jang amat menghérankan hati Soerdjima, ialah kelakoean sesamanja perempoean jang berada dan jang dikatakan orang bangsa „sopan”. Meréka itoe mempoenjai kekajaan, sebab ia bertenaga. Mereka itoe perempoean, iboe jang berhati haloes, dan berperasaan tadjam. Akan tetapi meskipoen demikian tiadalah sekali terbit dihati mereka belas kasihan melihat sesamanja perempoean jang sesat. Sebaliknja meréka itoe (perempoean „sopan”) membentjii perempoean jang djatoeh melarat itoe. Kerap kali kalau Soerdjima minta pekerdjaan pada perempoean jang berada dan sopan oentoek perempoean jang lagi ditolongnja, ia beroleh sahoetan jang tiada sedap jang kadang-kadang menjakitkan hatinja. „Akoe tiada maoe menggadji perempoean seroepa itoe. Roemahkoe tempat orang sopan.” ― „Djangan bawa orang jang seroepa ini.” Begitoe-begitoelah perkataan jang diterima Soerdjima dari bangsa haloes itoe. Apabila ia menjahoet: „Benar dahoeloe ia melaloei djalan jang salah, sekarang ia soedah mengenal kesalahannja. Itoelah sebabnja saja mentjarikan pekerdjaan bagai dia. Lagi poela apakah-boeroeknja kalau kita beroesaha memperbaiki orang?”

„Roemahkoe ini tempat orang baik, tempat orang baik dan sopan, boekan tempat memperbaikiki kelakoean orang jang boesoek.”

Mendengar djawab jang seroepa itoe soedah tentoe lebih baik Soerdjimah meninggalkan pintoe roemah iboe jang sopan itoe. Tetapi dalam hatinja adalah orang sopan itoe tiada lebih tinggi dari pada perempoean jang dinista-nista mereka itoe.

1 October.

Djaoeh didalam kampoeng Boengoer, hampir disisi sawah, disitoelah Soerdjama menjéwa seboeah roemah bamboe oentoek tempat tinggal dia dengan si Ani. Seboeah roemah bamboe.......sebenarnja sepétak. Roemah bamboe itoe pandjang sebagai balairoeng dipasar dan dibagi berpétak petak, sepoeloeh roeang banjaknja. Empat roepiah séwanja. tiap-tiap pétak. Dengan djalan demikian orang 'Arab jang empoenja roemah itoe beroléh empat poeloeh roepiah saban boelan hasil roemah jang seboeroek itoe. Akan kesenangan orang jang mehoeniinja si 'Arab itoe tiada mengindahkannja. Soemoer jang dalam dan bersih, tempat boeang air jang sederhana tiadalah kelihatan dipekarangan roemah itoe. Orang jang menjéwanja soedah beroentoeng sekali, kalau tiap-tiap lima pétak beroléh seboeah soemoer dan kakoes. Kedoea tempat itoe, ja'ni kakoes dan soemoer tiada bedjaoehan dari pada masing-masing Dan air soemoer jang soedah dipakai itoe tiada berdjalan ketempat jang lain. Mengalir-mengalir disitoe djoega. Air kotor jang berkoempoel-koempoel ditambahi baoe dibelakang, soedah tentoe amat meroesakkan hawa didalam dan diloear roemah itoe, sedang kamar-kamar roemah bamboe itoe poen tiada beroléh tjahaja jang tjoekoep. Bila orang laloe diwaktoe siang jang terang dihadapan roemah itoe dan orang melihat dari pintoe jang terboeka kedalam, médja balai-balai dan lain-lain perkakas roemah itoe tiada jang kelihatan dari loear sebab gelap selamanja dalam kamar itoe.

Barang siapa jang menoendjoengi kota Betawi, negeri jang besar dan toea itoe, tentoe amat-senang hatinja melihat kebagoesan lorong dan djalan, keindahan roemah dan kantor- kantor jang besar dan tinggi-tinggi. Dari djaoeh kelihatan poentjak- poentjak menara jang tinggi-tinggi, timboel dari oedjoeng kajoe- kajoean jang menaoengi djalan-djalan dan pekarangan gedoeng-gedoeng jang indah-indah. Orang orang jang beriboe-ríboe jang datang setiap tahoen kekota Betawi tiada sadja meréka itoe datang temasa, akan tetapi banjak poela datang akan mentjahari pekerdjaan. Pekerdjaan adalah bermatjam- matjam artinja bagi manoesia. Bagi jang seorang adalah pekerdjaan itoe sekadar djalan akan beroléh makanan, bagi jang lain akan djalan mentjahari harta dan kekajaan, sedang jang seroepa lagi sebagai djalan melakoekan dan menjampaikan maksoed dan toedjoeannja jang moelia. Oeang dan kekajaan boekanlah bagi dia jang haroes ditoentoet dalam doenia ini, akan tetapi adalah dia itoe sekadar memoedahkan daja dan ichtiar akan mentjapai maksoed jang soetji dalam hidoepnja.

Bagaimana deras oeang itoe mengalir dibandar Betawi jang kenamaan itoe, karena dialah poesat perdagangan di Djawa Barat, tentoe dapat diperhatikan dengan mata sendiri. Kantor-kantor oeang (Bank), kantor dagang, toko-toko besar, kepoenjaan orang poetih dan bangsa asing, kaboen dan taman tempat bersoeka- soekaan, roemah batoe jang besar-besar dan bagoes-bagoes, semoeanja itoe menoendjoekkan bagai jang merperhatikannja bagaimana besar kekajaan jang diperoléh ditanah Djawa jang soeboer itoe. Bagi orang jang memperhatikan segala jang dilihatnja, lantas memikirkan apa sebab terdjadi jang demikian itoe. Orang jang seroepa itoe tentoe melihat semoea barang jang indah- indah, jang menjenangkan hati melihatnja itoe, dengan kehéranan hatinja. Mana jasg bagoes dan berharga semoeanja milik asing. Tiadakah orang disini, boemi poetera, bertempat tinggal disini, sebab soeatoe poen tiada kelihatan kepoenjaan mereka itoe, bertanja barang kali orang jang mengoendjoengi kota Betawi. Orang boemi poetera mémang banjak, lebih lagi dari pada doea pertiga dari pendoedoek Betawi. Perhatikaniah berapa mereka itoe diantara sepoeloeh orang manoesia jang toean lihat laloe lintas didjalan-djalan itoe. Tempat tinggalnja? keadaannja? Djanganlah tjahari dia diroemah jang bagoes-bagoes, dilorong jang indah dan terpelihara. Djaoeh dibelakang- belakang gedoeng-gedoeng jang indah- indah tempat kediaman orang poetih dan bangsa asing, dipinggir kali, disisi sawah atau rawa- rawa disitoelah toean melihat tempat kediaman mereka jang beriboe riboe itoe. Orang jang temasa ke Betawi koepersilahkan meréka itoe, selain dari pada mengamat-amati tempat-tempat yang bagoes-bagoes, mendjoengi tempat kediaman meréka jang beratoes riboe itoe, soepaja toean dapat gambar kota Betawi jang sebenarnja. Berdjalan masoek kekampoeng-kampoeng itoe tentoe toean melihat kehidoepan sematjam pangkat manoesia, amat berlainan dari pada orang asing jang berada itoe, ja'ni pangkat orang baik baik; — pangkat orang baik-baik adalah artinja disini boekan kebaikan hati —; roemah tangga dan hidoep pergaoelan meréka itoe banjak béda dan lainnja. Bagai orang jang hendak mengadji keadaan dan hidoep soeatoe negeri, adalah pemandangan roemah tangga meréka itoe mendjadi soeatoe benda jang haroes diperhatikan benar-benar.

Kampoeng, penoeh dengan roemah bamboe jang tiada beratoer, sedang djalan djalannja sempit dan kotor. Roemah bamboe — namanja sadja roemah, sebenarnja pondok teratak; goeboek, kata orang Betawi — jang rapat-rapat, jang tiada memadai keséhatan; didiami orang toea anak beranak, ditambahi sahabat kenalan jang menoempang tinggal. Meréka itoe tinggal ramai-ramai akan mengénténgkan belandja, sedang keséhatan tiada dipikirkan meréka itoe. Hidoep asal hidoep, demikianlah keadaan kehidoepan meréka itoe. Bila hari petang dan matahari jang panas itoe soedah tedoeh, kelihatanlah anak- anak kampoeng itoe berkeroemoen dihadapan pondok teratak meréka itoe. Anak-anak itoe berkoempoel- koempoel serta main dengan ramainja, ditonton, iboe bapa jang doedoek atau berbaring dibalai-balai disisi pintoe roemah itoe. Pada gerak dan tingkah anak-anak jang girang itoe tiadalah kelihatan kemiskinan jang menimpa meréka itoe. Anak-anak tiada bersoesah hati karena makanan jang koerang, atau pakaian jang boeroek; perboeatan jang menjakitkan hati mereka itoelah jang menerbitkan doeka tjita bagi dia.

Dimoeka dan pada roman si orang toea, jang doedoek dibalai-balai itoe, nampak tjahaja kemiskinan jang moeram. Si bapak koeroes dan doedoeknja lesoe. Kekoeatan jang ada dalam badan dan hatinja tiada tjoekoep lagi mengangkat meréka itoe dari lembah kemiskanan kepadang jang terang tjoeatja. Kekoeatan jang tersimpan dalam. dirinja adalah sekadar tjoekoep menambahi kekajaan pangkat jang „baik²”, memperbaiki dan mengélokkan djalan dan lorong-lorong mendirikan roemah dan kantor-kantor, memasang djembatan dan djalan kereta api, péndéknja mengerdjakan segala sesoeatoe apa jang bergoena akan memperbanjakkan harta didoenia ini, harta jang dipoenjai pangkat jang baik- baik. Akan toekaran kekoeatan mereka itoe, meréka beroleh oepah, tjoekoep pembeli nafakah anak bini, pembajar séwa roemah dan pembeli ganti pakaian jang soedah tjabik-tjabik. Si bapa membilang terima kasih, karena meréka itoe beloem pernah diantjam kelaparan.

Pada moeka si iboe kelihatan djoega tjahaja mata jang moeram dan bekas hal kemiskinan jang menoetoep roemah tangga meréka itoe. Tjoema ini bédanja: sebagai biasanja, adalah perempoean itoe lebih sabar dan lebih tahan memikoel sesoeatoe penanggoengan. Sifat jang baik ini selaloe nampak pada air moeka tiap- tiap perempoean. Kekoeatan jang ada dalam badannja soedah tentoe djaoeh koerang, boekan disebabkan makanan jang sahadja dan tempat tinggal jang tiada memadai. Kekoeatan jang hilang tiap-tiap melahirkan anak, kekoeatan jang tiada diganti seri makanan jang mengoeatkan badan, itoelah jang banjak mengoendoerkan badan si iboe itoe. Soenggoehpoen demikian, masih ada algi kekoeatan badannja akan menerima dan melahirkan anak. Anak jang tiada meringankan kemiskinan roemah tangga mereka itoe, tetapi anak jang meneroeskan haloean kehidoepan bapanja, haloean jang diatoer pangkat jang lebih koeat, ja'itoe menambahi benda kepoenjaan bangsa berada. Kalahiran anak pada sebelah pihak memberatkan kemiskinan, sebelah pihak membawa kegirangan pada orang toea, adalah selamanja memberi kekoeatan bagi orang toea akan memikoel nasib meréka itoe jang tiada ringan itoe.

Pembatja, dalam hal kehidoepan jang seroepa itoe Soerdjima soedah lama merasa, bahwa peratoeran kehidoepan terdjadi ini tiada patoet dan boekanlah Toehan jang menjoekainja. Allah mendjadikan manoesia dengan keperloean jang tjoekoep. Kemaoeannja soepaja manoesia hidoep aman dan sentosa, masing-masing beroléh bahagiannja. Siapa jang salah dan dimana salahnja? Itoe tiada dapat diketahoei Soerdjima dengan benarnja. Akan tetapi memperbaiki kesalahan jang diperboeat manoesia jang menjebabkan sengsara ditengah-tengah korbannja, haroes dioesahakan sedapat-dapatnja. Ia merasa bahwa oesahanja itoe amat sedikit, sebagai menggali goenoeng, hampir pekerdjaan sia-sia. Akan tetapi bila ia melihat djasa oesahanja jang diperoléh orang jang ditolongnja, hatinja bertambah keras dan kewadjibannja itoe mangkin dihargakan tinggi oléhnja.

Oesaha dan pertolongan,
Terbit dari hati jang moelia,
Selaloe menambah kegirangan,
Bagi orang jang berboeat dia.

BAB JANG KE-AMPAT

9 October 1921.

Diroemah oran Tjina jang kaja tempat Si Ani bekerdja itoe orang sedang siboek membersihkan seboeah kamar besar, jang soedah doea boelan tiada ditinggali seorang djoea. Bésok dengan kareta api jang penghabisan jang empoenja kamar itoe akan datang, ja'ni anak Lim Soen Kim — demikianlah nama orang Tjina hartawan itoe — jang toea. Dalam waktoe jang sekian lama itoe anak moeda itoe tinggal dikeboen téh orang toeanja ditanah Priangan. Ia baharoe semboeh dari penjakit dan dokter memberi nasihat soepaja ia tinggal ditanah dingin, karena hawa goenoeng amat perloe bagi dia akan mengoeatkan badannja jang baroe ditinggalkan penjakit itoe.

Si Ani poen beroléh pekerdjaan jang banjak sehari ini. Diantara sekalian orang jang siboek itoe si iboelah jang lebih riboet. Ia berdjalan kesana kemari, memboeka lemari, mengeloearkan pakaian dan perkakas bergoena oentoek anaknja jang akan datang itoe. Ia berlari kemoeka, kebelakang, memberi perintah memasang tempat tidoer, menjoeroeh ini dan itoe. Perintahnja itoe adalah membingoengkan orang bekerdja itoe, karena si iboe tiada senang lagi. Adalah ia sebagai orang tergopoh-gopoh disebabkan soeka tjitanja memikirkan anaknja jang akan datang itoe.

Setelah perkemasan itoe telah selesai, Lim Soen Kim poen datanglah tertawa-tawa melihat pekerdjaan jang diatoer isterinja itoe. Akan mempermain-mainkan isterinja itoe ia berkata: „Tempat tidoer ini koerang bagoes ditarok disisi sini, médja marmar itoe haroes disana. Lihat gambar jang besar itoe patoet digantoeng didinding dekat djendéla itoe. Gambar jang itoe djangan pakai lagi, anak kita ta' soeka melihat gambar jang seroepa itoe”.

la berkata-kata itoe menggojang-gojangkan kepalanja, serta menggerak-gerakkan keningnja. Apabila habis seboeah kalimat dikatakannja, ia mengisap pipanja jang pandjang itoe serta asapnja itoe diemboeskannja keoedara dengan napas jang pandjang. Si iboe merasa pendapatan soeaminja itoe tiada menamba kesempoernaan pekerdjaanja itoe, tambahan poela adalah tjelaan soeaminja, itoe koerang menjenangkan hatinja — perempoean soeka dipoedji-poedji, — karena itoe ia menjahoet dengan soeara jang merengoes; „Lim selamanja lebih pandai; soedah, ta'oesah tjampoeri pekerdjaankoe, pegi sadjalah kedepan”. „O' djangan marah, saja sekadar main-main sadja. Saja mengakoe kamar ini bagoes sekali, ta' ada koerangnja”, kata sesoeami tersenjoem-senjoem seraja menampar belakang isterinja perlalahan-lahan.

Keesokan harinja Lim Soen Kim poen pergilah menjongsong anaknja itoe kesitasioen. Kedatangan anak moeda jang kaja ini tentoe membawa ramai dan girang diroemah gedong orang toeanja itoe. Sahabat karibnja poen tiada ketinggalan menoendjoekkan soekatjita mereka itoe. Akan tetapi mereka itoe bersoeka tjita boekan diseboetkan kesemboehan orang sakit itoe. Merika itoe bergirang hati karena anak moeda telah kembali. Kelidoepan orang moeda, melakoekan roepa-roepa, kepelisiran itoelah jang menggirangkan hati meréka itoe, karena dalam hal jang seroepa itoe adalah anak ini jang mendjadi kepalanja, sedang oeang jang akan diboroskan tiada koerang asal anak kaja ini ada.

Djalan-djalan besar jang ramai itoe bertambah ramai, sedang matahari jang hangat itoe soedah hampir-hampir terbenam. Hawa jang panas itoe poen djaoehlah berkoerang dari djalan-djalan jang bagoes itoe tiada beraboe lagi. Orang jang melantjoeng hilir moedik serta dengan orang orang jang poelang dari pekerdjaannja. Roepa-roepa kandaraan laloe lintas sedang koeda jang menarik kereta itoe berlari kentjang dengan girangnja, djaoeh bedanja dengan waktoe siang jang hangat itoe.

Njonja Lim Soen Kim berdiri dipintoe gerbang besi didepan menanti-nanti kedatangan anaknja itoe. Tiap-tiap ia melihat mobil jang laloe dihadapan roemah itoe hatinja berdebar, karena inginnja hendak melihat anaknja itoe. Sedjoeroes pandjang ia berdiri itoe maka nampaklah olehnja mobil jang ditoenggoenja itoe datang dengan tjepatnja. Dari djaoeh telah dikenalnja kenderaan jang mahal dan bagoes itoe. Baharoe kereta itoe berhenti dihadapan roemah itoe, tjais jang pandai itoe poen melompatlah keloear memboeka pintoe kereta ito soepaja toeannja kelocar. Anak moeda itoe berlari mendapatkan iboenja. Si iboe mendekap anak kesajangannja ifoe dan air matanja berhamboer karena soekatjitanja. Siapakah dapat menilai besar hati si iboe melihat anaknja jang gemoek serta sehat itoe sedang tiga boelan lewat orang tá menaroeh harapan lagi sebab pajah penjakit anak itoe.

Setelah si iboe melepaskan anaknja itoe, maka teman-teman dan handai tolan anak moeda itoe poen datanglah mendjabat tangan serta menggontjang-gontjang tangannja. Boedjang laki-laki dan perempoean jang bekerdja diroemah itoe berkoempoel laloe memberi hormat akan kedatangan anak toean mereka itoe. Anak moeda itoe menganggoekkan kepalanja serta dengan senjoem jang manis menjahoet hormat hamba-hamba itoe sekaliannja. Ia memboeka tempat oeangnja laloe memberi persen masing-masing dengan kadarnja. Waktoe ia menentang moeka Si Ani anak gadis jang moeda itoe, ia tertjengang sebentar. Akan menjemboenjikan perasaannja itoe, ia memalingkan moekanja soepaja orang jang lain-lain itoe djangan mengetahoeinja.

Setelah waktoenja makan malam, maka sekalian tamoe ioe poen toeroetlah bersama-sama makan. Mereka itoe bertjakap-tjakap dengan riangnja, dan oedara jang memenoehi kamar itoe selaloe berombak-ombak karena soeara orang jang tertawa-tawa, lebih-lebih dari pehak orang-orang moeda jang riang dan girang itoe. Adalah mereka itoe seolah-olah tiada menjoesahkan barang sesoeatoe apa didoenia ini. Si iboe memandang hal ini semoea dengan hati jang hiba serta bertjampoer kesedihan. Ia merasa bahwa sahabat-sahabat anaknja jang banjak itoe tiada akan membawa kebadjikan kepada diri anaknja itoe. Anaknja itoe beroleh penjakit jang parah doeloenja adalah disebabkan ia terlampau banjak main pelesir dengan teman-temannja. Segala oesahanja dengan djalan aloes, tiadalah ada pertolongannja, karena perkataan orang lain lebih berharga pada anak itoe dari pada perkataan jang keloear dari moeloetnja sendiri.

Setelah malam soedah djaoeh, baharoelah tamoe itoe poelang. Orang toea itoe poen menghantarkan si anak kekamar tempat tidoernja sendiri jang diatoer oléh si ibue dengan rapinja.

Poekoel delapan tahadi, setelah makanan diatoer dimédja, Si Ani poen poelanglah kekampoeng Boengoer mendapatkan roemah bamboe jang baharoe diséwa meréka itoe. Soerdjima doedoek dibalé-balé menantikan kedatangan saudaranja itoe. Si Ani mentjeriterakan kedatangan anak toeannja itoe, seraja ia mengeloearkan oeang jang diterimanja itoe dari kantong koetangnja. „Ini dia, katanja, sambil ia meletakkan roepiah semata.” Oeang ini tjoekoep akan pembeli kain panas tiga élo oentoek Soerdjima. Soepaja ada badjoe panas Soerdjima diwaktoe hoedjan ini.”

Soerdjima tiada menjahoet. Hatinja penoeh oléh karena kasih sajang anak gadis ini akan dia. Ia menekan dadanja serta batoek perlahan-lahan. Penjakit dadanja jang soedah lama itoe serasa-rasa timboel sekarang.

Habis makan, kedoea orang itoe poen tidoerlah bersama-sama. Besok pagi-pagi meréka itoe mesti bertjerai, masing-masing menoedjoe pekerdjaanja. Demikian lakoenja dari sehari kesehari, tiada berkepoetoesan, sampai datang soeatoe hal memoetoeskan tali kehidoepan jang miskin dan sengsara itoe.

12 October.

Matahari soedah tinggi baharoelah Jan Sin bangoen dari tempat tidoernja. Ia berdiri perlahan-lahan laloe berdjalan akan memboeka djendéla kamar itoe. Tjahaja jang tadjam itoe menjakitkan matanja, la poen membelakangkan djendéla itoe. Perasaannja malas dan sedikit lesoe. Adalah ia tidoer itoe koerang menjegarkan badannja. Entah karena ie selaloe pajah atau perobahan hawa itoe. Hawa tanah Periangan jang séhat itoe tiada dapat dibandingkan dengan hawa Betawi jang panas dan bertoekar-toekar itoe.

Ia doedoek termenoeng memikirkan sekalian jang dirasa dan ditanggoengnja, senang dan soesah, sedjak dari ia lepas dari sekolah sampai ia sakit. Kemalaratan jang mengenai dia karena teledornja, dipikirnja dengan pandjang.

Penjakit dan kesoesahan jang tiada moedah diloepakan. Akan tetapi anak moeda ini soedah meloepakan pengadjaran jang diterimanja itoe. Pelesir dan kesenangan diri itoelah sekarang jang dikenang-kenangnja. Soedah hampir tiga boelan ia tiada merasa kehidoepan jang penoeh dengan kelazatan, jaïtoe kehidoepan pemoeda oran kaja dinegeri Betawi. Keinginan akan mengoelangi kehidoepannja jang doeloe itoe itoelah jang memenoehi pikirannja. Dalam hatinja tiadalah soeatoe kekoeatan jang menahan dia soepaja djangan pergi kedjalan jang koerang sempoerna. Demikian djoega tentang halnja berpikir. Tiadalah pernah terbit dalam hatinja soeatoe pertanjaan: ,,Apakah jang haroes ditoentoet dan dikerdjakan dalam kehidoepan doenia ini". Hidoep adalah bagai dia menjenangkan diri dan kesenangan itoe dapat diperoleh dengan menoeroet hawa nafsoe jang terbit dalam hati manoesia itoe.

Sebenarnja, kalau kita perhatikan benar-benar, adalah anak moeda ini boekan bersifat djahat atau bertabi'at jang boeroek. Bahasanja aloes. Oléh sebab itoe sahabatnja amat soeka bertjampoer gaoel dengan dia. Meskipoen ia moedah marah, adalah hatinja penghiba. Hatinja loeroes dan tiada soeka berkata jang tiada benar. Pendidikanlah jang meroesakkan anak moeda itoe. Orang toeanja koerang mendjaga pergaoelan anak itoe dan kebébasan terlampau banjak diperoléhnja. Oleh sebab Jan Sin koerang — boléh dikata tiada — beroleh didikan jang baik dari pada orang toeanja, maka segala benil ja baik jang tersimpan dalam hatinja, tiada toemboeh dan tambah besar. Sebaliknja kering dan mati karena tiada dipelihara. Roempoet-roempoet jang datang dari loear toemboeh dengan soeboernja dalam hati anak itoe, sedang ia tiada tahoe membedakan roempoet-roempoetan dan pohon padi.

Mendidik anak artinja memelihara sifat jang baik jang ada dalam anak itoe; tabi'at jang koerang baik haroes disempoernakan, sedang sipendidik selama wadjib beroesaha menghapoeskan sifat dan tabi'at jang tiada senonoh jang ada tersimpan dalam hati anak itoe. Akan tetapi barang siapa jang hendak mendidik orang lain, haroeslah lebih dahoeloe ia memelihara pikiran dan kelakoeannja sendiri.

20 October.

Jan Sin terkedjoet laloe berdiri dari tempat doedoeknja, setelah ia mendengar orang mengetoek pintoe kamarnja. Ia poen berdjalan akan memboeka pintoe kamarnja itoe.

,,Adalah Sin tidoer dengan senang", tanja iboenja laloe mendekati dia.

Anak moeda itoe menjahoet dengan soeara jang lemah lemboet, karena meskipoen ia koerang mengindahkan iboenja, adalah ia selamanja menaroeh sajang dan tjinta kepada iboenja. ,,Pergilah dahoelce anakkoe mandi, hari soedah tinggi, nanti kalau hari soedah panas, koeranglah baiknja mandi", oedjar si iboe, serta ia mengamat-amati moeka anaknja itoe.

"Sjoekoer ia soedah gemoek sekarang", kata si iboe dalam hatinja, sesoedah nampak oléhnja koedoek anaknja itoe.

Didepan pintoe kamar mandi Si Ani doedoek menjoetji piring-piring. Jan Sin laloe dan matanja memandang sebentar pada anak gadis jang lagi bekerdja itoe. Habis mandi ia poen menjisir ramboetnja bertanja dalam hatinja: ,,Siapakah anak jang tahadi itoe, siapa namanja, soedahkah lama ia bekerdja disini? Benar ia tiada bagoes benar, sabagai perempoean jang banjak koelihat ditanah Periangan, tetapi sikapnja pantas, dan pakaiannja sekadarnja. Ini semoea adalah menambahi manis moekanja jang sederhana ini. Jang lebih menarik hatikoe, jaïtoe lakoe dan tertibnja tenang dan ia tiada mengetahioci keélokannja itoe".

Kedatangan iboenja dikamar makan itoelah jang memoetoeskan pikirannja jang berkisar-kisar itoe. Si iboe bertanja, ini dan itoe tentang hal keboen téh mereka jang lébar itoe. Adapoen keboen jang besar itoe saudaranja sendirilah jang mengepelainja. Selain dari pada hasil tanah, kebon inilah jang banjak menambahi kekajaan Lim Soen Kim. Oléh sebab itoe si iboe amat ingin mendengar keadaan keboen ini.

Tetapi lain benar halnja dengan si anak. Ia tiada menaroeh hati sebagai orang toeanja pada segala pentjarian itoe. Kira-kira sedjoeroes pandjang mereka itoe berkata-kat, ia soedah bosan menjahoeti segala pertanjaan iboenja itoe. Akan memoetoeskan pertjakapan itoe ia poen berkata, poera-poera terkedjoet: „O, saja hampir loepa. Saja misti kirim soerat ini pagi kepada mamak, saja berdjandji betoel-betoel waktoe saja berangkat". Dengan perkataan ini ia bangkit berdjalan menoedjoe kamar toelisnja, Ia kembali sebentar kekamar tidoernja akan mengambil kertas dan paranko dari kopornja. Si Ani jang lagi membetoelkan tempat tidoer anak moeda itoe, mendengar orang masoek. Ia memandang kepintoe melihat siapa jang masoek itoe. Kebetoelan Jan Sin má- soek, matanja poen bersoea dengan mata anak gadis itoe. Kedoea orang itoe sama-sama merasai pandang kedoea belah pihak. Sin merasa tjahaja anak gadis itoe lemah dan lemboet. Ia ingin soepaja mata meréka jang bertentangan itoe lebih lama berhadapan. Si Ani menaroeh perasaan jang gandjil, tiadalah ia mengerti akan sebabnja itoe. Ia berdiri serta bertanja dengan hormatnja:. Barang kali ba hendak pakaian. Kalau demikian baik saja pegi". „O, tidak, tidak”, sahoet anak moeda itoe,

„Saja hendak mengambil sedikit kertas. Bekerdjalah teroes”. Setelah ia beroleh. jang ditjaharinja itoe, ia poen pegilah kekamar toelisnja.

Tiba dikamarnja Sin-djalan sana sini, tiadalah Fattoe ia apa jang akan diperboeatnja. Waktoe ia di Periangan kalau ia bosan diroemah, ia pergi menembak boeroeng atau berboeroe binatang liar, Kalau tiada itoe ia pergi bersama-sama mamaknja, saudara iboenja, melihat orang bekerdja itoe. Selain dari pada itoe ada lagi.kerdjanja. Jaitoe naik motor pegi pesiar kekota, atau naik koeda pagi dan petang, sesoedah ia baik dan koeat. Di Betawi tiadalah ia dapat pagi melakoekan jang sedemikian karena hari jang panas itoe: sedang tempat berboeroe tiada jang dekat.

Anak moeda itoe memikir apa jang akan dikerdjakannja akan tetapi soeatoe poen tiada .diketahoeinja. Ia melihat, keloear, soeatoe mahloek poen tiada jang diam dengan tiada melakoekan pekerdjaan. Doea &kor boeroeng geredja nampak solehnja sedang siboek memboeat sarang. Boeroeng jantan dan betina itoe sama bekerdja dengan adjinnja mengangkat daoen roempoet jang kering lan boeloe jang haloes-haloes jang bertaboeran diatas tanah. Didjalan besar itoe orang laloe lintas, ada jang naik kenderaan, ada jang berdjalan kaki, masing-masing ada oeroesannja Soeara koekoe koeda jang berlari menarik keréta itoe kedengaran oléhnja, tetapi tiadalah ia memikirkan bahwa hewan jang seroepa itoe membanting toelangnja akan keperloean manoesia, sedang ia tiada berboeat soeatoe apa oentoek keperloean oemoem. Ia menoléh kebelakang. Koki, djongos, toekang keboen, péndéknja segala boedjang jang bekerdja digedong itoe masing-masing asik melakoekan kerdjanja, sedang iboenja pergi kesana kemari memberi perintah. Tetapi ia sendiri tiada mengetahoei apa jang akan diperboeatnja.

Diatas médja ia melihat soerat kabar terletak. la poen memboeka soerat kabar itoe. Boekanlah karangan jang bagoes dan kabar jang penting jang dibatjanja. Adpertensilah jang diraba matanja. Mana jang akan ditonton nanti malam, apa jang lebih bagoes, komidi, gambar hidoep atau permainan ditaman sepoeloeh atau dikeboen binatang, itoelah jang ditjaharinja dengan asiknja. Tetapi ia mengetahoei djoega bahwa segala matjam_matjam permainan itoe tiadalah akan memoeaskan hatinja. Itoe soedah atjap kali dirasaïnja. Segala benda, roepa-roepa kesenangan, sekalian keinginan hatinja, apabila ia soedah beroléh dia, tiadalah sekalian keinginannja itoe membagi kesenangan hati jang tetap dan sedjati. Sebaliknja timboel poela keinginan hati, hawa nafsoe jang baharoe. Soedah tentoe ia beroesaha poela akan menoeroet nafsoe jang baharoe itoe. Bila ia beroléh dia, soeatoepoen tiada djoega jang tinggal tetap memberi damai dan kesenangan dalam hatinja. Sebaliknja perasaannja tiada énak, kesal dan lesoe, karena badannja semangkin soeroet dan kekoeatannja bertambah koerang. Sjoekoer ia soedah lepas dari pada antjaman bahaja maoet jang bengis itoe. Ia tersenjoem seraja berkata sendirinja: „Kalau sekiranja penjakitkoe itoe tiada baik, kalau saja mati. . . . . . . . .hé saja ingin benar akan mengetahoei bagaimanakah perasaan orang mati itoe”.

Angan-angan dan kenang-kenangan jang seroepa itoe baharoelah sekarang ini timboel pada hati anak moeda itoe. Ia soedah merasa bahasa djalan dan tjara hidoepnja jang sekarang serba salah adanja. Akan tetapi meskipoen demikian itoe beloem timboel dalam pikirannja akan mengobah jang seroepa itoe. Pikiran jang tadjam dan perasaan jang haloes beloem diperoléhnja akan mentjahari jang sebenanja dan akan menimbang dan membanding-bandingkan apa jang nampak dimatanja, jang haroes menolong ia dalam hal ini, tiada diperoléhnja. Lim Soen Kim, bapanja itoe, tiada memikirkan keperloean djiwa anaknja. Hati dan waktoenja selaloe terikat oléh kekajaan dan perdagangannja. Kemadjoean perniagannja itoe sahadjalah jang dipikirkannja. Sebagai kebiasaan orang jang soedah dihinggapi penjakit kaja, adalah haloean dan toedjoeannja mengoempoelkan harta jang banjak, sedang keselamatan anak isterinja, jang lebih berharga dari kekajaan jang jang sebanjak itoe, soedah diloepakannja. Isterinja? Benar isterinja sajang benar akan anak meréka itoe, akan tetapi ia amat lemah, sebarang permintaan si anak itoe selaloe ditoeroetnja. Tabi’at si iboe jang seroepa inilah jang meroesakkan anak itoe dari ketjilnja, tiada koerang dari pergaoelan anak pemoeda-pemoeda jang banjak itoe.

„Mak, saja maoe pegi sekarang, saja soedah djandji dengan Tjong Hing akan sama-sama melantjoeng ini malam”. kata Jan Sin kepada iboenja.

„Mengapa Sin pergi lekas-lekas, toenggoelah dahoeloe sampai kita habis makan”, sahoet si iboe.

„Perkarar makan gampang, saja pegi sadja nanti sebentar diroemah makan”.

Anak moeda itoe memboenjikan lontjéng ketjil jang terletak dimédja toelisnja. Djongos kamarnja poen datanglah serta bertanja dengan hormatnja apa kehendak toeannja itoe

„Saja hendak pergi, soeroeh sediakan keréta”, kata anak moeda itoe seraja memandang kedjalan besar.

„Ba naik oto atao pakai. mylord", bertanja djongos itoe. „Saja banjak témpo lagi, soeroeh pasanglah mylord itoe”.

Djongos itoe berlari kebelakang membawa perintah toeannja itoe. Sin poen pergilah kekamar tidoernja akan berpakai. Sambil ia berdjalan itoe ia bersioel-sioel karena riangnja.

Adapoen ia berpakai itoe amat lamanja. Sesoedah ia memakai tjelana soetera Sjantoeng dan sepatoe boeatan Amerika, ia poen menjoetji kepalanja dengan air ramboet jang amat wangi serta dengan mahalnja. Ramboetnja disisirnja benar-benar karena ia selama berkata, ramboet itoelah soeatoe perhiasan jang amat menjenangkan mata. Dengan sikat jang satoe ia menggosok moeloetnja; dengan sikat jang lain jang lebih ketjil ia membersihkan koekoenja. Setelah itoe ia poen memakai badjoe soetera Sjantoeng jang haloes serta berkilat sedikit. Ia berdiri berdiri poela dimoeka katja jang besar itoe akan melihat kalau-kalau ada lagi jang koerang. Ja, ada lagi jang koerang. Bentoek alisnja jang sebelah kanan tiada sama rata. Ia poen mengambil pisau tjoekoer laloe dibetoelinja mana jang koerang. Setelah lengkap sekaliannja maka ia poen menaroek segala perkakas jang dipakainja itoe pada tempatnja; Jan Sin adalah seorang anag jang bertabi'at rapi. Ia tiada dapat membiarkan barang-barangnja tiada beratoeran. „Tiga poeloeh tiada tjoekoep. Lagi poen lebih itoe lebih baik dari pada koerang”, katanja sama sendirinja. Ia memboeka latji médjanja laloe mengambil oeang kertas berharga lima poeloeh roepiah. Ia pergi sebentar bermohon pegi kepada iboenja. Si iboe membawa ia sampai kepintoe dengan hati jang girang melihat anaknja jang bagoes itoe. Seorang poen tiada jang lebih berbesar hati dari si iboe melihat anaknja jang menarik hati orang jang memandangnja.

„Djangan terlampau lambat datang”, kata si iboe sambil anak moeda itoe naik keréta jang molék itoe.

„Ja, mak”, djawab si anak dengan tersenjoem. Ia mendjawab demikian akan menjenangkan hati iboenja. Tetapi dalam hatinja ia berkata bahasa maknja tahoe sendiri, kalau ia pegi melantjoeng malam, ia selamanja lambat poelang; ja, kadang-kadang semalam-malaman itoe ia tinggal diloear.

„Djalan mana, ba?” tanja koesir itoe seraja menggerakkan tali lestring koeda itoe.

„Bawa diroemah Tek Lie”, oedjar anak moeda itoe seraja doedoenk dengan énaknja disoedoet keréta itoe.

Koeda jang mengerti itoe tahoe bahwa toean jang akan ditarik meréka itoe soedah naik. Maka sebentar itoe djoega meréka itoe poen berlarilah dengan gagahnja. Setelah meréka itoe sampai diroemah Tek Lie, ia poen bertanja kepada djongos jang mempirsilakan ia doedoek itoe. Setelah didengarnja bahwa Tek Lie masih berpakai, ia poen berkata: „Ta oesah kasih tahoe baba, biar sadja pegi mendapatkan dia”.

Dengan perkataan itoe Jan Sin poen berdjalanlah menoedjoe kamar sahabatnja itoe. Ia mengetoek pintoe kamar itoe. Setelah ia masoek didapatinja sahabatnja itoe telah berpakai. Akan tetapi pada moeka Lie nampak oléhnja, bahwa orang moeda itoe ada menaroeh kemasjgoelan hati. Ia melihat keatas médja. Dihadapan seboeah gambar berbingkaikan emas, berdiri dimédja itoe, terletak sepoetjoek soerat.

Adapoen gambar itoe ja'ni gambar seorang anak dara jang moeda remadja, Anak dara inilah matahari jang menjinari hati Tek Lie dan kaboet jang memoeramkan kalboenja. Roepanja Lie sedang membatja soerat tahadi, waktoe ia datang. Ia poen dapatlah menerka sedikit apa jang memoeramkan moeka sahabatnja jang periang itoe.

Kebiasaannja kalau meréka itoe bersoea, maka perkataan jang pertama dari Jan Sin selamanja bertanja apa kabarnja Si Noni. Meréka itoe menamai ketjintaan Tek Lie si Noni, meskipoen anak gadis itoe menaroeh lain nama jang sebenarnja. „Kemana haloean kita semalam ini?” tanjanja. Tek Lie tiada menjahoet. Matanja memandang keloear tiada bergerak, serta ia menggigit bibirnja. Setelah sedjoeroes pandjang lamanja ia berdiri demikian itoe, maka ia poen berpaling menghadapkan sahabatnja. Bagai orang ini tiadalah ia menjemboenjikan rahsianja, segala perasaannja ditjeriterakannja kepada Jan Sin. Maka ia poen berkata:

„Sin berkata apa tahadi”.

„Saja bertanja, kemana haloean kita semalam ini”.

„Ja, saja mengerti apa sebabnja engkau berkata demikian itoe. Sebenarnja engkau hendak bertanja. . . . . . . . . . . .” Tek Lie tiada menjoedahkan perkataannja itoe. Ia memandang gambar jang berdiri dimédja itoe, Pandangnja inilah jang mengatakan apa jang akan diseboetkannja itoe.

„Ja, sebenarnja perkataanmoe itoe”, kata Sin, „sebetoelnja saja hendak bertanjakan hal si Noni. Tetapi oléh karena kesoesahan terbajang pada moekamoe dan saja mengerti sedikit apa jang menjebabkannja, tiadalah sampai hatikoe menjintoeh hal itoe. Takoet saja pertanjaankoe menambahi kemasjgoelan hatimoe”.

„Ah, tidak. Sebaliknja kalau saja membitjarakan hal itoe, adalah persaankoe lebih ringan. Hatikoe poeas dan dadakoe lebih moedah mengambil napas”.

„Bagoes, kalau demikian apa kabarnja dengan si Noni”.

„Saja sedang membatja soerat dia tahadi waktoe engkau datang. Sedih hatikoe membatja soeratnja itoe. Ia tiada dapat menanggoeng pertjintaan kami itoe, dan ia berkata, kekoeatannja hampir-hampir habis dan perasaannja adalah amat sial dan sengsara. Batjalah dahoeloe soerat itoe dan perhatikan benar-benar segala jang dikatakannja itoe. Jan Sin poen mengambil soerat itoe laloe dibatjanja perlahan-lahan. Adalah isinja demikian:

Jang koetjinta Tek Lie.

Baharoe. doea hari adinda tiada memandang moeka kakanda adalah perasaankoe amat sedih. Ja, soesah serta sedih; adalah saja sebagai orang risau. Pikirankoe selaloe mengembara, sebagai orang moesafar ditengah padang pasir.

Siang malam saja merasa dirikoe sengsara. Dan kesengsaraan ini amatlah hebatnja memoesnahkan kekoeatan hati dan badankoe. Saja tiada dapat menjemboenikan dia itoe, meskipoen koerang patoet, — sebab tiada biasa — perempoean mengeloehkan perasaannja ditelinga laki-laki Benar perempoean itoe lebih koeat menahan dan memikoel beban pertjintaan, tetapi Tek Lie jang koetjinta, ketahoeilah sedikit bahwa saja hampir-hampir tiada bergaja lagi. Tetapi kakanda djangan sala mengerti, saja menjeboetkan penanggoengan itoe, saja menjeriterakan hidoep pertjintaan kita jang sengsara itoe, boekan saja menjelahkan kakanda. Boekan engkau, boekan djoega saja jang menjebabkan sengsara itoe. Tjinta kita jang soetji itoe poen djangan disalahkan. Siapakah jang disalahkan, tanjamoe barangkali dalam hatimoe. Ja, apalah saja katakan, Ajoehai tjinta, tjinta jang koekandoeng dalam kalboekoe; tjinta, jang lebih berat dari pada sekalian doekatjita, sekalian doeka tjita jang pernah menimpa manoesia; tjinta jang menjengsarakan hidoepkoe, lebih dari pada segala 'azab doenia. Tjinta jang mengikat djiwa dan hatikoe sampai pada matikoe. Ajoehai tjinta jang koesoekai, ajoehai tjinta jang koetjintai, engkau koesajangi lebih dari pada badan dirikoe, karena penanggoengan jang koedirita karenamoe..........

Tek Lie boeah hatikoe! sedang saja menoelis ini air matakoe bertjoetjoeran menimpa gagang penakoe. Tiadalah berdaja adinda lagi meneroeskan soerat ini, soerat jang mentjeriterakan isi piala kalboekoe, soerat jang menjaksikan ketjintaankoe akan engkau. Sabarlah dahoeloe, bila tangankoe tiada gemetar lagi, bila hatikoe jang gemoeroeh ini tenang, nanti saja menjamboeng soerat ini.

Setelah Jan Sin membatja soerat itoe tiadalah dapat ia menjemboenjikan kesedihan hatinja membatja soerat. Perlahan-lahan ia meletakkan soerat itoe, seraja matanja memandang gambar anak gadis jang tjantik itoe.

„Tetapi apakah jang menjebabkan kemasjgoelan itoe?

Tiadakah ia pernah mengatakan dia, waktoe kamoe bersama-sama”, tanjanja, sambil memangdang moeka sahabatnja jang kelam itoe.

„Jang sebenarnja koerang koeketahoei dengan pestinja”.

„Taksiranmoe?”

„Taksirankoe, orang toeanja tiada bersetoedjoe akan pergaoelan kami. Apalagi perkawinan”.

„Adakah si Noni berkata jang demikian?”

„Ja, kira-kira demikian. Tetapi ia segan mengeloearkan sekaliannja. Barangkali ia takoet menjoesahkan hatikoe”.

„Adakah ia mengatakan sebabnja orang toeanja tiada menoedjoei engkau?”

„Beloem pernah”.

„Tiadakah engkau menanjakan itoe?” ,,Beloem. Kalau ada nanti paksa jang baik saja akan bertanjakan keterangan jang sebenar-benarnja".

,,Sebenarnjalah perkataanmoe itoe. Ia lebih tahoe sebab jang sebenarnja dan bagaimana pikiran orang toeanja. Dan seharoesnjalah ia berkata terang kepadamoe, soepaja engkau tahoe mentjahari oesaha dan ichtiar. Adapoen saja berkata demikian itoe, karena saja ada mendengar kabar jang ......Baiklah dahoeloe djangan koekeloearkan kabar itoe, karena beloem pesti, ma'loemlah kabar angin".

,,Tidak, tidak, kabar apa jang kau dengar itoe, mesti akoe ketahoei. Benar tidaknja saja tidak pedoeli. Katakan, katakan! Saja ingin sekali mendengarnja".

Jan Sin tepekoer sedjoeroes pandjang. Hatinja bimbang. Akan tetapi oleh sebab sahabatnja amat hendak mengetahoei kabar itoe, tiadalah ia dapat menjemboenjikannja. Kemoedian ia poen berkata:

,,Tek Lie, dalam segala hal haroeslah engkau tinggal tetap tenang. Demikian djoega dalam hal ini. Engkau djangan sekali-kali terkedjoet. Kabar jang saja dengar itoe: orang toea si Noni bermaksoed hendak menoenangkan dia dengan seorang anak moeda, saudagar jang kaja, dari Singapoera".

,,Adakah agaknja kabar itoe benar?" tanja' Tek Lie serta dengan membilalangkan matanja. „Itoe tiada dapat koetentoekan. Harapankoe kabar itoe djangan benar. Tetapi meskipoen demikian, kita haroes memikirkannja”.

„Sebenarnjalah perkataanmoe itoe. Pada timbangankoe, kabar itoe boleh djadi. Dan inilah barangkali jang menjoesahkan si Noni, sebagai boenji soeratnja jang engkau batja itoe”.

„Taksirankoe poen demikian djoega”.

„Kalau demikian haroeslah saja lekas membitjarakan perkara ini dengan si Noni. Kalau ia tahoe djanganlah ia menjemboenjikan soeatoe apa bagikoe. Hari Senin jang akan datang ini ia sekolah malam. Nanti saja kirim soerat bertanjakan apa dapat saja bitjara dengan dia, sesoedah lepas sekolah”.

Sesoedah ia berkata demikian, maka kedoea orang moeda itoe poen diamlah, masing-masing dengan pikirannja. Jang seorang memikirkan nasib pertjintaanja, pertjintaan jang semakin lama semakin soesah. Diwaktoe hidoepnja, jang soedah doea poeloeh enam tahoen itoe, beharoelah ia sekali ini merasa kemasjgoelan jang sebesar ini. Anak moeda jang seorang lagi bertanja' dalam hatinja, apakah gerangan tjinta jang ada diantara laki-laki dan perempoean. Benar ia soedah beroemoer doea poeloeh satoe dan ia telah merasa, bahwa hatinja sering tertarik oler perempoean, akan tetapi adalah ia memandang itoe sebagai boenga jang menarik koembang, boekan disebabkan keelokan boenga itoe sahadja. Koembang itoe ingin hendak mengisap madoe jang tersimpan dalam boenga jang bagoes itoe. Pada pikirannja adalah sekira-kira demikian perantaraan laki-laki dan perempoean. Akan hal pertjintaan sebagai jang dikandoeng sahabatnja itoe beloem mengerti benar ia".

Djam jang besar jang berdiri didingding kamar itoe berboenji dengan merdoenja. Kedoea anak moeda itoe terkedjoe.

„Ah soedah poekoel toedjoeh roepanja, baiklah kita berangkat”, berkata Jan Sin.

Kedoea anak moeda itoe poen keloearlah bersama-sama akan menjenangkan diri. Kesenangan jang dapat diperoléh dikota Betawi, akan diketjap meréka itoe.

Pasal oeang akan pembajar sekalian ini ta' oesah dichawatirkan mereka itoe. Selama ada orang pekerdja, jang mengerdjakan keboen meréka itoe, selagi hasil tanah dipoengoet, selagi roemah-roemah mereka jang banjak itoe diséwa orang, selama itoe oeang selaloe mengalir kekantong meréka itoe. Dan meskipoen meréka itoe hidoep dengan tiada bekerdja, meskipoen mereka itoe memboroskan oeang sebanjak itoe, meréka itoe beloem merasa akan pahitnja bagi manoesia si pekerdja akan menimboeni goenoeng kekajaan orang hartawan.

20 October.

Adinda Noer Meskigpoe banjak jang akan saja tjeriterakan pasal kehidoepan orang-orang berada, kebagoesan negeri besar-besar, boeroek baiknja 'adat lembaga soeatoe negeri, ke'adilan jang tiada ,adil diantara orang besar dan ketjil, pada golongan laki-laki dan perempoean, kalau tjeriterakoe jang pandjang itoe membosankan hati adinda, sabarlah sedikit-, tiadalah sampai hatikoe akan mendiamkan moeloetkoe, kalau ada soeatoe hal jang terdjadi diroemah ketjil jang dihoenii Soerdjima jang boediman itoe.

Badannja jang koeroes itoe semangkin kering, dan pipinja jang poetjat soedah moelai tjekoeng. Penjakit dada jang lama itoe adalah pada waktoe ini bertambah berat, sehingga ia soeda lima hari tinggal diroemah Apabila ia batoek ia merasa sakit dibelakangnja, sebelah atas dari kanan. Roepanja paroe-paroe kananlah jang dimakan penjakit dada itoe. Kalau ia batoek beroelang-oelang, tangan kanannja ditekankannja kedadanja seolah-olah akan menahan kehebatan batoek itoe.

Akan mengambil hawa jang lebih bersih dan dingin, ia berdjalan perlahan-lahan dihadapan roemah itoe. Waktoe itoe soedah petang dan matahari tiada djaoeh lagi dari peradoeannja. Dari pagi hari hoedjan sahadja, akan tetapi sekarang jang gelap itoe soedah terang dan awan oedjan jang tebal telah dihemboeskan angin kesebelah selatan. Boeroeng-boeroeng jang bersemboenji tahadi dibawah daoen pohon-pohon itoe soedah keloear dengan soekatjitanja. Siapa jang lapar lagi, meréka itoe mentjahari mangsanja pada waktoe terang, jang tiada berapa lama lagi. Siapa jang soedah kenjang, doedoeklah ia ditjabang jang tinggi sambil membersihkan boeloenja jang basah itoe, sedang boeroeng penjanji, sebagai boeroeng tekoekoer dan moerai, memperdengarkan soearanja jang merdoe itoe, seolah-olah mengoetjap selamat tidoer bagai matahari, bidadari siang jang baradoe itoe.

Soerdjima merasa badannja pajah. Maka ia poen doedoeklah pada balé-balé dihadapan roemah itoe. Tjahaja matahari jang penghabisan itoe adalah menjedapkan badannja janng dingin. hatinja penoeh oléh keindahan soré jang bagoes itoe. Matanja tertarik oléh sekawan boeroeng dara jang terbang dioedara jang djernih itoe. Boeroeng itoe terbang semakin tinggi, seolah-olah hendak mentjapai langit jang biroe itoe. Setelah tinggi, maka meréka itoe poen melajanglah kebawah dengan mengambil djalan jang berpoetar-poetar.

Mata Soerdjima tiada lepas dari pada boeroeng dara jang sekawan itoe, sampai boeroeng itoe lenjap dibalik pohon kenari-kenari jang melindoengi djalan besar itoe. Dengan persaan jang hiba, ia poen berkata dalam hatinja:

„Djakalau sekiranja saja
Bersajap, sebagai boeroeng dara,
Saja dapat terbang
Soeangkan boeroeng elang
Tinggi, tinggi saja melajang
Kelangit jang biroe dan terang
Tinggallah boemi, tinggallah doenia
Tinggallah doenia, laoetan sengsara.”

Sementara itoe hari soedah moelai gelap, karena matahari soedah hilang terbenam. Si Ani poelang dan ia melihat dari djaoeh sahabat, ja iboenja, doedoek dibalé-balé itoe. Makin dekat, makin ia melekaskan langkahnja berdjalan itoe, karena inginnja hendak bersama-sama dengan Soerdjima.

Pada tangan kanannja ja memegang tempat makanan jang berisi soep. Njonja itoe menaroeh kasihan setelah ia mentjeriterakan sahabatnja jang Sakit. „Engkau boléh poelang doeloean dan bawalah ini oentoek dia” kata njonja pengasih itoe pada si Ani, sambil njonja itoe membagi soep itoe. Bagaimana besar si Ani akan pemberian itoe boekan boeatan. Sebenarnja soedah lama ia ingin akan dia, tetapi tiada berani ia memintanja. Akan mengambil diam-diam, sebagai dilakoekan beberapa orang gadjian, tiada sampai hatinja.

„Hari ini soedah moelai dingin, baiklah kita masoek kedalam,”katanja, setelah ia sampai di roemah.

Soerdjima tiada menjahoet. Ia menarik tangan si Ani soepaja anak ini datang dekat. Kemoedian ia memeloek anak itoe.

„Moga-moga engkau hidoep dengan selamat”, katanja seraja ia mentjioem pipi anak dara itoe. Si Ani merasa, bahwa peloek dan tjioem ini mempoenjai arti. Ia menoenggoe, kalau-kalau iboenja itoe berkata lagi. Akan tetapi soeatoe poen tiada didengarnja, hanja air mata jang dingin jang bertjoetjoeran keatas moekanja. Ia poen mengertilah akan peloek kekasihnja itoe. Tiadalah dapat ia lagi menahan tangisnja. Sebentar itoe maka ia poen menangis tersedoe-sedoe, sambil ia mendekap badan orang sakit jang koeroes itoe. Adalah ia seolah-olar berkata. „Djangan, djangan. Djanganlah tinggalkan saja”.

„Diam, diamlah Ni. Djanganlah kita terlaloe menjoesahkan jang akan datang. Boekanlah kita jang mengatoer nasib kita. Oléh sebab itoe sebaiknjalah kita menjerah diri kepada Dia, Toehan jang maha rahmat itoe”.

Kedoea perempoean itoe poen masoeklah bersama-sama Si Ani memboeka tempat makanan jang dibawanja itoe. „Makanlah soep ini masih panas. Saja beroléh dia dari njonja besar”.

„Djangan loepa bésok mengoetjapkan terima kasihkoe kepada njonja”, djawab Soerdjima, seraja ia doedoek makan bersama-sama dengan si Ani.”

23 October.

„Ani”, kata Soedjima, „saja pikir ada djoega faédahnja bagimoe dibelakang, kalau saja mentjeriterakan kehidoepankoe. Siapa tahoe apa jang akan datang, hidoep manoesia adalah péndék adanja, dan waktoe jang baik tiada selamanja”.

„Saja soeka sekali mendengarnja', sahoet si Ani seraja doedoek dekat Soerdjima.

„Orang toeakoe,” kata Soerdjima memoelai kesah kehidoepannja, „tinggal dikebon téh jang besar, tiada djaoeh dari negeri Betawi. Moela² bapakkoe berderdja djadi koeli. Iboekoe mentjahari oeang dengan mendjoeal makan-makanan, karena gadji bapa tiadalah tjoekoep akan kehidoepan kami bertiga. Pada waktoe saja beroemoer lami tahoen. Bapakkoe bekerdja radjin; adalah ia seorang orang jang berhati toeloes, akan tetapi ada sedikit bodoh. Ia moedah pertjaja akan perkataan orang, dan apabila orang memindjam oeang karena dia dalam kesoesahan, ia selaloe sedia menolong orang itoe. Diroemah selamanja ada oeang tersimpan, karena iboekoe orang hémat dan bapakkoe poen tiada pemboros. Kalau hari besar atau selamatan dikeboen, tiadalah ia toeroet bermain. Oleh sebab orang moedah beroléh pindjaman dari dia, soedah tentoe ia sering dibohongi orang jang memindjam oeang dari dia. Kerap kedjadian oeang jang dipindjamkannja itoe tiada dibajar orang. Iboekoe sering memarahi dia. „Djanganlah beri pindjam sembarang orang, kalau engkau tiada kenal hatinja”, kata iboekoe. Akan tetapi kalau datang temannja sedjawat kerdja mengeloehkan kesoesahannja dan berkata manis meminta pertolongan, bapakkoe tiada dapat menolak orang itoe. Hatinja terlampau baik dan toeloes. Kalau mak soedah marah benar, maka ia selaloe mendjawab: „Apalah goenanja engkau berhati bérang, kalau orang itoe ta' maoe membajar oeang itoe, soedah. Kita ta' kan miskin oléh karena itoe”.

Sepandjang peringatankoe adalah bapak pendiam. disoekai orang dikeboen itoe, dan opsinar jang mengepelai orang jang bekerdja itoe, ia poen diangkat mendjadi mandoer. Pada waktoe itoe saja beroemoer doea belas tahoen. Saja membantoe iboekoe dalam oeroesan roemah tangga. Selain dari pada itoe saja diadjarnja memasak roepa-roepa goelai dan pelbagai djoeadah. Ia selaloe berkata, perempoean itoe haroes pandai memasak. Boekan moeka jang man's sahadja jang menjenangkan hati laki-laki, kepandaian perempoean tjara memasak tiada koerang harganja bagai soeaminja. Tiga perkara haroes diketahoei perempoean, dan tiga perkara itoelah pintoe ke dalam kalboe laki-laki. Pertama roepa jang tjantik, kedoea perkataan jang lemah lemboet dan ketiga makanan jang sedap. Perempoean jang mempoenjai ketiga barang itoe tentoe amat disajangi lakinja. Perempoean jang seroepa itoe dapat memerintah soeaminja sebagai bapak memerintah anaknja.

Habis tahoen berganti tahoen, soeatoepoen tiada perobahan dalam kehidoepan kami seroemah. Bapak pegi kerdja pagi-pagi benar, lebih lekas dari dahoeloenja ketika ia koeli. Ia poelang amat lambat. Sebagai mandoer haroeslah ia memberi tjontoh bagai orang banjak itoe. Karena itoe ialah jang pertama datang ditempat pekerdjaan dan jang paling belakang meninggalkan pekerdjaan. Iboekoe masih teroes memasak roepa-roepa makan-makanan bakal didjoeal dan saja poen menolong dia dengan sedapat-dapatnja. Meskipoen pendapatan kami bertambah dari dahoeloenja, akan tetapi adalah masoeknja oeang itoe ditangan orang toeakoe sebagai hoedjan djatoeh kepasir, artinja tiada tinggal. Sebabnja ja'ni sebagai jang soedah saja katakan tahadi. Sebarang orang jang memindjam oeang selaloe diberikannja. Tambahan lagi pada waktoe itoe segala kaoem kirabat orang toeakoe jang djaoeh datang mengoendjoengi kami. Meréka itoe poera-poera rindoeh, akan tetapi maksoed meréka itoe hanja akan beroléh soeatoe apa dari orang toeakoe. Kalau mak berkata: ,,Waktoe kita miskin dahoeloe, seorang poen tiada jang mengakoe kita familie. Sekarang meréka itoe datang, boekan sebab meréka itoe merasa dia karib dengan kita, oeang sahadjalah jang dipandang meréka itoe".

Kalau bapak mendengar iboe berkata demikian, selaloe ia mendjawab: ,,Djanganlah engkau berkata demikian. Tiadalah baiknja menjangka jang koerang pantas dari orang lain. Lagi poen kalau orang mengakoe kita saudara, tiadalah lajaknja kita berkata jang demikian. Saudara dan sahabat, itoelah jang haroes kita tjari didoenia ini".

Sebagai engkau tahoe Ani, kami hidoep diloear, artinja tiada dikota atau didesa. Soedah tentoe saja tiada beroleh pergaoelan dengan orang loear. Itoe djoegalah sebabnja maka saja tiada banjak mengetahoei roepa² hal dan perkara dalam kehidoepan ini. Seorang anak tiada beroleh sekalian pengetahoean dari pada orang toeanja. Pertjampoerannja dengan teman-temannja itoelah jang sering memboeka matanja dan dari pertjampoeran jang demikian itoe ia beladjar matjam-matjam, jang tiada diperoléhnja dari pada orang toeanja.

Saja soedah beroemoer lima belas tahoen tetapi saja masih bodoh, bila koebandingkan dengan seorang anak gadis jang datang pada waktoe itoe dengan orang toeanja mengoendjoengi kami. Anak itoe mentjeriterakan roepa-roepa hal jang beloem koeketahoei. Seorang anak moeda, kekasihnja amat tjinta pada dia. Setelah saja bertanja apa sebab anak moeda itoe sajang akan dia, ia menertawakan saja. Saja maloe dan merasa dihinakan. Saja poen tiada bertanja soeatoe apa.

Kalau saja keloear, menghantarkan makanan dari roemah kekedai, sering orang-orang jang bersoea ditengah djalan berkata: ,,Lihat, anak itoe bagoes". Saja tiada mengerti pada waktoe itoe apa sebabanja orang itoe berkata jang demikian. Demikian djoega kalau hari témpoh, atau petang, Belanda-Belanda jang bekerdja dikeboen itoe datang diroemah bertjakap-tjakap dengan orang toeakoe. Meréka ioe amat ramah kepada saja. Seorang toean jang moeda selaloe bermoeka manis, kalau ia pergi, ia memandang saja, sambil tersenjoem ia menganggoekkan kepalanja. Saja ingat lagi waktoe hari lébaran, ia membeli kain jang mahal begitoe; kain itoe diberikannja sendiri.

Pendéknja tjeritera, Ani, enam boelan kemoedian dari pada itoe, saja kawin . . . . . . . . . . . .- ja, demikianlah sangkakoe pada waktoe itoe — . . . . . . . . . saja dipiara toean jang moeda itoe. Apa sebabnja orang toeankoe mengizinkan sahadja, tiadalah koeketahoei dengan sebenarnja. Ada jang berkata, meréka itoe dipoedjoek toean dan ada poela jang menjeboetkan, toean itoe mengantjam orang toeakoe. Orang toeakoe takoet karena toean itoe berkoeasa djoega dikeboen itoe. Jang saja dengar dari pertjakapan meréka itoe sedang doedoek bersama-sama dengan mak dan bapak. Bapak toendoek sebagai orang bermoesoeh hati, dan saja mendengar mak tersedoe-sedoe. Ia menangis tetapi soearanja ditahaninja. Meréka itoe bertiga tiada tahoe bahwa saja soedah datang. Hatikoe berdebar melihat hal itoe. Toean itoe berkata: „Mak djangan koeatir. tentang anak mak, nanti saja piara dia baik2”. Hatikoe bertambah gemetar mendengar perkataan itoe, karena soenggoehpoen saja masih bodoh, pada waktoe itoe saja mengarti benar bahwa sajalah jang diminta toean itoe. Saja poen mengartilah sekalian maksoed kain pemberian dan keramahannja itoe. Mak menjahoet dengan tangisnja: „Toean, kasian, anak saja tjoema jang sebidji itoe sahadja.”

Ani, kalau koepikir kemelaratankoe, sering timboel kemarahan dalam hatikoe. Saja berkata orang toeakoelah jang menjebabkan nasibkoe ini. Akan tetapi kalau koepikir pandjang, tiadalah sampai hatikoe mempersalahkan orang toeakoe. Saja tiada tahoe dan tiada merasa hal jang menimpa meréka itoe, waktoe saja diminta toean itoe. Saja tahoe benar, meréka itoe memberikan saja boekan dengan réla hati. Boektinja pertjakapan jang koedengar itoe. Perkataan dan soeara mak tersedoe-sedoe itoe tiada lepas dari telingakoe sampai sekarang, bagai mana doedoek dengan moeka jang toendoek, masih terang tergambar dalam hatikoe, meskipoen soedah bertahoen-tahoen lamanja. Ringkasnja, makin koepikir lebih dalam, saja tiada menjalahkan orang toeakoe jang soedah meninggal itoe. Saja poen pada ketika itoe beloem mengetahoei boeroeknja kebiasaan jang demikian itoe, jaitoe perempoean jang hidoep bersama-sama dengan laki-laki, apa lagi bangsa asing, hidoep dengan tiada terikat perkawinan jang soetji. Tetapi setelah koerasai, tahoelah saja bahwa hal jang demikian itoe adalah menghinakan perasaan kehormatan perempoean jang haloes. Mengartilah saja apa sebabnja 'adat lembaga jang sedjati, agama dan peratoeran negeri mengatoer perkawinan, dan amat menjalahkan kehidoepan bersama-sama antara laki dan perempoean jang tiada diikat perkawinan. Akan tetapi soenggoehpoen demikian ke’aiban jang seroepa itoe terlaloe amat banjak berkeliling kita, sehingga kebiasaan jang demikian itoe mendjadi adat, meskipoen dia meroesakkan kehormatan dan kesedjahteraan pihak perempoean.

„Kalau tiada sanggoep kawin, piara njai sadja”. Perkataan jang seroepa itoe sering kedengaran dari orang moeda-moeda. Meréka itoe tiada merasa kehinaan jang demikian itoe. Sebaliknja adalah meréka memandang dia 'adat jang baik, sehingga kadang-kadang meréka itoe tiada kawin lagi. Barang jang indah dan moelia, jang menjempoernakan boedi dan kemanoesiaan, dalam perkawinan itoe soedah lepas dari mata meréka itoe. Adalah arti perkawinan jang diatoerkan Toehan toe tiada lebih tinggi lagi dari pada hal itoe ditenga-tengah chéwan.

Péhak perempoean jang merasa keboeroekan itoe, tiada berdaja akan melawan dia, karena adalah meréka itoe mempoenjai hak jang koerang dan tenaga jang tanggoeng. Dalam hal itoe adalah laki-laki itoe lebih dari dia, lebih dalam kekoeatan, lebih dalam tadjam pikiran. Kelebihan — jang diberikan Toehan — inilah jang dipakai meréka itoe menindis perempoean. Sedang maksoed Allah jang megoerniakan sesoeatoe apa kepada machloeknja adalah sebaliknja, jaitoe seharoesnja dan kewadjibanlah bagai dia, jang lebih koeat dan berkoeasa, melindoengi jang ketjil dan lemah. Demikian djoegalah oedjoed koeasa jang dipegang radja-radja. Dengan koeasa itoelah ia melindoengi ra'iatnja.

Sekalian jang koederita, segala roepa-roepa hal jang koelihat dalam kehidoepankoe dengan toean itoe, tiadalah saja dapat tjeriterakan padamoe, Ani,. Sampailah kalau saja katakan, perasaankoe amat sedih. Sebagai anak tiadalah pernah saja beroléh soesah hati jang sampai menjedihkan hatikoe. Benar toean saja itoe memelihara saja dengan setjoekoepnja, artinja jang bergoena bagai badan dari loear. Saja tinggal diroemah jang lebih bagoes, pakaian jang lebih mahal dan makan jang leibh sedap. Perkataannja poen selaloe manis. Akan tetapi meskipoen demikian itoe, hatikoe tiadalah senang dan saja merasa dirikoe sial. Dibelakang hari, sesoedah pikirankoe lebih toea saja mengarti sebab jang menjoesahkan hatikoe itoe. Dengarlah Ani. Selain dari dapa keperloean badan itoe„ ada lagi keperloean jang bergoena sekali, jang menjenangkan hati kita. Jaitoe „tjinta” jang sebenarnja. Diroemah orang toeakoe saja hidoep beroetoeng, karena meréka itoe menjajangi saja. Dalam roemah toean itoe selaloe soesah, meskipoen wang dan barang tiada koerang, sebab meskipoen bahasa toean itoe baik pada saja, tiadalah ia menaroeh „tjinta” padakoe. Itoe tiada lekas koeketehoei, karena pada waktoe itoe saja masih anak. Akan tetapi dibelakang hari, saja ma'loem akan arti hidoepkoe dalam pemeliharaannja itoe. Saja perloe bagi dia, atau lebih baik saja katakan, dirikoe bergoena bagi dia. Maka oléh sebab itoe ia memelihara saja, karena itoelah ia berlakoe manis akan dakoe. Boekan karena ia kasih atau menaroeh sajang akan dirikoe. Adalah saja bagi dia ’ibarat karangan boenga jang permai. Karangan boenga itoe ditaroh orang diatas médja, karena kebagoesannja menjedapkan mata jang memandang boenga itoe. Orang membasahi tangkai boenga itoe, soepaja kebagoesannja tahan lama. Akan tetapi apa bila daoen-daoen boenga itoe lajoe, ia poen diambil dari tempat jang bagoes itoe. Dimana tempat sampah-sampah berkoempoel, kesitoelah ia diboeang orang.

Barangkali Ani merasa héran, apa sebab saja tahan djoega ditangan toean itoe. Beberapa kali saja katakan pada iboekoe, bahasa saja tiada senang dipiara toean itoe. Apa bila saja berkata akan meninggalkan toean itoe, maka iboekoe menjahoet perkataankoe itoe dengan air matanja. Melihat air mata makkoe jang bertjoetjoeran itoe, mengertilah saja bahwa penanggoengan anaknja jang malang itoe dirasainja dengan perasaan iboe jang haloes. Hatinja poen hantjoer loeloeh mengenangkan nasibkoe itoe. Jang ditanggoeng iboekoe itoe poen koerasai dan adalah dia itoe memiloekan hatikoe, sehingga saja mendekap iboekoe dengan tangiskoe. „Diamlah mak, djangan menangis”, katakoe, tersedoe-sedoe, „jang soedah biarlah soedah. Nasib pendapatan badan tiada boléh ditoelak. Djanganlah mak menangis lagi, saja takkan menjoesahkan pikiran orang toea anak jang malang ini.”

Kalau orang lama dalam soeatoe kesoesahan dan orang itoe tiada berdaja menolak kesoesahan itoe, maka kesoedahannja adalah demikian: Orang itoe berhati réla memikoel nasibnja atau ia berhati kesal dalam hidoepnja. Meskipoen jang pertama itoe jang sebaik-baiknja, jang kedoea itoe poen kerap kali terdjadi. Berapa banjak orang jang tiada mempoenjai kekoeatan menahan doeka tjita jang menimpa dia. Akan menjoedahkan hidoepnja jang sengsara itoe, ia tiada segan lagi memboenoeh diri. Maoet itoelah pada pikirannja jang melepaskan dia dari pada 'azab jang menimpa dia itoe.

Meskipoen sering timboel dalam hatikoe, ja’ni apabila saja kesal, maksoed jang kedoea itoe, tetapi saja lama-lama berlakoe sabar. Sedapat-dapatnja saja meloepakan nasibkoe itoe. Lima tahoen saja dipelihara toean itoe maka pada soeatoe hari bapakkoe beroléh demam ja keras. Ia bekerdja diwaktoe hoedjan, karena ia hendak menghabiskan bangkalai jang tiada seberapa lagi. Malamnja itoe ia beroléh kepala jang berat. Keésokkan harinja badannja amat panas dan demamnja makin bertambah pasang. Ia tiada dapat tidoer dengan senang, karena ia selaloe batoek. Malang jang menimboeni malang, bapakkoe poen meninggallah; ia sakit itoe beloem sepoeloeh hari. Doktor mengatakan, paroe-paroenja jang sakit, karena ia bekerdja dihoedjan, sedang hari dingin benar pada waktoe itoe.

Sesoedah bapakkoe meniggal, kaoem keloearga jang banjak itoe tiada kelihatan lagi. Orang-orang jang beroetang pada kami tiada soedi lagi memenoehi djanjinja. Iboekoe tiada dapat gerboeat soeatoe apa, karena bapak saja memindjamkan oeang itoe dengan tiada pakai soerat atau saksi, karena ia terlaloe pertjaja pada orang. Lagipoen sering djoega ia memberi pindjaman diloear pengetahoean iboekoe. Demikianlah halnja maka iboekoe tinggal dalam kemiskinan setelah bapakkoe meninggal. Mak berdjoealan itoe poen tiada teroes lagi, karena mandoer jang baharoe itoe melarang dia. Pentjaharian jang serendah itoe tiada maoe ia membiarkan tinggal ditangan mak.

Sepeninggal bapak adalah amat soesahnja bagi kami berdoea, saja dan iboekoe. Bagai saja tiadalah ichtiar jang lain dari pada saja haroes memelihara dia. Seharoesnjalah bagai anak itoe membalas air soesoe jang diminoemnja dari dada iboe. Waktoe inilah saja patoet memelihara iboekoe. Adalah itoe adat jang haroes ditoeroet, kewadjiban jang patoet dipenoehi. Tetapi Ani ma'loem, saja tiada mempoenjai soeatoe apa. Tiada roemah tiada tangga, tiada laki jang menaroeh tjinta. Ja, mémang sedih kalau koepikir. Laki-laki jang memelihara saja, teman saja bersama-sama, boekan lakikoe. Péndéknja apa jang koeperoléh dari dia, adalah dia itoe pemberian sahadja. Oléh sebab itoe pada soeatoe hari saja membitjarakan hal iboekoe sama dia dan mengatakan maksoedkoe soepaja saja dapat tinggal bersama-sama dengan iboekoe. Setelah saja bertanja atau ia soedi menerima permintaankoe itoe, ia poen mendjawab: „Banjak bising, kalau tinggal berkoempoel-koempoel dengan familie”.

Bagaimana marahkoe pada waktoe itoe boekan boeatan. Saja dipeliharanja diroemahnja, akan tetapi iboekoe, iboekoe jang melahirkan saja tiada disoekainja tinggal diroemahnja. Akan tetapi saja soedah toea sedikit dan telah berpikiran. Saja menahani nafsoekoe. Dengan perlahan-lahan saja menerangkan segala hal kami kepada dia. Kaoem keloearga tiada ada, apa lagi orang jang memelihara iboekoe. Lagi kemaloean besarlah bagi saja hidoep dengan senang, sedang iboekoe hidoep mengembara. Kesoedahannja, iboekoe boléh tinggal bersama-sama dengan saja. Akan tetapi ia tinggal diroemah toean itoe boekanlah sebagai seorang isi roemah itoe. Adalah ia sebagai orang asing. Makan dan makanannja lain, tidoernja poen dalam seboeah kamar dibelakang. Ja, iboe saja tiada bergoena bagai jang empoenja roemah, hanjalah saja jang diingininja. Demikianlah hatinja didoenia ini Ani. Hidoepkoe jang sial itoe soedah tentoe bertambah-tambah lagi. Bagaimanakah dapat saja melihat iboekoe hidoep bermiskin-miskin, sedang saja hidoep sebagai orang kaja. Demikianlah pemandangan kita dari loear. Tetapi pertjajalah Ani pada waktoe itoe hatikoe lebih soesah lagi dari pada iboekoe. Maka sedapat-dapatkoe adalah saja memelihara iboekoe dengan baik. Dan apabila kami doedoek berdoea dan saja tiada dapat menahan air matakoe, maka ia selaloe menghiboerkan saja. „Djangan begitoe, Soerdjima”, katanja, „kita haroes mengoetjap sjoekoer, bila dibandingkan denngan orang jang beriboe-riboe jang lebih lagi penanggoengannja dari pada kita”.

Hari soedah djaoeh malam, baiklah kita tidoer. Bésok saja teroeskan lagi késah kehidoepan saja jang penoeh dengan kemalaratan itoe.

Dihadapan saja iboe kekasihkoe itoe menjemboenjikan soesah hatinja. Tetapi saja mengerti akan kemoeliaan hatinja. Dengan saja tiada, berapa itoe, tetapi akoe ketahoei benar-benar, ditempat jang soenji sering ia menangis sebab mengingatkan kematian soeaminja itoe. Dalam kehidoepankoe tiadalah soeatoe peroebahan. Hari jang satoe bertoekar dengan hari jang lain, akan tetapi soeatoe poen tiada pertoekaran dalam nasibkoe. Pada iboekoe ada, tetapi perlahan-lahan.

Badannja jang beloem toea itoe makin koeroes. Bila saja bertanjakan itoe, ia selaloe menjeboet: ,,Tentoe orang makin toea dan makin koeroes". Akan tetapi bila koebandingkan oesianja dengan kemoedoeran badannja itoe, boekanlah itoe sebabnja jang sebenarnja.

Pada soeatoe hari ia menangis dikamarnja. Ia melihat saja datang itoe, maka ia poen menangis lebih hébat. Saja memeloek léhérnja dan bertanja dengan piloe hatikoe:

,,Apakah jang mak tangiskan?"

Ia tiada mendjawab. Hanja matanja jang malap itoe memandang saja dengan pandang jang penoeh dengan kemasgoelan.

,,Diamlah mak, djangan menangis". Ia menangis djoega. Ia mendekap saja laloe mentjioem keningkoe.

,,Katakanlah mak, apa sebab mak bersoesah itoe?"

,,Soer, Soer", berkata mak perlahan-lahan dengan soeara jang sedih dan poetoes- poetoes.

,.Soerdjima, anakkoe, bidji matakoe, tangkai kalboekoe. Oentoeng nasibmoelah jang menjoesahkansahkan hati boenda. Bagai boenda adalah penanggoengan kita itoe tiada seberapa."

,,Mak, benar saja tiada hidoep beroentoeng. Akan tetapi mak djangan bersoesah hati karenakoe. Saja merasa dirikoe tiada sengsara, sebagai kiranja boenda."

Entah mak tiada mendengar perkataankoe itoe, entah ia tiada pertjaja, tiada tahoe saja. Ia meneroeskan perkataannja:

,,Soer, anak kesajangankoe. Mengenangkan nasibmoe itoe, itoelah jang memiloekan hatikoe, Saja merasa kekoeatankoe soedah hilang dan adjalkoe tiada dapat lagi menahani kesedihankoe. Saja medoeran badankoe jang koeroes itoe."

Demi saja mendengar perkataan itoe, ja'ni iboekoe tà kan lama lagi hidoep didoenia, saja poen tiada dapat lagi menahani kesedihankoe. Saja menangis seraja memeloek dia dengan sekoeat-koeatkoe, karena perasaankoe adalah dia sebagai dirampas orang dari tangankoe. „Sampaikah hati mak meninggalkan saja?”

„Apakah daja kita menghambat jang akan datang itoe?”

„Tidak, tidak, mak tinggal djoega bersama-sama dengan saja.”

Sedjoeros pandjang kami doedoek berpeloek-peloekan serta bertangis-tangisan.

Oedara jang terang itoe dipenoehi keboet. Awan jang tebal dan hitam datang bergoempal-goempal dibawa angin jang dingin. Poentjak-poentjak goenoeng dari djaoeh dan léréng-léréng boekit jang berkeliling keboen itoe tiada kelihatan karena awan jang hitam itoe.

Sedih pendengaran diloear, sedih didalam hati kami berdoea. Kelam sekalian padang dan beloekar, moeram djoega moeka si iboe dan si anak jang melarat itoe. Matahari dan tjahaja jang terang itoe soedah hilang; dalam hatikoe poen soedah lama gelap dan kelam.

Maka toeroenlah hoedjan jang amat lebat sebagai air ditjorahkan dari langit roepanja. Tanam-tanaman dan toemboeh-toemboehan jang haloes itoe beroléh jang bergoena bagai kehidoepan meréka itoe, tetapi saja dan iboekoe tiada mendapat apa jang ditjintakan hati kami.

Kami doedoek berdoea menghadap djendéla kamar jang terboeka itoe. Matakoe memandang keloear, kelangit jang djaoeh itoe. Saja tiada menangis lagi, karena matakoe soedah kering. Hanjalah sekali-kali saja tersedoe, kerena hatikoe jang piloe itoe menangis djoega. Saja tiada menoléh kepada iboekoe, akan tetapi saja merasa, bahwa ia masih penooeh dalam pertjintaan. Sedih serta soenji rasanja dalam kamar itoe, sedih dan rioeh djoega pemandangan diloear. Soeara hoedjan jang lebat itoe ditoeroeti boenji angin jang meraoeng amat merajoekan hatikoe jang bimbang dan goelana. Bimbang memikirkan nasib kami berdoea, si iboe dan sianak. Boeloe romankoe berdiri, apabila kilat memantjar sekali-sekali dilangit jang gelap itoe.

„Soer, Soer...” berkata iboekoe. Saja terkedjoet, meskipoen soearanja itoe amat lemah lemboet, penoeh dengan tjinta jang tiada tolok bandingnja, tjita jang dikandoeng seorang iboe bagai anaknja.

„Ja, mak” menjahoet saja dengan memandang moeka jang tiada koeloepakan itoe.

„Bagaimanakah sedihnja hatimoe mendengarkan apa jang boenda akan tjeriterakan padamoe. Tetapi tiadalah patoet saja menahan dia, karena tiadalah tahoe saja apa dia itoe dapat saja tjeriterakan dibelakang hari. Maoet datang dengan tiada disangka-sangka, sebagai pentjoeri ditengah malam. Apa lagi sekarang saja merasa jang kita tà lama bersama-sama.” Disini iboekoe diam sedjoeroes. Pada matakoe nampak bagaimana soesahnja ia berkata-kata itoe. Soearanja gementar sebab menahani air matanja. Mata jang malap itoe memandang saja serta iboekoe berkata:

„Ja, tiada lama lagi saja sakit, tetapi penanggoengan jang diderisa hatikoe itoelah jang menghabiskan kekoeatankoe, sehingga saja sekarang koeroes dan penat.”

Saja hendak menangis. Bibir dan kelopak matakoe soedah gemetar. Itoe nampak oléh iboekoe..Ia berkata:

„Soerdjima tenangkanlah pikiranmoe, tahanlah dahoeloe hatimoe, soepaja boenda dapat mengelocarkan segala apa jang hendak saja katakan.”

„Ja, mak. Berkatalah mak. Saja tidak menangis”, sahoetkoe, akan tetapi dadakoe selaloe berdebar.

„Hatikoe tiada berat meninggalkan doenia ini. Saja réla dan sedia akan bertjerai dari kehidoepan ini. Akan tetapi bertjerai dari kau itoelah jang memberatkan hatikoe. Sebab seorang perempoean jang tiada mendjadi iboe, orang piaraan sahadja, maka adalah doedoekmoe amat soesah, adalah sebagai telor dioedjoeng tandoek. Dengan moedah nasibmoe itoe berpoetar, dan apabila engkau tinggal seornag diri, apakah djadinja kelak dengan dirimoe. Tiada orang toea, tiada saudara tempat mengeloeh dan minta bitjara. Anakkoe Soerdjima, nasibmoe itoelah jang meremoekkan hatikoe, oentoengmoe itoelah jang meredamkan pikirankoe. Apakah djadinja dengan kau dibelakang hari, bila engkau soedah toea dan jang diingini toean itoe dalam badanmoe tiada lagi, ja apakah djadinja dengan engkau? O, Doénia jang berboedi, tiadakah dapat nasib seorang perempoean piatoe melemboetkan hatimoe. O, Doenia.........,kemalaratan seorang bangsa lemah, kemalaratan jang disebabkan, tiadalah dapat dia lagi menggerakkan dan membangoenkan kamoeliaan katimoe. Boedinja, hormatnja, setianja, badannja, semoea diserahkannja bagimoe., Beloemlah tjoekoep sekaliannja itoe menerbitkan kasih sajang bagimoe akan dia. O, Doenia, dimanakah hiba kasihanmoe dimanakah perasaanmoe jang adil, dimanakah keterima kasihanmoe?

Keperloean dirimoe jang rendah itoe sahadjakah jang engkau perdoelikan, tinggalkah engkau selama-lamanja sebengis itoe.”

Perkataan iboekoe itoe tiada pernah hilang dari peringatankoe, dan saja selaloe menjampaikan dia pada kenalan saja orang miskin jang banjak itoe. Perkataan itoe tiada sampai dilingkoengan orang tinggi, karena meréka itoe djaoeh tinggi dikepala kita. Perkataan jang dikeloearkan iboekoe itoe adalah perkataan dari seorang manoesia jang hatinja berloemoer darah, darah jang memantjar dari loeka hatinja, loeka jang disebabkan kedjahatan pendoedoek boemi itoe. Meréka itoe berboeat bentjana, korbannja melarat, akan tetapi meréka itoe tiada beroléh hoekoeman.

Sedjoeroes pandang maka iboekoe poen meneroeskan perkataannja:

„Soer, kalau saja soedah mati, apakah jang engkau lakoekan? Tinggalkah engkau dalam halmoe jang sekarang, atau adakah niatmoe hendak mentjahari tempat berlindoeng jang lebih tedoeh. Saja bertanja jang demikian itoe, karena halmoe jang sekarang ini tiadalah kesoekaanmoe. Adalah dia itoe sebab engakau menoeroet perkataan orang toeamoe jang engkau hormati. Ja, apa boléh boeat karena kami poen adalah pada waktoe itoe dalam paksaan jang haloes. Sekarang kalau orang toeamoe berdoea tiada lagi, apakah jang akan engkau lakoekan?”

„Tiada koeketahoei mak,” sahoetkoe. „Benar saja soedah sering memikirkan dia akan tetapi tiadalah pernah berkepoetoesan. Itoepoen saja meminta pikiran iboekoe. Mana sekarang bitjara boenda, anak akan toeroet dengan sesoenggoeh-soenggoehnja.”

„Adapoen nasihatkoe, Soer”, sahoet iboekoe, „tiada pandjang. Tiggallah tetapi pada halmoe jang sekarang ini. Toeroetlah toean itoe dengan setia sebagai jang soedah-soedah.” ,,Ja", boenda pertjajalah, saja akan menoeroet pengadjaran boenda itoe: Akan tetapi bolehkah saja mengetahoei apa sebabnja boenda berkata jang demikian?"

,,Saja bernasihat demikian itoe, karena saja telah menimbang boeroek baiknja dengan pandjang lébar. Kalau sekiranja engkau meninggalkan toean itoe, tentoe amat soesah bagaimoe akan kawin dengan bangsa sendiri. Meréka itoe memandang perempoean piaraan itoe amat rendah. Kalau ada seorang jang soeka kawin dengan bekas njai jang seroepa itoe, adalah pada galibnja orang itoe kawin boekan sebab ia menaroeh tjinta, hanjalah oeang atau barang jang dipandang meréka itoe. Maka apabila jang diingininja itoe telah diperoléhnja, ia poen meninggalkan perempoean itoe. Jang demikian ini telah banjak koelihat. Haraplah saja djangan engkau beroléh jang demikian.

Kalau engkau tinggal sabar dan tetap pada toeanmoe jang sekarang, boléh djadi ia menaroeh kasihan bagaimoe dibelakang hari. Ia memelihara engkau sampai hari toeamoe. Benar kebiasaannja meréka itoe jang memiara njai itoe dengan maksoed mengénténgkan belandja dan mentjahari kesenangan dirinja. Kesoedahannja mereka itoe kawin djoega dengan bangsanja. Tetapi meskipoen demikian, kalau toeanmoe sajang dikau, tentoe ia dapat meninggalkan kehidoepan jang tjoekoep bagimoe, sekalipoen ia kembali kenegerinja.

„Rélakah Soer menoeroet nasihatkoe itoe?”

„Pertjajalah mak, semoeanja itoe akan koelakoekan.”

Kalau demikian, senanglah hatikoe bertjerai denga engkau Inilah pengharapankoe jang penghabisan pengharapan seorang iboe soepaja anaknja selamat sedjahtera sesoedah ia berhenti dalam koeboer. Moga moga Toehan Allah soebhanah Wata 'ala mengeoeatkan hatimoe akan memikoel sekaliannja itoe.

Dengan perkataan itoe iboekoe memeloek dan mentjioem sahaja.”

,Izinkanlah saja mati, soepaja perdjalanankoe moedah dan lapang." kata iboekoe.

Saja tiada menjahoet. Dadakoe sesak dan kerongkongankoe sebagai disepit dengan besi.

Soer, izinkanlah, tanjanja poela, sambil air matanja jang bertjoetjoeran itoe membasahi pipikoe.

Dengan tangiskoe saja menjahoet serta soearakoe poetoes-poetoes:

,,Mak, saja berserah kepada Allah, maka barang segala takdirnja itoe, sahaja akan menerima dia."

,,Sjoekoer, sjoekoer, engkau tiada mengoepat perboeatan Toehan. Ani djanganlah terlampau berdoekatjita. Meskipoen bagaimana besar sengsara kehidoepanmoe sepeninggalkoe, tinggallah anakkoe tetap pada djalan jang boenda soedah toendjoek dan djalani. Kehidoepan kita diatas boemi itoe sebentar adanja dan pertjeraian kita itoe boekan oentoek selama-lamanja. Diseberang laoet jang kita lajari ini, kita berdjoempa dengan hati jang girang serta beroléh bahagia selama-lamanja.

Ingatlah itoe siang dan malam.”


Hoedjan jang lebat itoe soedah berhenti. Angin jang koeat itoe telah tedoeh. Kaboet dan awan jang menoetoepi dataran dan léréng-léréng goenoeng telah hilang. Tjahaja matahari memantjar dengan terangnja dari antar-antara awan jang menoetoepi langit itoe.

Iboekoe memberi tanda soepaja saja membiarkan dia sendiri dikamar itoe. Ia meletakkan badannja jang penat itoe dan saja poen masoek keroemah dengan hati jang sedih dan rajoe.


Malam soedah djaoeh. Djalan dan lorong-lorong poen soedah sepi. Djam besar, jang ada pada menara tinggi gerédja besar itoe berboenji sebelas kali. Soearanja jang hébat itoe kedengaran kemana-mana.

Soedah poekoel sebelas. Baiklah dahoeloe kita tidoer, bésok malam saja teroeskan tjeriterakoe itoe. Akan tetapi haroeslah Ani memperhatikan dia.

3 November.

Malam ketiga setelah kedoea orang perempoean bersaudara itoe bersama-sama, maka Ani poen mendjediakan makanan oentoek meréka itoe berdoea. Kaldoe ajam jang diberikan njonja pengasih itoe amat sedap dirasa si Soerdjima. Kalau Ani poelang dari gedoeng, selamanja njonja itoe menjoeroeh membawa makanan oentoek Soerdjima. Selain dari pada makanan, jang mengoeatkan badan, Ani beroléh boeah-boeahan, kadang2 roti atau biskoeit. Pemberian jang sedikit ini — sedikit bagai orang kaja kalau dibandingkan dengan keadaannja — tá kan terasa bagi jang memberi. Sebaliknja adalah pemberian jang demikian itoe menjenangkan hati si pemberi jang ketjil itoe amat menjenangkan hatinja. Ia merasa dirinja beroentoeng oléh karena sedekah jang diberikan dengan hati ichlas itoe. Demikian djoega perasaan Soerdjima. Si Ani poen tiada koerang soeka tjitanja melihat sahabatnja itoe memakan makanan jang mengoeatkan badannja.

Setelah kedoea orang itoe habis makan, dan Ani telah meletakkan piring dan tjangkir jang tiada berapa itoe, pada tempatnja, maka Soerdjima poen doedoeklah meneroeskan tjeriteranja itoe. Ia doedoek itoe bersandar bantal sekadar menjenangkan badannja jang letih itoe. Sedjak dari pertjakapan kami dalam kamar itoe badan iboekoe makin koeroes benar. Sering ia tiada meninggalkan tempat tidoernja. Makan dan minoem poen tiada berapa lagi. Dahoeloenja tiadalah ia dapat diam. Ia seorang perempoean jang soeka benar bekerdja. Kalau pekerdjaannja soedat selesai, ia mentjahari pekerdjaan jang ketjil-ketjil, menjapoe, menggosok ini dan itoe, membersihkan perkakas roemah. Sekarang tiadalah soeatoe apa jang diperboeatnja. Akan tetapi meskipoen iboekoe sesakit itoe, beloemlah pernah ia meninggalkan waktoe jang lima itoe. Dari dahoeloe selaloe ia berkata: „Kalau saja soedah sembahjang, bagaimana sekalipoen kesoesahan jang koeperoléh, hatikoe selaloe senang. Adalah sembahjang itoe mengoeatkan hatikoe dan memberi kegirangan bagikoe.”

Pada soeatoe petang, sedang saja doedoek bersama-sama iboekoe, maka toean saja poen memanggil saja. Ia mengatakan, bahwa ia beroléh pindahan ke-Betawi. Ia akan bekerdja dikantor keboen itoe di-Betawi. Hari akan berangkat soedah tiba, dan disitoelah saja mesti bertjerai dengan iboekoe. Segala poedjoekan mengadjak dia bersama-sama berangkat ke-Betawi tiada bergoena „Disini koeboeran bapakmoe”, sahoetnja, „disitoe majatkoe dikoeboerkan kelak. Saja lahir dan besar dinegeri ini, dan pengharapankoe poen akan mati disini djoega. Biarlah boenda tinggal disini. Pergilah Soerdjima barang kemana toeanmoe membawa engkau."

Keesokkan harinja berangkatlah saja dengan toeankoe. Tá dapat saja mentjeriterakan kesedihan pertjerainkoe dengan iboekoe. Kalau saja koeasa akan njawakoe lebih baiklah saja mati dari pada meninggalkan iboekoe. Karena saja merasa benar-benar, bahwa sekali itoe sahadjalah saja melihat moekanja diatas doenia ini. Perasaankoe itoe adalah benar adanja, karena beloem seboelan kami tinggal di-Betawi saja poen beroléh kabar, bahwa iboekoe telah meninggal doenia. Saja berangkat lekas-lekas, karena saja ingin benar melihat moekanja, moeka iboekoe, iboekoe. Dia sendirilah jang menjintai akoe, dia telah hilang, hilang dari matakoe. Saja tiba ditempat iboekoe koetinggalkan itoe akan tetapi saja telambat datang, majatnja soedah dikoeboerkan. Petang itoe djoega saja keloear mendapatkan tempat koeboeran iboekoe itoe. „Itoelah dia koeboerannja“, kata seorang anak, jang koebawa dari roemah, sambil menoendjoek tempat jang baharoe digali tanahnja. Demi saja melihat koeboeran itoe maka saja poen meraoeng sebagai anak dan badankoe koedjatoehkan keatas koeboeran itoe. Maka saja poen tiada ingatkan dirikoe. Berapa lamanja saja pingsan itoe, tiadalah koeketahoei. Apabila saja sadar akan dirikoe maka tampalah pada matakoe boedak jang menemani saja itoe doedoek menangisi saja, karena ketakoetannja. Setelah koelihat tanah jang baharoe digali itoe, maka saja poen menangislah dengan kesedihankoe. Tanah jang dingin itoe koepeloek beroelang-oelang dan air matakoe bertjoetjoeran keatasnja. Saja meratap menangisi iboekoe jang mati itoe, menangis karena kematiannja jang sedih itoe, menangis karena nasibkoe dan nasib orang toeakoe jang malang itoe. Akan tetapi soeatoe poen tiada jang menjahoet tangiskoe. Tanah jang dingin itoe diam sahadja, boenda jang telah mati itoe tiada djoega menjahoet, meskipoen ia mendengar ratap tangis anaknja jang sial itoe. Soeatoepoen tiada jang menaroeh hiba kasihan, selain dari pada boedak jang doedoek disisi koeboeran itoe.

Boedak itoe memanggil namakoe, seraja menarik tangankoe perlahan-lahan. „Poelanglah kita, hari soedah malam”, katanja dengan soeara jang lemah lemboet. Maka berdirilah saja seraja meninggalkan tempat boenda berkoeboer itoe. Pada waktoe poelang itoe merasalah sahaja bahwa saja sekarang tinggal dengan seorang diri sadja.

Tiada anak tiada saudara,
Tiada djoega orang toea.
Badan tinggal sebatang kara
Terhempas-hempas gelombang doenia.

Malam soedah gelap. Anak itoe berdjalan dihadapan saja. Tjahaja boelan dan bintang itoelah jang menoendjoekkan djalan bagai kami. Penerangi malam jang berjoeta- joeta itoe menghiasi tirai malam itoe dengan indahnja. Akan tetapi bagai saja telah hilang keindahan 'alam itoe. Hanjalah hidoepkoe jang penoeh dengan kemasgoelan itoe jang memenoehi hatikoe. Kalau tiada sebab takoetkoe akan kemoerkaan Toehan, saja soedah mengambil djalan jang lain, jang menoedjoe kengarai jang tjoeram dan dalam itoe, akan memboeangkan badankoe jang sial sengsara itoe. Saja poelang ke- Betawi mendapatkan toeankoe. la sendirilah jang tinggal, jang mengenal saja, jang mengenal hatikoe dan penanggoengankoe. Melihat halkoe itoe adalah ia menaroeh kasihan djoega kepada saja. Akan tetapi kasih sajangnja itoe tiada lebih dari pada hiba kasihan orang jang laloe didjalan kepada orang pemintak-mintak. Orang jang laloe itoe meraba kantongnja seraja memberi orang miskin itoe barang sedikit. Apa jang koetjintakan apa jang koeingini, tiadalah diberikan toeankoe itoe, karena boekan ia boeat saja, hanjalah karena saja bergoena oentoek dia.

Apabila saja tinggal seorang diri diroemah, kalau saja melihat seorang perempoean jang menggéndong anaknja, bagaimana poen miskinnja, adalah selamanja saja berkata dalam dirikoe sendiri, bahwa orang itoe lebih beroentoeng lagi dari saja. Karena, karena miskipoen saja tinggal diroemah jang bagoes dan berpakaian jang bagoes dan tjoekoep, saja merasa hidoepkoe kosong dan soenji, karena seorang poen tiada saja beroléh anak. Anak itoelah soeatoe benda menghiboerkan hati perempoean. Meskipoen siiboe merasa banjak sakit dan kesoesahan oléh karena anaknja, akan tetapi semoeanja itoe beloem setimbang dengan kegirangan jang dibawa anak itoe pada hidoepnja. Tiadalah tjinta pada manoesia jang melebihi tjinta si iboe kepada anaknja. Tiadalah soekatjita jang melebihi soekatjita si iboe melihat anaknja jang baroe dilahirkannja, meskipoen sakit jang ditanggoengnja oléh karenanja tiada dapat dikira-kira.

„Apakah sebabnja Soerdjima tiada beroléh anak”, tanja si Ani, „adalah empok selaloe digoda penjakit.”

Boekanlah saja jang salah, atau badankoe jang koerang menerima. Sebabnja hanja ini sahadja. Toean jang memelihara saja itoe tiada soeka saja beroléh anak. Soedah tentoe saja, tiada dapat melawan kesoekaannja, karena ialah, jang koeasa akan saja. Kalau koepikir, amatlah berbéda kehidoepan kami. Saja terikat, soeatoe poen tiada kebébasankoe, dirikoe poen tidak, adalah saja sebagai boedak djoealan pada zaman dahoeloe kala. Ia boléh berboeat sesoeka-soekanja. Ia dapat pegi sebarang waktoe dan datang padakoe sesoekanja. Dalam pésta, roemah tempat bersoeka-soekaan ia tjampoer gaoel dengan bangsanja dan main dangsa dengan nona- nona sebagai orang moeda.

Akan tetapi saja. Saja boekan manoesia hanjalah perkakas oentoek manoesia.

Bagaimanalah pikiran seorang perempoean melihat jang demikian itoe. Ia tinggal dikamarnja sampai djaoeh malam, kadang- kadang semalam- malaman itoe, sedang si laki bersenang- senang diri ditengah_ tengah sahabat kenalannja, laki-laki dan perempoean. Semoeanja itoe koeperhatikan benar- benar dan koerasai kesiksaan jang bermatjam-matjam jang diperoléh njai-njai peliharaan itoe. Tiadalah djaoeh perbandingan saja itoe dari sebenarnja kalau koesamakan meréka itoe dengan nasib boedak-boedak diwaktoe doeloe-doeloe..

Tiga tahoen setengah kami tinggal di Betawi, maka toean saja pergilah ke Eropah. Ia beroléh verlof setahoen. Saja disoeroehnja poelang, karena ia tiada akan memiara saja lagi apabila ia poelang. Oeang soedah tjoekoep disimpannja, hidoep dengan saja ia soedah kenjang. Sekarang ia akan kawin dengan bangsanja karena dialah jang dapat menjenangkan hatinja dialah jang meanoegerahkan bahagia bagainja. Selain dari pada pakaian jang ada pada badankoe saja beroléh oeang dengan kadarnja, tjoekoep belandja beberapa boelan. Itoelah koeterima kasihan, itoelah balas djasakoe jang menaroeh dia itoe dalam waktoe jang bertahoen-tahoen itoe. Saja moeda datang diroemahnja. Sekarang badankoe soedah toea. Saja disoeroeh pegi. Kemoedaankoe, ’oemoerkoe jang bagoes, semoeanja diperoléhnja, sekarang koeroes dan toea saja poelang ke.........kemana? Keorang toeakoe? Kedoea-doeanja tiada lagi. Kekampoengkoe? Ja, siapakah gerangan jang akan koekoendjoengi disana? Adakah orang jang soedi menerima saja, adakah orang jang soeka memelihara saja dihari toeakoe?

Toeankoe naik kapal, dan kami poen bertjerailah. Ia tiada soeka saja mengantarkan dia kekapal.

Bagaimana poela sedihnja hatikoe bertjerai dengan toean itoe tiada dapat saja tjeriterakan. Penanggoengankoe pada waktoe itoe tiada koerang dari pada ketika saja bertjerai dengan iboekoe, atau waktoe saja menangisi koeboerannja. Hatikoe sedih boekanlah karena saja menaroeh tjinta pada dia. Akan tetapi karena saja soedah merasa, bahwa saja sebagai disiksa. Memikirkan betapa kelak djadinja dengan saja, itoelah jang menambai doekatjitakoe.

Saja poen berdjalanlah meninggalkan roemah itoe dengan membawa nasibkoe. Barang segala apa jang koelihat diperdjalankoe ini, tiadalah bergoena saja mengatakan dia. Dimana- mana ada orang kaja dan orang miskin. Diantara kaoem miskin itoe banjak jang berhati moelia. Meskipoen pakaian dan badan meréka itoe kotor dan mesoem dari loear, hati meréka itoe lebih soetji dan moelia dari pada orang kaja, jang diam dalam roemah jang bagoes dan taman jang indah. Pada seboeah roemah tangga jang miskin, akan tetapi orangnja amat baik boedinja, disitoelah saja tiba. Orang itoe menerima saja dengan hiba kasihan mereka itoe. Beloem lama saja menoempang diroemah itoe, adalah perasaankoe sebagai tinggal pada orang toeakoe. Hatikoe jang soedah lama tiada beroléh sepatah kata jang keloear dari pada hati jang toeloes, saja jang sekian lama tiada menerima soeatoe tanda hiba kasihan, hatikoe penoeh kesenangan melihat kebaikan orang itoe laki bini kepada saja. Adalah perasaankoe sebagai tanam- tanaman jang moeda, daoennja hampir lajoe, ranting- rantingnja toendoek kebawah karena moesin panas jang lama, kemoedian tanam-tanaman itoe beroléh air hoedjan jang sedjoek.

Tetapi apakah jang saja kerdjakan?

Dibelakang hari tahoelah sahaja, apa sebabnja bangsakoe pihak perempoean djatoeh pada djalan jang salah, ja'ni meréka itoe tiada menghargakan kehormatan diri meréka itoe.

Orang jang „baik-baik” jang laloe didjalan, apabila melihat perempoean jang melarat itoe, berkata, kalau tidak poeas, dalam hatinja:” Tjis, perempoean dj.........!”

Demikianlah perkataan orang jang „baik-baik” itoe. la tiala memikir dan menimbang apa jang dilihatnja. Kalau diperhatikannja benar apa sebabnja orang jang melarat itoe melarat, tentoe tiada berani ia berkata jang demikian. Orang jang demikian itoe tiada patoet kita nista-nistai. Seharoesnjalah kita merasa hiba kasihan pada meréka itoe.

Kalau diperiksa benar-benar, alalah kebanjakan diantara mereka itoe bekas- bekas piaraan orang (njai-njai) atau perempoean jang telah beberapa kali ditjeraikan lakinja.

Orang jang beloem merasai soeatoe hal, jang beloem melihat perkaraitoe dari dalam, djanganlah ia mengeloearkan pertimbangannja. Lebih baik ia diam.

Saja soedah merasai kehidoepan orang piaraan dan saja mengarti apa sebab banjak diantara meréka itoe djatoeh kedjalan kesesatan. Seorang perempoean piaraan telah biasa hidoep dengan senanag. Artinja ia tinggal diroemah jang bagoes dan badannja tiada soesah bekerdja, karena orang jang memiara njai itoe adalah pada galibnja lebih berada dari pada perempoean itoe. Oleh sebab itoe perempoean itoe beroléh kehidoepan jang lebih senang. Ia hidoep demikian itoe beberapa tahoen; kebetoelan pada hari moedanja. Pada waktoe moedanja seharoesnjalah manoesia haroes bekerdja radjin soepaja badannja lebih koeat dan tegap. Tetapi perempoean piaraan itoe adalah sebaliknja. waktoe ia moeda ia hidoep bermalas-malas dan badannja poen mendjadi mandja? Inilah awal ketjilakan itoe.

Apa bila toeannja djemoe akan dia, atau dioebahkan hal jang lain maka ia disoeroeh pegi toeannja itoe. Akan mentjahari pekerdjaan perempoean jang seroepa itoe tiada moedah. Pertama badannja tiada koeat lagi bekerdja karena soedah biasa hidoep senang dan malas. Kedoea ia merasa maloe djadi perempoean kerdja. Oléh sebab itoe sedapat-dapatnja ia beroesaha soepaja beroléh toean jang lain. Hal jang soedah saja tjeriterakan diatas teroes djoega. Sekarang ia ditjeraikan toean jang kedoea. Akan mentjahari toean jang ketiga soedah soesah bagai dia, karena tá ada lagi kebagoesan badannja jang menjenangkan hati laki-laki. Hendak bekerdja soedah soesah poela. Kesoedahannja ia mengambil djalan jang penghabisan.

Tiadakah ia menghormati dirinja?

Masih. Karena perasaan jang seroepa itoe mémang ada tiap-tiap perempoean. Perasaan kehormatan akan dirinja adalah dia itoe dibawanja lahir. Tetapi selama ia tjampoer dengan orang jang memiara dia, perasaan kehormatan itoe makin berkoerang-koerang. Pada achirnja tiadalah ia enggan berkeliaran didjalan besar, karena dengan djalan jang demikianlah ia dapat beroleh penghidoepan. Bagaimana rendahnja dan sengsaranja kehidoepan jang seroepa itoe, tiada oesah saja katakan lagi, tetapi kalau peroet itoe soedah lapar, apakah jang tidak orang kerdjakan.

Waktoe saja soedah ditinggalkan toean itoe adalah saja dalam pertjobaan besar. Dalam hatikoe saja mendengar doea soeara Jang satoe berkata: „Djanganlah koeatir akan kehidoepanmoe, engkau masih moeda. Kalau engkau soedah bosan dalam tangan laki-laki, tinggallah hidoep seorang diri. Akan beroléh oeang tiada soesah. Lihat sahadjalah apa jang diperboeat temanmoe. Kalau engkau perhatikan, roepamoe lebih bagoes lagi dari pada kebanjakan orang itoe.” Soeara ini koeat dan hebat boenjinja.

Soeara jang kedoea adalah djaoeh koedengar. Perlahan-lahan dan merdoe ia memberi nasihat akan dakoe, soepaja saja awas akan godaan doenia. Adapoen perkataan iblis itoe manis dan lemboet. Akan menoeroetnja poen tiada soesah. Akan tetapi bila kita perboeat nasihatnja itoe achirnja kita bertambah melarat, sedang kekoeatan kita bertambah koerang, sehingga kesoedahannja badan dan djiwa kita djatoeh melarat. Sebaliknja kesoesahan jang diperoleh oleh kerena melaloei djalan jang benar adalah kesoesahan jang membawa kegirangan jang semata-mata.

Meskipoen soesah bagikoe, saja menoeroet soeara jang kedoea itoe. Sedjak dari ketjilkoe sampai saja besar, orang toeakoe selajoe berkata padakoe: „Hidoep baik itoelati jang disoekai Toehan dari pada kita.”

Saja mentjahari pekerdjaan akan kehidoepankoe. Pendapatankoe tiada banjak, tetapi halal. Rezeki jang halal itoe, soenggoehpoen tiada banjak, adalah dia lebih dari pada barang jang banjak jang diperoleh dengan djalan jang sérong.

Ani, tjeriterakoe ini tiada pandjang lagi. Perhatikanlah kesah kehidoepankoe itoe. Siapa tahoe, barangkali engkau banjak beroleh peladjaran dari dia. Karena sering kedjadian nasib jang seorang tiada djaoeh berlainan dengan seorang jang lain.

Dari pada hidoepkoe jang penoeh dengan pertjintaan itoe saja beroléh perasaan jang haloes. Apa jang diderita mereka jang sengsara saja merasai dia. Oléh sebab saja telah merasai kemalaratan meréka itoe, timboel keinginan jang baharoe dalam hatikoe, jaitoe sedapat-dapatnja saja selaloe beroesaha menolong dan membawa meréka itoe jang sesat kedjalan jang benar. Itoelah haloean jang koetoedjoei dalam hidoepkoe, sebagai Ani, soedah melihat dia. Akan tetapi ’oemoer manoesia itoe péndék adanja, dari kekoeatan kita amat ketjil. Sekarang saja soedah merasa dirikoe lemah karena penjakit jang menggoda saja ini. Tetapi soenggoehpoen demikian, selama hajat dikandoen badan, djanganlah kita lalai mentjapai maksoed 'jang soetji itoe, maksoed jang memoeliakan kehidoepan kita didoenia ini. Karena boekanlah kita jang mempoenjai kehidoepan kita, adalah dia barang anoegerahan jang empoenja 'alam ini. Selama kita beroleh anoegerah itoe, haroeslah kita mempergoenakan dia sebagai kehendak jang empoenja itoe.

Déwi malam jang berkain jang hitam itoe menoetoep moeka boemi. Segala machloek pendoedoeknja tidoer dengan kesenangannja. Demikian djoega perempoean kedoea bersaudara itoe. Hanjalah bintang jang berjoeta- joeta itoe gemerlapan dilangit jang hidjau itoe, laksamana balatantera jang berdjaga dimedan peperangan.

7 November

Djendéla kamar tingkat atas roemah seorang kaja ditanah Abang masih tertoetoep, meskipoen matahari soedah menerangi pagi jang sedjoek itoe, Anak moeda kaja itoe masih tidoer lelap karena ia lambat poelang keroemah. Poekoel tiga malam baharoelah ia tiba diroemah. Jan Sin, sahabatnja itoe masih tinggal lagi sebentar diroemahnja akan membitjarakan apa jang dilakoekan meréka itoe bésok malam. Sesoedah sahabatnja itoe pegi, beloem dapat ia tidoer. Gambar jang dimédja itoe meriboetkan hatinja poela. Ia berdjalan berkeliling-keliling dalam kamarnja itoe serta dengan doekatjitanja. Kemoedian ia berkata: „Benar akoe bodoh. Apakah faédahnja akoe bersoesah hati. Baiklah akoe tidoer.”

Akan tetapi ia tidoer itoe, koeranglah lelapnja karena perasaannja panas, oléh sebab ia makan dan minoem terlampau banjak. Alat pentjernaanja beroléh pekerdjaan jang berat. Itoelah jang menjebabkan perasaannja jang panas itoe dan tidoer gelisah.

Djalan besar itoe makin ramai. Kenderaanpoen jang laloe lintas bertambah banjak. Tek Lie poen bangoenlah dari pada tidoernja. Ia merasa badannja lesoe dan ia bergerak lambat serta malas. Perlahan-lahan berdjalan ia memboeka djendéla kamar itoe. Hawa jang sedjoek masoek menoekar hawa kamar jang panas itoe. Adalah perasaannja amat sedap menelan hawa jang sedjoek itoe. Sesoedah itoe ia poen menékan seboeah kantjing ketjil diatas medjanja. Lontjeng ketjil poen berboenjilah dibawah memberi tahoe kepada djongosnja bahwa ia soedah bangoen. Djongos itoe datang membawa sebocah kendi jang berisi air panas. Dengan air inilah ia berkoemoer-koemoer akan menjoetji moeloetnja. Setelah ia habis mandi dan makan pagi maka ia poen berpakaianlah akan pergi menoendjoengi sahabatnja kepasar Senén. Sedjak ia datang dari tanahnja di Tangerang beloem pernah ia bersoea dengan sahabatnja itoe. Kemarin dahoeloe ia soedah berdjandi dengan Hok Gwan akan datang diroemahnja. Adapoen Hok Gwan itoe djaoeh lebih toea dari Tek Lie. Ia soedah beroesia empat poeloeh tahoen dan mempoenjai lima anak. Kalau diperhatikan benar-benar, adalah persahabatan kedosa orang itoe gandjil roepanja, karena tabi'at meréka itoe amat berlainan. Hok Gwan mempoenjai harta jang banjak, jaitoe peninggalan orang toeanja. Sampai sekarang adalah kelakoeannja tiada bertoekar. Kepelesiran, main, minoem itoelah kesoekaannja, dan ia selaloe berhati girang, tiadalah ia mengenal soesah hati. Soenggoehpoen keadaannja makin koerang, ia tiada mengindahkan itoe. Ia tetap joega tjampoer gaoel dengan orang pemboros. Tek Lie seorang pendiam dan berhati soenggoeh-soenggoeh. Ia tiada berapa soeka kepelesiran kota. Kalau ia toeroet-toeroetan adalah sebab ia diadjak temannja, soepaja temannja djangan berketjil hati, ia pegi bersama-sama dengan meréka itoe. Kebiasaannja ia tinggal dioedik, ditengah-tengah tanah kepoenjaannja itoe. Sebagai orang tani ia toeroet djoega bekerdja tanah dan amat ia menjoekaai kehidoepan diloear, djaoeh dari kota jang boesoek dan panas itoe. Seperti orang toeanja ia selaloe berkata, tanah itoclah pokok segala kekajaan orang. Tanah itoelah jang memberikan kebanjakan jang bergoena kepada manoesia. Oléh sebab itoe kerdja tanah itoelah pekerdjaan jang paling moelia, jang lebih bergoena dari pada roepa-roepa djabatan.

Tetapi sebeloemnja saja menoeliskan pertiakapan Tek Lie dengan sahabatnja salama pertemoean diatas ini, baiklah saja dahoeloe mentjeriterakan apa jang kedjadian diroemah tangga Hok Gwan pada minggoe jang liwat. Dari pada perkara jang terdjadi itoe, kita mengenal hal ihwal roemat tangganja.

10 November

Si iboe sedang siboek berkemas memboengkoes pakaiannja. Anaknja sedang bermain-main dikamar itoe, ketjoeali anak jang toea berdoea. Meréka itoe poelang dari sekolah. Kalau anaknja itoe bertanja: „Apakah sebabnja iboe berkemas? Hendak kemana mak?” si-iboe tiada menjaoet. Ia menjoeroeh anaknja pegi bermain-main.

Pintoe kamar itoe ditoetoepnja, karena ia tiada soeka melihat moeka soeaminja. Sedang ia berkemas-kemas itoe, ia selaloe berpikir-pikir sehingga ia kadang silaf menjimpan barang-barang itoe.

„Tiada pantas kelakoeannja itoe. Ia tiada menaroeh hati akan saja dan anak jang lima ini. Pada hal ia boekan orang moeda lagi.”

Demikianlah si iboe berpikir-pikir, serta hatinja marah dan bentji kepada soeaminja.

Sedang ia berpikir-pikir demikian itoe, maka kedengaranlah padanja soeara langkah Hok Gwan, soeaminja itoe. Ia terkedjoet sebentar. Telinganja dipasangnja mendengar soeara itoe, Orang itoe datang roepanja mendapatkan kamarnja itoe, karena soeara sepatoe itoe semakin keras.

„Kalau ia datang nanti koeoesir”, berkata perempoean itoe dalam hatinja. Moekanja jang masam itoe bertambah moeram. Doea harilah soedah ia selaloe mendjaoehkan moekanja dari soeaminja itoe. Ia hendak pegi meninggalkan soeaminja itoe oléh karena perboeatannja jang tiada senonoh itoe. Tetapi ia merasa dalam hatinja, bahwa moestahillah menjampaikan maksoednja itoe. Pertjeraian dengan soeaminja itoe adalah menjoesahkan benar kesalamatan anaknja itoe dibelakang hari. Lagipoen meskipoen ia marah dan bentji betoel pada soeaminja itoe, djaoeh dalam hatinja ia merasa tjinta djoega akan dia. Akan tetapi apabila ia memandang moeka atau mendengar soeara soeaminja, boeatan bentjinja akan dia.

Soeara sepatoe jang datang itoe soedah dekat dihadapan pintoe. Ia berdiri hendak mengoentji pintoe bilik itoe. Tetapi jang datang itoe soedah doeloean.

Sebentar itoe Hok Gwan poen memboeka pintoe kamar itoe. Sebagai orang jang bersalah jang meminta ampoen dan kasihan demikianlah ia tegak dipintoe itoe. Tá tiada berani masoek kedalam mendapatkan isterinja itoe.

Baharoe si iboe melihat soeaminja maka ia poen memalingkan moekanja sedikit. Ia poera-poera memboeka latji médja dan mentjahari ini dan itoe. Kemoedian ia poen memaksa dirinja, karena dalam hal jang demikian itoe adalah ia sebagai orang bersalah, kalau ia teroes mendjaoehkan matanja. Pada air moekanja tergambar poela kemarahan dan matanja berkilat-kilat penoeh kebentjian. Hatinja jang bimbang itoe menaroeh soesah dan ketakoetan. Sekarang ia memandang soeaminja dengan pandang jang tadjam.

Si soeami mengangkat moekanja dan memandang moeka isterinja itoe.

„Lin”, katanja dengan soeara jang perlahan-lahan, serta dengan ketakoetannja.

Kemoedian ia menoendoekkan kepalanja dan kedoea belah tangannja ditarohnja kedadanja. Maksoednja soepajaa isterinja itoe merasai kasihan kepada dia. Perempoean itoe mengamat-amati soeaminja dari kaki sampai kepala. Moeka soeaminja jang gemoek dan djernih itoe, pakaian jang bagoes dan ramboet jang disisir dengan rapi itoe. . . . . . . . . . . . sekaliannja itoe mendjadi tanda bagai dia bahwa soeaminja itoe tiada menoeroet barang sedikit doeka tjita.

„Ia selaloe bergirang hati, tiada mengenal maloe,” katanja dalam hatinja.

„Sebaliknja saja tiada dapat makan dan tidoer jang tjoekoep, karena memikirkan perboeatannja itoe. Akan tetapi, ia sipersalah, tinggal tenang djoega. Moekanja selaloe riang saradja. Itoe djoegalah sebabnja perempoean moedah berahi memandang moekanja! Sekarang dihadapankoe ia poera-poera menoendjoekkan soesah hatinja.

„Lin, adinda Lin. . . . . . . . .”, kata si soeami dengan soeara jang sajoep-sajoep akan melemboetkan hati isterinja itoe. „Apa........., maoe apa sama saja”, sahoet jang dipanggil itoe. Soearanja keras-keras dan bibirnja dikenjapnja.

„Ling, soedara kita datang bésok pagi”.

„Saja tidak pedoeli. Itoe boekan saja poenja perkara lagi.”

„Lin, beloemkah hatimoe.........”, berkata si laki sambil ia mendekati isterinja 'itoe perlahan-lahan.

„Pegi, ajo pegi......... maoe apa sama saja!”

Selama ini Hok Gwan pertjaja akan perkataan si Isa, perempoean kepertjajaannja, jang soedah bertahoen tahoen bekerdja pada dia. Pada sangkanja perkara itoe tá kan melarat dan hati isterinja jang marah itoe nanti akan tawar sendiri. Oléh karena itoe ia selama ini tinggal senang. Dengan senang ia makan tidoer, membatja soerat kabar, melantjong sebagai kebiasaannja.

Akan tetapi sekarang, sesoedah ia melihat. air moeka isterinja jang poetjat itoe, setelah ia mendengar soeara isterinja gemétar, baharoelah ia sekarang mengarti betapa kesoesahan jang ditanggoeng isterinja itoe. Merasalah ia pada waktoe ini bentjana jang terdjadi oleh perboeatannja itoe. Hatinja jang ringan itoe beroebahlah dan kasih sajangnja poen timboellah pada isterinja itoe. Ia sedih memandang moeka isterinja jang sengsara itoe. Maka air matanja poen bertjoetjoeranlah dari pipinja jang gemoek itoe.

Dengan soeara jang gemetar karena kesedihannja ia berkata:

„Lin........., tiadakah adinda dapat mengampoeni.........?"

Kerongkongan sebagai disepit, ia tiada dapat meneroeskan pertanjaan itoe.

Perempoean itoe memandang kelatji jang terboeka itoe. Ia menggigit bibirnja menoendjoekkan hatinja jang keras itoe.

„Adinda Lin. Apa jang saja minta ttiada lain ampoenilah kelakoeankoe itoe. Ingatlah perkawinan kita jang soedah doea belas tahoen itoe. Tiadakah engkau mema'afkan koesesatan saja jang sesa'at itoe. Lin............ ampoenilah kelemahankoe itoe."

Perempoean itoe mengangkat matanja. Ia menoenggoe sampai soeaminja mengeloearkan apa jang akan dikatakannja.

„Ja kelemahankoe itoe........., adinda poen mengenal......"

Bibir dan pipinja gemetar dan moekanja poen poetjat. Soearanja hilang dan lidahnja poen tá dapat berkata-kata lagi.

„Pegi, ajo pigi dari sini, djangan oelangi lagi mengatakan kesesatanmoe, kelemahanmoe. Tá oesah koedengar lagi perboeatan jang kedji itoe." Si iboe hendak berlari dari kamar itoe akan tetapi kakinja tiada koeat lagi. Ia mendjatoehkan badannja kekoersi jang dekat médja itoe.

Moeka si soeami menoendjoekkan doekatjita jangjang amat besar karena ia telah poetoes asa. Matanja penoeh dengan air mata.

„Lin", katanja serta ia tersedoe- sedoe," kenangkan apalah kranja anak kita jang lima itoe. Saja sesat, saja mengakoe salah. Tetapi anak kita itoe tiadalah bersalah. Sampaikah djoega hatimoe meninggalkan saja Lin.........ampoenilah kesalahankoe itoe."

Si iboe poen menghadap soeaminja seraja ia menjahoet:

„Anak jang lima itoe? Saja tiada........."

Hok Gwan menghampiri isterinja itoe hendak memeloek tangannja. Akan tetapi isterinja itoe menarik tangannja dengan perkataan: „Ajo djaoeh, kalau tidak saja keloear dari kamar ini."

Si laki moendoer. Ia takoet isterinja itoe bertambah goesar.

„Anak jang lima itoe", kata si iboe meneroeskan perkataannja. „Mémang meréka itoelah jang koelahirkan, koepelihara dari dahoeloe sampai sekarang. Keselamatan merèka itoelah jang selaloe koepikirkan. Sekarang apa jang moesti koelakoekan? Menarik meréka itoe dari tangan bapaknja, atau membiarkan anak itoe bersama-sama dengan bapak meréka itoe, jang berlakoe kedji dan rendah. Tjobalah katakan sendiri dapatkah seorang iboe melihat anaknja bersama-sama dengan bapak meréka. Bapak orang jang menipoe si iboe dan hidoep berkasih- kasihan dengan perempoean lain, jaitoe perempoean jang digadji mendjaga anak itoe?"

„Lin perkataanmoe itoe benar. Saja mengakoe salah. Akan tetapi bagaimanakah saja memperbaiki jang soedah salah itoe? Ampoenilah dosakoe itoe. Saja tá kan berboeat jang demikian itoe."

Isteri Gwan merasa bahwa soeaminja menjesal akan perboeatannja itoe. Sekarang soeaminja menoendjoekkan hiba kasihannja sebab ia soedah menanggoeng loeka hatinja.

„Ja, ia menaroeh kasihan pada saja, sebab saja isterinja dan iboe anaknja. Akan tetapi tjintanja tiada lagi padakoe; perempoean tjelaka itoelah sekarang jang ditjintainja. Dihadapankoe ia mengeloearkan air matanja, tetapi bésok loesa, ia soedah meloepakan perkataannja itoe......... dan kebiasaannja itoe diteroeskan."

„Lin.........ampoenilah kesalahankoe itoe. Lihatlah air matakoe itoe tanda saja soedah menjesal akan perboeatankoe itoe........."

„Apa? Menjesal. Bagikoe tiadalah lagi harga air matamoe itoe. Soèdah berapa kali saja melihat dia." Pada waktoe itoe seorang anak pegi bermain-main kekamar jang lain. Ia djatoeh laloe menangis.

Si iboe mendengar anak itoe menangis. Kemarahan jang terbajang pada air moekanja beroebah sebentar itoe djoega. Ia pergi mendapatkan anak jang djatoeh itoe. Dipeloeknja dan ditjioemnja anak itoe. Setelah anak itoe diam, maka iboenja poen menjoeroeh dia pergi bermain-main bersama- sama saudaranja.

„Anakkoe itoe”, berkata Hok Gwan dalam hatinja„ „masih disajanginja. Meskipoen ia bentji kepada saja, akan tetapi soeatoe poen tiada koerang tjintanja kapa anak jang lima itoe. Tetapi tiadalah maoe ia mema'afkan perboeatankoe itoe, kalau ia hendak memeliharakan anak itoe benar-benar.”

Isterinja datang kembali kekamar itoe. Ia melihat dia soedah bertoekar. „Barangkali hatinja soedah tawar, baiklah koeberaniï”, pikir si bapak. Maka ia poen menghampiri isterinja seraja berkata:

„Lin kalau kau tiada menaroeh kasihan melihat hatikoe jang soesah itoe, engkau haroes mengampoeni kelakoeankoe itoe, meskipoen tiada oentoek saja, tetapi oentoek anak kita jang lima itoe. Boekankah kita 'berdoea sama-sama sajang pada meréka itoe dan kita berdoealah bapak dan iboe jang memelihara méreka itoe.”

„Mémang meréka itoe sahadjalah jang koepelihara, jang koesajangi. Tetapi engkau bohong. Hatimoe djaoeh dari saja dan anak-anak itoe. Perempoean tjelaka itoe. . . . . . . . .Soedah tá oesah saja membongkar-bongkar dia lagi. Pegi dari hadapankoe!”

„Lin. . . . . . . . ., adinda Lin. . . . . . . . .!”

„Soedah, pegi. . . . . . . . . Kalau tiada engkau maoe pegi nanti koepanggil orang-orang jang diroemah ini soepaja meréka itoe tahoe perboeatanmoe itoe sekalian. Tjih, saja maloe benar melihat kelakoeanmoe itoe.”

Poetoes asa dan penoeh dengan kesal dan soesah hati, Hok Gwan meninggalkan kamar itoe. Anaknja jang ketjil-ketjil itoe melihat moeka orang toea meréka itoe. Meréka itoe merasa dalam hatinja, bahwa ada soeatoe hal jang koerang énak diantara orang toeanja. Tetapi apa hal itoe tiada diketahoei meréka itoe.

Si iboe tinggal seorang diri dalam kamar itoe. Ja doedoek diatas koersi sambil ia menoengkoel kepalanja dengan kedoea belah tangannja. Setelah ia senang, maka ia memikirkan pertemoean itoe, sekali lagi. Hatinja jang haloes serta penghiba itoe menjalahkan perboeatannja itoe kepada soeaminja. Dari ketjil selaloe ia mendengar pengadjaran orang toeanja: saharoesnjalah kita mengampoeni kesalahan orang kepada kita, apa lagi kalau orang itoe menjesal dirinja. Nasihat itoe amat baik pada pikirannja Selama ini ia akan tetap melakoekan dia, bila sadja ada waktoenja. Kini soedah datang waktoe jang baik. Baharoelah ia merasa sekarng, bahwa melakoekan nasihat jang bagoes itoe amat soesahnja, sedang jang bersalah itoe soeaminja, apa djadinja kalau orang lain, atau moesoehnja.

Sekarang merasalah si iboe bahasa menoeroet segala soeroehan jang moelia itoe amat soekar, tjoema menjeboetkannja jang moedah.

,,Tetapi kesalahan ini" kata si iboe dalam hatinja hendak membersihkan dirinja," soedah terlampau. Tentoe tá dapat saja meloepakan dia dari hati bertoenangan sampai kawin, sampai soedah lima anak kami, saja selaloe setia dan tjinta bagai dia. Sekarang soedah beranak lima, badan soedah moelai toea, ia meninggalkan akoe. Perempoean jang lainlah jang diinginninja. Siapakah jang salah? Siapakah jang beroléh kemoedaankoe? Dia .........dia......... lain tidak. Tetapi soenggoehpoen demikian ia menipoe dan mempermain- mainkan akoe. O, benar perboeatannja itoe soedah terlampau. Tiadalah akoe dapat meloepakan dia. Ia tiada berharga lagi dimatakoe. Jang sebaik-baiknja djanganlah kami hidoep bersama-sama lagi."

Tahadi soedah ia tenang. Sekarang amarahnja timboel poela karena ia selaloe mengingat- ingati perkara jang koerang énak itoe.

Setelah Hok Gwan meninggalkan kamar itoe, maka ia poen pergilah berpakai. Ia menjoeroeh menjediakan autonja laloe ia pergi kekantornja dipasar Baroe. Ia mempoenjai toko sendiri. Orang-orang jang bekerdja disitoe orang jang soedah bersekolah, sedang jang mengepalainja poen orang jang pandai serta kepertjajaannja. Oleh karena itoe, ia datang sesoeka- soekanja, terkadang doea tiga hari ia tiada melihat tokonja itoe.

Hok Gwan, adalah seorang anak Tjina jang ternama di-Betawi, Harta peningalan orang toeanja tiada sedikit banjaknja. Ia sekolah di Singapoer. Setelah ia tammat pada sekolah dagang baharoelah ia poelang ke Betawi. Dengan kesoekaan orang toeanja, ia mengoendjoengi tanah Inggelan dan Amerika. Maksoed meréka itoe soepaja Gwan berpenglihatan jang lebar dan berpikiran jang dalam. Beberapa besar keroegian orang toeanja tiada dapat dikira-kira, karena anak itoe adalah bangsa pemboros.

Disekolah dan diantara kenalannja ia amat disoekai orang. Boekan disebabkan kekajaannja sahadja. Ia boedak periang dan amat loetjoenja. Moekanja jang bagoes dan bahasanja jang haloes menjoekakan handai taulannja. Oetaknja boléh di seboet tadjam. Akan tetapi sebab ia malas beladjar dan telaloe gila akan permainan, lama baharoe tammat peladjarannja. Disekolah rendah ia tinggal kelas satoe kali dan disekolah menengah doea kali. Itoe tiada mengapa karena bapaknja kaja. Berapa poen besar ongkos jang dipakainja, tiadalah ia menjoesahkan hati orang toeanja. Sekarang apa jang di ingininja, kebiasaannja diberikan orang toeanja.

Setelah ia beroesia doea poeloeh tahoen maka ia poen dikawinkan orang toeanja dengan anak angkat seorang Tjina jang kaja tinggalnja di Patékoan. Paras perempoean itoe adalah sederhana. Meréka itoe kawin itoe adalah 'oemoer meréka itoe tiada berselisih seberapa. Oleh sebab itoe waktoe si iboe melahirkan anak jang kelima, roepanja djaoeh lebih toea dari pada soeaminja. Pada galibnja poen perempoean itoe lekas toea dari laki-laki..

Tentang kepandaian dan pengatahoean mémang meréka itoe sedjodoh. Si iboe adalah masoek golongan kaoem moeda. Selain dari pada boekoe-boekoe Belanda dan, Tjina, ia membatja boekoe-boekoe bahasa Inggris dan Perantjis. Kepadaiannja jang anjak itoelah satoe sebab maka Hok Gwan menghormati isterinja itoe. Sebab jang lain ja'ni isterinja itoe adalah sebenarnja perempoean jang amat berboedi. Pengasih, toetoernja manis dan rendah dan ia amat sajang akan anak dan soeaminja. Pendidikan jang diterimanja dari orang toeanja jaitoe pengadjaran jang berhoeboeng dengan agama. Orang toeanja itoe doea-doea memeloek agama Kristen. Dan dia poen adalah seorang perempoean Kristen jang baik dan mengerti benar apa arti dan goena agama itoe. Tiadalah pernah ia mengatji agama bangsanja atau mentjéla meréka itoe menjembah tepékong. Sebaliknja ia amat tjampoer dengan bangsanja jang menoeroet agama nénék mojang mereka itoe.

Berboeah bakti dan pertjaja pada Toehan, itoelah pangkal segala agama. Itoelah jang dipegang perempoean itoe dan itoelah sebabnja orang jang mempoenjai agama jang lain tiada membentjiï ia barang sedikit. Diroemahnja atau diroemah sahabatnja, apabila diperbintjangkan fasal agama ia selaloe mengadjak sahabatnja, soepaja meréka itoe memperhatikan segala pengadjaran jang baik baik dalam matjam-matjam agama. Soepaja meréka itoe menoeroet soerochan jang baik itoe.

Kalau dibandingkan tabi'at Hok Gwan dengan tabi'at isterinja amatlah gerdjaoehan. Adalah sebagi malam dan siang. Hok Gwan selaloe memperoloh-olek-olokkan agama. Toehan, agama, djiwa dan lain lainnja semoeanja itoe perkataan kosong sahadja. Agama itoelah, katanja, jang memperbodoh-bodohkan orang orang. Matjam-matjamlah dalam agama itoe jang tiada dapat diterangkan dan dia itoe haroes dipertjajaï soenggoehpoen berlawanan dengan pikiran. Tjoema dihadapan isterinjalah Hok Gwan tiada berani meniadakan goena agama itoe. Soedah kerap kali ia bersoal dari hal itoe. Djawabnja selaloe tjoekoep, akan tetapi dalam hatinja ia merasa kebenaran perkataan isterinja itoe. Dalam hatinja ia mengakoe, bahwa sekalian jang diterangkan isterinja itoe keloear dari pada pikiran jang tetap dan jakin, sedang ia bersoal djawab itoe hanja kepandaian membalik-balikkan perkataan sahadja.—

Tengah si iboe siboek menimbang-nimbang berat ringan kesalahan soeaminja, ia poen terkedjoet. Soeara sepatoe dan langkah jang ringan didengarnja menoedjoe kamardja. Adapoen jang datang itoe jaitoe doea orang anaknja jang toea dari sekolah. Soedah dekat baharoelah ia mengetahoei kedatangan anaknja jang doea itoe dari sekolah. Ia melihat djam jang berdiri dikamar itoe. Soedah liwat poekoel satoe. Anak kedoea bersaudara itoe berlari setelah nampak padanja iboe meréka itoe. Kedoeanja berlomba-lomba si apa jang doeloean memeloek iboe meréka itoe. Si iboe mendekap kedoea boedak itoe, seraja ditjioemnja berganti-ganti-ganti. Pada tjioem iboe jang berdoeka tjita ini, dapatlah kita melihat bagaimana besar dan keras tjinta iboe itoe kepada anak jang dilahirkannja, ja lebih besar dan keras dari pada tjinta si bapak, jang mengepalai seisih roemah itoe.

15 November


Pagi itoe pergilah Tek Lie mandapatkan sahabatnja keroemah dia. Setelah didengarnja, bahwa Hok Gwan soedah pergi kekantor, ia poen ada merasa héran. Njonja roemah poen tiada dilihatnja. Biasanja apabila ia datang, selamanja njonja itoe datang mempersilahkan ia doedoek, kalau toean roemah tiada diroemah.

„Baiklah saja poelang, lagi hari soedah tinggi,” pikir Tek Lie seraja ia menaiki autonja itoe. Ditengah djalan bertoekar poela pikirannja. Ia poen menjoeroeh sais itoe membawa dia kekantor sahabatnja itoe. Setelah sampai, maka ia poen masoeklah kekantor sahabatnja itoe. Ia mengetoek pada pintoe kamar Tek Lie. Baharoe didengarnja orang berseroe dari dalam „masoek”, masoeklah ia dengan girangnja, karena soeara jang memanggil itoe telah dikenalnja.

„Aha, banjak kerdja roepanja, pantas Gwan tiada ada diroemah,” kata jang masoek itoe, sambil ia mendapatkat sahabatnja jang doedoek itoe.

„O. . . . . . . . ., Lie djangan marah. Saja soedah loepa djandji kita itoe”, sahoet Gwan demi ia melihat sahabatnja itoe.

Setelah meréka itoe berdjabat tangan maka meréka itoe poen doedoeklah berhadapan.

Dahi Gwan jang tadinja itoe berkeroet karena selaloe memikirkan hal roemahnja itoe, sekarang soedah berseri- seri. Ia berkata-kata itoe tertawa gelak-gelak. Hatinja soedah ringan dan girang, setelah ia bersoea dengan sahabatnja itoe.

„Apakah kabar jang Lie bawa? Soedah lama kita tiada bersoea”, bertranja Hok Gwan. „Apakah sebabnja engkau soedah lama tiada datang dikota ini. Adakah kehidoepan jang menjenangkan hatimoe dioedik, tanah jang selengang itoe?”

Lie selaloe membentjii kehidoepan kota. Dan ia djoega tiada soeka mendengar orang mentjattji kesenangan kehidoepan orang berladang dan bersawah.—

„Memang”, sahoetnja, „kalau ditempat kami orang désa ini selamanja bik, tiada jang koerang. Séhat dan radjin bekerdja. Tiada seperti orang kota jang malang itoe.”

Hok Gwan tersenjoem mendengar perkataan sahabatnja itoe. Ia tahoe benar, bahwa tiadalah faédahnja menjoal sahabatnja itoe. Maka ia poen mengambil haloean pertjakapan jang lain.

„Pikirankoe ragoe sekarang”, katanja, „itoelah sebabnja saja loepa akan djandji kita itoe.” Hok Gwan berkata ragoe itoe moekanja berkeroet poela. Pertjakapannja dengan isterinja dikamar itoe berbajang poela dalam hatinja. Sehabatnja itoe melihat ia berdoeka tjita itoe.

„Pada pikirankoe", sahoetnja, seolah olah ia dapat mendoega pikiran sahabatnja itoe, „tiadalah lagi jang menjoesahkan pikiranmoe. Isteri ada anak tjoekoep, kekajaan padalah soedah."

„Ja, pada sangkamoe, sebab Lie beloem merasa. Anak dan isteri itoelah kadang-kadang jang membawa kesoesahan itoe."

Tek Lie tiada menjahoet perkataan temannja itoe. Ia bingoeng, sebab dia itoe berlawanan dengan pikirannja. Anak gadis jang diingininja mendjadi isterinja itoe, beloem diperoléhnja. Itoelah jang menjebabkan ia bersoesah hati. Kalau ia beroléh ketjintaannja itoe tá kan ia bersoesah hati lagi. Lain benar-benar adanja dengan perkataan sahabatnja itoe. Ia bersoesah hati disebabkan anak dan isteri jang-ditjintainja.

Oleh sebab itoe ia menjahoet: „jang menjoesahkan hatikoe ini lain. Saja merasa dirikoe sial, karena jang koeingini itoe beloem dapat. Kesoesahan hatimoe itoe, ja'ni kesoesahan orang jang beroentoeng, jang soedah mempoenjai jang dirindoekannja."

„Saja tá mengerti maksoed perkataanmoe itoe."

„Ja, nanti saja terangkan. Sebab itoelah saja datang kemari. Saja meminta nasihat dan pertolonganmoe, meskipoen koeketahoei, bahasa pikiran dan tabi'at kita ada berlainan."

„Anéh benar", kata Hok Gwan dalam hatinja, „Saja dalam keriboetan dengan roemah tanggakoe. Saja hampir- hampir poetoes asa. Ia datang lagi meminta bitjara dari padakoe, akoe jang tiada mengetahoei bitjara dalam halkoe ini."

Sedjoeroes pandjang mereka itoe bertjakap-tjakap. Pertjakapan meréka itoe makin lama makin malap. Jang seorang tiada memperhatikan perkataan jang lain, karena masing- masing memikirkan pertjintaannja. Hok Gwan selaloe mengenangkan perselisihannja dengan istrinja. Bagaimanakah ia dapat melemboetkan hati isterinja itoe. Kadang- kadang ia menjalahkan isterinja itoe! „Adakah perempoean itoe", tanjanja dalam hatinja" tiada mengetahoei keperloean laki-laki itoe. Perempoean dapat menahani dirinja akan tetapi lain halnja dengan laki- laki, sedang hawa nafsoenja poen djaoeh lebih keras."

Tek Lie mengenangkan anak gadis jang ditjintainja. Ia ingin akan anak gadis itoe boekan karena keperloean badannja atau digerakkan hawa nafsoe. Tjintanja itoe keras akan tetapi bersih dan soettji. Kekoeatan jang terbit dalam hatinja, kekoeatan jang didjadikan Toehan pada tiap- tiap manoesia, kekoeatan itoelah jang menarik dan hendak mempersatoekan dia dengan si Noni.

Orang jang menghormati jang moelia dalam pertjintaan itoe, haroeslah menoeroeti kemaoean kedoea belah pihak jang berkasih-kasihan itoe.

17 November

Poekoel lima soré itoe, sebagai soedah didjandjikan meréka itoe, kedoea orang bersahabat itoe doedoek bersama-sama dalam auto melaloei djalan Antjol menoedjoe Tandjoeng Priok. Kira-kira seperampat djam meréka itoe poen sampailah pada seboeah roemah tempat minoem tiada djaoeh dari tempat mandi dilaoet.

Maksoed meréka itoe akan mandi bersama-sama. Waktoe tiada banjak lagi, sedang hal meréka itoe beloem habis diperbintjangkan. Oléh karena itoe kedoeanja tiada djadi mandi. Lagi poela tempat jang baik bagai masing-masing mengeloearkan rahsia, karena orang tiada dan sepi poela. rahsia, karena orang tiada dan sepi poela.

„Adakah Lie haoes”, bertanja Hok Gwan, „baiklah saja minta minoeman.”

„Kasi wiski soda”, katanja kepada djongos jang berdiri menantikan perintah kedoea toean itoe.

„Tarimakasih, saja tiada minoem-minoeman keras”, kata Tek Lie.

„O, ja benar. Lie anggota perserikatan „Anti Alcohol”. Saja loepa”. Oedjar Hok Gwan. „Kalau demikian apakah kita minta boeat Lie?” „Limonade sahadja."

„Ehm, pada zaman sekarang ini banjak benar roepa- roepa perserikatan" kata Hok Gwan. Ia tersenjoem seraja memandang sahabatnja itoe.

„Benar, tetapi apa sebabnja timboel perserikatan itoe? Adakah engkau memikirkan sebabnja itoe?"

Beloem pernah koepikir benar- benar. Tetapi mentjahari sebabnja itoe tiada soekar. Orang sekarang banjak jang pandai. Meréka itoe jang pandai itoe hendak menoendjoekkan kelebihan kepandaiannja kepada orang banjak. Maka ia poen mengatakan ini tiada patoet, itoe amat boeroek. 'Adat haroes ditoekar, lembaga patoet diperbaiki. Hidoep haroes begini, ini djangan dimakan, itoe haroes dipantangkan. Begitoe djoega dengan tjara pemerintaran negeri. Atoeran jang diatoerkan pemerintah tiada pantas. Adalah dia menindis atau menjoesahkan kehidoepan dan kemadjoean orang banjak. Setiap-tiap bangsa haroes diperintah bangsa itoe sendiri. Djanganlah diletakkan orang banjak itoe oendang- oendang jang tiada disoekainja.

Demikianlah orang jang pandai-pandai itoe mengembangkan boeah pikirannja. Orang banjak jang selaloe ingin mendengar pengadjaran jang baharoe, bersorak serta berkata: „Benar, benar. Itoelah jang sebenar- benarnja. Ini haroes diboeang. Hal, 'adat, atoeran jang selama ini memang salah. Demikianlah orang banjak itoe. Meréka tiada memakai otak dan pikirannja akan memeriksa lebih pandjang. Orang jang mempoenjai pikiran baroe itoe poen mashoerlah dan disana sini berdiri serikat akan beroesaha mengembangkan pikiran baroe itoe.

Soedah tentoe pada zamas ini banjak ragamnja sarikat. Akan tetapi kalau koepikir adalah dia itoe pekerdjaan orang gila."

Tek Lie mendengar perkataan sahabatnja itoe dengan sabar, Kemoedian ia poen bertanja:

„Kalau demikian adalah menoeroet pendapatanmoe sarikat itoe tiada membawa hasil?"

„Tiada faédahnja. Semoea itoe pertjoema. Sebagaimana jang sekarang itoelah jang sebaik-baiknja. Sarikat „anti alcohol" oempamanja tiada bergoena. Lagi apalah salahnja orang itoe meminoem alcohol asal dengan kadarnja. Hidoep manoesia itoe tiada lama. Karena itoe djanganlah meréka itoe dilarang menjenangkan hatinja. Ketjaplah segala jang menjenangkan pantjaindera itoe. Makanan, minoeman itoelah satoe jang teroetama bagai dia."

„Minoeman jang memaboekkan, tiada pernah menjenangkan hati orang, apabila dipikir benar-benar. Lihatlah si peminoem itoe. Setelah ia sadar akan dirinja moekanja poen masam dan hatinja tiada senang dan selaloe soesah perasaannja. Akan menghilangkan perasaannja itoe ia poen minoem poela sehingga maboek. Perasaannja poen senang, tetapi siksa dirinja itoe tiada hilang. Timboel poela apabila ia soedah sadar.

Akan hal perkara perserikatan itoe. Pikiranmoe itoe sesat. Boekanlah dia pekerdjaan orang gila. Dia itoe oesaha orang-orang jang berboedi dan jang berhati moelia. Meréka itoe memperhatikan keadaan jang sekarang. Keadaan itoe dibandingkannja dengan zaman sekarang. Mana jang salah, mana jang bertambah boeroek, ditjaharinja sebabnja. Sesoedah meréka itoe mengetahoei jnng menjebabkannja itoe, haroeslah meréka beroesaha akan memperbaiki jang salah itoe, dan memboeka mata orang jang tiada melihat bentjana jang timboel itoe, akan menarik meréka itoe dari djalan kesesatan.

Lagi poen kalau manoesia tiada bertambah-tambah djahat, kalau meréka itoe semakin baik, tiadalah goena perserikatan itoe. Akan tetapi bila diperhatikan, keadaan roepa-roepa bangsa semakin toeroen. Kedjahatan bertambah tambah diantara laki-laki dan perempoean, anak-anak dan orang besar. Keadaan inilah jang menggerakkan hati orang jang pandai-pandai dan berhati moelia akan mendirikan perserikatan itoe. Maksoed perserikatan soepaja orang jang banjak itoe sama-sama bekerdja melawan ketjahatan itoe. Kalau tiada dapat hilang, tentoe akan koerang djoega.”

„Apakah kedjahatan?” bertanja Hok Gwan.

„Segala perboeatan jang tiada membawa kebadjikan pada kita, sebaliknja membawa bentjana pada diri kita dan orang lain, kedjahatan adanja.”

„Oempamanja?”

„Mengambil barang orang dengan kekerasan, dengan tipoe daja. Berboeat zina, membohongi orang, memakanan jang meroesakkan badan orang. Péndéknja segala perboeatan jang meroegikan orang lain dan dirinja sendiri.”

Hok Gwan diam. Berzina kedjahatan, kata sahabatnja. Ia berpikir, adakah ia mengetahoei rassiakoe dan sengadjakah ia berkata demikin dihapankoe. Apakah zina? Meroegikan diri dan orang lain? Saja berzina? Bohong, mémang orang itoe mengatakan sesoeatoe apa jang tiada diketahoeinja. Kalau soeatoe perboeatan terdjadi diantara laki-laki dan perempoean dengan kemaoean kedoea belah pihak, dan perboeatan itoe terdjadi dari pada pertjintaan meréka itoe, adakah dia itoe kedjahatan adanja?

„Djanganlah kita meneroeskan pokok persoalan kita itoe, karena saja lihat adalar pikiran kita amat berlain-lainan. Soenggoehpoen kita bertoekar pikiran sampai malam, tá akan kita dapat semoepakat”, kata Hok Gwan.” Baiklah engkau mentjeriterakan maksoedmoe datang menoendjoengi saja tadi pagi.”

Tek Lie menjahoet dengan soeara jang lemah lemboet. Sebab ia mengingat pertjintaannja, ia poen loepalah pertjakapan meréka itoe jang tehadi.

„Gwanlah jang dapat menolong saja dalam kesoesahankoe ini. Pertolonganmoelah jang koeharapkan. Saja soedah hampir kehiangan ’akal. Dari dahoeloe telah koeketahoei pikiran kita berlain-lainan. Akan tetapi soenggoehpoen demikian adalah tali persahabatan kita itoe tinggal kekal. Itoe poen haraplah saja Gwan soedi bersoesah pajah. Besar hatikoe tiada terkira apabila pertolonganmoe itoe berdjasa.”

„Perkara apakah itoe, katakanlah dengan teroes terang.” „Saja rasa Gwan soedah ma'loem maksoedkoe itoe, karena dia soedah pernah koetjeriterakan.”

„Barangkali. Katakanlah soepaja kita sama-sama moepakat apa jang hendak koelakoekan.”

„Pertjintaankoe dengan Noni. Soedah poetoes pikirankoe saja akan kawin dengan dia. Ia poen setoedjoe benar. Tetapi orang toeanja tiada setoedjoe.

„Doea- doea?”

„Bapaknja. Iboenja telah bertoekar pikiran. Setelah ia melihat persahabatan kami jang karib itoe, ia tiada sampai hati lagi menolak kehendak kami itoe.

,,Bapaknja?"

,,Bapaknja tinggal keras. Ia berkata, sekali-kali ia tiada memberikan anak itoe pada saja. Dan sekarang saja dengar ada orang dari Singapore jang meminang anak itoe. Meskipoen si iboe melarang akan menerima perkataan orang itoe, si bapak telah memberi djawaban jang baik pada orang itoe.

,,Adakah ia soedah mendjandjikan anaknja itoe kepada orang Singapore itoe?"

,,Itoe beloem koeketahoei."

,,Pada taksirankoe beloem, karena tiadalah ia berani mengiakan perkataan orang, sedang anak tiada soeka."

,,Adakah Gwan tiada ma'loem akan 'adat kita jang terkoetoek itoe. Berapa banjak anak gadis jang dikawinkan orang toeanja, dengan tiada semaoenja si anak."

,,Ja benar. Akan tetapi dalam hal ini, si iboe lagi berpihak pada si anak. Lagi poela bapaknja tentoe awas- awas. Anaknja ini soedah tjoekoep sekolahnja. Anak jang terpeladjar itoe tiada moedah dipaksa."

,,Bagaimanakah pikiranmoe. Saja baharoe menerima soerat Noni......... Ia amat bersoesah hati. Dapatkah Gwan memboedjoek pikiran bapaknja akan menoeroet kehendak anaknja itoe."

,,Kalau saja tiada salah, isterikoe telah pernah mengatakan hal itoe padakoe. Sepandjang pikirannja — karena engkau tahoe, ia pernah djoega sekali sekali tjampoer gaoel dengan seroemah tangga itoe — engkau akan beroléh maksoedmoe itoe. Si iboe dan si anak soedah semoepakat. Meréka itoe tá akan menerima perkataan orang dan kedoea-doeanja sedia melawan kehendak si bapak. Pada pendapatankoe baiklah dahoeloe kita menjoeroeh isterikoe mendoega pikiran bapak anak itoe. Kalau kita soedah beroléh keterangan, baharoelah saja sendiri pegi kesana. Djanganlah poetoes asa. Sebagai engkau tahoe, adalah isterikoe amat soeka melihat Lie dan dalam perkara ini tentoe ia soedi menolong Lie dengan sekoeat-koeatnja."

Anak moeda itoe berdiri akan menjemboenjikan air matanja jang mengalir itoe. Hatinja amat girang, karena soedah timboel pengharapan jang hampir poetoes selama ini. Ia berdjalan berpoetar-poetar soepaja dadanja jang gemoeroeh itoe agak senang adanja.

,,Doedoeklah dahoeloe, soepaja kita minoem bersama-sama", kata Hok Gwan. Anak moeda itoe doedoek seraja berkata: ,,Hatikoe girang dan pengharapankoe hidoep kembali. Saja amat beroetang boedi akan kebaikan isterimoe itoe. Roepanja ia beroesaha djoega boeat saja. Ja, sebenarnja engkau amat berbahagia beroléh isteri jang sebaik itoe."

„Ja, ja, minoemlah dahoeloe, sahoet Hok Gwan, serta ia menoeangkan wiski soda pada gelasnja jang soedah kosong itoe.

Angin jang lemah lemboet menghemboes dari laoet jang hidjau itoe. Moeka air jang tenang itoe beriak-riak dengan perlahan-lahan. Dari djaoeh gemerlapan roepanja, karena ditimpa tjahaja matahari jang hendak terbenam itoe.

Kedoea orang itoe termenoeng. Kemoedian Tek Lie berkata, sambil matanja memandang kepinggir laoet jang djaoeh itoe:

„Kalau koeperhatikan kehidoepankoe jang soedah itoe adalah dia sebagai mimpi. Saja sering melihat perempoean jang bagoes; berahikoe banngoen dengan hébatnja. Soedah tentoe saja menaroeh tjinta pada meréka itoe. Dan koeoesahakan dirikoe akan beroléhnja. Akan tetapi adalah tjinta jang seroepa itoe tiada kekal, sebentar sahadja adanja, sebagai orang beroléh kesenangan dalam mimpinja, Soedah koetimbang benar-benar, segala tjintakoe itoe tiadalah seperti tjinta jang sekarang. Meskipoen sering saja berdoekatjita, akan tetapi bila saja mengenangkan Noni, perasaankoe beroentoeng benar. Sajang seriboe kali sajang! Badankoe jang moeda itoe soedah bernoda. Tiadalah saja berharga lagi akan menerima tjinta anak gadis jang bersir dan soetji itoe. Saja amat menjesal akan dirikoe, karena dosa kemoedaankoe itoe. Kadang-kadang tiadalah berani saja menghampiri dia dan saja merasa maloe akan dirikoe. Saja merasa sebagai tersiksa, kalau saja terkenang akan perboeatankoe jang tiada senonoh pada waktoe jang soedah-soedah. Sekarang soedahlah koerasai bahwa kehidoepan jang soetji itoelah pangkal kesenangan hati.”

„Pada sangkakoe, tiadalah Lie menaroeh dosa jang banjak,” tanja sahabatnja itoe.

„Ja, banjak djoega.”

Kalau koebilang satoe persatoe,
Hari hidoepkoe jang soedah-soedah,
Dadakoe berat sebagai batoe,
Air matakoe djatoeh bertoempah-toempah.

„Mémang kita ini manoesia jang lemah. Soeatoe poen tiada kekoeatan kita melawan hawa nafsoe itoe,” sahoet Hok Gwan, „sebab itoe djanganlah kita bersoesah hati, baik kita meloepakan dia.

„Permintaankoe siang malam kepada Allah hanja ini sahadja: Djanganlah balas sebarang kedjahatankoe, rahmatkoe itoelah jang koeharapkan.”

Kedoea orang bersahabat itoe diam sedjoeroes pandjang. Hok Gwan memikirkan halnja dengan isterinja. Ia hendak membitjarakan dia dengan sahabatnja. Barangkali Tek Lie dapat memperdamaikan ia dengan isterinja. Kalau sahabatnja ini tiada dapat melemboetkan hati isterinja, tentoe perselisihan itoe lama baroe selesai. Boléh djadi nanti orang loear mengatahoeinja. Bila begitoe djadinja, tentoe ia beroléh maloe jang besar. Demikianlah pikiran Hok Gwan. Akan tetapi kepada dirinja tiada ia maloe sebab perboeatannja itoe. Orang lain itoelah jang dimaloeinja. Sebab itoe, katanja, orang boekan pentjoeri sebeloem ketahoean. Oléh karena itoe ia beroesaha menoetoepi kesalahannja itoe. Dan kalau ada tempat jang lain, ia akan berboeat poela jang demikian itoe.

Sekarang ini biarlah dikatakannja. Lagi poen Tek Lie boekan orang lain. Ia soedah mengenal lama ’adat dan tabi’atnja. Batin dan rahsianja dapat dipertjajaïnja Tek Lie, sebagai dirinja sendiri. Maka ia poen berkata:

„Lie, saja poen sekarang ada dalam kesoekaran. Saja mohon bitjaramoe.”

„Saja sedia Gwan, perkara apakah itoe?” „Sebenarnja perkara biasa. Perempoean dan oeang itoelah jang diboeroe manoesia dalam doenia ini. Itoelah jang menjoesahkan saja.

„Oeang dan perempoean? Perkataan itoe kedji dalam telingakoe.”

Boléh djadi. Tetapi itoelah jang menjebabkan saja dalam kesoekaran sekarang.”

„Perempoean tentoe tidak. Karena Gwan soedah mempoenjai dia. Wang? Pikirankoe, Gwan tiada pernah kesoesahan wang.”

„Soekoer, beloem pernah. Tetapi jang pertama itoelah jang menjoesahkan akoe. Soepaja Lie mengerti biarlah saja terangkan. Lie djangan marah, dengarlah dengan tenang. Lagi poen ’adat saja engkau soedah kenal dari dahoeloe.

„Kalau sekiranja Lie soedah kawin dan mempoenjai anak. Engkau sajang akan isterimoe, tetapi Lie menaroeh birahi djoega kepada orang lain. . .

Perkataan Hok Gwan beloem habis, sahabatnja itoe poen menjahoet.

„Hé. Saja soedah mengerti maksoedmoe itoe. Benar saja tidak mengerti apa sebabnja engkau berlakoe jang demikian, engkau soedah kawin. Kalau orang soedah makan dan minoem dengan tjoekoepnja, apakah sebabnja ia mentjoeri makanan lagi dari roemah orang.”

„Mentjoeri mémang salah. Tetapi kalau orang membagi dia makanan jang énak bagaimana?” „Haroes ditolak, karena ia soedah kenjang.”

„Lie, djanganlah kita bergoerau. Tjobalah pikir dahoeloe benar-benar. Rasaï dahoeloe jang koerasaï dan saja djangan bandingkan dengan engkau sendiri.”

„Kalau koepikir benar-benar, hatikoe bimbang. Meskipoen perboeatanmoe itoe kedji tetapi. . . . . .ja, saja soenggoeh tidak mengerti. Tá dapat dia koepikirkan. Gwan soedah beristeri dan soedah lima orang anak. Soedah tentoe engkau tiada pantas berboeat demikian. Hatimoe berahi? Baik. Tetapi bila engkau ingat benar-benar, bahwa Gwan telah mempoenjai anak dan isteri, tentoe Gwan dapat menahan keberahian itoe, serta mendjaoehkan segala perkara jang demikian itoe. Akan tetapi kebanjakan orang, apabila angin hawa nafsoenja menghemboes, ia poen menoeroet sahadja. Pada moelanja kalau ia maoe betoel-betoel, ia dapat melawannja. Tetapi ia selaloe menoeroet. Sebagaimana kekoeatan jang ada dalam bagi-bagian badan kita, demikian djoega dengan kekoeatan jang ada dalam roepa-roepa pekerdjaan hati kita. Orang jang banjak mendjindjing barang, tangannja bertambah koeat. Koeli si pemikoel beroléh bahoe jang tegap. Demikian djoega halnja dengan kekoeatan hati. Siapa jang memikiri dan memperhatikan jang dilihatnja, lama-lama pikirannja bertambah tadjam. Orang peloepa jang beroesaha selaloe mengingati apa jang haroes di-ingatnja, lama-lama ia merasa, bahwa peringatannja makin koeat dan tahan. Hawa nafsoe itoe poen tiada oebahnja. Bila hawa nafsoe terbit dalam hati kita - hawa nafsoe itoe ja’ni kekoeatan jang terbit dalam hati kita, kekoeatan jang menjoeroeh kita berboeat soeatoe pekerdjaan atau menjebabkan soeatoe hal, biasanja jang tiada baik — dan kita selaloe menoeroet dia, maka kekoeatan itoe poen bertambah-tambah keras. Sebaliknja kekoeatan kita akan melawan dia bertambah koerang. Achir-achirnja kita lemah tiada berdaja lagi, sedang kekoeatan nafsoe tiada terkira lagi. Dalam hal jang demikian dialah jang memerintahkan kita dan kita mendjadi boedaknja.

Kalau kita bertanja orang jang demikian itoe, ia selaloe mendjawab: „Ja, bagaimana saja boeat, saja tiada dapat menahan dia.” Kalau ia berkata demikian, pada sangkanja ia tiada bersalah lagi. Kalau ia insaf akan dirinja, kalau ia mentjahari kesalahan itoe pada dirinja sendiri dan ia soeka beroesaha soenggoeh-soenggoeh akan memperbaiki dirinja, tentoe lambat laoen ia berobah dari pada tabi’at jang boeroek itoe.”

Hok Gwan termenoeng mendengar perkataan sahabatnja itoe. Ia mengerti dan merasa bahwa sahabatnja itoe berkata benar. Tetapi ia mempoenjai tabi’at jang gandjil. Meskipoen ia berasa bersalah, kepada orang lain, tiadalah maoe ia mengakoe jang demikian itoe.

„Saja tá mengerti perkataanmoe itoe”, djawabnja, „Lie menerangkan ini dan itoe dan keteranganmoe itoe tiada bersamboeng pada perasaankoe, dengan halkoe itoe. Pada pikirankoe djanganlah kita terlaloe djaoeh melarat dari pokok perbintjangan itoe. Saja tiada setoedjoe dengan pikiran orang filsafat, otak meréka itoe soedah miring karena kepandaian meréka itie. Lie, dengar dan perhatikanlah soepaja saja mengloearkan keterangan dari pada pikirankoe, akoe jang telah merasaï dan mengetahoei hal jang kita perkatakan ini.

Pada batinnja tiadalah bedanja orang jang beloem kawin dengan orang jang soedah beristeri. Keadaan orang jang soedah beristeri lebih soesah lagi. Tanja sahadjalah bagaimana perasaan orang laki-laki jang soedah djanda. Kehidoepan jang djaoeh dari pada isteri adalah amat soekar bagai dia, karena kehidoepannja soedah biasa sebagai hidoep berlaki isteri. Apa jang menjoesahkan itoe. Lie tentoe mengerti, boekan.”

Tek Lie menganggoekkan kepalanja. Sahabatnja itoe poen meneroeskan perkataannja:

„Bagai orang jang berlaki bini demikian djoega. Apabila jang sebelah tiada sanggoep lagi menerima hati jang seorang — oempama karena kemoendoeran badannja, karena penjakit, karena ia lekas toea — soedah tentoe jang seorang ini merasa dalam kesoekaran. Sebab jang diingini hatinja tiada diperoléhnja lagi pada teman sehidoepnja itoe. Inilah asalnja maka hatinja moedah tertarik oléh orang lain. Ia memberikan hatinja kepada orang ini, boekan sebab ia tiada menaroeh sajang kepada temannja sehidoep itoe, hanja sekedar memenoehi jang ditjintahinja itoe. Begitoelah keadaan halkoe itoe Lie. Engkau lihat sendiri bagaimana keadaan badan isterikoe dengan saja. Oléh sebab ’oemoer kami tiada berapa berselisih, adalah ia sebagai lebih toea nampaknja. Akan tetapi soenggoehpoen demikian tiadalah sekali-kali ada niatankoe akan meninggalkan dia. Sekali-kali tidak. Saja merasa tjintanja bagikoe, dan ialah iboe anakkoe jang lima itoe.”

„Perkataanmoe itoe benar”, sahoet Tek Lie, „mémang benar, dan Gwan tiada bersalah, kalau. . . . . . . . .ja kalau kau pandang manoesia itoe sama dengan héwan.”

„Manoesia sama dengan héwan?”

„Ja, seperti héwan.”

„Akoe tá mengerti. Apakah maksoed perkataanmoe itoe?”

„Héwan itoe mengerdjakan apa jang terbit dalam hatinja. Tiadalah ia memikir, adakah perboeatan itoe baik atau boeroek. Pikiran jang demikian itoe tiada padanja. Sebarang apa jang dilakoekannja baik. Manoesia itoe machloek jang lebih sempoerna. Ia berperasaan, berpikiran, tahoe membédakan jang baik dan jang boeroek, merasa kehormatan dirinja dan lain-lainnja. Bila ada soeatoe keinginan terbit dalam hati kita, tiadalah kita teroes melakoekan dia. Kita haroes menimbang dengan sebenar-benarnja, apa dia itoe — jang kita ingini — pantas adanja. Kalau pantas, haroeslah kita memakai oesaha kita akan memperoléh dia. Djika dia itoe keinginan jang tiada patoet, wadjiblah kita melawan kehendak jang salah itoe dengan sekoeat-koeat kita. Dan segala roepa-roepa pekerdjaan jang membangoenkan keinginan itoe haroeslah kita djaoehkan.”

„Baik”, djawab Hok Gwan „tetapi dapatkah kita selamanja menentoekan pekerdjaan ini salah, dan pekerdjaan itoe baik; ini pantas dan itoe tiada pantas. Manakah watas jang baik dan jang boesoek? Pikiran siapakah jang ditoeroet? Pikiran orang jang hendak melakoekan pekerdjaan itoe atau pikiran orang lain?”

„Akan membédakan jang boeroek dan baik, tiada soesah. Tiada perloe ia menoeroet pendapatan orang, pikirannja sahadjalah jang akan dipakainja. Tetapi ia djangan bohong; ia haroes benar dan toeloes dengan dirinja sendiri. Watas jang baik dan boeroek tiada djoega soekar. Soeatoe perboeatan jang meroegikan orang — arti kata roegi disini ada loeas — salah, meskipoen jang mengerdjakan beroléh oentoeng. Demikian djoega halnja perboeatan jang baik. Adalah dia sebaliknja.”

Hok Gwan merasa ia tá kan menang dalam persoealan itoe. Sahabatnja itoe poen soedah habis kesabarannja, karena ia merasa bahasa Hok Gwan koerang menerima keterangannja itoe. Oléh karena itoe meréka itoe poen memperhentikan persoealan itoe.

Lama kedoea orang bersahabat itoe diam. Masing-masing memikirkan kesoesahannja. Dari pada pertjakapan itoe kedoea-doeanja poen merasai djoega, bahwa meréka itoe manoesia jang berlain tabi'at dan pikiran. Sebagai orang djaoeh, jang seorang tiada merasa pada jang seorang, sebaliknja sebagai membentjii lagi, meréka itoe doedoek berhadap-hadapan dengan mata jang tiada berpandang-pandangan.

Sementara itoe matahari soedah toeroen. Malam soedah moelai. Angin jang menghemboes itoe poen soedah berhenti, sebagai orang moesjafir jang lelah pada perdjalannannja dipadang pasir jang lébar itoe. Soeara boeroeng hantoe itoe sahadjalah jang menghiboerkan malam itoe. Akan tetapi tiadalah terhiboer hati orang jang mendengarnja; sebaliknja malam jang lengang itoe bertambah soenji lagi dan tiada mnghiboerkan kedoea orang itoe.

BAB JANG KE VI.
25 November

Tek Lie seorang anak moeda jang soedah ber’oemoer doea poeloeh sembilan tahoen. Bapaknja mempoenjai tanah jang lébar tiada djaoeh dari Tangerang. Waktoe bapaknja meninggal ia soedah meninggalkan sekolah menengah. Ia amat soeka beladjar dan kalau iboenja mengizinkannja, ia akan meneroeskan peladjarannja lagi ke-Eropah. Iboenja menaroeh keberatan, karena tiadalah jang mengepalai oeroesan roemah tangga mereka itoe dan memadjoekan kekajaan jang banjak jang ditinggalkan si bapak jang radjin dan koeat bekerdja pada hidoepnja. Bapak Tek Lie lahir dan besar dinegeri Tjina. Waktoe ia meninggalkan negeri Tjina baharoe ia beroesia sembilan belas tahoen. Orang toeanja tiada lagi, soedah lama meninggal. Kehidoepannja amat soesah dinegerinja sendiri. Pada soeatoe waktoe bala kelaparan menimpa loehaknja, karena hasil sawah binasa oléh bandjir. Penjakit amat hébat bertjaboel, sehingga beriboe-riboe orang jang mati. Oléh sebab itoe banjaklah orang jang melarikan dirinja keloehak jang lain. Banjak poela jang pergi ketanah asing metjahari kehidoepan. Bapak Tek Lie toeroet djoega meninggalkan tanah airnja akan mentjahari kehidoepan ditanah asing. Demikianlah ia tiba di Hindia jang lébar dan soeboer ini. Bagai orang asing jang radjin bekerdja, tiadalah soesah beroléh rezeki dipoelau-poelau jang bagoes dan bertoempoek toempoek itoe. Beratoes, ja beriboe-riboe orang jang membilang terima kasih sebab meréka itoe datang kenegeri ini, karena pada tanahnja sendiri tá kan ia beroléh kekajaan sebanjak itoe, sedang pendoedoek negeri ini sendiri makin moendoer dalam kehidoepannja, soenggoehpoen ia lahir dan besar ditengah-tengah kekajaan ’alam itoe.

Bapak Tek Lie datang dipoelau Djawa mendjadi koeli pada soeatoe onderneming. Enam tahoen ia bekerdja disitoe membanting toelangnja. Dari pada gadjinja jang tiada besar itoe ia menjimpan sedikit-sedikit. Ia hémat dan radjin. Kalau orang main djoedi waktoe hari gadjian, tiadalah ia toeroet. Ia tahoe meskipoen orang pendjoedi itoe menang beratoes-ratoes roepiah, tiadalah ia akan djadi berada. Nasihat orang toea-toea: „Harta jang diperoléh dengan djalan jang tiada halal, t ákan kekal ditangan orang itoe.” Roepa-roepa ’adat dan kebiasaan jang boeroek dionderneming itoe, tetapi ia selaloe mendjaoehkan dia. Dalam hatinja ia bermaksoed akan mentjapai jang lebih tinggi dan bagoes. Siang malam pikirannja tinggal tetap akan beroesaha soepaja beroléh nasib jang lebih sempoerna.

Waktoe jang enam tahoen itoe soedah selesai. Maka ia poen meninggalkan keboen itoe menoedjoe Betawi, serta membawa wang jang disimpannja itoe. Wang jang tiada banjak itoe dipakainja mendjadi modal. Di Betawi ia membeli pikoelan dan doea peti kajoe. Peti itoe diisinja dengan roepa-roepa barang dagangan jang ketjil dan ringan, Oempamanja peniti, djahit, kantjing, sapoetangan, saboen, katja, sikat gigi dan lain lainnja. Ia berdjalan sepandjang djalan dan lorong mendjadjakan dagangannja itoe, sebagai toekang kelontong jang lain. Sebab manis toetoernja dan apa sadja jang dipesan orang, selaloe dibawanja, meskipoen orang itoe tiada membeli banjak, maka ia poen beroléh langganan jang banjak. Tiada berapa lama, dagangannja itoe bertambah madjoe. Kain boeat kebaja, roepa-roepa kaoes dan ikat pinggang poen didjoealnja. Petinja itoe soedah bertoekar dengan jang lain dan lebih besar. Sekarang ia soedah menggadji koeli akan menolong ia mendjadjakan dagangannja itoe. Doea tahoen ia bekerdja demikian dapatlah ia mengoempoelkan modal jang tjoekoep akan memboeka waroeng ketjil. Hémat dan radjinnja itoe tiada berkoerang, meskipoen ia telah mempoenjai oeang sedikit. Makanan dan minoeman jang meroesakkan badannja selaloe didjaoehkannja, oempama tjandoe dan arak, jang amat digemari bangsanja itoe. Waroengnja itoe madjoe dan barangnja laris lakoenja. Kalau ia membeli barang dengan oetang, selaloe ia dipertjajai toké-toké jang lain karena meréka itoe soedah mengetahoei adat serta pikiran orang jang toeloes dan radjin itoe. Kepertjajaan toké-toké besar itoelah jang memadjoekan perbeniagaannja itoe. Ia dapat membeli barang lebih dari pada modalnja, karena ia dapat beroetang. Faédahnja, ia dapat mendjoeal banjak dan beroléh oentoeng, sedang harga barang itoe beloem dibajarnja. Lambat laoen terpaksalah ia menjéwa roemah jang lebih besar. Waroengnja itoe soedah mendjadi toko.

Dengan seorang anak gadis bangsanja pelahiran disini, ia kawin. Anak gadis itoe anak seorang saudagar djoega. Pada perempoean itoe ada djoega darah orang dagang. Ia mendjadi pertolongan besar bagi soeaminja; tiada dalam roemah tangga sahadja. Dalam oeroesan perniagaan poen begitoe djoega.

Dari perkawinan meréka itoe lahir tiga orang anak. Jang doea jang paling toea meninggal doenia, Tek Lie sahadjalah jang tinggal.

Setelah ber'oemoer lima poeloeh tahoen, ia poen merasa kekoeatannja soedah djaoeh toeroen. Ia tiada sanggoep lagi meneroeskan perniagaannja itoe. Kekoeatannja jang dipakainja soenggoeh-soenggoeh sedjak ia ber'oemoer toedjoeh belas tahoen adalah roepanja soekar akan habis. Oléh sebab itoelah maka ia memperhatikan berniaganja. Oeang jang disimpannja itoe dipakainja sebagian membeli tanah dibilangan Tangerang. Roemah jang besar dan bagoes didirikannja ditengah-tengah itoe. Sedjak itoe ia poen meninggalkan Betawi akan mendiami tempat jang soenji dan séhat itoe.

Enam tahoen ia tinggal diroemah dan tanahnja itoe hidoep senang dan beroentoeng, maka ia poen meninggal doenia dengan si iboe dan anak jang amat disajanginja itoe.

Sedjak bapaknja meninggal, Tek Lie sendirilah jang mengepalaï roemah tangga meréka itoe. Iboenja seorang perempoean jang bidjaksana mengadjar dia dalam roepa roepa pekerdjaan. Darah dagang jang diterimanja dari pada orang toeanja nampak padanja. Meskipoen pada moelanja kehidoepan orang loear kota itoe tiada sedap dirasainja, lambat laoen maka ia poen biasalah. Pekerdjaan kasar itoe tiada lagi berat dirasaïnja dan lama-lama ia bergirang hati karenanja. Kalau ia tiada bekerdja perasaannja tiada sedap lagi.

Apabila malam atau pada waktoe jang lain, ia mempergoenakan waktoenja benar-benar. seboeah bilik bertentangan dengan kamar tidoernja, penoeh boekoe dengan soerat kabar boelanan dan minggoean. Ia amat gemar membatja dan meloeaskan pengetahoeannja. Waktoenja diatoernja dan ia hidoep menoeroet atoeran, itoe.

Adapoen tanah Tek Lie jang soeboer itoe sebagian besar mendjadi sawah. Ia tiada memakai koeli akan mengoesahakan tanah itoe. Sawah itoe dioesahakan orang jang tinggal berdiam ditanah itoe. Sebagian besar orang itoe memberikan hasil tanah itoe kepada toean meréka itoe jaitoe Tek Lie. Djadi penghidoepan orang banjak itoe dari tanah jang diséwa meréka itoe. Séwa itoe dibajar dengan hasil jang diperoléhnja. Meréka itoe tinggal berkampoeng-kampoeng berkeliling tanah peroesahan meréka itoe. Kalau dipandang dari djaoeh adalah tempat itoe sebagai désa jang bertoempoek-toempoek.

Apabila padi soedah diketam, tanah itoe ditanami dengan tanam- tanaman jang lekas berboeah, oempanja djagoeng, katjang, dan ada poela jang menanam roepa- roepa sajoer- sajoeran. Tanam-tanaman itoe selaloe toemboeh dengan bagoesnja, karena tanah jang dioesahakan itoe amat soeboer. Tek Lie poen selaloe beroesaha mentjahari 'akal soepaja tanah itoe memberi hasil jang banjak. Naséhat, jang dibatjanja dalam boekoe dan soerat kabar tentang peroesahan tanah, selaloe ditjobanja akan memperbaiki pemeliharaan tanam- tanaman dan tjara memoepoeki tanah itoe.

Maka adalah sebagai kebiasaan bagai Tek Lie sekali seboelan pergi ke Betawi akan mentjahari perobahan. Kehidoepan ditanah itoe tiadalah ragamnja. Siang bekerdja atau berboeroe, malam membatja soerat kabar dan boekoe- boekoe sebeloem tidoer. Demikian teroes sehari-hari. Soedah tentoe ia kadang- kadang merasa bosan. Maka merasalah ia bahwa pada hidoepnja ada soeatoe tempat jang kosong jang haroes dipenoehi, jaitoe perempoean jang mendjadi teman dalam kehidoepan.

Apabila ia merasa kebosanan itoe, pergilah ia ke Betawi. Disana ia mempoenjai roemah sendiri. Temannja di-Betawi tiada koerang, karena meréka itoe poen sering djoega mengoendjoengi roemah Tek Lie ditanahinja itoe, oempama hari Minggoe, kalau meréka itoe hendak pelesir keloear kota atau berboeroe.

Meskipoen ia merasa bahwa kepelisiran dikota itoe tiada djoega memenoehi hatinja, ia tiada dapat menahani hatinja. Melahan makin sering lagi ia pergi ke Betawi, karena pertjintaannja dengan Noni djantoeng hatinja itoe. Benar ia tiada dapat melihat anak itoe tiap-tiap hari, tetapi perasaan, bahwa jang ditjintainja itoe tiada djaoeh dari dia, adalah menawari hatinja jang rindoe itoe. Pada soeatoe petang ia doedoek dihadapan roemahnja. Ia memandang kedjalan besar itoe. Trém jang lintas, keréta jang laloe serta orang jang berdjalan di djalan itoe tiadalah di lihatnja. Benar matanja melihat kesitoe tetapi hatinja sedang siboek berkisar-kisar memikirkan ketjintaannja itoe. Dimanakah ia pada waktoe ini. Adakah ia djoega mengenangkan saja. Merasakah ia bahwa saja rindoeh benar melihat dia dan kalau dapat bertjakap- tjakap dengan dia. Adoeh betapakah senangnja, kalau akoe mendengar soearanja jang merdoe itoe dan memandang mata jang djernih itoe. Ini malam ia pergi beladjar. Berangkali ia tiada sempat memikirkan saja, karena ia sedang doedoek membatja peladjaran jang akan diperoléhnja.

Sedang Tek Lie doedoek berpikir-pikir itoe maka ia poen melihat seorang perempoean toeroen dari sado dihadapan roemahnja. Ia mengenal perempoean itoe. seorang kepertjajaan Noni jang bekerdja padanja. Perempoean itoe masoek kepekarangan roemah itoe laloe memberi hormat akan dia. Soerat jang dibawanja itoe diberikannja dengan hormatnja. Tek Lie gematar sedikit. Pemboengkoes soerat itoe dikojakkannja dan ia membatja soerat itoe lekas-lekas.

„Saja kirim tabik kepada Noni dan katakan saja datang", katanja kepada perempoean itoe, seraja ia berdiri akan berpakai, karena waktoe soedah dekat.

Adapoen isi soerat itoe, jaitoe ia disoeroen datang oléh Noni akan bersoea didjalan M............ poekoel 7 malam.

Setelah ia habis berpakai, maka ia poen membatja soerat itoe sekali lagi. Matanja digosoknja dan pikirannja diboelatkannja.

„Bagaimana djalannja ia menjoeroeh saja menoenggoe dia poekoel 7?” Pada waktoe itoe peladjarannja moelai.”

Soerat itoe dibatjanja sekali lagi. Ia tiada salah, toelisan soerat itoe poen terang.

Waktoe tiada banjak lagi akan menimbang-nimbang hal itoe, karena djaroem pandjang djam jang besar itoe menoendjoek angka sepoeloeh dan djaroem péndék hampir menimpa angka toedjoe.

„Lagi sepoeloeh menit lagi, baiklah akoe berangkat,” katanja sambil berlari keloear mendapatkan auto jang soedah sedia menantikan dia.

Setelah ia sampai pada tempat jang didjandjikan itoe, ia melihat arlodjinja. Lagi doea menit. Ia toeroen dari auto itoe. Ia berdjalan kesana kesini akan menedoehkan hatinja jang berdebar-debar itoe. Sebentar-sebentar ia melihat kedjaoeh. Soeatoe poen beloem ada dilihatnja. Ia poen bimbang poela. „Datangkah ia atau tidak”. Lontjéng roemah polisi, jang tiada djaoeh dari tempat itoe, berboenji toedjoeh kali. Ia menoléh kearah kedatangan sahabatnja itoe. Sjoekoer ia melihat seboeah keréta datang. Masih djaoeh, beloem dikenalnja. Makin lama makin dekat......... ja itoelah dia. Hatinja berdebar karena soekatjitja. Lebihlah seboelan ia tiada bersoea dengan sahabat ketjintaannja itoe. Keréta jang datang itoe berhenti dihadapannja.

Soeara jang lemah lemboet itoe mengadjak dia naik. Ia naik sebagai orang bermimpi. Pikirannja masih riboet.

„Soedahkah lama Lie disini?”

„Beloem, saja djoega baharoe datang.”

Jang menjahoet itoe soedah moelai terang pikirannja- Anak gadis itoe bertanja poela:

„Adakah emak selamat di-Tangerang?”

„Ia séhat dan ia berkirim dalam pada Ni”.

„Terima kasih. Dan Lie ada djoega baik?”

„Moedah- moedahan. Akan tetapi apakah kabar adinda, adalah adinda séhat djoega?”

Ték Lie tiada beroléh sahoetan. Keréta itoe berdjalan perlahan-lahan, sambil kedoea orang itoe doedoek bersama-sama.

Anak moeda itoe mengoelangi pertanjaannja itoe. Soeara jang lemboet itoe beloem djoega keloear dari pada moeloet anak gadis itoe. Ia memandang moeka ketjintaannja itoe. Ténda keréta itoe berkembang. Oleh sebab itoe jang dilihatnja itoe tiada terang. Jang nampak oléhnja hanja anak gadis itoe menjapoe- njapoe matanja dengan sapoetangannja.

„Menangiskah adinda?”

Ia ditanja itoe tiada menjahoet poela. Ia menangis itoe tiada bersoeara. Hanja sekali-kali ia tersedoe, karena tiada tertahan oléhnja.

Keréta itoe berdjalan perlahan-lahan. Soeararodanja tiada kedengaran, karena roda itoe berlingkar karét. Hanjalah boenji ladam koekoe koeda Soembawa itoe jang kedengaran.

Perasaan anak moeda itoe poen soedah lain. Tahadi ia bergirang hati mengenangkan pertemoean ini. Sekarang hatinja sedih dan rajoe melihat doeka nestapa ketjintaannja itoe. Maka ia poen teringatlah segala perkataan Noni dalam soerat jang diterimanja itoe. Sekarang merasalah ia kebenaran perkataan itoe. Tjinta jang ichlas jang membawa soeka dan doeka bagai kedoea belah péhak. Tjinta jang lebih berat dari pada sekalian sengsara doenia. Penjakit jang tiada moedah semboeh. Penjakit jang makan didjantoeng dan toelang.

la merasa bahwa mereka itoe berdoea telah djadi korban tjinta jang demikian itoe. Dan tjinta inilah jang mendjadi bahagia atau kemelaratan meréka itoe. Meréka itoe berbahagia kalau pertjintaan itoe kekal dalam perkawinan mereka itoe jang akan datang. Mendjadi kemalaratan apabila mereka itoe tiada sehidoep semati dibelakang hari.

„Ja.........apa djadinja pertjintaan.........” Tek Lie hendak meneroeskan perkataannja itoe. Napasnja soedah sesak dan lidahnja soedah kakoe. Ia menangis serta air matanja bertjoetjoeran. Tangan ketjintaannja itoe dipegangnja dengan kedoea belah tangannja, ditangisinja dengan tangis jang tiada bersoeara....

Keréta itoe berdjalan perlahan-lahan. Kedoea orang jang berkasih-kasihan itoe doedoek bertangis-tangisan.

Djalan M. jang pandjang itoe soenji. Pada kedoea belah pihak djalan itoe ditoemboehi pohon jang tedoeh. Lentéra jang berdiri sepandjang djalan itoe menjala dengan tenangnja. Tjahaja jang malap itoe menambahi sedihnja pemandangan kedoea anak moeda itoe.

„Poekoel berapakah sekarang?” tanja anak gadis itoe.

„Poekoel delapan koerang seperampat. Poekoel berapa Noni biasanja poelang.”

„Liwat sedikit setengah sembilan.”

„Malam ini tiadakah engkau beladjar?” „Goeroe saja sakit. Itoelah sebabnja saja menjoeroeh Lie datang.”

„Kalau saja datang diroemah, tentoe lebih baik. Lagi hari ini dingin. Boléh djadi kau sakit, kalau lama tinggal diloear. Adakah orang toea Noni melarang saja datang diroemah?”

„Boekan. Pikiran sahaja tahadi begini. Saja ada témpo boeat keloear. Baiklah ia koesoeroeh datang, soepaja kami sama-sama pesiar.”

„Noni, bagaimanakah kesoedahannja perkataan anak dari Singapoere itoe? Tiadakah pernah orang toeamoe melawan engkau bermoepakat?”

„Beloem. Perkataan itoe koedengar dari mak. Ia bertanja pikirankoe. Djawabkoe tiada pandjang. Sebagai saja hidoep, tá kan maoe saja kawin dengan orang itoe. Iboekoe menggojangkan kepalanja. Saja tahoe 'adat bapak. Ia berhati satoe dan ia tiada soeka dilawan perkataannja. Entah bagaimana djadinja, Allah jang ma'loem. Pikirankoe soedan tetap, tiada akan dapat dipoesing-poesing.

„Dan bagaimanakah pikiran Lie?”

Anak moeda itoe termenoeng.

„Ja, mémang perkara itoe amat soekar. Kalau Lie merasa terlaloe berat dan pikiranmoe bertoekar, koeserahkan atasmoe sendiri. Kakanda bébas; saja poen lepas melakoekan poetoesan pikiran koe. Akan tetapi bagikoe, soedahlah tetap jang akan koeperboeat. Seorang poen tá dapat mengoebahkan pikirankoe itoe. Tjinta, jang sebenarnja, sekali sahadjalah toemboeh pada hati perempoean. Apa bila ia memberikan hatinja kepada seorang, meskipoen bagaimana tiadalah dapat ia lagi menjintai orang lain dibelakang hari. Lie, hatikoe jang bersih itoe soedah koeberi padamoe. Dan ketahoeilah, tjintakoe itoelah jang lebih berharga padakoe didoenia ini, lebih dari badankoe, lebih dari njawakoe. Apabila tjintakoe itoe tá djadi......... ja soeatoe poén tá ada jang memegang saja di sini. Tetapi Lie djangan salah mengerti. Kalau penanggoengan kita itoe terlaloe berat padamoe, Lie bébas menarik diri.”

Ték Lie ma'loem akan maksoed perkataan anak dara itoe. Ia merasa bahwa perkataan ketjintaannja itoe keloear dari pada hati jang ichlas. Tinggi boedinja, kemoeliaan hatinja semoeanja itoe dirasainja benar-benar.

„Saja menarik diri? Penanggoengan itoe berat padakoe? Katanja beroelang- oelang. Seolah-olah ia tiada mengerti ma'na perkataan itoe.

Ia memandang kelangit. Boelan toedjoe hari mengeloearkan tjahajanja jang moeram dari balik awan jang hitam, jang menoetoep langit itoe pada sebelah barat.

Kemoedian ia berkata dengan soeara jang gemetar:

„Adinda Noni, engkaulah djiwakoe. Saja bersoempah dihadapanmoe dan boelan itoelah saksikoe. Sekali-kali saja tá kan meninggalkan engkau. Engkaulah temankoe sehidoep semati dihari jang kemoedian. Kalau saja meloepakan adinda, loepalah tangan kanankoe akan perkerdjaankoe.”

Tek Lie diam. Sepatah kata poen tiada keloear dari pada moeloetnja. Ia bersandar benar-benar dan matanja memandang djaoeh kedepan. Sambil air matanja bertjoetjoeran, ia membilang- bilang hari dan boelan, berapa lama soedah persahabatan meréka itoe. Waktoe ia adjar kenal dengan anak gadis itoe, adalah pada sangkanja tjinta itoe membawa kegirangan pada hatinja. Ia beroesaha soepaja persahabatan meréka itoe bertambah rapat. Sekarang tjinta soedah ada diantara meréka itoe. Bahagia jang disangka- sangkanja itoe tiada diperoléhnja. Sebaliknja tjinta jang dirasainja itoe adalah membawa dia hidoep dalam pertjintaan, artinja hidoep dalam kebimbangan. Pada dia sekarang tjinta itoe tiada lain dari pada sengsara jang menekan hidoep kemoedaannja. Akan tetapi soenggoehpoen demikian, tiadalah dapat ia me- njingkirkan tjinta itoe.

Ia bertanja dalam hatinja: „Apakah jang menjebabkan pertjintaankoe ini? Dia koetjintai. Apanjakah jang koetjintai? Badannja? Njawanja? Djiwanja?” Ia mendjawab pertanjaannja itoe:„Sekaliannja, badan dan dirinja, njawa dan djiwanja, koentjintai. Semoeanja koeingini, haroes terserah padakoe. Dan akoepoen terserah semoeanja kepada dia.”

Sedang ia berpikir demikian itoe, ia merapatkan badannja dengan kekasihnja itoe, seolah-olah ia hendak menjatoekan badannja dengan diri ketjintaannja itoe.

„Apakah jang engkau pikirkan?” bertanja anak gadis itoe.

„Tiada lain dari pada adinda.”

Anak dara itoe mengeloeh seraja bertanja: „Poekoel berapakah sekarang?”

Jang ditanja itoe poen mengeloeh poela seraja berkata: „Baiklah kita poelang.”

Keréta itoe berpaling dan berdjalan perlahan-lahan melaloei djalan jang soedah dilaloei meréka itoe.

Boelan toedjoe hari itoe bertambah moeram tjahajanja, karena awan jang hitam itoe semangkin tebal. Daoen-daoen jang melindungi djalan itoe toendoek kebawah, karena malam itoe dingin benar, sedang angin poen tiada menghemboes. Lengang serta soenji nampaknja djalan M. jang pandjang itoe.

„Sedih perasaankoe melihat malam ini”, kata anak dara itoe. „Ja, adinda, boelan itoe poen toeroet djoega berdoekatjita melihat hal kita berdoea”.

Pada simpang mentjeraikan perdjalanan meréka itoe, Tek Lie toeroen. Keréta jang akan membawa dia soedah sedia menoenggoe.

„Disinilah kita bertjerai. Selamat malam”, katanja seraja mendjabat tangan anak gadis itoe. Soearanja lemboet dan riang, sengadja akan menghiboerkan si Noni. Tetapi anak gadis itoe mengerti akan maksoed sahabatnja itoe.

„Apabila kakanda poelang ke Tangerang?” tanjanja.

„Loesa”.

„Sampaikan salamkoe kepada boenda.”

„Dengan segala soeka hati.”

Tek Lie hendak naik kekéretanja itoe. Ia berpoetar sebentar seraja mendjabat tangan kekasihnja itoe.

„Noni, perih rasanja perasaankoe bertjerai ini”, katanja.

„Sabarlah dahoeloe kakanda”, djawab anak gadis itoe dengan soeara jang sedih dan lemah lemboet. Anak moeda itoe memandang keatas, helihat mata boeah hatinja itoe. Tangan kanan anak itoe beloem dilepaskannja. Maka adalah pandangnja itoe sebagai meminta izin akan menoendjoekkan kesedihan hatinja jang bertjampoer adoek dengan kasih sajangnja. „Marahkah engkau kalau tanganmoe jang haloes dan lemboet ini koe......... „Tek Lie tiada dapat meneroeskan perkataannja, karena piloe dan soesah hatinja.

Anak dara itoe menoendoekkan kepalanja. Hiba benar hatinja melihat anak moeda itoe.

„Sekali-kali tidak, djanganlah Lie bersoesah hati.”

Demi anak moeda itoe mendengar sahoet jang demikian itoe, ia poen merasa badannja lemah. Tangan kanan kekasihnja itoe dipeloeknja dan ditjioemnja beroelang- oelang, sambil air matanja bertjoetjoeran. Air mata jang keloear dari mata anak moeda itoe, air mata jang terbit dari hati jang digerakkan soeka dan girang, doeka dan nestapa, djatoeh berlinang-linang membasahai tangan anak dara jang gemetar itoe. Hatinja poen soedahlah gemoeroeh melihat penanggoengan Tek Lie jang dikasihinja itoe.

„Selamat,.........selamatlah Noni,” oedjar Tek Lie sambil ia berpaling menoedjoe kerétanja itoe.

Kedoea keréta itoe berdjalan masing-masing dengan haloeannja. Makin lama makin djaoeh antara kedoea orang itoe, masing masing memasang telinganja menengar soeara koekoe koeda jang menarik ketjintaan meréka itoe.

Dilangit jang gelap itoe soeatoe poen tiada jang kelihatan. Seboetir bintang poen tiada jang gemerlap, hanjalah soeara goeroeh jang mendajoedajoe didjaoeh dengan soeara jang sajoep-sajoep, ditoeroeti tjahaja kilat jang beroelang- oelang.

10 December.

Adinda Noer,

Kalau kita bandingkan kehidoepan orang jang lebih miskin dengan kehidoepan kita, bagaimanakah perasaan kita. Saja beloem pernah merasa soesah benar akan beroléh kehidoepankoe jang sederhana. Sesoeap pagi dan petang dan pakaian pemaloet badan beloemlah pernah kekoerangan. Nafsoekoe bekerdja selaloe ada dan kesehatan badankoe boleh dikatakan baik. Jang menjoesahkan akoe akan mentjahari nafakahkoe hampir tiada. Oleh sebab itoe meskipoen saja masoek bilangan orang miskin, adalah kemiskinan itoe tiada seberapa berat pada perasaankoe.

Kalau koelihat orang miskin jang lain, tiadalah saja tahoe apa jang saja akan katakan. Maksoedkoe ja’ni orang miskin jang beroléh rintangan dan ganggoean akan mentjahari nafakahnja. Ia miskin. Itoe tiada berapa. Manoesia itoe ada diberi Toehan kekoeatan menahan sesoeatoe apa. Dalam kemiskinan orang dapat djoega bergirang hati. Kemiskinan itoe beloemlah sengsara benar bagai orang miskin. Apakah jang menjengsarakan mereka itoe dalam kemiskinannja?

Bila mereka itoe beroléh rintangan dan ganggoean dalam pekerdjaannja. Rintangan dan ganggoean dari pada orang lain — kadang-kadang tempat dia bekerdja. Maksoed perkataan perkataan disini, jaitoe apa jang diperboeatnja oentoek orang jang membajar gadjihnja. Kalau gadji meréka tiada besar, beloemlah itoe menjakiti hatinja karena pekerdjaan jang dikerdjakan si pekerdja, tiadalah oeang sahadja hasilnja bagai dia. Selain dari pada itoe si pekerdja itoe beroléh kesenangan dalam hatinja. Bila ia disoesah-soesahkan dalam pekerdjaannja, atau diantjam dan dioesir, itoelah jang amat menjakitkan hati si pekerdia itoe. Kelakoean ini lebih menjengsarakan dia dari pada kemiskinan.


Baharoe djalan enam boelan si Ani bekerdja diroemah orang Tjina jang kaja itoe. Perasaannja koerang senang. Sebab kalau dia pikir-pikir, dadanja berbebar, oléh karena ketakoetan timboel dalam hatinja. Akan tetapi apabila dikenangkannja kebaikan boedi njonja itoe tiadalah sampai hatinja akan pergi dari gedoeng itoe. Lagi poela beroléh pekerdjaan jang lain tiada moedah. Sekiranja ada jang lain, beloem tentoe bahasa pekerdjaan itoe lebih baik. Oleh sebab itoe ia berserah diri sahadja. Sedapat-dapatnja ia akan beroesaha mendjaoehkan bentjana jang akan datang. Bila anak toeannja itoe bertanja kepada dia, ia menjahoet dengan hormatnja, tetapi dengan ringkas, soenggoehpoen ia tiada soeka bersoea dengan anak moeda itoe. Bila meréka bersoea diroemah atau didjalan, ia tiada berani menjingkirkan anak moeda itoe. Takoet ia kalau-kalau Jan Sin marah dan menaroeh dendam. Marah dan dendam adalah mengoeatkan orang berboeat kedjahatan. Sebaliknja perboeatan jang baik selaloe menjegankan orang itoe menjampaikan maksoednja jang tiada senonoh.

Tetapi meskipoen ia beroesaha jang demikian itoe ia merasa djoega bahwa Jan Sin mentjahari roepa-roepa djalan soepaja ia dapat berkata-kata dengan si Ani.

Anak dara itoe hendak membitjarakan hal ini dengan sahabatnja Soerdjima. Sekarang ia beloem berani. Takoet ia kalau-kalau tjeritera jang koerang énak itoe menjoesahkan hati Soerdjima, karena penjakitnja adalah bertambah berat. Pada moeka si sakit tiada berapa perobahan. Tetapi barang siapa mendengar ia batoek, lebih-lebih tengah malam, tentoe mengerti berat penjakit jang makan didalam itoe. Itoelah sebabnja maka anak gadis itoe beloem mentjeriterakan hal itoe kepada sahabatnja. Tetapi ia merasa, bahasa ia moesti minta nasihat Soerdjima, bila ada waktoe jang baik.

Kalau ia doedoek sendiri, bila ia sempat memikir-mikirkan kelakoean anak toeannja itoe ia poen bertanja dalam hatinja apakah gerangan kehendak anak toeannja itoe. Kalau dibandingkannja dengan tjeritera kehidoepan sahabatnja, maka ia menjangka, bahasa Jan Sin hendak memelihara dia. „Saja moesti tolak” katanja dalam hatinja, „karena saja melarat oléhnja dibelakang hari. Tjoekoeplah jang dirasa Soerdjima itoe pengadjaran oléhkoe. Kalau ia melakoekan dengan paksa, apalah gerangan dajakoe melindoengi dirikoe? Moedah-moedahan selama Soerdjima ada, tentoe akoe tá kan kepoetoesan ákal.

„Kalau ia meninggal?”

Dada si Ani berdebar oléh pertanjaan jang timboel dalam hatinja itoe. Soerdjima meninggal? Apakah sebabnja timboel pertanjaan jang demikian dalam hatinja? Ah, mana boléh, ia tá kan meninggalkan saja seorang diri. Lagi poen masakan ia tiada beroléh 'oemoer jang pandjang. Toehan selaloe membalas perboeatan jang baik. Soerdjima orang jang koeat berboeat 'ibadat, soedah tentoe ia akan hidoep lama didoenia ini. Orang jang melarat itoe masih mengharap pertolongannja.

Akan tetapi kalau diperhatikannja moeka sahabatnja itoe, hatinja amat bimbang. Kekoeatan Soerdjima poen soedah banjak moendoer. Adakah dia itoe sebab penjakit dada itoe atau oléh karena ia pajah? Karena meskipoen badannja koerang énak, bila ada perloenja, ia selaloe pegi. Kadang-kadang diwaktoe malam jang dingin, bila ada jang akan dioesahakannja. Kalau Ani menegor dia, soepaja sahabatnja itoe mendjaga keséhatan badannja, maka Soerdjima selaloe menjahoet:

„Kalau perloe, saja mesti pegi. Bagaimanakah saja dapat tidoer ditempat tidoerkoe, kalau koeketahoei ada orang jang haroes ditolong.”

„Perloe. . . . . . . . . . . .ja mémang selamanja perloe. Tetapi keperloean kita sendiri djangan diloepakan. Itoelah jang lebih dahoeloe. Menolong orang mémang bagoes. Akan tetapi Soerdjima haroes mengingat, djanganlah kita beroléh soesah karena menolong itoe.”

„Dengarlah perkataankoe ini Ani. Sebab manoesia itoe selaloe berkata dan beroesaha, soepaja ia beroléh lebih dahoeloe keperloeannja sendiri, sebab itoelah maka timboel kesengsaraan jang sebanjak itoe diantara manoesia. Siapa jang berkata lebih dahoeloe keperloean sendiri, kemoedian keperloean orang lain, orang itoe tentoe tiada akan memikirkan temannja. Akan memikirkan oentoek diri kita adalah dia itoe tabi'at, jang dibawa lahir. Meskipoen orang lain tá mengadjar kita, demikian, kita soedah ketahoei dia dari kehendak hati kita sendiri. Lihat sahadjalah kalau ada kesoesahan. Oempama roemah jang berisi banjak orang, terbakar. Orang itoe berlomba melarikan diri dari bahaja api, masing-masing memikirkan dirinja. Pintoe jang sempit itoe soedah tentoe koerang lébar akan tempat meréka itoe sekali keloear. Orang banjak itoe bertolak-tolakan dipintoe itoe dan mana jang djatoeh diindjak jang lain. Soedah tentoe dengan hal jang demikian banjak orang jang beroléh ketjilakaan. Keloear dari pintoe itoe poen tiada lekas. Meréka bertolak-tolakan, karena memikirkan dirinja sendiri.

Demikianlah halnja didoenia ini, Ani. Orang jang berkata lebih dahoeloe keperloean sendiri dan ia mengoesahakannja, dibelakang hari tiadalah ia teringat lagi akan keperloean sesamanja manoesia. Sebaliknja ia beroléh pikiran jang lain. Tjahari oentoek dirimoe, keperloean orang lain itoe adalah moesoeh keperloeanmoe.

Oléh sebab itoe seharoesnjalah kita memikirkan lebih dahoeloe keperloean orang banjak. Pertjaja sahadjalah, itoelah jang sebaik-baiknja. Keperloeanmoe poen tá kan dirampas orang.”

„Benar, tetapi kalau Soerdjima melarat, karenanja?” Boekankah koerang baik djoega jang demikian itoe?”

„Kalau kita melarat dan beroléh soesah karena menoeloeng orang lain, tiada mengapa. Itoelah boeah kehidoepan jang sesoetji-soetjinja. Dalam hal jang demikian itoe adalah kesoesahan kita itoe lebih ringan, kalau ditimbang, dari pada boeah pertolongan kita itoe. Itoelah hidoep mengorbankan kahidoepan jang kita terima. Kehidoepan jang seroepa inilah jang disoekai Toehan jang mendjadikan manoesia jang pertama itoe.”

Soerdjima berhenti berkata-kata itoe. Dadanja sesak dan napasnja soesah.

Kemoedian ia meneroeskan perkataannja:

„Ani, tiadakah pernah orang, jang mengoempoelkan kekajaannja dari peloeh orang miskin, bersenang hati. Sebaliknja hatikoe sekali girang dalam kesoesahankoe. Saja tahoe benar-benar, bahasa saja tá kan lama lagi menoenggoe adjalkoe. Maka oléh sebab itoelah akoe bekerdja sebanjak banjak, soepaja harikoe jang sedikit lagi itoe berdjasa benar.”

Si Ani mendekap sahabatnja itoe laloe menangis tersedoe-sedoe. Sangkaan jang menakoetkan diri dia itoe, soedah benar. Dari moeloet Soerdjima sendiri ia mendengar perkataan itoe, ja'ni hari pertjeraikan meréka itoe tiada djaoeh lagi.

„Apakah sebab Ani menangis jang demikian itoe? Doedoeklah baik-baik. Dengar dan perhatikan saja berkata itoe. Pekerdjaankoe, Ani, hampir selesai. Oléh karena itoe saja selaloe bersoekatjita, meskipoen badankoe menanggoeng. Ja. . . . . . . . .soedah tentoe. Apa bila njawa dan djiwa itoe hendak meninggalkan badan itoe, bermatjam-matjamlah penanggoengan kita. Karena amatlah soesahnja bagai badan itoe melepaskan njawa dan djiwa itoe. Sedapat-dapatnja ia menahan meréka itoe soepaja tinggal tetap bersama-sama dengan dia. Lihatlah bagaimana soesahnja, bagai orang jang hendak meninggal, menghemboeskan napas jang penghabisan. Napas jang penghabisan itoelah watasnja kehidoepan orang didoenia ini, karena pada sa'at itoelah njawa dan djiwa melajang meninggalkan badan, tempat meréka beroemah selama didoenia.

Kalau Ani perhatikan adalah sekalian barang itoe kembali kepada asalnja. Asal djiwa itoe boekan dari doenia ini, tempatnja poen tiadalah disini, jang empoenja dia poen boekan orang disini. Oléh karena itoe kalau waktoenja soedah sampai, ia akan kembali kepada asal kedatangannja. Dengan kematian badan itoe ia meninggalkan doenia dengan segala keadaannja. Karena itoe djanganlah kita sekali-kali menakoeti kematian itoe. Seorang poen tiada jang loepoet dari padanja. Waktoenja poen tiada dapat dilekaskan atau dilambatkan.

Saja mengerti apa sebab Ani berhati soegoel mendengar perkataankoe itoe. Karena Ani ingin soepaja kita sama-sama selamanja. Itoe tá dapat. Lagi poen goenanja tiada lagi. Kalau engkau tinggal sendiri, adalah dia itoe waktoe jang baik bagimoe akan mempeladjari berdiri sendiri. Orang jang tiada dapat berdiri sendiri dalam kehidoepannja, orang itoe sia-sia mendjadi orang.

Lihatlah anak ketjil. Moela-moela ia berladjar berdjalan, ia selaloe ditolong iboenja. Setelah ia koeat dan pandai, pertolongan iboenja itoe tiada bergoena lagi bagai dia. Demikian djoega dalam kehidoepan ini. Selama engkau masih beladjar hidoep sendiri, pertolongan itoe bergoena bagimoe. Kalau ada kesoesahan, engkau beroléh bitjara dan nasihat. Sekarang soedah waktoenja engkau berdiri sendiri. Djanganlah koeatir, beranikanlah hatimoe. Lagi poen bila saja tá ada nanti, engkau tákan tinggal sendiri sahadja. Lihat sahadjalah, nanti ada jang menemani engkau dalam kesoesahan. Boekan orang sebagai saja, atau malaikat dari langit. Siapa dia itoe, engkau mengetahoei dia kelak.

Setelah habis Soerdjima berkata-kata itoe, si Ani tinggal tepekoer. Ia bertanja dalam hatinja, atau ia memoeaskan hatinja pada waktoe itoe djoega. Adakah Soerdjima mengerti nanti apa jang ditjeriterakannja ioe. Bagaimanakah saja katakan, soepaja terang padanja.

„Saja soedah lama mengetahoei bahasa ada jang hendak engkau katakan,” kata Soerdjima.

„Dengan soeara jang gemetar si Ani mentjeriterakan kelakoean anak toeannja bagai dia. Moela-moela soearanja gemetar dan ia gagap berkata-kata itoe. Lama-lama ketenangannja poen kembalilah. Maka ia poen dapatlah menerangkan ketakoetannja itoe kepada sahabatnja itoe. Setelah anak itoe habis berkata, maka ia poen menangislah tersedoe-sedoe. Jang ditahannja selama ini telah poeas. Air mata itoelah jang dapat menawari kemasgoelan dan ketakoetannja selama ini. Ia merasa hatinja sakit dan sedih benar-benar mengenangkan nasibnja itoe. Menoeroet pendapatannja adalah kelakoeannja rendah. Sekarang tingkah lakoenja dan 'adatnja poen haloes. Ia memakai badannja adab dan sederhana. Tiadalah pernah ia memperboeat soeatoe apa, jang menggerakkan keberanian laki-laki. Dalam pikirannja poen tiada pernah timboel angan-angan jang demikian itoe. Nasihat Soerdjima itoe selaloe ditoeroetnja benar-benar. Karena ia mengerti djoega, bahwa kebanjakan bentjana jang terdjadi diantara laki-laki dan perempoean adalah asalnja, karena perempoean itoe koerang hati-hati. Ia menerbitkan—disengadja atau tiada disengadja—keinginan laki-laki itoe. Pada galibnja perboeatan demikian itoe terbit dari pada kebebalan, perempoean itoe koerang hati-hati memikirkan kesoedahan tiap-tiap perboeatan. Perboeatan jang ketjil itoe kerap kali membawa bentjana jang besar. Orang sering menanggoeng selama hidoepnja, karena ketelédoran dalam sesa'at.

Anak dara itoe mentjahari kesalahannja. Tetapi soeatoepoen tiada kesalahan jang diperoléhnja pada dirinja sendiri.

Mémang demikian. Kesalahan itoe tiada padanja. Asal bentjana itoe boekan dari kelakoeannja. Apa jang ada padanja, adalah dia itoe pemberian Toehan. Benar bagoes dan sedap dipandang mata. Tetapi kita haroes menghormati pemberian Toehan itoe, sebagai kita menghormati jang diterima iboe kita.

Boekan kesalahan itoe terletak diatas dirinja, tetapi Jan Sin anak orang kaja itoelah jang bersalah benar. Dalam hatinja ia tiada menaroeh hormat bagi perempoean. Apalagi perempoean orang kebanjakan. Kesalahan jang beroerat berakar pada pihak laki-laki ini, akan mendatangkan bahaja pada pihak jang lemah. Inilah jang menjakitkan hati si Ani, inilah jang meremoekkan perasaannja. Itoelah sebabnja ia menangis dengan kesedihan jang besar. Air matanja itoelah ganti perkataannja mengadoekan perboeatan jang tiada 'adil itoe 'adat laki laki jang tiada senonoh itoe, pikiran meréka jang djahat itoe. Air mata si Ani jang bertjoetjoeran itoe ganti dia, wakil teman sedjawatnja perempoean, datang menjembah sekalian jang membatja ini meminta hiba kasihan, memohon pertolongan dan perlindoengan bagai meréka dari kedjahatan manoesia itoe. Kalau perasaan kemanoesianmoe itoe, wahai toean boediman jang membatja ini, masih hidoep, tentoe toean tá kan sampai hati menolak permohonan meréka itoe bangsa jang lemah itoe.

Tinggalkah toean diam sahadja? Tiadakah hatimoe menaroeh sajang melihat nasib meréka itoe? Adakah mereka itoe, menerima pendjawaban sahadja: „Kasihan!” Sedang toean tiada beroesaha barang sedikit djoea. Adakah toean mengoetjap sjoekoer, karena toean terhindar dari halnja jang demikian.

Adinda Noer. Adakah béda manoesia itoe dengan héwan ditengah padang. Lihatlah lemboe sekawan atau biri-biri sekoempoelan. Kalau binatang boeas menerkam teman meréka itoe, jang lain-lain itoe lari dengan tiada memikirkan kawannja jang dalam bahaja itoe.

Diantara manoesia jang berjoeta-joeta itoe, poetih dan hitam, koening dan merah, boekanlah sama dengan héwan. Meréka itoe makan minoem, tidoer dan bersoeka-soekaan sehari-hari dengan tiada mengindahakan nasib sesamanja manoesia jang lain.

18 December.

Pada soeatoe pagi si Ani djaga dari tidoernja, lebih lekas dari jang biasa. Ia bangoen itoe oléh karena mendengar batoek Soerdjima jang keras dan bertoeroet-toeroet. Pada waktoe itoe tjahaja matahari beloem kelihatan, hanjalah tjahaja fadjar jang nampak dari tjelah-tjelah dinding roemah bamboe kedoea orang miskin itoe.

Ia doedoek serta melihat sahabatnja jang sakit itoe. Ia membesarken lampoe jang menjala itoe soepaja moeka orang itoe terang dilihatnja. Soerdjima batoek beroelang-oelang. Keringatnja mengalir, dingin rasanja. Si Ani menjapoe moeka si sakit itoe dengan soesah hatinja, karena ia tiada dapat berboeat soeatoe apa jang mengoerangkan penanggoengan Soerdjima jang batoek itoe. Hanja ia doedoek menoendjoekkan hiba hatinja. Matanja basah mengenangkan penanggoengan orang jang baik hati itoe. Ia selaloe memandang air moeka si sakit, kalau-kalau Soerdjima hendak menjoeroeh dia mengambil soeatoe apa jang bergoena oentoek dia. Akan tetapi oléh karena batoek itoe tiada berhenti, tiadalah dapat si sakit berkata. Hanja ia memandang mata si Ani sekali-sekali. Setelah ia melihat anak itoe menangis, ia poen berkata.

„Ani. . . . . .menangiskah. . . . . .eng. . . . . .kau?”

Dengan soesah ia meneroeskan perkataan itoe; berpotong-potong keloear karena batoek jang hébat itoe.

Si Ani merasa bahwa perboeatannja itoe salah, Sedjak dari pertjakapan meréka itoe jang achir, ia dilarang Soerdjima menangisi dia. tiadalah faedahnja menangis itoe. Tenang dan sabar haroes tiap tiap orang memikoel beban jang diporelahnja. Kalau dapat dengan hati jang girang lagi.

Wahai adinda Noer. Noersia jang tertjinta. Apatah gerangan jang memaboekkan pikiranloe ini. Sabarlah sedikit. Saja menjimpang dari tjeritera jang koetjeriterakan tahadi.

Sebabnja?

Adinda Noer, djanganlah adinda bertanja lagi. Atau beloemkah engkau mengnal sifat dan tabiatkoe. Kalau engkau mendjawab: beloem, apakah saja katakan kepada adinda. Saja sendiri poen tiada mengeal dirikoe benar-benar. Sifat dan tabiatkoe poen beloem akoe mengerti akan dia.

Apakah gerangan jang memaboekkan hatikoe ini?

Tiada koeketahoei. Dimanakah koetjari asal dan sebabnja?

Saja bingoeng, soenggoeh saja bingoeng Noer. Apalah gerangan jang menjoesahkan hatikoe. Perboeatankoe jang salah tahadi? Semalam? kemarin? Seboelan liwat? Tahoen dahoeloe? Dosa koe jang soedah bertahoen-tahoen? Dosa orang toekoe? Nenekkoe? Ja saj soenggoeh tiada mengerti.

Tahadi -kira kira doea djam jang liwat- saja melihat seorang anak ketjil digéndong seorang anak gadis. Entah anak itoe adiknja, saja koerang ma'loem. Saja berdiri terpaksa melihat anak itoe. Moeka anak jang gemoek dan mata jang djernih itoe menarik hatikoe. Saja menghampiri anak itoe, seraja berkata sekadar djangan mengedjoetkan anak gadis jang menggéndong anak itoe:

„Wah gemoeknja anak ini, soedah berapa 'oemoernja?”

„Lima boelan”, sahoet perempoean itoe, sambil melihat moekakoe. Ia mengerti bahasa saja ingin benar melihat anak itoe.

„Boléhkah saja menggéndong anak itoe sebentar?” kata saja. Saja meminta itoe dengan soeara jang lemboet, sebagai orang kelaparan meminta sesoeap nasi.

Anak jang menggéndong anak itoe mengerti kemiskinan hatikoe itoe — ja, Noer, benarlah akoe ini miskin, boekan miskin dioeang. Miskin dioeang beloemlah berapa pada saja. Miskin kerana tiada poenja anak bini, djaoeh dari negeri sendiri. Miskin karna tiada jang menghiboerkan hati. — Maka ia poen memberikan anak itoe dengan ramahnja. Dengan kedoea belah tangankoe anak itoe koeterima sambil koedongdong pada dadakoe.

Boekan boewatan kegirangan hatikoe memegang anak jang gemoek dan berat itoe. (Kegirangan hatikoe ini saja mengerti. Tiada seperti soesah hatikoe.)

Meskipoen tiada dengan seterang-terangnja, pada waktoe itoe mengerti saja sedikit perasaan iboe jang berbahagia, bila anaknja berbaring dipangkoeannja, seraja meminoem air soesoe jang lazat itoe.

Tersejoemkah adinda Noer kalau saja berkata: Bahagia jang diperoleh iboe itoelah jang koeingini dengan sekeras-keras hatikoe.

Perlahan-lahan anak itoe koetekan pada dadakoe, seolah-olah perasaan jang beroentoeng itoe koepahatkan pada kalboekoe, ja'ni perasaan jang koeterima dari anak itoe.

Waktoenja hampir selesai, karena tiadalah berani saja menahan anak itoe lama. Anak dara itoe berkemas menjediakan seléndang pendoekoeng anak itoe. Ia memandang sebentar kebawah hendak mengambil oedjoeng seléndang itoe. Demi saja melihat mata anak dara itoe berpoetar dari padakoe, maka sebentar itoe djoega, anak ketjilkoepigang itoe koetjioem dengan tjinta dan birahi hatikoe.

Anak itoe koeserahkan kepada anak dara itoe. Saja bermohon laloe pergi mininggalkan meréka itoe berdoea. Itoe soedah liwat, beloem lama. Baharoe doea djam. Saja sekarang doedoek menoelis soerat ini kepada Noer, sedang langit dihadapankoe gelap, 'ibarat akan hoedjan.

Apakah jang menjoesahkan hatikoe ini?

Adakah dia itoe disebabkan anak jang tahadi?

Boléh djadi. Perasaan kepada anak soedah lama terbit dalam hatikoe. Bila akoe melihat seorang anak, hatikoe amat soeka. Boekan disebabkan anak itoe manis dan loetjoe dipandang mata. Boekan! Hatikoelah jang tertarik kepada anak itoe. Saja ingin melihat dia. Saja ingin poela mempoenjai jang demikian. Keinginan jang timboel itoe tiada dapat dipenoehi. Itoelah barangkali pangkal doekatjitakoe sekarang ini.

Ja, seringlah jang demikian Noer. Barang jang kita ingini dan tiada kita peroléh, kerap kali menjoesahkan hati. Berapa orang jang hidoep malang, karena harapannja tiada terdjadi.

Kalau adinda Noer kasihan akan dakoe dan Noer soeka soepaja saja hidoep beroentoeng, batjalah soeratkoe jang bertoeroet-toeroet itoe. Djanganlah boeangkan dia, sesoedah dibatja. Simpan dan bila ada waktoe bagaimoe, batja sekali lagi. Adakah Noer mengerti apa jang saja hendak katakan ini? Saja tiada berani berkata doeloean, kalau saja beloem ma'loem akan pikiranmoe tentang maksoed jang koekandoeng dalam dadakoe ini.

20 December


Si Ani hendak tinggal pada hari itoe diroemah menoenggoei sahabatnja itoe. Akan tetapi si sakit berkata soepaja ia pergi kerdja. Karena adalah perasaannja penjakitnja koerang sedikit.

„Air minoem dan roti jang diberikan njonja itoe sahadjalah taroek dimédja ini, soepaja dapat koeambil sendiri. Pergilah engkau kerdja. Sampaikan salamkoe pada njonja itoe dan oetjapkan terima kasihkoe berikoe-riboe kali. Kalau dia izinkan, mintalah bésok tinggal diroemah akan menemani sahadja. Ini hari beloem perloe.”

Demikianlah perkataan Soerdjima, waktoe si Ani memberi tahoe maksoednja itoe.

Si Ani pergi kerdja. Berat rasa kakinja melangkah meninggalkan roemah itoe.

Apabila mata badan kita melihat sesoeatoe hal, kita kerap kali bersoesah hati, karena mata kita hanja melihat hal itoe dari loear.

Pada perasaan rohani kita jang mengatahoei hal itoe dari dalam dan keadaan jang sebenar-benarnja, boekanlah dia soesah dan sengsara. Sebaliknja ia memandang sengsara itoe kegirangan, karena sengsara (pada perasaan badan kita) itoelah jang mengoesahakan soepaja hidoep rohani itoe dapat bertjerai dari badan itoe. Sesoedah itoe baharoelah kita dapat mengetjap kesenangan jang kekal selama-lamanja.

Hari soedah petang. Si Ani poelang lebih lekas dari pada jang biasa. Ia membawa makanan jang énak-énak, pemberian njonja itoe oentoek sahabatnja jang sakit itoe.

Si sakit tiada memakan makanan itoe. Ia bertanja sahadja, atau si Ani dapat izin tinggal diroemah. Anak dara itoe mengiakan pertanjaan itoe.

„Sjoekoer, karena inilah jang penghabisan kita bersama-sama”, djawab si sakit.

Moekanja poetjat, tiada bertjahaja lagi. Matanja soedah malap benar, sebagai dian jang hendak padam karena kehabisan minjak. Semalam- malaman itoe matanja tertoetoep, tetapi ia boekan tidoer. Ia tá batoek lagi, hanjalah badannja panas benar, ja'ni panas jang penghabisan, soepaja ia dingin oentoek selama-lamanja.

Sebagai iboe jang setia mendjagai anak jang sakit, demikianlah anak dara itoe doedoek ditepi tempat tidoer Soerdjima semalam-malaman itoe.

Hari soedah siang. Matahari soedah memantjoerkan panas dan terang kemoeka boemi. Akan tetapi orang sakit itoe beloem memboeka matanja.

Si Ani merasa tangan si sakit, ia takoet kalau-kalau njawanja soedah tá ada lagi. Tangan jang panas itoe ditjioemnja beroelang-oelang. Soerdjima memboeka matanja. Dengan moeka jang ramah dan tamah ia memandang sahabat kekasihnja itoe. Dengan soeara jang perlahan-lahan ia menjoeroeh si Ani doedoek dekat kepalanja, karena adalah jang akan dikatakannja.

„Ani jang koetjintai, kita bertjerai sekarang. Toeroetlah nasihatkoe itoe, dan apa jang koepesan itoe djanganlah loepakan.”

Sekali lagi mata Soerdjima memandang moeka si Ani. Kemoedian ia memalingkan matanja melihat keatas. Dan. . . . . . . . .roh jang soetji itoe poen terbanglah meninggalkan badan, tempat sementara itoe, akan poelang kembali ketempat asalnja ja'ni rahmatoe'llah tempat jang soetji dan kekal itoe.

Si Ani tiada meratap dan menangisi majat ketjintaannja itoe. Ia soedah berdjandji benar-benar jang demikian itoe dihadapan Soerdjima diwaktoe hidoepnja. Soerdjima memesan, bahwa si Ani tiada boléh memberi tahoe kematiannja itoe kepada sekalian handai tolannja, sebeloem ia dikoeboer. Itoepoen ditoeroetnja. Wang simpenan jang ditinggalkan Soerdjima tjoekoep sekadar pembeli kain poetih akan pemaloet majat itoe, sebilah papan penoetoep liang lahat koeboeran itoe serta pembajar oepah toekang air jang memikoel majatnja kekoeboer. Poekoel lima petang keloearlah majat itoe meninggalkan roemah bamboe jang dikampoeng Boengoer itoe mendapatkan koeboeran tempat ia berhenti. Majat itoe diiringi enam orang jang memikoel dan ketoedjoenja ialah si Ani.

Kekoeboeran kelas tiga kesitoelah meréka itoe perginja. Harga tanah disitoe tiada dibajar. Oeang pembajar harga koeboeran jang lebih baik, oempama kelas doea, tiada lagi.

Perlahan-lahan majat itoe diletakkan koeli itoe kedalam liang lahat itoe, sambil air mengalir dari dinding koeboeran itoe. Tanah itoe rendah dan berpajau-pajau. Ma'loemlah koeboeran orang dagang. Kemoedian lobang itoe ditoetoep meréka itoe dengan hati-hati. Meskipoen mereka itoe orang si pekerdja biasa, adalah djoega ditoendjoekkan meréka itoe hormat meréka itoe akan majat perempoean itoe.

Tiada lebai, tiada hadji, seorang poen tiada jang mendo'a diatas koeboeran Soerdjima, perempoean jang mempoenjai kehidoepan jang berdjasa diatas boemi itoe.

Karena. . . . . . oeang tiada lagi, ketinggalan akan sedekah bagi meréka itoe.

Kebiasaan dipekoeboeran itoe, apabila orang jang membatja do'a itoe berdiri, meréka itoe beroléh oeang sedekah.

Si Ani tiada mempoenjai oeang lagi. Ja, dari manakah ia beroléh oeang. Tetapi semoeanja itoe tiada bergoena. Djiwa jang bersih dan soetji itoe soedah beroléh tempat jang tinggi dan moelia, sebagai soedah tersedia oentoek sekalian oemat Allah, jang menoeroet firmannja.

Ja, jang menoeroet firmannja.

Firman Allah itoe tiada didengar telinga perempoean jang soedah dalam koeboer itoe dari moeloet manoesia. Akan tetapi telinga hatinja mendengar firman itoe semasa hidoepnja, sesoedah ia melihat dan merasa beberapa sengsara jang penoeh berkeliling dia.

Sengsara dan penanggoengannja itoelah jang menjadarkan dia, itoelah jang mendjadi goeroe jang menoendjoekkan arah perdjalanannja di belakang hari. Dan oléh karena itoelah ia beroesaha memperbaiki, menjempoernakan serta memoeliakan hidoepnja.

Beroesaha dengan djalan melawan dan mena'loekkan hawa nafsoe. Menjempoernakan dan memoeliakan hidoepnja dengan melakoekan kehendak tjinta, jang berdiam dalam hatinja itoe.

Tjinta dan hawa nafsoe itoelah pangkal kekoeatan, jang menggerakkan hati dan anggota manoesia. Kedoea-doeanja dibawa lahir kedoenia, dan salah satoe dari padanja akan mengoeasai hidoep kita dibelakang hari. Maka barang siapa jang hidoepnja diperintah tjinta itoe, ialah jang berbahagia. Ia selaloe beroléh damai dan kesenangan dalam hatinja, meskipoen ia ditimpa soesah dan bentjana, jang diperoléhnja dari pada sesamanja manoesia. Tiadalah salah kalau dika-takan, bahwa ia telah mengétjap didoenia keni'matan sorga itoe.

Akan tetapi barang siapa jang soedah diperintah dan dikoeasai hawa nafsoe itoe, adalah ia sebagai batoe jang djatoeh diloempoer, makin lama makin dalam; ia tiada dapat lagi bangkit dari dalamnja. Maka soenggoehpoen ia menoeroet hawa nafsoenja, tiadalah ia merasa soeatoe kesenangan dalam hatinja. Sebaliknja perasaannja sebagai disiksa dalam neraka, jaitoe api hawa nafsoenja itoe. Achir-achinja badan, hati dan djiwanja roesak belaka.

Ja, tjinta itoelah jang mengangkat kita keatas, ketempat jang tinggi.

Dan hawa nafsoe itoe menarik kita kebawah, kedjoerang tempat doeka tjita dan sengsara jang sebenar-benarnja.


TAMAT.

  1. Loe mengatakan engkau. Perkataan jang kasar ini boekan bahasa Melajoe. Ia terpakai benar diantara orang Betawi.—