Tiongkok Baru
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Jika Anda bisa menyediakannya, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar sebagai panduan. |
DELEGASI INDONESIA SAMPAI DI PEKING :
Setibanja di Peking anggauta delegasi Indonesia jang ikut menghadiri perajaan ulang tahun ke-2 RRT disambut dengan karangan bunga. Depan Barioen A.S., kiri Tabrani, Armijn Pane dan Ishak Mahdi, Charge d'Affaires RI di
Peking. I. PENDAHULUAN.
Tanggal 23 Sept. '51, tiga orang delegasi dari Indonesia telah berangkat menudju Peking untuk menghadiri Hari Ulang Tahun ke-II dari Republik Rakjat Tiongkok jang telah berdiri mulai pada tg. 1 Oktober 1949, Ketiga delegasi itu ialah : M. Tabrani, Armijn Pane dan Barioen A. S. dan kepergian mereka adalah atas undangan organisasi? rakjat, diantaranja Komite Perdamaian Tiongkok, Lembaga Kesusasteraan dan Kesenian, Federasi Wanita.
Keberangkatan itu sangat terburu? dan sedianja bukan tiga orang sadja, akan tetapi delapan orang jang mendapat undangan. Dua diantaranja tak dapat ikut karena kesehatan tak mengizinkan, Ki Hadjar Dewantara dan Moh. Sjafe'i. Burhanuddin Diah ada berhalangan, Hamka dilarang pergi oleh perkumpulannja sedang Trimurti tak dapat pergi karena waktu mengurus pas dikantor imigrasi tertahan dan tak lama kemudian diambil oleh polisi militer persendjata lengkap untuk ditahan terus.
Sungguh sajang sekali, Indonesia tak dapat mengirim orang lebih dari tiga. Ketjuali sajang, pekerdjaan ketiga delegasi itu selama di Tiongkok mendjadi lebih perat karenanja, sebab banjak jang harus dilihat dan disaksikan dengan mata sendiri. Beruntunglah negeri seperti India jang mengirim utusannja sedjumlah 17 orang, diantaranja ada jang telah berumur 67 tahun, sdr. Pandit Sundarlal, seorang Gandi-zi, jang djuga mendjadi pemimpin rombongan India. Kepala delegasi Birma sdr. Thakin Ko Daw Maing, sudah berumur 77 tahun dan dari Bulgaria ada jang berumur 70 tahun dan kebetulan sedang di Peking itu merajakan hari ulang tahunnja, ditengah? para utusan dari 14 negeri. Sdr. Ilja Ehrenburg jang sudah landjut usianja dan sdr. Neruda, seorang pengarang Chili, djuga berada diantara para utusan.
Lebih sajang lagi, ialah tidak djadinja pergi sdr. Trimurti, sehingga delegasi Indonesia tidak mempunjai anggauta wanita, hal mana menjebabkan para utusan negeri lain merasa amat heran. Rombongan lain malah ada jang dua tiga anggauta wanitanja sedang delegasi Djerman diketuai oleh seorang wanita. Tentang djumlah anggauta delegasi adalah Indonesia, Pakistan dan Inggeris jang paling sedikit. Wakil Inggeris itupun datangnja terlambat beberapa hari. Menurut kete- rangan mereka sebabnja ialah karena tidak adanja bantuan dari pihak Pemerintah Inggeris, sehingga anggauta delegasi Pakistanpun terlambat djuga datangnja.
Selama dalam perdjalanan, ketiga anggauta delegasi Indo- nesia itu boleh dikata tidak ada mendapat kesukaran dan halangan, sekalipun pada waktu hendak meninggalkan Dja- karta, banjak hal? jang kurang lantjar. Dalam hubungan ini merasa bersjukurlah kami dan sangat berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh pihak Kementerian Luar Negeri kita, bantuan mana dapat dipandang sebagai penje- lenggaraan putusan Kabinet, sebab keberangkatan delegasi itu adalah termasuk putusan Kabinet Republik Indonesia. Andai- kata putusan Kabinet itu tidak ada, maka segala instansi Pemerintah jang bersangkutan dengan kepergian keluar negeri (Tiongkok) itu, tidak bersedia memberikan surat2 jang diper- lukan. Putusan Kabinet itulah jang membuka djalan bagi keberangkatan kami, sehingga pada tg. jang tersebut diatas, pk. 2 siang berangkatlah ketiga utusan dari Indonesia itu dengan menumpang pesawat Qantas menudju Singapore, dan besok paginja dari Singapura menudju Hongkong dengan me- numpang pesawat BOAC. sedang pada sore hari itu djuga dengan menumpang kapal Tionghoa menudju Kanton, setelah berkundjung sebentar kekantor perwakilan kita di Hongkong. Pagi pk. 10 sampailah kami di Kanton dan besok paginja pk. 8, dengan pesawat terbang menudju Peking, sehingga dengan begitu, diluar dugaan, pada tg. 26 September 1951, pk. 5 sore, sampailah kami dikota Peking, ibukota Republik Rakjat Tiongkok. Ongkos perdjalanan seluruhnja adalah ditanggung oleh pengundang, jang djadi tuan rumah delegasi, mulai tg. 23 September sampai 5 Nopember 1951, hari sampainja kami kembali di Djakarta.
Dalam perkenalan pertama dengan delegasi India di Kanton, sudah kelihatan ada perlainan dan perbedaan antara Indonesia dengan India, perbedaan mana agak menguntungkan pada mereka dan agak merugikan pada kita, sebagai pihak tetamu, walaupun dari pihak tuan rumah tidak sedikitpun ada ternjata, apa lagi diperlihatkan, bahwa para tamunja jang banjak itu datang dari negeri2 jang satu sama lain agak berlainan keadaannja dan politik jang didjalankan oleh Peme- rintahnja masing2. Jang dimaksudkan ialah dalam soal per- djandjian damai dengan Djepang jang pada waktu kami masuk didaerah Tiongkok, sudah di paraaf di San Francisco.
,,Kami sangat tertjegang di India, bahwa Indonesia ikut menanda-tangani perdjandjian San Francisco”, begitulah utjapan sdr2 dari India itu kepada kami. ,,Di India soal itu mendjadi perhatian istimewa dan agak membuat orang ter- kedjut”, kata mereka lagi.
Daiam pertemuan2 seterusnja dibeberapa tempat, sering India dan Birma mengemukakan dan menegaskan : ,,Kami tidaklah menjertai San Francisco, kami tidak setudju dengan San Francisco”. Bagi delegasi dari Indonesia hal ini banjak sedikitnja seolah-olah mendjadi gangguan perasaan. Lebih2 kalau diingat seperti sdr, Tabrani adalah dari partai Pe merintah. Bagi sdr. Armijn Pane sebagai seorang dari ka- langan kebudajaan dan kesenian umumnja soal itu tidak berapa terasa sedang bagi saja sendiri, walaupun tidak men- djadi anggota partai, ketika ini, kiri tidak, kananpun tidak, keadaan itu tidak dapat dihilangkan dari pikiran dan perasaan. Gandjil rasanja, kita berada didalam lingkungan dimana hampir semua orang mentjela, kita terpaksa menahan mulus, menahan hati dan perasaan. Dalam pergaulan sesama para utusan tidaklah pernah soal itu digugat atau disinggung2, rupanja pada maklum sadja keadaannja negerinja masing2. Dengan begitu perhubungan diantara segala utusan adalaih
baik sekali, diliputi oleh suasana persaudaraan dan ramah tamah, harga menghargai dan hormat menghormati. Walaupun kadang2 ada perbedaan pendapat, pertukaran pikiran, debat dll, tetapi suasana tetap baik dan menggembirakan terutama disebabkan oleh sikap dan tindakan dari tuan rumah jang sangat bidjaksana.
Para pembatja maklum sendiri, bagaimana sukarnja me- ngurus dan meladeni tamu. Orang jang sudah ada pengalaman dalam soal ini tentu dapat merasakan. Tamu jang ratusan djumlahnja, datang dari negeri jang berlainan kehidupan dan adat kebiasaannja dengan Tiongkok, dan tamu itu sendiri satu sama lain berbeda-beda pula. “India terkenal dengan banjak matjam pantangan dalam hal makanan, tamu2 Europa berlainan pula keinginannja, mana lagi harus diingat perlainan agama. Ada diantara utusan jang terus-terusan sadja pegang tasbih tapi bukan Islam dan waktu saja sendiri meminta tikar sembahjang, lantas disediakan tiga lapis wol dan sebelah atasnja kain putih jang sangat bersih. Maklum waktu kami sampai di Peking, musim dingin sudah mulai. Semua main wol, sprei, selimur dan lain2. Diatasnja dilapis dengan sutera. Untuk mandi selalu sedia air panas dan air dingin. Boleh pilih mana suka, tinggal memutar kraan sadja.
Soal makanan lagi. Ada jang tidak suka ini, ada pula jang berpantang itu. Ada jang mau makan buahan dengan susu, ada pula jang tidak mau minum teh atau kopi atau bier. Dalam soal makanan ini sadja, kita sudah ta'djub melihat keramahan (hospitality) dan kesabaran orang Tionghoa me- nerima dan mengurus tamu. Segala sikap dan tindakan jang kita alami, menundjukkan bahwa Tiongkok adalah lautan budi dan tempat achlak jang tinggi. Peri kemanusiaan jang dilimpahkan kepada kita terasa betul oleh bathin kita. Bukan oleh pelajan dihotel atau oleh panitia sadja, tapi dimana2, didjalanan, sekolah2, ditoko dan pasar, direstaurant, dalam pertundjukan dsb. Semuanja menundjukkan sikap jang me- lupakan kepentingan diri sendiri dan menghormat serta ingin berbuat baik terhadap orang lain. Memang di Tiongkok sudah teradat bahwa mengurus dan menjenangkan tamu itu adalah soal jang maha penting dan satu malu besar bila tak sanggup menjelenggarakan tamu dengan baik. Lain adat Eropah, jang kadang2 keperluan tamu disuruh bajar oleh tamu sendiri.
Dalam soal makanan umpamanja, kita selalu ditanja, makanan apa jang biasa kita pakai, bagaimana tjaranja jang enak buat lidah kita, apa2 jang kurang dll. sehingga dengan begitu kita merasa malu sendiri, sebab dirumah. dan negeri kita diri, ladenan seperti itu tidak kita djumpai. “Tiap2 jang berlainan agamanja, berlainan djenis makanan jang disukai- nja, diberi tempat tersendiri dan ladenan sendiri2. Seperti kita dari Indonesia, dimana2 adalah tukang masak orang Islam jang menjediakan makanan untuk kita. Tidak sadja dihotel, tapi djuga dikereta api jang kadang2 kami tompang Siang dan malam ber-turut2, dan diwaktu resepsi pun begitu Kalau kita masuk diruangan resepsi jang akan ada makan, sudah tersedia satu medja jang bertulisan ,,Medja Makanan Islam”. Agama lain dan golongan lain pun demikian pula.
Tiap2 medja selalu ditemani oleh tuan rumah, dengan tidak memikirkan apa makanan jang disukai oleh tamu, enak pula baginja. Umpamanja kita dari Indonesia pernah me- nanjakan sambel, lalu disediakan. Lantas tuan rumah jang ikut makan dimedja kita, turut pula memakan sambel itu Begitulah dengan lain2 medja.
Sampai kepada keperluan jang paling ketjil selalu di- pikirkan dan disediakan, sabun, gosok gigi dan obatnja, sisir dan minjak rambut, keperluan tulis menulis d.s.b. sekalipun para tamu, sebagai pelantjong jang berada dalam perdjalanan jauh dengan sendirinja sudah menjediakan keperluan2 jang ketjil itu. Tukang potong rambut, tjukur dl. disediakan djuga. Pendeknja tidak satu utusan negeri jang datang itu (djumlah jang mengirim utusan ada 14 negeri) jang tidak merasa kagum tentang budi baik dan kesabaran tuan rumah, baik jang datang dari benua Eropah, maupun jang dari benua Asia. Sampai utusan dari Pakistan, untuk menggambarkan itu semua, dalam pertemuan mengatakan : ,,Kami dari Pakistan tidak akan berani mengundang sdr2 dari Tiongkok untuk datang me-lihat2 negeri kami, sebab seperseratus dari apa jang kami terima sekarang sebagai tamu, tidak akan dapat kami memperlihatkannja nanti”. Demikianlah.
Tiap-tiap delegasi mempunjai interpreter, djurubahasa. Banjaknja tergantung dari djumlah anggota delegasi. Ada jang satu, ada jang dua dan tiga. Dan kalau atjara berlain-lain sehingga satu delegasi berpisahan umpamanja, maka djumlah djurubahasa itu bertambah lagi. Kita dari Indonesia mem- punjal djurubahasa jang pandai, dalam arti, ketjuali mengerti bahasanja, pengetahuannja pun tjukup tinggi untuk menjalin pikiran kita dalam berbagai hal. Buat tamu2 dari Eropah tersedia djurubahasa jang pandai bahasa Rus, Inggeris, Djer- man dan Perantjis. Buat tamu2 dari Asia, ada jang bahasa Inggeris, Birma, Indonesia, Vietnam, Korea dan Mongolia.
Karena itu pula pertukaran pikiran adalah bebas sekali. Mungkin orang menjangka bahwa perdjalanan kita telah ditentukan, melihat ini dan itu sadja, sedang jang lain2 tidak. Sangkaan itu meleset sama sekali. Tidak ada satu atjara Jang tidak diperembukkan lebih dulu, bukan dengan tuan rumah terutama, akan tetapi dengan dan diantara delegasi Jang datang, mereka pilih dan tetapkan apa2 jang akan dilihat. Tuan rumah hanja sebagai pemimpin rapat dan memberi pendjelasan. Tiap2 utusan merdeka mengemukakan kehen- daknja. Kebulatan dari permufakatan delegasi2 itulah jang didjalankan dan disiapkan oleh tuan rumah.
Orang jang sudah pernah bergaul dengan orang India tentu mengetahui bahwa mereka ini suka berbitjara, suka bertanja, ingin mengetahui sampai jang ketjil2. Dalam per- kundjungan ke Tiongkok itu, hal inipun ternjata, sehingga dari banjaknja hal2 jang dimadjukan mereka dan dimintak lihat, kita merasa ikut pula mendapat manfa'atnja.
Dalam satu pertemuan jang diadakan oleh Pemerintah Pusat di Peking, dipimpin oleh Perdana Menteri Chou En-lai, dihadiri oleh semua delegasi, diberi kesempatan untuk bertukar pikiran dari hati kehati, setjara bebas dalam suasana per- saudaraan. Apa sadja boleh tanja, sebagaimana halnja dalam mengatur program, apa sadja boleh lihat. Begitulah dalam pertemuan itu pertanjaan? jang dikemukakan menundjukkan bahwa dari pihak tamu tidak ada segan? untuk memadjukan pertanjaan, mengenai segala lapangan terutama mengenai stelsel ekonomi dan politik. Sampai ada jang bertanja : »Apakah ada maksud Tiongkok hendak menggantikan kedu- dukan Djepang dulu, sebagai negara kuat hendak mempenga- ruhi dan expansi keseluruh Asia dengan sembojannja Asia buat Asia, tapi njatanja kita sudah maklum semua?”
Ketua rapat mendjawab dengan senjum, kira2 begini: ,,Kita mengerti apa jang telah diderita oleh bangsa2 Asia selama pendjadjahan Eropah/Amerika dan sewaktu penindasan Djepang. Tiongkokpun ikut menderita dan hidup melarat. Karena itu kita bangkit dan madju kedepan untuk membela rakjat. Bangsa jang telah menderita oleh penindasan, setelah berdjuang mati2an puluhan tahun untuk melenjapkan penin- dasan itu, apa mungkin akan melakukan sendiri penindasan itu terhadap bangsa lain!? Berbuat apa jang bertentangan dengan pendirian kita sendiri? Kejakinan kita ialah, selama diantara bangsa? berlaku tindas menindas dan peras memeras, selama itu keamanan tidak akan tertjapai, walaupun ada sendjata jang bagaimana lengkap dan modernnja. Jang kita kehendaki bukanlah penindasan, akan tetapi persaudaraan jang djudjur dan ichlas "untuk mentjiptakan perdamaian di Asia dan diseluruh dunia. Dimana ada penindasan, pendja- djahan dan pemerasan imperialis, haruslah dilawan dengan segala Kekuatan jang ada. Marilah berdjuang, dan untuk Tiongkok, kami sudah dapat berkata bahwa dengan keme- nangan gilang gemilang dari Tentara Kemerdekaan (Pem- bebasan) Rakjat, jang dibantu oleh seluruh rakjat tani dan buruh, pintu untuk penindasan dan pemerasan imperialis asing, sudah tertutup buat pertama kali dalam sedjarah dan untuk seterusnja. Pintu Tiongkok sudah dikuntji rapat bagi kaum imperialis dan agressor, dan kita sanggup menutup pintu itu dengan Kekuatan jang ada pada rakjat kita. Pintu Tiongkok hanja terbuka bagi persaudaraan jang djudjur dan ichlas, bagi mentjiptakan perdamaian jang sehat dan kekal. Marilah bekerdja keras”.
Demikianlah kira2 isi pendjawaban dari Perdana Menteri Chou En-lai, jang dalam pertemuan itu hampir seluruh waktu- nja terpakai buat mendjawab pertanjaan dari delegasi? Asia. Dengan senjum beliau terpaksa memintak ma'af pada delegasi2 Eropa jang kemudian disambut oleh pihak Russia dengan mengutjapkan terima kasih atas persaudaraan jang djudjur dan hati ichlas dari tuan rumah. Kemurahan hati dan budi baik Tiongkok ini, rasanja tak ada tolok bandingannja di- seluruh dunia.
Pembatja mungkin berkata, ja, karena tamu! Betul, memang kita tamu. Tapi siapa jang sudah pernah mengurus tamu dari luar negeri, djangankan ratusan, dibawah sepuluh- pun, agaknja dapat membuat perbandingan. Djangankan sampai kepada soai makanan dan soal? keperluan ketjil, soal penginapan sadja kita di Indonesia sudah repot dan sering membuat malu. Tapi dalam pergaulan antara mereka pun dapat dilihat bahwa ketegangan tidak ada. Seorang pegawai umpamanja dalam bergaul, bersikap dan berkata terhadap orang jang lebih tinggi pangkatnja, sikapnja sama sadja, Seperti berbitjara dengan teman sadja. Pakaian, makan dan duduk tidak ada berbeda2 dan kaku. Terhadap Perdana Menteri Chou En-lai sendiri, djurubahasa umpamanja, kalau ada keliru atau kurang, biasa sadja menegurnja. Dan dari atas, bila ternjata jang dibawah jang benar, ja, menurut pula.
Antara opas dan pegawai tinggi, antara pelajan dengan kepala dihotel atau antara pekerdja biasa dengan direktur perusahaan umpamanja, tidak ada kita melihat perbedaan jang menjolok mata atau djarak jang mendjauhkan satu dari jang lain. Kalau si direktur berbadju hitam, si pekerdja begitu pula dan karena musim dingin, ja sama2 berbadju wol. Dikalangan tentara, walaupun tidak banjak kami melihatnja dikota2 jang telah dikundjungi, jang bertemu dipasar, didjalanan atau lain2 tempat, sukar kita membedakan mana jang opsir dan mana jang serdadu biasa. Oto mundar mandir tidak karuan, tidak ada. Malahan kalau tidak mobil dinas, hanja memakai batu arang sadja, djadi berdjalan dengan kekuatan uap, seperti kereta apj, tapi mesinnja ditempelkan disebelah belakang dan pakai saluran kebaling2 dimuka. Pendeknja salah satu hal jang paling mena'djubkan dan menawan hati sehingga kagum melihatnja, ialah : Kesederhanaan dari atas sampai kebawah.
Bukan karena tidak ada, sebab produksi Tiongkok tjukup banjak. Hanja sadja djangan lupa bahwa rakjat berdjumlah 500 djuta. Untuk memenuhi dan meratakan segala perbaikan untuk seluruh rakjat masih akan makan tempo dan harus kerdja keras dan banting tulang betul2 lagi dan rupanja tidak (belum) waktunja sekarang untuk bermewah dan melagak- lagak, selama kemewahan itu belum dapat disebarkan Kese- genap lapisan rakjat, terutama kaum tani dan buruh. Djangan kita lupa bahwa 80% dari rakjat Tiongkok adalah terdiri dari kaum tani. Djadi walaupun ada kota jang berpenduduk sampai enam djuta seperti Shanghai, dibandingkan dengan djumlah jang 500 djuta itu penduduk kota sadja berarti belum banjak.
Djakarta, Desember 1951.
B.
II. TELAGA KEKUATAN DAN KEMENANGAN REVOLUSI RAKJAT.
Tjinta Tanah Air.
Soal kesederhanaan jang kita lihat dimana2, begitu pula sikap ramah tamah dan perlakuan baik jang kita djumpai, adalah asli, tidak di-buat2, keluar dari hati sutji jang ichlas, budi tinggi dan peri kemanusiaan jang betul2 teruntuk bagi, dan hendak dilimpahkan pada manusia umumnja dengan tidak memandang adanja perbedaan, kulit, agama, faham d.l.Il. Melulu berbuat begitu, karena kesedaran dan keinsjafan rochani jang telah memuntjak tinggi, terlatih ber-abad2 lamanja dengan menempuh zaman jang sudah silih berganti, sedjak ribuan tahun jang lalu.
Ada alasan kita-untuk menerka pegitu, jaitu bila kita dapat menjelami djiwa dan bathinnja bangsa Tionghoa. Sifat2 asli jang murni masih banjak, hanja sadja selama ini laju karena pimpinan negara dan masjarakat jang tidak berdaja, lemah, tiada kesanggupan memantjarkan sinar jang menghidupkan dan mendorongkan tenaga2 jang sanggup mentjipta, lahir dan bathin. Kita katakan laju, sebab tidak mungkin djiwa kebur dajaan jang sudah terbentuk sedjak ribuan tahun jang lalu dan. telah mendjadi pantjaran hidup jang njata dimana, sampai terkenal dan mengagumkan seluruh dunia. Djiwa asli itu tidak (belum) mungkin mati disebabkan pendjadjahan asing dan pemerasan tuan2 besar berbagai roman dan bentuk ke- kuasaannja, dimasa berpuluh2 tahun jang achir ini. Dan salah satu diantara sifat2 bathin jang sutji murni itu, ialah Tjinta Tanah Air. Dimasa jang lalu pantjaran amal dari patriotisme jang me-njala2 itu, hanjalah dipergunakan untuk Kesenangan beberapa orang, baik bangsa sendiri, maupun bangsa asing, sedang rakjat bagian terbesar tetap hidup melarat dan ter- umbang-ambing.
Tjinta Tanah Air ini sudah terkenal di mana2. Tidak ada seorang Tionghoa, dimanapun ia berada akan sudi dikatakan tidak tjinta tanah air. Dan semua orang Tionghoa akan rela berkorban, berdjuang dan membanting tulang bila dikatakan, gunanja itu adalah untuk membela dan membangun Tanah Air. Karena tjinta tanah air, djuga sedia bersatu, lenjap segala pertentangan dan perbedaan golongan, partai atau faham.
Sekarang, setelah Tentara Pembebasan Rakjat mendapat kemenangan jang gilang-gemilang, jang pertama kali dalam sedjarah Tiongkok jang ribuan tahun itu, berdirilah Republik Rakjat dibawah pimpinan Pemerintah Rakjat untuk mengatur dan mempersembahkan segala pantjaran amal dari Tjinta Tanah Air jang meluap2 setelah pembebasan itu, kepada mereka jang sangat ditjintai, jaitulah Sang Rakjat, jang akan mendjadi tiang, sendi dan benteng jang maha hebat dari Tiongkok Baru. Inilah tekad, hanja inilah nampaknja satu2nja ethik jang dikenal oleh para pemimpin Tiongkok sekarang, jaitulah Ethica Populia, mengabdi kepada kepentingan Sang Rakjat. Hidup dan mati bersama Rakjat, timbul atau tenggelam bersama2 dengan rakjat.
Dan hasil daripada perdjuangan, praktek dari Tjinta Bangsa dan Tjinta Tanah Air, bukti jang njata dari patriotisme jang me-njala2 itu, jang berpusat disekitar pribadi, djiwa raga dan rochnja Abdi Rakjat jang terbesar pernah saja lihat dan ber- temu, Ketua Mao Tse Tung, sudah terhampar dihadapan mata kita jaitu sewaktu menjaksikan pawai pada tg. 1 Oktober 1951 dilapangan besar Tien An Men di-ibu kota Peking. Barisan angkatan perang jang lengkap, darat, laut dan udara (jang belakangan ini bukan orangnja sadja tapi juga pesawat2 bermatjam djenis turut parade dibelakang tentara, diudara, persis muntjulnja dibelakang barisan djuru2 terbang dan parachutis), kaum tani dan buruh, pemuda dan peladjar, wanita dan pahlawan kerdja, militia dari berbagai propinsi, barisan kebudajaan jang mena'djubkan (manusia itu disini se-olah2 dilukis mendjadi gelombang bunga jang warna warni, lengkap dengan segala, musik, berdjalan sambil menari (tari dari segala matjam suku bangsa) dan menjanjil, diikuti lagi oleh rakjat umum dan berbagai organisasi dari kota Peking. Djumlahnja semua jang menjertai pawai itu tidak kurang dari 400 sampai 500 ribu orang. Demikian ta'djubnja kita melihat barisan itu, se-olah2 kena pesona, dan hampir tidak terasa bahwa kita telah berdiri sedjak pk. 10 pagi sampai pk. 3 sore dengan pergi minum-istirahat sebentar kebawah tribune, sehingga sampai pada waktu sendja masih mem-bajang2 segala apa jang dilihat pada siang harinja. Lebih2 lagi, karena waktu sendja itu, di- teruskan dengan permainan bunga api jang luar biasa indahnja. Entah dikendalikan oleh apa, kita tidak tahu, perasaan sedih entah girang, entah keduanja, tapi pada malamnja tangan dan djari, sudah bergerak memegang pena diatas kertas, dan hasilnja adalah sebuah sadjak seperti dibawah ini:
DJADI SAKSI:
Terhampar tubuh, benda berbagai rupa,
Mengalir laksana arus air bah jang turun;
Warna warni dihadapan mata membentang segala rupa,
Besar ketjil, indah, permai, lagi jang perkasa.
Tak kusangka, tak terhingga, banjaknja kekajaan,
Mendjelma, keluar dari perbendaharaan djiwa dan alam,
Selama ini hanja mendjadi sebutan disebelah Selatan,
Tapi, kini, kusaksikan njata, disuluhi surja pelita alam.
Wahai Pemimpin, benarkah engkau ada,
Penundjuk djalan, pelopor tjita2 menudju bahagia?
Disini, dihadapanmu, tersedia segala rupa.
Didjadikan perlengkapan dan alat perintis djalan,
Enjah, musnah, terhindarlah segala hambatan,
Dan bebas, bergerak, madjulah Pahlawan !
Ach aku, kini disini,
hanja sebagai saksi :
Tidak pelaku dalam tjerita,
dari permulaan, menudju puntja.
Achirnja ...... ? ......
Rakjat menanti ribuan djuta,
bila gerangan djadi saudara;
Timur, Selatan, Barat, Utara,
rukun damai, seia sekata ......!
Peking, malam 1/2 Oktober 1951.
Kembang api, warna warni,
djadi pelita pembuka hati ......
Demikianlah kesan jang ditinggalkan oleh perajaan 1 Okto- ber didalam kalbu kita. Kembang api jang kita saksikan di- malam 1-2 Oktober itu, adalah laksana sinar jang membawa tjahaja baru, mendjadi pelita jang menerangi kalbu. Mungkin karena hausnja djiwa kita selama ini, ingin melihat sesuatu, hasil tjiptaan dan kreasi dari rakjat jang berrevolusi........... bertahun2 ditunggu............... hatta hingga kini, sesudah kem- bali dari Peking. Malah jang telah kita saksikan sesuatu jang menggembirakan ditahun 1945/46, sekarang sudah laju, mungkin telah mati, terbang lenjap dari kalbu dan djiwa ma- nusia Indonesia. Dan kalau begitu, kemanakah gerangan lagi akan ditjari......... ?
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Jika Anda bisa menyediakannya, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar sebagai panduan. |
Ketika sampai di Hangchow, kota nan terindah di Tiongkok, ketiga anggauta
delegasi Indonesia berkeliling danau, mengheningkan. pikiran dan mengenang-
perdjalanan jang telah lebih sebulan lamanja. Hawa sangat dingin, daun2an
III. SEDIKIT SEDJARAH.
Kita masih-ingat, sesudah penjerahan tentara Djepane dita- hun 1945, daerah Tungpei (Manchuria) adalah diduduki oleh tentara USSR. Diwaktu itu pusat daerah2 jang telah dibebas- kan oleh TPR (People's Liberation Army) ialah di Yen-an. Disanalah berkedudukan putjuk pimpinan pemerintahan Kung- changtang.
Sedjak tahun 1937, tentara Merah dan tentara Kuomintang adalah dalam berperang dengan Djepang. Daerah2 jang di- perintah dan didjaga oleh tentara Chiang Kai Shek dari tahun ketahun bertambah habis, sehingga mundur sampai ke Chung- king. Disana mereka bertahan dan disana, bukan sadja tentara Tiongkok jang ada, akan tetapi djuga tentara Amerika, lebih: sesudah Djepang menjerang Teluk Mutiara. Satu ironi jang sangat tadjam mengedjek Chiang Kai Shek. dengan regiemnja : Dalam ia beserta segala kekuatan jang ada, ber- djuang melawan Djepang, katanja, artinja melawan masuknja tentara asing jang menodai kedaulatan negara dan bangsa, maka sedjalan dengan itu, diizinkannja pula tentara Amerika masuk dan tetap tinggal di Chungking dan lain2 tempat, se-olah2 adanja tentara asing (Amerika) itu tidak pula berarti noda bagi kedaulatan bangsa dan negara Tiongkok. Njatanja, adanja tentara Amerika itu, tidak sedikitpun membawa kemadjuan dalam melawan Djepang. Sebaliknja tentara Kungchangtang dari tahun ketahun semakin banjak djuga rakjat dan semakin luas djuga darah jang menerima mereka dengan tangan terbuka.
Banjak kedjadian2 dari masa itu jang menundjukkan tragedi jang hebat2 jang dihadapi mereka, disebabkan adanja perintah dari komando tertinggi, bahwa selama peperangan dengan bangsa asing berlaku, tidaklah holeh berkelahi atau bertjektjok dengan tentara Kuomintang. Walaupun sebelum tahun 37, mereka tak putus2nja di-kedjar2 dan dibom oleh tentara Chiang Kai Shek. Keduanja harus berdjabatan tangan, walaupun sebenarnja pahit, terutama. bagi pihak TPR sebab harus serimg menerima permintaan rakjat, melindungi mereka dari sikap dan perbuatan tentara Chiang Kai Shek, jang ka- dang2 sangat kedjam dan tidak menaruh belas kasihan ter- hadap rakjat, lebih2 kalau mereka mundur teratur, terdesak oleh serangan2 Djepang. Maka untuk menghindarkan adanja penderitaan2 rakjat jang tidak perlu, TPR mengatur pendja- gaan di satu2 daerah, jang anggota2nja terdiri dari pemuda2 daerah itu sendiri, sedang mereka sendiri madju berhadapan dengan tentara Djepang.
Pun terhadap kekedjaman2 tuan2 tanah, barisan pendjaga ini harus dapat melindungi rakjat. Biasanja tuan2 tanah itu bekerdja sama dengan tentara Kuomintang dan tidak kebe- ratan pula bekerdjasama dengan Djepang. Dapat dipahamkan betapa sulitnja posisi tentara Kungchangtang pada ketika itu dan sanggupnja mereka mengatasi segala kesukaran, itulah jang menjebabkan mereka sangat populer didaerah2 jang pertama dibebaskan. Dibebaskan, artinja : bebas dari ketakutan terhadap tentara Kuomintang, bebas dari pemerasan dan ke- kedjaman tuan2 tanah, dan lega hati mereka karena musuh (tentara asing) telah dapat diusir atau dibasmi.
Delapan tahun TPR mendapat kesempatan untuk melatih diri mengatasi segala kesukaran itu, sambil mendidik dan me- lindungi rakjat, bertempur pula dengan musuh. Dengan begitu keunggulan mereka sudah terang dan njata, bila dibandingkan dengan tentara Chiang Kai Shek. Populariteit djangan dikata lagi. Pantas dan memang sudah sepantasnja mereka dianu- gerahi kemenangan jang gilang gemilang, jang belum ada taranja dalam sedjarah jang ribuan tahun pandjangnja itu. Tjotjok dengan adjaran agama Islam : Bila sungguh2 kamu menjerah (meniadakan kepentingan diri) meminta dan ber- usaha (berdjuang untuk kepentingan bersama dan kebahagiaan umat manusia), pastilah kemenangan itu akan beserta kamu ! Tapi, bila kemenangan sudah diperoleh, awas kalau takbur, sombong, bermegah2 dan melupakan kepentingan ummatmu, nistjaja (djuga pasti) keruntuhan akan menanti kamu.
Arkian maka pada pertengahan tahun 1945 terdjadilah penjerahan Djepang karena kedjatuhan bom-atom di Hiro- shima. Kekalahan Djepang ini tidak diduga semula dan tak disangka pahwa datangnja selekas itu. Oleh karena itu dipihak Sekutu tidak ada bersiap2 untuk menerima penjerahan itu. Diseluruh front kedudukan tentara masih tetap sebagai dalam pertempuran. Begitu djuga djalannja dan tempatnja per- sediaan2 dari masing2 negeri Sekutu. Keadaan ini bagi Tiong- kok jang diduduki Djepang selama perang sangat menjulitkan, terutama bagi pihak Chiang Kai Shek jang sudah mundur djauh kebagian pedalaman dari negerinja.
Dalam pada itu tentara Sovjet sudah menduduki hampir seluruh Manchuria dan Korea. Menurut perdjandjian diantara negeri2 Sekutu, bila habis perang dan Djepang kalah, maka daerah Tiongkok akan diserahkan semuanja kepada Pemerintah Tiongkok, termasuk djuga Taiwan dan Manchuria. Jang terse- but belakangan ini harus diserahkan oleh Sovjet kepada Pe- merintah Tiongkok, jaitu Kuomintang regime. Begitu menurut perdjandjian.
Sesudah musuh Tiongkok, Djepang, tidak berdaja lagi di Tiongkok, maka pihak Kuomintang dan Kungchangtang kembali bertempur satu sama lain. Kita masih ingat berita2 dari Tiong- kok tentang perundingan2 jang dilakukan antara kedua belah pihak untuk mendapat persetudjuan. Rupanja perundingan itu sengadja digagalkan, sebab perlunja bagi Chiang Kai Shek ialah untuk mendapat tempo guna mendatangkan sendjata2 Amerika. Atas nasehat pihak Amerika maka diadakan gen- tjatan sendjata. Perundingan gagal, pihak Kuomintang atas advies Amerika merasa sudah waktunja untuk menjerang kembali. Dengan setjara tidak djudjur penjerangan2 dilakukan dengan sekonjong2. Yen-an pun dibombardir. Segala usul dari pinak Kungchantang tidak diindahkan oleh Chiang Kai Shek. atas advies Amerika lagi. Kedjadian gentjatan sendjata seperti inilah jang dichawatirkan oleh pihak Korea dan Tiongkok baru2 ini dalam peperangan di Korea. Mereka tidak pertjaja bahwa Amerika akan tjukup djudjur untuk mendjalankan gentjatan sendjata dan mentjapai persetudjuan dalam perundingan. Amerika, walaupun bagaimana manis mulutnja, tetaplah di- pandang sebagai negara kapitalis-imperialis jang djika perlu akan melakukan agressi untuk kepentingan kaum modal dan kepentingan kaum modal dan penghasut2 perangnja. Maka sampai pada hari inipun, kita lihatlah bahwa perundingan di Korea tidak sedikit mendapat kemadjuan, sekalipun korban Amerika dari hari kehari bertambah banjak, disebabkan pihak Korea dan Sukarela Tiongkok sudah semakin maklum bagai- maria taktik jang harus didjalankan untuk menghantjurkan tentara Amerika. Lebih2 dimusim dingin. Waktu diadakan pertundjukan mengenai hasil peperangan di Korea, kita sudah melihat dengan mata kepala sendiri, berapa banjaknja surat2 bertimbun jang diambil dari tentara Amerika jang ditawan atau mati. Begitu pula berbagai matjam alat sendjata, ringan dan berat, sampai kepada bagian2 dalam dari pesawat udara, jang bertjap dan bertulisan2 Amerika. Jang sangat menarik hati ialah kebanjakan surat2 itu adalah dari kekasih² dan hulu sendjata pistol opsir ada jang dihiasi dengan gambar perempuan telandjang. Semuanja itu menundjukkan betapa moral dan semangat serdadu Amerika didalam peperangan Korea.
Begitulah pertempuran berkobar antara Kungchantang dengan Kuomintang, sedang Sovjet masih menduduki Man- churia. Tibalah waktunja bagi Sovjet untuk mengundurkan diri dari sana. Chiang Kai Shek atas advies Amerika belum bersedia menerima pengoperan dari Sovjet, oleh sebab itu dimintanja pada Sovjet supaja suka tinggal lebih lama lagi. Sovjet mengabulkan permintaan itu dan tinggal lebih lama. Pihak Kungchantang barang tentu memadjukan protes, sebab dengan begitu tenaga Chiang Kai Shek jang dipersendjatai oleh Amerika itu dipusatkan dan tertudju kepada mereka.
Pembatja barangkali akan berkata bahwa Sovjet akan lebih mendengarkan protes Kungchantang itu. Tidak! Djawabnja kepada Ketua Mao Tse Tung ialah: Sekalipun kawan sefaham, akan tetapi kewadjiban jang diletakkan diatas bahu kami sebagai pihak jang ikut menanda-tangani perdjandjian adalah lebih berat daripada persahabatan.
Untuk kedua kali Chiang Kai Shek meminta lagi agar Sovjet tinggal lebih lama setelah waktu jang didjandjikan tadi sudah tiba sa'atnja. Jang kedua inipun masih dikabulkan oleh Sovjet. Dalam pada itu sendjata Amerika semakin membandjir. (Ingat penasehat Marshall !).
Ketika Chiang Kai Shek untuk ketiga kalinja memintak diundurkan penarikan kembali tentara Merah dari Manchuria itu, pihak Sovjet tidak dapat mengabulkan lagi, dan tentaranja- pun ditarik dari seluruh Manchuria digantikan oleh tentara Kuomintang. Keterangan ini bukan tjerita jang saja dengar di Peking akan tetapi dapat dibatja dalam buku ,,New China", Three Views, karangan Van der Spenkel, Michael Lindsay dan Robert Guillain, orang Inggeris dan Amerika sendiri.
Pembatja sendiri sudah dapat meneruskan sedjarah ini. Sesudah Manchuria berada ditangan tentara Chiang Kai Shek maka pukulan Kungchantang bertubi² pukulan jang bersem- bojan Musuh djangan dikasih bernafas! Shenyang (Mukden), Chinchow, Chinhwangtao, Tangshan dan Tientsin berturut2 djatuh ketangan T.P.R. sedang Peking menjerah dengan tidak melawan lebih dulu. Dengan begitu seluruh sendjata Amerika jang berada di daerah Manchuria dan jang sedang ditengah djalan djatuh ketangan tentara Kungchantang. Tidak heran dan agak synis kalau kita mendengar perkataan dari pihak pembesar RRT bahwa jang pertama membantu mereka dalam persendjataan ialah... Amerika sendiri.
Setelah melihat keadaan di Mukden dan sekitarnja, sampai kedesa2, tidak heran, kalau Amerika mengadakan spekulasi besar-besaran dalam membantu Chiang Kai Shek dengan sen- djata. Betapa tidak, daerah Manchuria adalah terkenal se- bagai sumber tenaga kekuatan Djepang. Djepang dengan tidak ada Manchuria, rasanja tempo hari tidak akan sanggup memulai peperangan dengan menjerang sekonjong2 Teluk Mutiara.
Daerah Tungpei itu memanglah daerah jang makmur. Tanahnja subur. Ada padi, djagung, gandum d.1.1. dan kaja pula akan beberapa matjam barang tambang. Perhubungan kereta apinja adalah sangat baik dan paberik2 berbagai matjam banjak sekali.
Diwaktu keliling kota di Shenyang (sight-seeing), kota besar dan modern itu, kelihatan sebuah gedung besar. Rupanja sebelum perang kepunjaan Amerika. Kabarnja kapitalis2 Amerika banjak mendapat keuntungan dari sana dengan ker- djasama dengan Djepang. Tidak heran kalau Amerika sebagai negeri kapitalis, karena itu harus imperialistis, ngiler sekali melihat daerah Tungpei itu. Untung2an, bila Chiang Kai Shek menang, tentu akan mendapat apa², entah konsessi, entah apa. Tapi tentu akan mendapat, sebab Chiang Kai Shek telah berada dalam genggaman kukunja.
Beruntunglah rakjat Tungpei dan Tiongkok umumnja, tentara Chiang Kai Shek itu tak berdaja untuk menahan serangan Kungchantang, sekalipun persendjataan jang diteri- manja dari Amerika sudah tjukup dan lengkap. Dengan ter- gopoh2 beberapa paberik dirusakkan mereka mesin2nja dan sambil lari ada djuga jang dibawanja keselatan. Tapi kaum buruh Shenyang tidak bodoh. Mereka tahu bahwa mesin itu adalah tiang penghidupan mereka. Oleh sebab itu, sebelum berhadapan dengan Kungchantang, tentara Chiang Kai Shek itu dikatjaukan oleh kaum buruh sendiri, baik jang laki2, lebih berani lagi buruh wanita, sehingga kadang2 satu pasukan Chiang Kai Shek dibikin tidak berdaja oleh mereka. Sistem perlawanan buruh itu diteruskan ke Selatan, kota2 besar lainnja seperti Tientsin, Nanking, Shanghai, Kanton d.1.1. Dengan begitu dalam tempo jang sangat pendek pasukan Chiang Kai Shek itu telah terusir dari seluruh daratan Tiongkok dengan terpaksa meninggalkan sendjata jang diterimanja dari Amerika. Malahan Peking sama sekali wutuh djatuh ketangan Tentara Pembebasan Rakjat.
Bukan Chiang Kai Shek dan gerombolannja sadja jang terusir akan tetapi tentara Amerika pun harus angkat kaki dari pangkalan lautnja di Tsingtao, tempat mana diberikan Chiang Kai Shek untuk mendjadi tempat kedudukan kapal2 perang Amerika.
Dengan kemenangan T.P.R. itu, djangankan kapal perang asing, satu orang tentara asingpun tak ada lagi didaratan Tiongkok, sehingga dengan begitu, kedaulatan Tiongkok jang selama ini ternoda dengan bermatjam2 djalan (ingat Shanghai, kota metropol jang hampir semuanja berada dalam tangan bangsa asing, jang selain mendudukkan angkatan perang ma- sing2 disana, djuga mempunjai kepolisian sendiri jang lengkap).
Setelah menjaksikan keadaan kota Shanghai maka dapat- lah pula dimengerti, bahwa terusirnja bangsa asing dari sana itu berartilah mereka kehilangan satu mutiara jang sangat berharga di Timur Djauh. Tidak heran, kalau hal ini menje- babkan mereka panas hati dan berusaha sedapat mungkin, agar dapat duduk kembali di Shanghai. Tapi keadaan baru di Tiongkok sekarang tidak mengizinkan lagi kembalinja ke- kuasaan orang asing kesana.
Kedudukan Tiongkok jang selama ini ternoda, sudah di- sutjikan untuk pertama kali dan seterusnja. Keadaan rakjat Tiongkok Baru sekarang akan dapat mendjamin terpeliharanja kedaulatan Bangsa dan Tanah Airnja. Pemimpin2 RRT se- karang jakin betul akan hal itu, sebab mereka telah mem- buktikan tjintanja pada rakjat dan akan seterusnja meng- abdikan diri bagi kepentingan dan keselamatan Rakjat. Bukan dengan omong, pidato atau amanat atau rentjana ahli ber- bagai matjam, jang tak berdjalan akan tetapi dengan bukti jang njata dan langsung dapat dirasakan oleh rakjat itu dalam kehidupannja sehari2.
Sembarang pelantjong sadja akan dapat melihat kontrasi jang menjolok mata, bila ia, setelah menjaksikan keadaan di Tiongkok Baru, lantas pergi pula kenegeri Thailand (Bangkok). Satu sudut sadja di Bangkok sudah tjukup membuktikan per- bedaan jang menjolok mata itu. Kalau di Tiongkok tidak satu- pun barang Amerika, maka di Pasar Bangkok akan kelihatan bahwa semuanja barang adalah made in U.S.A. sampai kepada barang keperluan jang seketjil2nja. Kalau di Tiongkok dulu banjak kekuasaan orang asing dan di Bangkok hanja 8-9 orang bangsa Amerika, maka sekarang di Tiongkok, semua jang berbau asing (jang membahajakan) sudah tidak ada tapi di Bangkok sudah ribuan orang Amerika.
Demikianlah sekedar perbandingan riwajat, dahulu dan
sekarang, IV. SOAL PERSATUAN DAN KEAMANAN.
Dengan terusirnja kliek Kuomintang dan bangsa asing jang orang bahwa di Tiongkok itu tentu akan timbul kekatjauan, se- tidak²nja pertentangan. Kekatjauan, karena menurut sangka orang, Kungchantang tidak akan sanggup mengurus per- ekonomian dan menjehatkan keuangan. Apa lagi kalau di- blokkade terus oleh Amerika. Pertentangan, karena barang tentu, menurut pendapat orang jang hanja tahu adanja logika (djuga dalam kedjadian2 dalam masjarakat) dan tidak ke- nal pada dialektika, barang tentulah Chiang Kai Shek me- ninggalkan banjak kakitangannja untuk membuat provokasi, menghasut2 dan barang tentu pula orang asing jang telah diusir kekuasaannja, lebih2 Amerika, tidak akan segan² me- ngeluarkan ongkos, langsung atau dengan perantaraan Chang Kai Shek, untuk menimbulkan pertentangan dan kalau mung- kin, pertarungan2 dan pertempuran didalam masjarakat jang telah dikuasai Kungchangtang itu, sebagaimana halnja dulu ketika Revolusi Rusia telah mendapat kemenangan dibawah pimpinan Lenin, pihak feodal-burdjuis-kapitalis Rusia (jang disebut Rus Putih diluar negeri) dan kawan2nja diluar negeri (Perantjis, Inggeris, Amerika dan Djepang) bertahun2 lamanja. menimbulkan kekatjauan dan membelandjai perlawanan ter- hadap kekuasaan Sovjet jang telah terduduk itu.
L'histoire s'est répéte, begitu sangka orang jang hanja berpikir menurut logika, djadi kedjadian di Sovjet dulu itu, tentu akan timbul dan ditimbulkan pula di RRT. Kemungkinan tentu ada, oleh sebab itu para pembesar RRT sudah bersedia2 menghadapinja dan sebaik ada, dengan tidak kenal ampun segala kaum reaksioner dan anti-revolusioner terus dipukul, diberi gandjaran jang setimpal dengan deradjat ke-reaksioner- annja. Jang tidak begitu berbahaja, akan dibimbing kedjalan jang benar dan jang segera mungkin merugikan dan mem- bahajakan pada djalannja revolusi menudju kemenangan, lantas dibasmi. Inilah salah satu segi daripada pengertian diktatuur rakjat demokratis (People's Democratic Dictatorship), bahwa segalanja didasarkan kepada kepentingan rakjat dan kemenangan revolusi rakjat. Untuk mentjapai itu, segala tenaga harus dipakai, tidak seorangpun akan ditolak dalam barisan pembangunan dan pertahanan masjarakat rakjat jang demokratis. Diatas segala2nja harus diingat bahwa pemerasan dan penindasan oleh seorang atas orang lain, harus lenjap. Harga menghargai dan hormat menghormati.
Dari itu ditjiptakan sebagai lambang Tiongkok Baru, empat bintang dibenderanja, jang berarti pengakuan terhadap 4 golo- ngan rakjat, menurut lapang pekerdjaan dan kewadjibannja, jaitu: tani, buruh, burdjuis ketjil dan burdjuis nasional. Ke-empat-empatnja adalah duduk sama rendah dan tegak sama tinggi. Bintang besar disamping bintang jang empat itu berarti bahwa golongan buruhlah jang memegang pimpinan dalam mentjapai kemenangan bagi revolusi.
Djadi antara kapital dan arbeid bukanlah diadu atau dipertentangkan akan tetapi didamaikan. Kapital djangan rugi dan kaum buruh djangan sampai ditindas dan diperas. Adanja golongan dan partaipun demikian pula. Bukan untuk dipertentangkan dan diadu satu sama lain, akan tetapi untuk diadjak bekerdja sama, cooperate satu dengan jang lain. Masing2 mempunjai tugas kewadjiban terhadap negara dan masjarakat. Tidak ada golongan atau partai jang boleh meng- anggap dirinja lebih dari jang lain. Tidak ada jang kiri dan tidak ada kanan. Ukuran hanja satu, bekerdja untuk negara dan masjarakat. Setiap orang bisa, asal ada kemauan, maksud baik kedjudjuran dan keichlasan. Kesempatan dibuka seluas2- nja, ditolong, njata. Tidak mementingkan diri atau golongan akan tetapi mengutamakan kepentingan bangsa dan Tanah Air dan pembangunan masjarakat baru. Inilah jang sudah mendjadi kenjataan di Tiongkok Baru, sekalipun baru dua tahun lamanja berdiri. Semua orang dan golongan bekerdja dengan tidak banjak bitjara. Hasil pekerdjaanlah jang di- utamakan, bukan debat mengenai alasan2 kosong, dengan istilah2 muluk: wetenschappelijk, juridis, staatsrechtelijk, standing internasional dsb., sedang dalam kenjataan terbukti semua kosong melompong, tidak berisi.
Memang kita di Indonesia ini susah memahamkan apa jang terdjadi dan terlaksana di Tiongkok sekarang, sebab adanja tjara berpikir jang hanja logis intellektualistis, jang meng- anggap dan mengira tidak akan bisa terdjadi atau terlaksana sesuatu, bila menurut pendapatnja tidak mungkin didjalankan menurut logika dalam otaknja sendiri, tidak tahu bahwa diluar otaknja jang segenggam itu masih banjak jang bisa terdjadi. Hal ini dapat dimengerti karena tak ada pengalaman dan kemampuan, hanja teori melambung kelangit. Tiongkok sudah kembali kepada aslinja, lahir dan bathin materil dan geestelijk, philosofis, cultureel dan wetenschappelijk. Sedang kita di Indonesia, namanja sadja merdeka. Pengaruh asing masih tetap ada, sedang di Tiongkok sudah bersih sama sekali. Bila dipikir dalam², maka di Indonesia, orang bukan mentjapai persatuan, kerdjasama dan cooperate satu dengan jang lain, melainkan ternjata sekarang masjarakat kita sudah mengalami per-sate-an, akibat anggapan jang hanja tahu ,,benar sendiri", orang lain salah dan tidak betul. Tjuriga mentjurigai, tjem- buru mentjemburui, jang satu menganggap dirinja lebih pandai dan lebih berdjasa dari jang lain, sekalipun njatanja dalam masjarakat belum ada bukti2 bahwa sudah banjak djasa jang telah diberikan guna perbaikan nasib rakjat.
Di Tiongkok demokrasi palsu tidak ada. Bila orang hendak menjogok, jang memberi dan jang menerima, kedua2nja disapu. Pengaruh dan kekuasaan asingpun tidak ada. Rakjat dari bawah sampai keatas sudah terpelihara daripada mulut manis dan gemerintjingannja dollar jang mengintip2 dari negara² jang menganut faham burgerlijke demokrasi itu untuk meratjun rasa persatuan. Mengintip seperti maling boleh, tapi awas, kalau masuk. Begitulah kita lihat sekarang tekadnja Tiongkok Baru. Dengan begitu persatuan dikalangan rakjat terpelihara adanja. Persatuan jang aktif, kerdja dan hasil usaha, bukan omong.
Selain faktor lahir ada pula jang penting bagi persatuan, jaitu faktor bathin. Apa sebab? Menurut pendapat kita, orang jang telah rusak achlaknja, bedjat moralnja, sudah dekat kepada tabi'at chewan. Dan kalau chewan, maklumlah.
Maunja bertjakar-tjakaran sadja dan terkam-menerkam dan bila manusia sudah dekat kepada tabi'at chewan maka bukan sadja perbuatannja jang banjak tertjela, akan tetapi mulut- njapun sudah kotor, dalam arti suka membohong, putar lidah setjara pokrol bambu mentjari alasan untuk membenarkan dirinja, suka djandji tapi tak dipenuhi, memutar2 keadaan menurut kemauannja, sekalipun tidak tjotjok dengan kenja- taan, dari sehari kesehari dan dari bulan kebulan, omongnja putar2 sadja. Dari ja, bisa mendjadi tidak, dan dari tidak bisa mendjadi ja, tergantung dari keadaan, menguntungkan atau tidak bagi dirinja atau pihaknja.
Soal kebenaran tidak dipikirkan dan memang dikalangan chewan tidak ada pikiran apa², kalau dia terkam kawannja sampai mati, malahan dia merasa gagah dan menang. Keme- nangan chewan atas kawannja masih njata, akan tetapi keme- nangan jang dianggap manusia jang rusak achlak dan budi pekertinja, adalah kemenangan pokrol bambu belaka, hocus pocus atau sunglap. Jang bengkok djadi lurus, jang lurus dianggap bengkok. Dengan djual omong, bitjara, amanat, pidato atau rentjana diatas kertas, teori jang tergantung di- awang2, segala pangkat dan kedudukan dari jang paling tinggi dalam negara, sampai kepala djawatan berbagai rupa, dapat diperoleh dan diduduki, ada jang dengan nama partai. ada pula jang dengan nama ,,ahli, titel academicus atau berdjasa" dan sekali duduk, tetap duduk seperti pusaka dari nenek mojang. Kalau manusia sudah mulai tak dipertjaja mulutnja maka perbuatannja pun sudah harus ditjurigai, sebab membohong sudah dekat pada menipu dan mentjuri atau korrupsi itu tidak djauh dari orang jang suka menipu dan membohong atau putar lidah.
Pemimpin2 di RRT nampaknja maklum akan hal ini, oleh sebab itu sedapat mungkin mereka tak berpropaganda dengan omong akan tetapi dengan bukti dan kenjataan. Jang ditengok adalah hasil kerdja. Biar silangit dia, kalau hasil kerdjanja tidak ada tidaklah masuk hitungan. Di RRT orang berbitjara dengan bukti dan hasil usaha. Baik tani, buruh, pedagang dan pengusaha, maupun menteri, pegawai tinggi, propesor, seniman, pengarang, ahli technik, tukang sapu djalan, dokter, pelajan d.s.b. semuanja bitjara dengan kerdja, hasil kerdja. Hasil kerdja sama penting bagi masjarakat dan pembinaan negara. Antara dokter, djururawat dan pasien seperti saudara. Dari djurusan inilah kita memandang banjaknja pameran² (exhibition) jang dikundjungi oleh ratusan ribu manusia ditiap² tempat, malah dikota besar oleh djutaan orang. Ditiapz matjam barang jang dipertundjukkan, selalu sedia orang jang mendjelaskan, bagaimana membuat barang itu, dimana diper- dapat, djumlah penghasilannja, alat2 jang diperlukan, proses membuatnja, kegunaannja, hubungannja dengan kehidupan masjarakat dsb. Dengan djalan begitu semua anggota masja- rakat harga menghargai dan hormat menghormati satu sama lain. Dengan begitu rasa persatuan terpelihara. Pokrol bambu dan streber/avonturier tak ada.
Selain dari djurusan funksinja seseorang atau segolongan. dalam masjarakat, rasa harga menghargai dan hormat meng- hormati itu dipelihara pula dari djurusan kebudajaan, rakjat Tiongkok terbagi empat menurut funksinja dan lapangan pe- kerdjaannja, maka dari djurusan kebudajaan pembagian itu. adalah atas (suku2) bangsa, nationaliteiten. Kalau pembagian pertama kita pandang menurut garis membudjur dari kiri ke kanan (horizontaal) maka pembagian kedua adalah vertikaal, menurut garis tegak melintang dari atas kebawah. Soal na- tionaliteiten ini adalah terutama mengenai kebudajaan, jaitu: kesusasteraan, kesenian musik, tari dan tonil, agama, adat istiadat, tjara berpakaian, makanan dan njanjian, faham dan pikiran, d.s.b. Dari djurusan ini sangat banjak bisa diusahakan timbulnja rasa persatuan, terutama jang mengenai bathin.
Salah satu daripada sikap Pemerintah Pusat Tiongkok jang sangat mena'djubkan kita ialah sikap tegas untuk membimbing, bukan sikap memaksa atau mendiktekan, atau dekreet-dekreet- Segala sesuatu jang ada pada rakjat, diseluruh bagian negara jang luasnja tak terhingga itu, dipupuk, dan dituntun untuk berkembang, menempuh kemadjuan jang setinggi²nja. Segala perlainan dan perbedaan jang ada bukan untuk diadu dombakan akan tetapi untuk di-harmonikan sehingga masing² perbendaharaan bangsa jang ada mendjadilah mutiara jang kilau kemilau dalam mahkota kebesaran dan keperkasaan Tiongkok Baru. Dengan sikap tegas seperti itu, tidak ada satu golongan, satu suku bangsa atau satu pihakpun jang tidak ingin turut dalam pembangunan negara, bekerdja mati2an. membanting tulang, diberi tjontoh lebih dulu oleh para pe- mimpin dari atas, jaitu tjontoh meniadakan/membelakangkan kepentingan diri sendiri. Penghargaan dan dorongan serta tjontoh jang diperlihatkan oleh Pemerintah Pusat di Peking itu, mendjadilah satu tjetusan semangat bekerdja jang berapi², sehingga tidak satu daerah, tidak satu suku bangsa atau go- longan jang mau ketinggalan. Semua mendjadi patriot dan pahlawan kerdja. Sembojan hanja satu: Bekerdja, Mengha- silkan, Mentjipta dan Menabur-djasa! Guna kepentingan dan pembelaan Bangsa dan Tanah Air jang sangat ditjintai. Sembojan inilah jang mengikat seluruh rakjat Tiongkok seka- rang mendjadi satu massa jang bulat, jang dapat digolongkan atau dikerahkan kearah djurusan jang dikehendaki, menurut keadaan, tempat dan waktu. Bila perlu untuk memukul hantjur agressor, siapa sadja. Atau untuk mendjabat tangan siapa sadja jang berhati djudjur, ingin bersahabat, berdamai dan bersaudara dengan Tiongkok Baru, persaudaraan dan perdamaian jang keluar dari hati jang sutji dan bersih. Naga Tiong- kok Baru sekarang memang seram dipandang sebagai musuh akan tetapi amat lunak lembut dan halus budi bila dipandang dan didekati dengan hati sutji dan maksud baik.
Tingkat dan mutu persatuan rakjat begitu rupa menje- babkan tugas Pemerintah Pusat mendjadi sangat ringan dalam soal mendjaga keamanan dalam neger. Sikap polisi jang sangat menarik, bukan terhadap kami sebagai tamu, melainkan ter- hadap rakjat umum, bila kebetulan kita menoleh dari djendela, hotel kedjalan raja dan ada rakjat jang bersalah. Polisi tidak main tangkap akan tetap bersikap mendidik dan melindungi rakjat, dengan tidak pilih bulu. Miskin, kaja gagah atau lemas, laki2 dan peremuan, sama sadja, oleh sebab itu pihak rakjat umumpun tidak ragu2 memandang dan mempertjajai polisi.
Soal tentara, boleh dikata sangat sedikit menarik perha- tian, karena tidak banjak kelihatan, dan kalau kebetulan nampak, adalah jang sedang mendjaga pos atau jang sedang istirahat rupania, berdjalan kaki, pakaian sederhana, zonder bintang atau strip jang mengkilat, tak dapat diketahui dan dibedakan, mana jang opsir dan mana jang pradjurit biasa. Semua sama. Dan kalau mereka agak banjak jang sedang berdjalan² itu, maka kita lihatlah mereka berkumpul dengan anak², pemuda-pemudi, orang tua, d.l.1. bersama melakukan sesuatu permainan jang sangat menarik hati kedua belah pihak. Suasana antara rakjat dan tentara adalah seperti sua- sana dalam satu rumah tangga, ada orang tua, ada adik laki2 dan ada adik perempuan, saudara tua d.s.b. Tidak kaku dalam pergaulan, tapi lepas, sehingga antara satu dengan jang lain seolah2 tidak ada perbedaan tugas kewadjiban, tak ada per- bedaan pangkat dan kedudukan. Suasana sendjata atau ber- kelahi atau suasana perang tidak kelihatan sedikitpun. Di Mukden sendiri, jang tidak begitu djauh dari Korea, tidak ada hal jang menundjukkan adanja peperangan di Korea, ketjuali sekali-kali, pasukan sukarela pulang untuk istirahat. Mereka jang pulang inipun sikapnja seperti mereka tidak pu- lang dari medan perang, biasa sadja, kerdjanja biasa kembali sekalipun mereka terus memanggul sendjata. Selain tentara itu ada lagi militia rakjat jang dipersendjatai dan dilatih. Mereka tetap rakjat dan bekerdja serta hidup sebagai rakjat biasa.
Suasana antara laki2 dan perempuan tidak kaku atau intai mengintai, biasa sadja seolah2 laki2-perempuan jang sedang bermain, bekerdja dan berdjalan², atau laki2 semua atau perempuan semua. Seolah2 begitu! Perbedaan sekse itu tidak diingat, jang dipikir hanja kewadjiban dan kerdjanja itu agar berhasil. Apakah romantiek hidup hilang dengan begitu, saja sendiri belum tahu, tapi ditaman2 bunga, kelihatan djuga keluarga2 jang membawa anak berdjalan² atau pasangan² jang sedang makan angin. Tapi semuanja berdjalan biasa sadja. Dengan djalan begitu, soal keamanan di Tiongkok bukan- lah hal jang memusingkan kepala instansi Pemerintah, akan tetapi rakjat itu sendiri telah mengatur dan mendjaganja dalam perhubungan dan pergaulan sehari2. Djanganlah pem- batja lupa, bahwa manusia Tionghoa itu adalah sudah hasil daripada kebudajaan (cultuurmensch) jang sudah berdjalan ribuan tahun lamanja. Kota Peking umpamanja, umurnja sudah berapa tahun. Mesdjid Besar jang ada disana sadja sudah berumur paling sedikit 6 à 700 tahun.
Dalam masjarakat jang anggota2nia bersatu lahir dan bathin, diikat oleh rasa kewadjiban terhadap negara dan rakjat, selalu memikirkan hasil usahanja supaja berarti, tjukup pekerdjaan dan lapangan untuk mengolah tenaga dan pikiran, berada dalam ruang jang penuh dengan rasa harga menghargai dan hormat-menghormati, pikiran dan tangan selalu berisi...... dalam masjarakat jang begitu rupanja dalam kenjataan, maka keamanan itu tidaklah djadi soal.
Inilah jang saja lihat sudah tertjapai oleh Pemerintah. Pusat dalam tempo dua tahun telah berkedudukan diibu kota Peking, dengan nama Pemerintah Rakjat dari Republik Rakjat Tiongkok. Tiongkok sekarang memanglah kepunjaan rakjat, dari rakjat oleh rakjat dan untuk rakjat dalam kenjataan dan kehidupan sehari2. Inilah jang akan diusahakan terus, dengan tiada bantuan dan pertolongan bangsa/negara asing. Dan menurut keterangan Perdana Menteri Chou En-lai dalam satu pertemuan dengan para tamu, tenaga rakjat sekarang sudah bisa mendjadi sendi dan modal kebangunan Tiongkok Baru, berkat kerdja keras dan membanting tulang selama dua tahun ini. Kami sudah bisa djalan terus, dan mesti djalan terus, dengan tenaga rakjat kami sendiri, sekalipun masih akan memerlukan tempo beberapa tahun, sebab peker- djaan kami memang besar, dan rakjat kami sangat banjak dan bumi tanah air kami maha luas, begitu kata Chou En-lai ketika mendjawab pertanjaan anggota delegasi, jang berbunji: Apakah Tiongkok tjukup mempunjai tenaga membangunkan negara dan masjarakat baru ini, dengan tidak dibantu dari luar?
Dalam hubungan dengan luar ini beliau menerangkan lagi bahwa persahabatan jang djudjur akan diterima dengan tangan terbuka, darimana dan siapapun datangnja dan bahwa. perbedaan nationaliteit faham dan gama, susunan politik dll. tidaklah mendjadi halangan untuk mengikat persahabatan dan mentjapai kerdja sama diantara bangsa2 dan negara² di Asia dan seluruh dunia. Dari kejakinan ini dapatlah kita memandang bahwa perdamaian dunia itu dapat ditjapai dan harus diusahakan dengan djudjur dan Tiogkok ingin serta berusaha keras untuk mentjapai perdamaian jang berdasarkan
harga menghargai dan hormat menghormati. V. APAKAH PEMERINTAH RAKAT?
Untuk memahamkan apa jg. dinamakan Pemerintah Rakjat di Tiongkok sekarang, perlulah kita menoleh sebentar kebela- kang, sebelum RRT berdiri dan sebelum Djepang memulai peperangan ditahun 1827. Kebanjakan orang diluar negeri tentu menjangka dan mengatakan bahwa Pemerintah Rakjat itu hanja nama belaka, sedang jang sebenarnja pada sangka mereka, Pemerintah Rakjat itu tidak lain daripada Pemerintah Komunis, diktatuur jang mengganas kekiri dan kekanan.
Mungkin begitu pula sangkaan setengah orang di Indo- nesia, lebih2 di Indonesia jang sekarang sudah hampir tidak dapat diketemukan lagi pikiran sehat dan tjara berpikir jang bebas, sudah kebanjakan terpengaruh oleh ,,standing inter- nasional", hanja melihat kepada jang lahir sadja, jang tje- merlang sebentar dan memuaskan nafsu dan dahaga sekedjap. Memandang sampai djauh dan mendalam, menjelami jang hakikat, jang sebenarnja, sudah pajah. Semua dangkal, dan hanja pandai menari diatas lantai jang litjin sadja, dilitjinkan orang pula maka litjin.
Oleh karena itu keadaan di Tiongkok dipandang tjukup diketahui sadja dari berita2 koran dan kantor berita Inggeris- Amerika, toh keadaannja tidak djauh beda dengan keadaan Indonesia dimasa pendjadjahan dulu. (Ingat plakat di Shang- hai: Tionghoa dan andjing terlarang masuk; di Indonesia: Verboden voor Inlanders en honden). Sangka mereka, bagai- manakah Tiongkok bisa hidup, kalau terus diblokkade Ing- geris-Amerika......... karena tempohari, dimasa revolusi Indo- nesia berkobar, rupanja keadaan di Indonesia ini tidak ter- tahankan lagi oleh para pemimpin dan tuan2 baru golongan atas, sekalipun semangat rakjat berdjuang berkobar2. Mereka menganggap, Indonesia diblokkade, tapi di Tiongkok tidak begitu anggapan orang, terbalik. Bukan Tiongkok jang di- blokkade Amerika, tapi negara2 imperialis dan kapitalis itulah jang diblokkade oleh Tiongkok Baru, sehingga satu butir barang ketjil dari negeri imperialis-kapitalis, tidak dapat masuk. Itu sebabnja maka Inggeris, Amerika, Perantjis dll. marah pada RRT. sebab dengan diblokkir itu, mereka kehilangan mutiara mahkotanja di Timur, kehilangan sumber2 kesenangan, kehi- langan ,,sjorganja" di Shanghai, satu kapal perang tidak boleh sampai lagi ke ,,The Bund", pelabuhan Shanghai jang maha besar itu. Karena itulah bangsa asing itu marah, semuanja sekarang sudah berada ditangan rakjat, oleh rakjat dan untuk rakjat. Pelabuhan, paberik, toko barang2 entah apa lagi jang tidak. Semua pekerdjaan dan barang keperluan hidup diatur dan diusahakan sendiri.
Dengan pimpinan Pemerintah Rakjat, seluruh Tiongkok sekarang diblokkir oleh rakjat sendiri, untuk kepentingan. rakjat, barang asing tidak boleh masuk, kalau pemasukan itu berarti memundurkan produksi rakjat. Bertukaran barang, boleh, seperti dengan India, asal diatas dasar dan perhitungan saling membawa manfa'at bagi kedua belah iphak. Inilah jang diterangkan oleh Pemerintah pada rakjat, dan inilah jang disambut dengan tangan terbuka oleh rakjat, sebab sama terasa, sudah sama menderita dimasa lampu. Perhitungan Pemerintah Pusat tepat, diterima dan disambut oleh seluruh rakjat dengan tangan terbuka, dengan memulai segala matjam usaha, ketjil dan besar, dengan alat sederhana atau dengan mesin. Apa jang ada. Dan pembatja tahu sendiri, bagaimana semangat bekerdja dan kegiatan bekerdja menjala2 didada rakjat dan bangsa Tionghoa umumnja. Diluar Tiongkok hal itu dapat disaksikan dengan mata sendiri, dan di Tiongkok orang akan kagum melihat bukti daripada semangat dan ke- uletan bekerdja itu, bila melihat hasil2 kebudajaan jang banjak, batu dan logam jang sekeras2nja diolah dan dilukis untuk menghiasi keindahan hidup, jaitu hidup materil dan hidup bathin (agama, kesenian d.s.b.) dengan pendirian hendak mengabdikan diri pada kehidupan dan hidup-manusia jang abadi. Gedung2, telaga2, tjandi2, patung2 Budha jang seperti raksasa besarnja (dari bawah lutut sampai ketumitnja sadja, lebih besar daripada orang biasa), tiang2 dan bangunan² jang melulu dari batu marmer atau logam. Ini semua adalah mendjadi pertanda dan saksi jang njata dari keradjinan, ke- uletan dan kesabaran djiwa Tiongkok untuk bekerdja, meng- hasilkan dan mentjipta. Betul2 bulat menjerah pada peker- djaan dan kewadjiban.
Inilah jang akan dipelihara, dipupuk terus dan dibimbing oleh Pemerintah Pusat, dan ia tahu bila ini dapat tertjapai, ditundjukkan bukti kebenarannja dengan berupa kenjataan, maka seluruh rakjat akan dapat digenggam, dalam arti pe- lukan, tjinta-kasih jang mesra. Dalam hal itu, nistjaja, di- suruh menjelami lautan api sekalipun, maka rakjat akan selalu siap dan bersedia.
Bangsa asing djuga tahu akan hal ini. Bila rakjat Tiongkok diberi kesempatan untuk bekerdja, melatih dan mempraktek- kan bakat dan ketjakapan jang ada padanja, nistjaja kesem- patan untuk memeras dan melakukan politik pendjadjahan dan menimbulkan ekonomi kolonial jang sangat enak dan menguntungkan bagi mereka di Tiongkok itu tentu akan hilang sama sekali. Ini pula salah satu sebab maka mereka marah betul terhadap Pemerintah Rakjat dan Republik Rakjat sekarang.
Segala jang diterangkan diatas, adalah kejakinan, pen- dirian, sikap dan pedoman bertindak bagi Pemerintah Pusat di Peking, hasil perdjuangan dan latihan djiwa dan raga jang berpuluh tahun, terutama para pemimpin Kungchantang. Dada mereka lapang, pemandangannja djauh kemuka dan pendiriannja luas meliputi seluruh rakjat jang warna warni dalam hidup dan kehidupannja lahir dan bathin, tahu mem- bedakan lojang dari mas, pandai memandang jang sebenarnja berharga, kekal dan abadi, tidak silau melihat jang tjemerlang sebentar. Djiwa besar jang akan sanggup menghadapi soal dan pekerdjaan besar. Bahwa seluruh rakjat akan didjadikan komunis, tidak mungkin, dan tak guna. Bahwa hanja Partai Komunis jang menguasai segala²nja di Tiongkok, tidak mung- kin, tidak perlu dan berbahaja. Oleh sebab itu satu²nja pendirian dan sikap jang benar ialah kerdjasama, bersama segala golongan dan partai membentuk front nasional, per- satuan perdjuangan, mengedjar tjita2 bersama, kebesaran dan kemuliaan bangsa dan Tanah Air, untuk rakjat dan negara Tiongkok jang ditjintai. Dimana sadja, golongan apa sadja, bisa bekerdja, tjinta pada negara dan bangsa, mau berkorban untuk kebesaran Tiongkok. Oleh sebab itu kooperasi diantara segala golongan, inilah satu²nja sikap, dan itulah jang di- djalankan dan telah berdjalan sekarang.
Untuk memahamkan jang diatas ini, pembatja dapat me- noleh kebelakang sedikit, banjak hal2 jang masih diingat, sebab baru kedjadian. Diantaranja ialah: Setelah Djepang kalah, Kungchantang tidaklah lekas2 bermusuhan dengan Kuomintang, walaupun jang belakangan ini sebenarnja ber- maksud hendak membasmi habis jang tersebut duluan. Untuk kepentingan kerdjasama itulah maka Mao Che-tung bersedia pergi ke Chungking untuk berembuk, pada bulan Agustus 1945.
Principe kerdjasama dari Partai Komunis itu telah men- djadi kejakinan di Tiongkok dan sudah ada sedjak zaman Sun Yat-sen. Permusuhan mulai, sesudah bapak Republik Tiongkok itu wafat, dan pihak Kuomintang tidak mau tahu dengan kerdjasama. Perang saudara berkobar sesudah Chiang Kai-shek dibeberapa tempat melakukan pembunuhan besar2an terhadap komunis, tar dan buruh jang revolusioner. dan progressief. Dalam bulan Mei 1927, Chiang Kai-shek mem- bubarkan dan melarang serikat2 tani dan buruh. Kaum Kung- chantang lalu mengatur perlawanan dan memundurkan diri kesebelah Kiangsi. Perang saudarapun berkobar. Lamanja 10 tahun. Tahun 1937, melihat kemadjuan2 dari tentara Kung- chantang, maka diadakan perdamaian, dan didirikanlah Front Persatuan, dengan pengakuan pada Tentara Merah sebagai Tentara ke-VIII. Tahun berikutnja berdiri pula Tentara ke-IV jang terdiri dari geurilla2 Kungchantang di Tiongkok-Tengah.
Djadi untuk melandjutkan kerdja-sama itulah maka Ketua Mao Che-tung terbang ke Chungking. Beberapa bulan sebelum itu beliau telah mengeluarkan brosure, dimana diterangkan bagaimana mentjapai satu Pemerintah-Koalisi.
Tapi apakah djawab dari pihak Kuomintang? Dalam bulan Djuli 1946 terdjadilah pembunuhan atas dirinja Wen Yi-to dan Li Kung-po dan bulan Maret 1947, tentara Kuomintang mem- bombardir dan menduduki Yen-an, ibu-kota Kungchantang. Dalam bulan Desember tahun itu djuga, barulah Ketua Mao Tse Tung menjatakan bahwa Perang Revolusi telah berobah, dari mengambil sikap defensief (bertahan) selama ini, mulai sekarang harus mendjadi perang offensief, menjerang. Musuh tak ditjari, bila bersua pantang dihindarkan! Dalam bulan April 1048, Yen-an telah dapat direbut kembali. Sedjak itu berturut2lah kemenangan gemilang jang ditjapai oleh Tentara Pembebasan Rakjat. Disamping kemenangan² militer itu, dimana² principe ker- dja-sama itulah jang didjadikan pedoman bagi mengatur pe- merintahan ditiap2 propinsi dan daerah ketjil. Kerdja sama diantara segala nationaliteit jang ada (seperti diketahui go- longan Islam diakui sebagai salah satu nationality, jang mem- punjai tjara hidup, adat istiadat dan kebudajaan sendiri, jang sudah turun temurun dari abad ke abad), kerdja-sama di- antara segala partai jang ada, kerdja-sama diantara keempat golongan jang ada (tani, buruh, burdjuis ketjil dan burdjuis nasional menurut lapangan kerdja dan funksinja masing2), kerdja sama menurut keadaan disatu² tempat dan propinsi.
Diantara suku2 bangsa itu, bangsa Han-lah jang terbanjak. Tapi disatu daerah umpamanja, dimana sedikit suku bangsa Han, maka mereka tidak banjak menduduki kursi2 dewan per- wakilan, sedang untuk mendjadi pembesar, bukan partai atau golongan atau suku bangsa jang mendjadi ukuran, akan tetapi pengalaman, ketjakapan dan kepertjajaan rakjat kepada orang itu. Adanja orang Islam mendjadi Kepala Daerah Gubernur Propinsi di Sinkiang, bernama Burhan dan anggota Pemerintah Pusat dari sana, Saifuddin, dapatlah dipandang dari sudut penghargaan dan kerdjasama jang mendjadi sikap dan pen- dirian Pemerintah Pusat. Anggauta kabinet jang otonom di Tungpei (Manchuria), jang mendjadi menteri Perdagangan ialah orang Islam, begitu djuga kepala Department Store di Shenyang (Mukden) jang mengontrole keluar masuk dan pembagian barang ketoko2 dan paberik2 adalah teman sekolah sdr. Ismail Banda di Al Azhar, Cairo, bernama Abdul Madjid. Waktu diadjaknja kami berbahasa Arab, ternjata tidak sang- gup, maka ketika itulah kami merasa sajang dan sungguh rugi sekali jang Hamka tidak diperbolehkan oleh partainja pergi, dengan alasan, kaum Islam disana hidup tertindas.
Padahal tidak sedikit diantara orang Islam rakjat Tiong- kok, jang sedjak dahulu ikut dalam gerakan revolusioner untuk melepaskan bangsanja dari belenggu kapitalis dan imperialis asing dan birokrat-koruptor bangsa sendiri. Apa bedanja di Indonesia, hanja sadja, kalau tak salah, sdr. Hamka tidaklah termasuk kedalam orang pergerakan Islam, jang memper- ajuangkan kemerdekaan politik, mentjapai Indonesia merdeka, dizaman pendjadjahan Belanda dulu.
Dan setiap orang jang berpendirian progressif dan ber- faham revolusioner adalah mendapat penghargaan dan peng- hormatan jang sepantasnja, asal sadja bukan hanja dimulut, bitjara dan pidato atau amanat, akan tetapi dibuktikan dengan perbuatan dan peramalan sehari2. Soal agama dan suku bangsa, begitu djuga soal2 dan kedjadian jang lampau, tidak mendjadi rintangan untuk madju. Tiongkok Baru tidak mengenal sifat dendam, chizid dan dengki akan tjemburu²an. Tiongkok tju- kup luas dan pekerdjaan tjukup banjak untuk berlomba dan berkompetisi (bukan berkonkurensi), menabur djasa, menunai- kan bakti terhadap Tanah Air dan Bangsa, terhadap negara dan masjarakat jang maha luas dan berpantja warna jang indah2. Djiwa ketjil tak dikenal di Tiongkok lagi. Robert Payne, penulis buku ,,Mao Che Tung, Ruler of Red China", jang diwaktu perundingan antara Kuomintang dan Kungchantang di Chungking, djuga berada disana, telah men- dapat kesempatan untuk bertjakap2 dengan Mao Che-tung sendiri. Jang menarik perhatian dalam hubungan dengan tulisan ini ialah pertanjaan jang dikemukakan oleh R. Payne. Katanja: Lao Tse berpendapat bahwa memerintah itu adalah sama mudahnja dengan memasak ikan² ketjil; Sependapatkah tuan dengan dia?
Sambutan Mao Che-tung seperti berikut: ,,Tidak akan ada gubernemen (pemerintah), rakjat jang akan memerintah. Dan didaerah2 jang sudah dibebaskan oleh Kungchantang, tentu tuan akan melihat, bahwa rakjat itulah jang memerintah dirinja sendiri".
Waktu Mao Che-tung mengatakan pada Payne, bahwa akan datang lagi banjak ,,Long Marches", jang belakangan dengan lantas bertanja: Apakah peperangan akan berdjalan terus? Jang didjawab dengan: Mesti, ketjuali Kuomintang memboleh- kan (setudju) rakjat akan memerintah dirinja sendiri.
Djadi soal Pemerintah Rakjat itu bukan nama jang ditjari2 atau dipilih2 agar muluk didengar telinga, tidak. Soal itu ada- lah kejakinan, hasil pikiran dan perdjuangan Mao Che-tung, sebagai ketua dari Kungchantang, dan mendjadi kejakinan pula dari seluruh kader, jang sudah mempraktekkannja dimana², sebelum mereka mendapat kemenangan dan sebelum terdjadi Proklamasi Republik Rakjat. Pemerintah Rakjat bukan per- hiasan bibir belaka, tapi sudah mendjadi kenjataan diseluruh Tiongkok, kenjataan jang membuktikan bahwa kekuasaan poli- tik tidaklah dimonopoli oleh partai Kungchantang, melainkan pemerintah koalisi jang disusun dimana2, disertai dan dibentuk bersama oleh segenap partai jang ada, semua golongan dan suku bangsa jang ada ditiap2 daerah.
Djuga Robert Payne menerangkan bahwa Mao sedikit sekali mengetahui tentang Sovjet Russia ketika itu, sehingga tak mungkin buah pikiran dan filsafatnja itu ditiru² dari sana, melainkan bersumber dari djiwa dan sedjarah Tiongkok, dari hasil pengalaman, latihan dan perdjuangan jang pahit2 ber- puluh tahun, ditengah rimba, dipadang pasir, dalam gua, dalam pukulan panas dan dingin silih berganti, lapar dan dahaga.
Robert Payne jakin betul bahwa Revolusi jang telah menang di Tiongkok sekarang ini, bukanlah dapat inspirasi dari Moskow, akan tetapi tumbuh dan meletus oleh kodrat jang ada dalam kandungan djiwa Tiongkok sendiri, sepandjang sedjarahnja jang sudah begitu lama. Dan tidaklah bersandar pada teori Marx-Lenin, ketjuali beberapa hal jang mengenai susunan lahir
dan bentuknja. Pada hakekatnja adalah asli Tiongkok. VI. PERHUBUNGAN DENGAN SOVJET UNI.
Orang selalu salah mengerti, mungkin karena salah informasi, dan menjangka bahwa segala kekatjauan di Eropah seka- rang adalah disebabkan maksud2 agressi dan expansi dari Sovjet Uni, artinja, begitu dikatakan orang dari pihak tertentu dan orang jang mendengar jang tak berpikir pandjang dan tak punja pikiran merdeka, karena selalu dituntun dengan kili2 (sepotong kaju jang ditaruh dihidung kerbau) kili2 jang berupa dollar, pertjaja selalu, nerima terus. Untuk mengobati orang seperti itu, (saja harap tidak ada dikalangan pembatja) maka haraplah suka membatja dulu buku jang ditulis oleh John Gunther, ,,Behind the Curtain", agar mendapat gambaran se- dikit, bagaimana wataknja Sovjet-Uni didalam pergaulan in- ternasional, djudjurkah atau tidak, diakah jang rendah atau orang lain jang tak dipertjaja mulutnja. Diakah jang banjak telah melanggar perdiandjian2 dari Perang Dunia ke-II atau pihak lain jang melanggar! Sovjetkah jang ingin damai, atau Amerika (negerinja John Gunther) sendiri jang mengatjau dinegeri2 orang, menghasut2 perang dan memetjah belah.
Kalau mau tahu lebih djelas lagi, batjalah buku jang ditulis. oleh Konni Zilliacus, seorang anggauta Parlemen Inggeris dari Labour Party, jang telah lebih suka mengorbankan keanggauta- an Parlemen-nja dari pada harus didikte sadja dari atas, ter- utama tidak dapat menjetudjui sama sekali politik Kabinet Buruh Inggris jang selalu membuntut pada Amerika, begitu djuga politiknja jang kolot dan tidak progressif terhadap ne- gara2 Eropa, sehigga menurut pendapatnja, politik luar negeri kabinet Attlee, serupa sadja dengan politik partai konservatif, Churchill. Bukunja itu berisikan reportage dan uraian jang djelas dan gedokumenteerd, bernama ,,I Choose Peace", dapat dianggap suaranja golongan opposisi didalam Labour Party dan menentang politik Attlee dan Bevin almarhum. Djadi ke- djatuhan kabinet Attlee itu baru2 ini, mungkin disebabkan makin banjaknja anggauta jang tidak setudju dan keluar dari partai, sehingga partai konservatif memperoleh kelebihan suara dalam pemilihan.
Begitulah Zilliacus menerangkan dengan djelas, apa sebe- narnja jang terdjadi di Italia sehabis perang jang baru lalu ini, di Junani dll. negeri. Terutama dikedua negeri jang tersebut itu, orang banjak menjangka, bahwa Sovjet telah turut tjam- pur dalam perang saudara dan pertentangan politik negeri luaran, padahal menurut Zilliacus, sedikitpun tidak dapat di- buktikan tentang tjampur tangannja Sovjet Uni. Adanja pa- nitia2 penjelidikan hanja untuk membuka kesempatan bagi Amerika Inggeris, untuk mentjari kontak dan dalam hal ini Inggeris Amerika tidak segan membuang ongkos jang tidak sedikit djumlahnja, dan tidak segan pula bekerdja sama dengan pengchianat bangsa jang membantu Hitler, kalau perlu ,,membeli" mereka untuk dipergunakan mendjadi alat kapitalis- beka. imperialis Amerika. Hal inilah jang menjebabkan berkobarnja pertempuran di Junani dan kaum geurilla jang melawan nazi- Djerman tidak senang melihat keadaan seperti itu. Jang ber- tempur di Junanipun, bukanlah jang dinamakan kaum kanan melawan kaum partisan, pedjuang, buruh dan tani, akan tetapi tentara Inggeris dan Amerikalah jang membunuhi kaum patriot dan pentjinta bangsa dinegeri itu. Dibarisan muka dan bela- kang ditaruhlah bekas andjing2 Hitler, diberi sendjata setju- kupžnja dan dibiarkan pula melakukan korupsi besar2an, agar dengan begitu achlak mendjadi merosot dan moral mendjadi bedjat sama sekali, sehingga kwaliteitnja tidak lebih lagi dari pada budak belian jang main-inggih sadja pada tuannja, hanja bedanja sedikit dari budak sebenarnja, ialah, budak modern ini bisa hidup mewah disamping membunuhi dan menganiaja bangsanja sendiri. Begitulah diterangkan olch Zilliacus dalam bukunja.
Inilah sekedar bandingan, agar orang djangan terlalu lekas pertjaja apa jang ditiup2 dari seberang lautan, dari negeri2 jang dikatakan demokratis dsb. itu. Menangnja Kungchantang di Tiongkok-pun dikatakanlah karena bantuan Sovjet dan karena itu Tiongkok adalah negara-sateliet Sovjet, padahal kita sendiri telah melihat dengan mata sendiri, bahwa di Tiongkok tidak ada sedikitpun tanda2 bahwa negeri itu ,,didjadjah" oleh Sovjet, dan penulis Robert Payne sendiri telah membantahnja.
Kalau begitu apakah sebenarnja perhubungan antara RRT dengan Sovjet Uni? Untuk mendjawab ini, tidak begitu mudah. Pertama harus ditengok dari sudut sedjarah. Selama ini, sedjak pemerintah Tzaar diruntuhkan dan diganti dengan pemerintah Sovjet, Russia itu tak pernah menundjukkan sikap dan maksud djahat terhadap bangsa asing, istimewa terhadap Tiongkok. Sun Yat Sen, sekalipun bukan komunis, tapi memandang Sovjet sebagai sahabatnja. Sedjak pemerintah Chiang Kai Shek men- djadi reaksioner, maka madame Sun Yat Sen selalu mendjadi opposisi, sekalipun isteri Chiang aKi Shek adik kandungnja sendiri.
Rakjat Tiongkok memandang sebaliknja terhadap Amerika, Inggeris, Perantjis dan Djepang terutama. Kemelaratan dan kesengsaraan, kehinaan dan noda jang melekat pada Tiongkok adalah disebabkan sikap dan perbuatan negara² imperialis itu. Hanja Chiang Kai Shek dan gerombolannja jang memandang Amerika sebagai penolongnja, karena itu bersedia dipalut hu- tang sama sekali pada Amerika. Hasil korupsi telah penuhi kantog dan sudah safe ditaruh di bank² di Amerika, berupa andil, deviezen, mas dll. Inilah perbandingan bukti dari se- djarah, dan semua rakjat Tiongkok sudah tahu akan hal ini. Perbandingan dimata Tiongkok, antara negara Sovjet Uni dengan negara² ,,demokratis"-burdjuis, kapitalis-imperialis jang dikepalai oleh Amerika.
Disinilah salah satu kepopuleran Kungchantang dan Mao Che-tung, kalau ditanja rakjat biasa sadja akan didjawabnja: Ketua Mao tak punja uang dan badjunja sama sadja dengan saja. Istananja tak ada, makannja sama dengan kita, d.s.b. Sebaliknja dengan Sovjet, sekalipun kadang2 ada mem- punjai konsessi diluar negeri, malahan tidak diexploitir dan kalau mau diusahakan sesuatu tambang umpamanja, adalah bersama2 dengan pemerintah negeri jang memberi konsessi itu.
Tidak lama sesudah berdirinja RRT, pemerintah Sovjet lantas bersedia menjerahkan kembali Dairen (Port Arthur) dalam suatu perdjandjian persahabatan, dan sekarang me- mang RRT-lah jang berkuasa didaerah pelabuhan itu. Bukan itu sadja, ahli2 Sovjet pun datang membantu dengan systeem begitu rupa, sehingga tidak perlu mereka datang banjak2, tapi dengan seorang ahli umpamanja dapat berdjalan kembali be- berapa fabrik. Djuga tak perlu banjak2 pergi ke Moskow, seperti orang di Indonesia beramai2 ke Amerika, Nederland dll. Entah kapan pulangnja dan keahlian apa jang bisa didapat dengan menindjau bolak balik berbondong2, menghabiskan deviezen, memperbanjak hutang, membuang ongkos untuk jang tidak berguna.
Sikapnja bukan mengatur, memerintah, kasih instruksi atau minta gadji besar2an, tidak, melainkan mereka datang dengan maksud membimbing dan menuntun, sehingga dalam tempo jang tertentu seorang mandur sudah bisa naik mendjadi baas, seorang masinis sudah bisa naik mendjadi kepala bagian paberik dsb. Dengan begitu dari tahun ketahun, kader bertambah banjak, dan paberik dapat berdjalan terus. Pokoknja produksi djalan, itu dulu jang diutamakan. Bukan karena kurang produksi itu, lantas barang Sovjet membandjiri Tiongkok, tidak. Jang boleh masuk dari Sovjet hanjalah jang perlu bagi RRT, seperti alat2 dan mesin?. Itupun tidak usah dalam djumlah besar, sebab sesampai di Tiongkok lantas ditiru, kalau perlu, orang Russia datang memberi petundjuk. Systeem ini dapat dilakukan karena Tiongkok sendiri sudah mempunjai paberik induk, artinja peleburan wadja dan logam lainnja, begitu djuga pentjetakannja.
Keperluan dari pihak Tiongkok dan kesediaan dari pihak Sovjet inilah jang segera merapatkan perhubungan antara Sovjet dan RRT. Inilah djuga jang mendjadi perbintjangan antara lain, sewaktu ketua Mao berkundjung ke Moskow dalam bulan Desember 1949 dan tinggal disana kira² 3 bulan lamanja. Sebab sebagai ketua jang bertanggung djawab terhadap rakjat jang ratusan diuta itu, beliau tentu tidak merasa tjukup dengan mengirim utusan² sadja atau penindjau2 belaka, tapi harus dijakinkan sendiri, apakah betul2 maksud Sovjet itu baik ter- hadap Tiongkok dan dapatkah kira2 dipertanggung-djawabkan pada rakjat!
Selain dari itu, ada lagi jang menjebabkan terikatnja tali persaudaraan antara kedua negara raksasa itu. Selain letak jang geografis. Russia lebih dulu telah memenangkan revolusi. Hanja pengalaman² mengenai tani dan buruh jang pahit2 jang dapat dipergunakan sebagai peladjaran di RRT, sehingga dengan begitu korban² dan kegagalan² pertjobaan Sovjet dulu, tidak usah terulang lagi di Tiongkok. Baik Tiongkok, maupun Russia, kedua2nja adalah negeri agraria sewaktu mengalami revolusi. Betul ada industri, akan tetapi belum begitu dewasa. Dengan susah pajah, Sovjet dapat madju terus, dengan tidak usah terikat kepada negeri2 kapitalis-imperialis, sehingga ke- menangan revolusi dapat terhindar dari bahaja dan antjaman dari luar. Kekuatan Sovjet sudah terbukti dalam perang jang baru lalu, berkat hasil dan perasan keringat sendiri dan ter- peliharanja Sovjet dari tjengkeraman pengaruh asing sedjak tahun 1917.
Pindjaman jang diberikan Sovjet pada RRT bukan seperti pindjaman jang lazim diberikan oleh negeri kapitalis-imperia- lis. Kedua belah pihak merasa sama2 berkewadjiban untuk memperlihatkan pada dunia, bahwa ada djalan lain dan tjara lain untuk berhubungan ekonomi antara satu negara dengan jang lain, dengan tidak usah salah satu mendjadi korban, artinja, jang satu memeras dan jang lain diperas, seperti halnja perhubungan ekonomis dengan dan diantara negara² kapitalis- imperialis, jang tidak boleh tidak, mesti menimbulkan ekonomi kolonial dan monopoli kapital asing di negara jang banjak memindjam. Tjontohnja sudah banjak, hanja sadja rupanja banjak orang jang belum mau mengerti, sebab terasa enak djuga, persis seperti orang minum tjandu, atau.... orang jang sudah bergelimang dengan kotoran, tidak tahu dan tidak merasa bahwa ia kotor, seperti orang jang tinggal diatas kan- dang kerbau, tidak merasa bahwa tempatnja itu berbau tahi- kerbau....
Begitulah! Perhubungan jang ada antara RRT dan Sovjet Uni, oleh kedua belah pihak sama2 terasa perlunja dan man- fa'atnja, diperlukan oleh praktek dan usaha, sehari2 dalam mewudjudkan tjita², karena itu lambat laun perhubungan itu mendjadilah persaudaraan jang akrab sekali.
Demikianpun persahabatan dengan Tiongkok itu bukanlah monopolinja Sovjet Uni. Dengan siapa sadja RRT mau ber- sahabat dan berhubungan baik, asal dengan maksud dan tudjuan jang sama2 akan menguntungkan kedua belah pihak, diatas dasar harga menghargai dan hormat menghormati. Tengoklah pertumbuhan dan perkembangan perhubungan an- tara RRT dengan negara raksasa jang ketiga, jaitu India.
Dipandang dari sudut praktis, adakah satu negeri luar jang akan sanggup menggantikan kedudukan Sovjet dalam perhu- bungannja dengan RRT itu? Sebaliknja pihak Sovjet, sekali- pun RRT banjak beladjar dan mentjontoh dari dia, tidaklah diperlihatkannja sikap tjongkak atau menggagah terhadap Tiongkok. Diluar negeri, kepentingan RRT dibelanja seperti kepentingannja sendiri, dengan tidak mengharapkan upah atau balasan, berupa konsessi atau ini-itu. Apa jang dapat diper- buatnja untuk kepentingan RRT, diusahakannja sebaik2nja. Sahabat dan saudara jang setia dan djudjur ichlas, begitulah pandangan kita terhadap perhubungan jang ada sekarang an- tara RRT dengan Sovjet Uni.
Sebagaimana RRT memandang pada Sovjet, tentu begitu pulalah Korea Utara memandang pada RRT. Ketjuali geografis, banjak lagi hal2 dan keadaan jang mengharuskan Korea Utara mesti bergandengan tangan dengan RRT. Kelain djurusan ia tidak dapat menoleh mentjari kawan, diseberang lautnja, ada Djepang, bekas pendjadjah dan pemeras dinegerinja. Hanja sadja jang terasa sangat aneh, ialah bahwa Korea Selatan harus berlindung pada Amerika Serikat, jang djarak antara keduanja ribuan mil. Lebih aneh lagi, jang Amerika dan ka- wan²nja merasa pada tempatnja, sudah mengirim tentara ke Korea itu, pada hal tiada bahaja sedikitpun jang akan mengan- tjam batas negerinja masing-masing. Oleh Korea Utara tidak akan terantjam dan oleh RRT pun tidak. Tapi rupanja begitu- lah sifat dunia ini. Isi dada jang tersembunji selalu dilempar- kan pada orang lain, agar maksud djahat jang disembunjikan dalam lubuk hati djangan ditjari orang padanja.
Lain halnja dengan RRT. Mustahil satu negara besar, sekalipun baru dua tahun umurnja, akan tetap tinggal ber- pangku tangan, kalau perbatasan negerinja sudah mulai di- langgar orang. (Ingat, pesawat Amerika sudah membom desa2 didaerah RRT). Bila dibiarkan, berarti hasil revolusi akan di- indjak2 orang kembali, dan rakjatpun akan merasa tertipu, bila pemerintah RRT membiarkan tentara asing mengindjak Tanah Airnja. Kalau begitu, sama sadja dengan Chiang Kai Shek. Begitu akan kata rakjat. Oleh sebab itu, satu tahun jang lalu 25 Oktober 1950 rakjat dengan serentak memperli- hatkan giginja, waktu Amerika sudah ditepi sungai Yalu. Dibentuklah pasukan sukarela. Perajaan satu tahun terben- tuknja pasukan sukarela itu, kami hadiri sendiri di Shanghai. Barang tentu Pemerintah tak dapat melarangnja.
Soal Tibet sendiri harus dipandang dari sudut persatuan dan keamanan belaka, bukan sekali2 soal expansi atau agresi, sebab dimasa pemerintahan Kuomintangpun, Tibet adalah ba- gian dari Tiongkok Raja hanja sadja tidak begitu diindahkan oleh Nanking. Sebaik RRT berdiri, Tibet harus mendjadi per- hatian dan karena itu dengan segala kebidjaksanaan masuklah Tentara Pembebasan Rakjat kesana. Bagi Tibet, jang selama ini diabaikan, kedatangan TPR itu berartilah satu keuntungan dan kemadjuan dan dipandang dari katjamata Peking, Tibet itu, bila tetap seperti sediakala, berartilah persatuan seluruh Tiongkok masih sumbing, karena satu suku bangsa besar tidak dibawa kedalam pergaulan masjarakat negara Tiongkok Baru.
Menurut pengalaman di Sovjet Russia, setelah revolusi Bolsjewik mendapat kemenangan, masih Ima pihak luar, kapi- talis-imperialis jang sekongkol dengan kaum reaksioner dan anti-revolusioner jang lari dari Rusia, terus menerus melakukan perlawanan dengan diongkosi oleh kapitalis-imperialis asing, seperti Inggeris, Perantjis, Amerika dan Djepang. Dari sebelah Barat dan Timur, malah dari Utara, mereka mentjoba mene- ruskan dan menghantjurkan kemenangan jang telah tertjapai. Berkat pimpinan Lenin jang bidjaksana, semua usaha tersebut tidak ada jang berhasil, sekalipun banjak pengorbanan jang harus diberikan, jang sedianja tidak perlu, bila adjakan damai dari Lenin diterima oleh negeri2 kapitalis Barat dan Djepang.
Kungchantang jang telah mendapat kemenangan di Tiong- kok sekarang ini pun tidak ingin, tidak suka dan merasa sedih, bila harus memberikan korban jang tidak perlu, artinja untuk mentjegah pengorbanan dan penderitaan rakjat, lebih baik diselesaikan lekas2. Dengan alasan2 jang dapat dimengerti ini, mereka memasuki Tibet dan dengan begitu tertjegah daerah Tibet untuk didjadikan orang asing sebagai pusat komplotan dan provokasi atau djadi pangkalan anasir2 jang hendak ber- maksud djahat terhadap RRT. Dapat dimengerti, karena itulah maka pihak India tidak ada merasa apa2, sewaktu TPR memasuki Tibet, sekalipun dari pihak kaum imperialis dihasut², dengan mengatakan dan berteriak2, bahwa masuknja Tentara Kemerdekaan Rakjat ke Tibet adalah satu tanda expansi dan maksud agressif jang ada pada RRT. Tapi India, jang langsung berbatasan dengan Tibet, tidak ada bilang apa², malah kaum imperialis jang teriak2 setinggi langit, dengan maksud jang tidak baik, jaitu agar India djangan berdjabatan tangan dengan RRT. Tapi njatanja, dengan perkundjungan kami ke Tiongkok itu, terbukti bahwa Indialah satu²nja negara, jang mengirimkan delegasi sampai 17 orang djumlahnja, terdiri dari berbagai ahli, diantaranja iparnja PM Nehru sendiri, dan tidak hanja untuk menghadiri perajaan 1 Oktober akan tetapi djuga sebagai satu goodwill-mission jang mempeladjari berbagai soal dan keadaan.
Memang sangat tidak enak dimata kaum pendjadjah, im- perialis dan agressor, bila Tiongkok dan India bersahabat dan berdjabatan tangan, sebab rakjat keduanja sudah hampir seribu djuta djumlahnja, djadi seperdua dari penduduk dunia. Apa lagi bersahabat ketiganja, dengan Sovjet lagi........ Kaum imperialis tentu akan geger. Mungkin hilang akal, dan tidak lain jang diteriakkan setinggi langit kesegenap pendjuru mata angin, lebih² jang berada dalam lingkungan pengaruh dollar dan pound, bahwa Sovjet dan RRT hendak menjerang, expansi dsb. Jang sebenarnja ialah, sebagaimana Lenin dulu memak- sakan supaja perdamaian diikat dengan Djerman, dan seterus- nja ingin damai, mesti ada suasana damai untuk memperlihat- kan pada rakjat bahwa kita telah berrevolusi dan mau mero- bah nasib rakjat, harus bekerdja agar djangan dituduh tukang bitjara sadja......... maka sebagaimana keadaan Sovjet dulu itu, mengharuskan dan membutuhkan adanja perdamaian, maka begitu pulalah sekarang, Tiongkok Baru ingin damai, anti pada perang, sebab pekerdjaan lain banjak sekali, jaitu pekerdjaan membangun, berusaha memperbaiki hidup manusia dan meno- long perikemanusiaan umumnja. Salahsatu segi dari peri ke- manusiaan itu menurut anggapan dan kejakinan Tiongkok Baru, ialah perdamaian dan dapat mempertahankan perda- maian dan berdjuang untuk mentjapainja dengan sungguh² dan sekuat tenaga.
Sudahlah pada tempatnja bila salah seorang anggota dele- gasi India dalam satu pertemuan di Shanghai mengatakan, bahwa di Tiongkok, ia telah melihat type baru daripada hero (pahlawan) jaitu: ,,Builders of Humanity" (Pembangun Peri- kemanusiaan), sebagai pengganti type lama dari hero jang di- adjarkan Barat terutama, ialah ,,Killers of Humanity", (Pem- bunuh, Perusak Perikemanusiaan).
Kalau tak salah ingat, jang berkata itu, seorang ahli pikir dan sudah lama berdjuang mentjari kebenaran di India, pengi- kut Gandhi dan Nehru. Selama di Tiongkok, ia mendapat kabar (kawat) ditengah djalan, di Nanking, bahwa tjutjunja
telah lahir.. VII. PEREKONOMIAN DI TIONGKOK BARU.
Ekonomi Tiongkok Baru mempunjai lima type atau tjorak, jaitu: 1. ekonomi perseorangan dari tani dan pengusaha, ketjil dan menengah (burdjuis ketjil). 2. Ekonomi koperatif (koperasi, setengah sosialistis). 3. Kapitalisme partikelir atau burdjuis nasional. 4. Ekonomi tjampuran antara partikelir dan pemerintah (keduanja sebagai kapitalis bekerdja sama, kapi- talisme negara). 5. Ekonomi umum, negara, jang bersifat so- sialistis.
Pokok2 dan tudjuan pembangunannja ialah untuk mem- perkembang penghasilan setinggi²nia guna memenuhi kebutu- han masjarakat dengan mengingat dan memperhatikan kepen- tingan umum, kepentingan perseorangan, kepentingan buruh dan kepentingan kaum madjikan, bekerdja sama diantara kota an desa dan djuga melaksanakan terusnja pertukaran barang antara Tiongkok dan negeri2 luaran. Dasar semuanja ialah kerdja sama dengan pimpinan daripada ekonomi-negara. Koordinasi dan saling membantu perlu, terutama mengenai tata-usaha, persediaan bahan² mentah, pasar pendjualan, per- lengkapan tehnik, politik keuangan, dagang dan harga.
Kelima matjam ekonomi itu sama2 diakui haknja untuk hidup dan masing2nja mempunjai peranan sendiri2 jang amat penting bagi tertjapainja kemakmuran masjarakat. Djadi eko- nomi Tiongkok Baru bukanlah ekonomi komunis, malahan tidak djuga (belum) sosialistis. Ekonominja adalah tjampuran dalam arti kerdja sama, antara ekonomi jang berdasarkan hak perseorangan (tani, burdjuis ketiil atau kapitalis nasional) dengan ekonomi jang berdasarkan hak koperatif (diantara orang2 dan badan partikelir) dan ekonomi jang berdasarkan hak rakjat umum (staatsekonomie) jang bersifat dan tjorak sosialistis.
Selama di Tiongkok, kami telah melihat masing2nja tjorak itu. Diantaranja sekarang jang terbanjak ialah ekonomi jang berdasarkan hak perseorangan. Kota Shanghai sebagai daerah industri, tidak ada sepersepuluh perusahaan negara, malahan kalau ada satu perusahaan negara, disampingnja sudah ada 30 à 40 perusahaan partikelir, djadi antara 2 dan 3% sadja. Didaerah Tungpei (Manchuria) lain keadaannja, sebab disana dulu banjak perusahaan2 Djepang dan orang asing lainnja. Itu semua barang tentu didjalankan oleh Pemerintah.
Dilapangan pertanian boleh dikata belum ada jang berda- sarkan hak koperasi (kollektif) dan bila tentara madju di- lapangan pertanian, hanja sekedar memelopori dan memberi tjontoh, dan tanah itu akan dibagikan pada rakjat, atau tentara itu sendiri kembali mendjadi petani, dengan dasar hak per- seorangan.
Dibeberapa tempat ada tanah kepunjaan negeri, diusahakan bergelandangan, atau djahat dll.), tapi itu hanja dimaksudkan bersama, terutama oleh orang2 jang dikumpul dari kota (jang sebagai latihan. Perusahaan koperasi (kollektif) hanja akan didjalankan dan dibantu oleh Pemerintah, bila anggauta²nja sudah betul² jakin bahwa mereka akan sama mendapat keun- tungan jang lebih besar kalau bekerdja kollektif daripada ber- usaha sendiri2. Kalau tidak begitu, tidak ada gunanja. (Ingat pengalaman Sovjet). Sungguh berat untuk melaksanakan pe- kerdjaan jang begitu besar dan sukar, apa lagi bila diingat betapa luasnja daerah kekuasaan Tiongkok dan banjaknja rak- jat jang berdjumlah 1.k. 500.000.000.
Daerah Indonesia, betul luas, dari Sabang sampai ke Irian akan tetapi entah mana jang banjak, air atau darat. Dari Timur ke Barat di Tiongkok memerlukan penerbangan paling sedikit sepuluh djam, djadi antara 5 dan 6.000 km sedang dari Utara ke Selatan paling sedikit 12 djam, djadi antara 6 dan 7.000 km garis lurus diudara, bukan pandjangnja djalan kereta api jang sebenarnja. Pekerdjaan raksasa, untuk rakjat ratusan djuta, didaerah jang maha luas, satu ekonomi dunia sendiri.
Di Tiongkok, kalau menghitung perdjalanan bukan dengan djam, akan tetapi dengan hari, kalau berkereta api, dan kalau berkendaraan motor berbulan (karena itu djarang dilakukan orang, ketjuali jang dekat2) dan bila berkendaraan tjara dulu (kereta kuda atau unta) harus dihitung beberapa bulan. Djadi umpamanja, bila barang dari Kanton mau dibawa ke Utara atau Barat laut, perdjalanannja djauh lebih pandjang daripada keluar negeri. Barang itu seolah2 barang jang diimport dari luar negeri, padahal masih didalam negeri. Belum lagi per- bedaan iklim jang menjebabkan hasil dibeberapa tempat tidak sama, persis seperti perbedaan hasil Indonesia dengan hasil Eropah. Kalau industri Tiongkok dapat memenuhi keperluan dalam negeri sadja, berartilah sama halnja dengan sebuah negara di Eropah jang mempunjai tanah djadjahan di Timur atau di Amerika-Tengah. Sumber bahan mentah ada dan disamping hasil industri ada pula.
Kajanja Tiongkok dengan suku bangsa bukan main, entah berapa puluh. Semua orang Asia jang mempersaksikan pa- meran (exhibition) suku² bangsa, dan sebagian dari orang Eropah jang datang ke Peking itu mengatakan bahwa ada diantara suku bangsa itu jang sama dengan bangsanja sendiri. Bukan soal roman muka atau type sadja, akan tetapi soal pakaian, soal kebiasaan hidup, alat2 musik, pakaian, tulisan d.s.b. Jang serupa dengan huruf Arab, ada, dengan tulisan India, ada, Birma ada, Viet Nam ada, djangan dikata lagi per- samaan dengan bangsa Mongolia (Republik Rakjat Mongolia) dan Korea. Saja melihat diantara tulisan2 dan huruf2 itu, jang tidak djauh bedanja dengan huruf Batak jang ada di Tapanuli. Bukan tulisan sadja, tapi djuga tjara pakaian kaum tani jang serupa dengan rakjat jang berdiam dipegunungan Danau Toba. Patung2 dsb. banjak sekali jang serupa dengan jang terdapat dipulau Nias, dan Tapanuli Utara. Perhiasan sendjata, tempat2 penjimpanan barang, perkakas dapur d.s.b. Saja sebutkan tjontoh ini karena masih belum kena pengaruh Hindu atau Budha. Kalau jang sudah dipengaruhi agama Budha banjak sekali persamaan dengan suku2 bangsa di Indo- nesia. Disebelah Utara saja lihat gedung? dan ukiran² serta per- hiasan dan bentuk2 didalam rumah, jang sama betul dengan ukiran serta tjara berhias Arab. Kata sdr. Armijn Pane, entah mana jang dahulu itu sekarang, kebudajaan di Tiongkok Utara atau jang di negeri Arab dan India. Arabkah jang meniru atau Tiongkok jang kena pengaruh kebudajaan Arab?
Diantara pembatja tentu banjak jang tahu, bahwa dizaman Nabi Muhammad sendiri kebudajaan Tiongkok sudah terkenal dan termasjhur, djadi 1400 tahun jang lalu, sampai ada kata2: Tuntutlah ilmu, sekalipun kebenua Tiongkok sendiri (karena terkenalnja hasil kebudajaannja dimasa itu).
Begitulah gambaran kekajaan negara Tiongkok, jang akan diatur perekonomiannja dengan pengakuan terhadap 5 type perekonomian tadi, dituntun dan dipimpin oleh Staatsekonomie. Pekerdjaan maha besar, pekerdjaan raksasa, dan hanja dengan djiwa besar ia dapat dihadapi dan diselesaikan. Djiwa2 ketjil jang kotor dan pitjik akan tenggelam, bila berhadapan dengan kebesaran Tiongkok itu. Tjontohnja, lihatlah gerombolan Chiang Kai-shek. Dan tenggelamnja djiwa2 ketjil, biasanja dalam kemewahan, dus soal ekonomi, kekajaan uang dan go- daan sjeithan. (Dizaman modern ini, nama sjeithan dapat diartikan, orang atau gerombolan jang hendak mendjerumus- kan penghidupan sesuatu bangsa kedalam djurang kemiskinan dan kemelaratan dan kehinaan, sehingga bangsa itu lupa ke- hormatan diri, hilang budi pekerti, lupa agama, lupa Tuhan dan lupa kebenaran).
Sebab hidup sekarang bukan hidup perseorangan atau se- kedar keluarga lagi, akan tetapi paling sedikit hidup berbangsa dan bernegara, untuk madju terus dan meningkat kepada hidup kollektif antara beberapa bangsa dan negara, seterusnja me- nudju kearah kesatuan dunia, internasionalisme, (kebulatan dan kesempurnaan). Menurut agama Islam, kebulatan/kesem- purnaan itu hanja ditangan Tuhan, Esa, qulhuallahu ahad.....
Salah satu daripada hasil usaha di Tiongkok Baru jang sangat mena'djubkan kita, ialah tertjapainja kedamaian antara modal dan kerdja, antara madjikan dan buruh, sehingga keli- hatan dalam hidup sehari2, mereka adalah seperti saudara, jang satu memerlukan jang lain, dan sebaliknja. Buruh tidak melarat, dan keuntungan madjikan masih tetap djutaan rupiah setahunnja.
Untuk djelasnja baik kita bagi soal²nja, masing2 akan di- gambarkan sepintas lalu. Jang terpenting ialah soal pertanian, jang mendjadi sendi produksi. Tiongkok dan berhubung de- ngan adanja perobahan tanah, jang mendjadi klas dan tiang teras daripada segala perobahan² dan kemadjuan² serta ke- amanannja Tiongkok Baru.
1. Perobahan Tanah.
Seorang pembesar berkata dalam suatu pertemuan dengan delegasi2: Perobahan tanah ini sangat susah dan berbahaja se- kali. Sungguhpun begitu harus dan wadjib kami teruskan, dan 38 gagalnja itu berarti liang kubur bagi kami (Pemerintah Rakjat) sedang kalau berhasil berarti satu kemenangan politik peme- rintah, mendapat kepertjajaan sepenuhnja, dari seluruh rakjat, dan Tiongkok Baru akan sehat, kuat dan perkasa, tahan udji buat selama²nja.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa tekad, kejakinan dan keberanian pemimpin² RRT untuk meneruskan perobahan ta- nah itu, berarti dan telah mendjadi satu tanggung djawab jang mahaberat jang terpikul dan dipikulkan diatas bahu mereka, tanggung djawab terhadap nasib Bangsa dan Tanah Air dikemudian hari. Dan mereka jakin, bahwa tugas itu akan dapat diselesaikan, karena mendapat sokongan penuh dari rakjat. Mereka sudah insjaf rupanja, bahwa satu2nja politik jang benar ialah politik jang disokong dan dituruti oleh rakjat, menguntungkan bagi rakjat dan bahwa Pemerintah disatu negara hanja akan kuat bila mendapat kepertjajaan dari Rakjat. Siapa jang mempunjai rakjat itulah jang akan dapat tahan udji sepandjang masa. Begitulah sembojan mereka.
Oleh sebab itu perobahan tanah mesti djalan terus, dan menurut keterangan, nanti dimusim semi dan panen tahun 1952, perobahan tanah itu akan selesailah diseluruh Tiongkok.
Sebelum RRT berdiri, perobahan tanah itu sudah mulai berdjalan didaerah2 jang pertama kali dibebaskan oleh Tentara Kemerdekaan Rakjat. Nasib tani Tiongkok sebelum perobahan tanah sungguh menjedihkan. Di Indonesia sistem tuan tanah begitu tidak dikenal, ketjuali ditanah jang digadaikan oleh pe- merintah Belanda almal'un kepada kaum partikelir (bangsa asing).
Di Tiongkok sistem tuan tanah itu sudah berabad2, seolah2 sudah harus dan mesti begitu susunan masjarakat, susunan feodal jang sangat kolot dan sangat kedjam. Sesudah revolusi tahun 1912 dan Republik Tiongkok berdiri, keadaan tidaklah berobah. Setelah Sun Yat Sen wafat, maka aliran jang dianut oleh Chiang Kai Shek, sama sekali tidak menuruti dan mem- bimbing perobahan itu menudju kemadjuan, akan tetapi lambat laun ia dan kawan2nja semakin reaksioner. Salah satu bukti jang njata ialah, bahwa Madame Sun Yat Sen selalu bersikap opposisi dan menentang politik Chiang Kai Shek. Jang menje- babkan beliau lebih mendekati pihak Sovjet, terutama ialah karena reaksionernja politik jang didjalankan oleh Kuomintang.
Keadaan di desa sedjak tahun 1925 tidak berobah. Hampir semua tanah pertanian jang ada, adalah mendjadi hak milik tuan tanah. Kekuasaannja tuan tanah itu bukanlah sekedar orang kaja sadja jang menjewakan tanahnja pada orang, akan tetapi djuga mempunjai kekuasaan politik, kepolisian dan pengadilan. Pendeknja didaerahnja, ia adalah radja bermaha- kuasa.
Apa sebab? Pemerintah Kuomintang tidak merobah ke- adaan itu, mungkin karena tidak sanggup, tapi lebih mungkin lagi karena menguntungkan bagi golongan mereka. Dengan adanja tuan tanah, pemerintahan tidak perlu banjak kerdja didesa2, ongkos tidak perlu besar dan karena itu perbelandjaan negara mudah disunglap untuk korupsi dsb.. Seorang gubernur disatu propinsi djuga mendjadi djen- deral. Mereka semua bersandar pada tuan² tanah jang ada didaerahnja. Keuntungan dsb. tidak sedikit mereka peroleh dari tuan tanah. Gubernur jang biasanja djuga djenderal itu sendiri tidak memperhatikan keadaan rakjat, melainkan di- mana perlu, satu gubernur dengan lain gubernur sering ber- kelahi, mengadu pasukannja masing².
Selain pasukan resmi dari si gubernur, ada lagi pasukan2 liar jang hanja melihat2 angin, dipihak mana jang lebih ber- untung berdiri. Kalau perlu mereka berdiri sendiri pula. Dalam keadaan begitu situan tanah tentu mesti mempunjai kekuatan pula. Disediakannja beberapa orang bersendjata, namanja untuk mendjaga keamanan dsb. akan tetapi dalam praktek, ialah untuk dapat bermahakuasa terhadap petani jang meng- garap tanahnja.
Dengan begitu sipetani adalah mendjadi bulan²an dan mangsa bagi beberapa pihak. Oleh situan tanah ia diperas, oleh pasukan liar ia dirampok, dan dimana perlu oleh sigu- bernur didjadikan umpan peluru.
Bagaimana perhubungan hukum antara sitani jang me- njewa tanah dan situan tanah jang menjewakan, tidak diatur sama sekali. Terserah 100% pada situan tanah. Oleh sebab itu penderitaan sitani tidak terhingga pahitnja. Tjerita2 jang menggambarkan penderitaan itu, kadang2 seperti mimpi, sebab tak masuk diakal, masih mungkin dan bisa kedjadian diabad 20 sekarang ini. Tapi rupanja di Tiongkok - Chiang Kai-shek, biasa sadja hal dan kedjadian jang seperti itu. Bukti2 pen- deritaan itu sekarang dikumpulkan, ditempat2 besar, seperti barang kuno, dan dapat dilihat oleh publik. Badju² jang ber- darah karena ditusuk atau dipukul oleh tuan tanah, jang kadang2 umur badju itu ada jang sampai 30 à 40 tahun, tak sanggup menukarnja. Pakaian, perhiasan dan sendjata² tuan tanah jang penuh dengan kemewahan. Buku2 hutang jang bertimbun2, hutang jang tak kundjung selesai turun temurun, sebab selain hutang, bunga mesti dibajar, sewa tanah tak pernah lunas, dari tahun ketahun malah bertambah besar. Lebih hebat dari lintah darat. Dan bila sitani tiba sa'atnja untuk diusir, umumnja karena sesuatu maksud situan tanah tidak tertjapai, dan biasanja dalam hal ini anak perempuan sitani jang mendjadi perkara, maka pengusiran itulah jang merupakan puntjak dari kesedihan dan penderitaan. Biasanja jang diusir itu bunuh diri. Diusir dianggap lebih berat dari pada ditusuk mati oleh situan tanah. Kedjadian seperti ini biasa sadja di Tiongkok dulu dengan sistem tuan tanahnja, dan sekalipun katanja sudah diperintah oleh pemerintah na- sional Chiang Kai Shek.
Kalau kita tahu bahwa lebih dari 80% dari rakjat Tiongkok, terdiri dari kaum tani, maka dapatlah dibajangkan bahwa Tiongkok dulu itu adalah gudang penderitaan dan pertum- pahan darah, betul² dihisap dan diperas oleh bangsa sendiri dan bangsa asing. 80% dari 480 djuta sadja sudah 384 djuta orang. Penderitaan 380 djuta orang, jang hidup seperti budak belian, dipandang dan diperlakukan tidak beda dari chewan, sungguh tidak djauh lagi dari neraka dunia, penuh kezaliman dan keganasan. Noda ini, jang mendjadi noda seluruh bangsa dan jang mendjadi tjatjat dan pokok kelemahan Tiongkok selama ini, sekarang harus dihapuskan, diachiri atas tanggung djawab Pemerintah Rakjat. Kinilah baru ada satu pemerintah jang berani merobah keadaan itu, setjara radikal, sebab dari situlah tergantung nasib Tiongkok dibelakang hari, dari situ tergantung soal hidup dan mati Tiongkok, timbul atau teng- gelamnja dimasa datang. Oleh sebab itu dengan tidak ragu², apapun jang akan terdjadi, soal landreform ini harus di- teruskan dan diselesaikan.
Dimasa jang lampau, dari abad keabad, hidupnja manusia jang ratusan djuta itu adalah melulu untuk kesenangan bebe- rapa orang sadja, baik bangsa sendiri maupun bangsa asing. Kekuatan bangsa jang sesungguhnja tidak pernah lahir, sebab memang system feodal jang bobrok tidak sesuai dengan zaman modern lagi dan karena itu dilain negeri system itu sudah lama masuk liang kubur, hanja mendjadi ingatan sedjarah sadja lagi.
Dengan adanja landreform, maka sitani akan bekerdja un- tuk kepentingannja sendiri. Dengan sehatnja kehidupan sitani itu, kehidupan masjarakat dan bangsa akan sendirinja sehat pula. Mereka tahu, setelah diberi bagiannja masing2, bahwa tanah jang dikerdjakannja itu adalah kepunjaannja sendiri. Tidak ada orang jang akan mengganggunja lagi dalam hal itu. Bukan itu sadja, hasilnjapun akan mendjadi hak miliknja melulu. Tidak ada orang jang dapat menguasai atau merampas hasil itu nanti setelah dibawa pulang, sehabisnja panen. Terserah padanja untuk mempergunakannja, atau mendjualnja untuk mendapat keperluannja jang lain.
Dari seluruh perobahan jang terdjadi di Tiongkok soal perobahan tanah ini adalah jang terpenting, mendjadi basic- problem dari segala problem, mendjadi tiang teras dari revolusi jang akan mentjiptakan masjarakat dalam negara Tiongkok Baru.
Sewaktu kami berkundjung kedesa2, kira2 30 à 40 km dari kota Peking dan Mukden pernah saja tanja seorang tani: Berapakah sdr. harus mendjual djagung untuk mendapat satu pasang pakaian? Djawabnja Enam gantang! Dan kalau saja tjukupi pakaian keluarga saja, masih ada banjak jang tinggal. Itupun setelah saja serahkan sebagian untuk makanan umum (public grain) jang diurus oleh Pemerintah (sematjam padjak in natura). Hasil tanah saja bukan djagung sadja, tanah tak pernah kami tinggalkan begitu sadja, ketjuali kalau turun saldju. Selalu ditanami. Atau dengan bahan makanan, atau dengan bahan pakaian, kapas atau rami atau lainnja, bahan2 mentah untuk paberik kain, goni dan tali atau kertas. Hasil djagung sadja, saja peroleh sampai 5 à 6 pikul, ada lagi padi ketjil atau gandum. Ternak sajapun sudah ada, ajam, bebek, kambing atau babi. Tahun jang lalu saja beli induk babi dan sekarang tinggal 6 ekor, sesudah ada jang dipotong dan ada jang didjual. Diwaktu tuan tanah dulu, tidak pernah bisa kami memotong ternak, dizaman Djepang dirampok semua apa jang ada. Bukan itu sadja, rumah untuk melindungkan diri diwaktu malam dan dimusim dinginpun tidak ada. Sekarang saja sudah dapat satu ruangan, jang dulu mendjadi rumah tuan tanah. Rumah tuan tanah itu bisa dipakai untuk 20 keluarga.
Begitulah tjerita sitani, jang kelihatan dengan djelas sudah sehat badannja, ada pakaiannja dua tiga salin, anak²nja didesa itu bulat2 semua, bukti bahwa makanan telah tjukup sebab tidak mungkin anak² itu digemukkan dalam beberapa hari sadja, karena akan ada tamu dari luar negeri menengok mereka. Disepandjang djalan jang kami tempuh keadaan serupa sadja. Waktu kami berkumpul dimuka satu rumah, keluarlah katjang- rebus, ubi rebus, djagung rebus jang berasap2, masih panas, nikmat betul rasanja dimusim dingin seperti pada sa'at itu. Ada lagi jang menjuruh bawa, tetapi pagaimana akan mem- bawa djagung mentah jang pandjangnja sehesta. Sebagai tjontoh, utusan India ada djuga jang membawanja terus ke India.
Sebelum diproklamirkan RRT, kira2 daerah jang berpen- duduk 100 djuta (disebelah Utara dan Baratlaut) sudah menga- lami perobahan tanah itu, dipelopori oleh rakjat sendiri, sebagai hakim. Jang belum, ialah daerah jang kira2 mempunjai pen- duduk tani sebanjak 300 djuta. Daerah inilah jang mengalami perubahan tanah sedjak berdirinja RRT dan akan selesailah nanti pada musim semi dan panen ditahun 1952 ini.
Dengan selesainja perobahan tanah itu maka Tiongkok mempunjai tenaga menghasilkan jang utama, jaitu tenaga tani merdeka, jang mendjadi dasar bagi segala kemadjuan dan ke- menangannja nanti dilapangan ekonomi. Tani merdeka jang berdjumlah lk. 400 djuta itu adalah mendjadi konsumen jang besar sekali djumlahnja bagi industri dan sebaliknja industri Tiongkok akan tjukup mendapat bahan mentah dengan bebas- nja kaum tani dari segala ikatan dan belenggu feodalisme dan kolonialisme jang menekan djiwa, mematikan semangat be- kerdja dan merendahkan deradjat sebagai manusia.
Kalau dizaman sebelum petani dibebaskan, mereka semua- nja menghasilkan untuk situan tanah dan kaum pemeras lainnja maka dewasa ini kaum tani bekerdja untuk dirinja sendiri, untuk negara, untuk masjarakat dan untuk peri kema- nusiaan umumnja. Hasil tenaga itu akan sangat besar djum- lahnja, hasil jang tidak ada taranja dinegeri luar manapun djuga. Pertama karena tidak ada negara lain didunia ini jang mempunjai petani sebanjak di Tiongkok itu. Ke-2 karena tanahnja maha luas, sekalipun masih banjak jang harus di- kerdjakan untuk mendjadikan seluruh tanah Tiongkok itu baik untuk pertanian, terutama jang mengenai pengairan. Pengairan dalam arti, bagaimana daerah kering bisa diairi dengan air dan bagaimana daerah jang banjak air bisa di- keringkan agar terpakai untuk pertanian atau perternakan, atau perikanan dll. Jang belakangan ini berhubungan rapat dengan soal pengendalian air sungai jang di Tiongkok sering menjebabkan bandjir jang banjak mendatangkan kerugian dan meminta korban. Menurut tjatatan kedjadian sedjak dari tahun 1949 sampai sekarang, sudah banjak kemadjuan jang diperoleh dilapangan itu, artinja, bahaja bandjir sudah dapat dikurangi sedikit dan waduk2 jang digali sudah mempunjai ruang jang djumlahnja djutaan meter kubik. Ini adalah pe- kerdjaan jang sukar dan berat dan menurut keterangan pem- besar2 jang bersangkutan, soal itu masih akan memakan tempo beberapa tahun untuk dapat dibereskan betul. Tapi diingatkan oleh mereka, bahwa daratan bumi Tiongkok dibandingkan dengan djumlah air jang ada (telaga, danau, sungai dll.) tidaklah air itu terlalu banjak, malahan masih kurang. Soalnja tinggal, bagaimana mengendalikan semua air jang ada itu, dan soal ini, walaupun berat dan masih makan tempo banjak, tentu dapat dan harus dapat diselesaikan. Begitulah kejakinan para pembesar itu, setelah memperoleh pengalaman dan meli- hat kesungguhan rakjat untuk bekerdja.
Dalam pada itu, tanah pertanian jang sudah ada sekarang sadja sudah tidak terhingga luasnja. Dahulu kebanjakan ta- nah itu adalah hak milik tuan tanah lebih dari 60%. Pema- kaiannja tidak effisiën. Banjak diantaranja jang terpakai untuk kesenangan. Tani jang mengerdjakannja tidak sung- guh², sebab tahu bahwa hasilnja toch tidak untuk mereka, dan banjak hasilpun tidak akan menolong, hutang tak djuga akan lunas2. Bila seorang tani agak banjak penghasilan, maka tipu daja situan tanah banjak sekali, agar semua hasil itu djatuh ketangannja, dengan berbagai djalan jang tidak sjah. Alhasil, banjak tidak banjak hasil jang diperoleh sitani, hidupnja toch sama sadja, habis panen hasil djatuh ketangan tuan tanah dan mereka hiduplah dari mentjari upah, sesuap pagi sesuap petang, kasarnja, mendjadi budak 100% dari situan tanah, jang kadang-kadang ada djuga mempunjai berbagai matjam perusahaan.
Sesudah tanah dibagi2 sekarang, tak usah disuruh, dengan sendirinja sitani mengusahakan bagiannja sebaik2nja. Mereka merasa berhutang budi betul pada kekuasaan jang memungkin- kan adanja pembagian tanah itu. Apa kekuasaan itu komunis atau tidak, bagi mereka tak djadi soal. Lebih2 lagi berlipat ganda mereka membanting tulang sesudah tahu bahwa Peme- rintah Tiongkok jang sekarang bukanlah pemerintah gerom- bolan korupsi dan pemeras, bukan kakitangan imperialis asing, tapi mereka tahu bahwa Ketua Mao Che-tung sendiri tak punja rumah atau bikin villa, tak punja uang, pakaiannja dan makannja serupa sadja dengan mereka, tidak tinggal digedung besar jang berlebih2an, tidak banjak pidato dan amanat²an, tapi hasil pimpinannja terasa bagi seluruh lapisan masjarakat, terutama pak tani.
Demikianlah gambaran suasana disekitar perobahan tanah. Dan bagaimanakah penghasilan pertanian, sesudah Tiongkok berada dibawah pimpinan Pemerintah Rakjat?
Hasil pertanian jang terutama ialah bahan makanan dan bahan industri (kapas). Jang dua inilah jang harus diutamaharuslah diusahakan oleh tiap2 pemerintah jang merasa ber- kan, sebab sebelum lain² soal mendjadi pikiran, lebih dulu tanggung djawab didalam negara, agar rakjat mendapat ma- kanan dan pakaian. Soal tempat tinggal masih bisa kongsi², soal makanan dan pakaian tak bisa kongsi², karena perut se- walaupun ini termasuk kebutuhan hidup jang primair. Tapi seorang tak dapat kenjang dengan kenjangnja perut orang lain, walaupun sebangsa atau sekeluarga sekalipun. Begitu djuga penutup tubuh. Lebih2 bagi Tiongkok soal ini adalah soal besar, rakjat ratusan djuta dan keamanannja akan ter- ganggu bila perut ratusan djuta orang itu tidak berisi. Ini adalah kebenaran jang tak dapat disangkal oleh hocus pocus, sunglap, pokrol bambu-isme, alasan² wetenschappelijk, juridis, internasional dll. Karena itu tugas pertama dari Pemerintah Rakjat ialah memberi makanan dan pakaian pada rakjat.
Dizaman Chiang Kai Shek-regime djustru dua soal itulah jang mendjadi kesukaran terutama, maka ekonomi Tiongkok ambruk sama sekali, mendjadi negara kolonial dan tempat pemerasan jang tak ada bandingannja. Gandum dan kapas mendjadi barang import jang utama. Amerika memberikan terus. Tiongkok dipalut hutang terus. Chiang Kai Shek makin dalam tergenggam oleh kuku imperialisme, konsessi dll. di- obralkan, penutup ketekoran dan korrupsi jang meradjalela. Makin banjak hutang, makin banjak import, semakin mendjadi dan berkembang pula korrupsi. Hampir semua pembesar dan pegawai mendjadi kaki-tangan imperialis, kalau tak korrupsi, bukan pegawai namanja. Tiongkok dengan demikian runtuh seruntuh-runtuhnja.
Industri Tiongkok bisa berputar dulu, kalau kapas datang dari Amerika. Buruh dan rakjat bisa makan, kalau makanan datang dari Amerika. Pemerasan di Tiongkok mendjadi sem- purna. Barang keperluan hidup untuk sebagian besar rakjat harus datang dari Amerika.
Kini, dibawah pimpinan Pemerintah Rakjat, tani dibebas- kan dan tanah dibebaskan mendjadi miliknja rakjat. Rakjat berusaha, membanting tulang, perdjuangan hidup dan kehi- dupan. Semua ingin makan, semua ingin berpakaian, memalut badan dan melindunginja terhadap panas dan dingin. Kesem- patan dibuka seluas2nja. Hasil tani membandjir.
Sebelum perang, hasil gandum dll. jang pernah ditjapai setinggi2nja di Tiongkok ialah 281.000 djuta kati setahun atau 2.810 djuta pikol. Tahun '49, '50 dan '51 dari mulai penghasilan 212.500 djuta kati naik terus mendjadi 237.500 djuta kati dan kira2 267.000 djuta kati tahun 1951, terdiri dari padi, djagung dan berbagai matjam gandum. Belum lagi pala widjo, katjang berbagai matjam, ubi, sajuran, buah²an dsb. Tidak heran kalau Tiongkok sekarang sudah bisa export makanan ke India. Kalau di Indonesia kita berhitung dengan ratusan atau ribuan quintaal maka di Tiongkok orang berhitung dengan ratusan atau ribuan djuta pikol. Dengan begitu bukan sadja makanan mendjadi ada, tapi ragamnja dan rasanjapun berbagai matjam pula. Perusahaan makanan dikaleng (buah, ikan, daging dll.) berkembang dan bertambah madju, lebih2 karena tidak disaingi lagi oleh barang2 made in USA. Salah seorang pengusaha makanan dikaleng itu, dari Shanghai, seorang kapitalis na- sional, berdjumpa dengan kami dirumah perwakilan Indonesia di Peking. Dia mendjadi tamu disana seminggu lamanja, kenalan baik dari salah seorang pegawai kita. Atas perta- njaan ia menerangkan: Apa perlunja Pemerintah mengambil over paberik saja, belum tentu baik djalannja kalau diambil, tapi jang sudah terang sekarang, dalam pimpinan saja, madju. Apa jang perlu, saja dibantu Pemerintah. Bahan, perkakas, mesin dll. Dengan begitu produksi tambah baik dan mening- kat, inisiatif dan kegiatan rakjat berkembang. Semua orang giat berusaha dan radjin bekerdja. Apa ini tidak lebih untung?
Hasil kapas begitu pula. Dulu dikatakan, Tiongkok tidak baik untuk penanaman kapas, kwaliteit rendah dsb. menurut kata dan ukuran standing internasional. Dari itu pemerintah Chiang Kai Shek bikin kontrak untuk memasukkan kapas dari Amerika, jang ber-standing internasional. Dengan begitu semua paberik tenun di Tiongkok, nafasnja tergantung dari Amerika. Tapi sesudah RRT berdiri, keadaan lain. Entah sekonjong2 alam berobah entah bagaimana! Tentara sendiri mentjoba penanaman kapas disebelah Barat-laut dan Tiongkok Tengah, dekat Tibet dsb. Hasilnja bagus dan kapasnja bisa mendjadi bahan bagi paberik tenun. Diseluruh Tiongkok orang lantas menanam kapas. Ada jang bagus dan ada jang kurang, tapi pokoknja, bahan untuk paberik kain ada dan pakaian diper- dapat dari bahan itu. Keperluan rakjat djadi tersedia, tidak perlu di-import dari luar negeri. Ini jang pokok. Perkara kwaliteit, dibelakang hari bisa diperbaiki. Pembesar, pegawai tinggi, rakjat tani, buruh dll. semuanja memakai kain jang ditenun sendiri itu. Tjontoh jang diberikan para pemimpin, kesederhanaan jang murni, mendjadi mode kesegenap lapisan masjarakat. Kapas ditanam, paberik memintal dan menenun, kain jang dihasilkan sendiri laku dan dianggap mulia memakai itu, sekalipun pembesar jang paling tinggi, tidak ada gila²an lagak dan standing pakaian internasional, lagak jang gila jang maksudnja hanja untuk membuka pintu lebar2 bagi im- portnja textiel buatan luar negeri (imperialis). Jang diperlukan pakaian penutup badan. Jang lain2 soal nanti, jang penting, masjarakat dan rakjat sudah merdeka. Merdeka dari sunglap dan pemerasan imperialis. Tiongkok merdeka, njata, dapat dilihat dan dirasai sehari2. Makan merdeka, pakai merdeka, mau manis ada gula, atau dari sematjam (suikerbiet) tebu.
Tahun 1949 Tiongkok telah menghasilkan 850 djuta kati, atau 8.500.000 pikol kapas. Ini djumlah tidak ketjil. Satu kilo kapas sudah dapat berapa meter kain!? Dari hasil kapas Tiongkok sadja, sudah diperoleh puluhan djuta meter kain, satu kali panen. Dua kali panen!? Tahun berikutnja, hasil itu sudah berlipatganda, 1.500 djuta kati dan tahun 1951 lebih dari tiga kali lipat, 2500 djuta kati lebih.
Dengan begitu dua soal penting sudah dapat diselesaikan sendiri. Dalam soal makanan Tiongkok sekarang sudah betul2 dapat memenuhi keperluan rakjat malah lebihnja di-export. Dalam soal kapas masih kekurangan, tapi belum beberapa tahun ini sudah bisa pula memenuhi keperluan industri kain. Djangan pembatja lupa bahwa sutera, wol berbagai matjam, belum terhitung! Sutera terutama dihasilkan untuk export, ke India dan Sovjet Rusia. Entah berapa matjam pula bulu jang ada dan dipakai di Tiongkok. Bulu ajam, bebek, kambing, kibas, lembu, marmot, sematjam tikus, kuda, binatang2 llar dsb. tidak ada jang terbuang di Tiongkok. Semua masuk paberik dan semua didjadikan pakaian jang mahal2. Jang paling mahal dan bagus ialah dari sematjam binatang jang lebih besar sedikit dari tupai. Apa lagi! Dimusim panas ada kain, musim dingin sedia wol.
Selain untuk ditenun, beberapa matjam bulu, didjadikan pakaian dengan tidak ditenun. Bulu dan kulit binatang jang bersangkutan lantas dikeringkan dan mendjadi kuat. Dari sebelah dalam kulit itu lantas dilapis dengan sutera atau kain. Biasanja dengan sutera. Sesudah begitu dipertemukan men- djadi bahan jang berkaju lebar?. Barulah digunting dan di- djahit mendjadi berbagai matjam pakaian, terutama untuk musim dingin dan pakaian lux. Dalam pekerdjaan ini, rasanja tidak ada satu bangsa lain jang lebih ahli daripada orang Tionghoa. Jang bagus2 dan mahal harga bukanlah didjual, dibeli atau dihadiahkan untuk para pembesar atau pemimpin tapi di-export dan dengan deviezen itu dapatlah dibeli keper- luan rakjat, pertanian dan perindustrian. Hidup mewah harus ditunda rupanja dulu, terutama diberi tjontoh oleh para pe- mimpin dan pembesar.
Untuk bahan kertas, karung guni, tali temali dll. djangan dikata lagi. Tidak satu rumput jang terbuang di Tiongkok. Tidak sedjengkal kain usang terbuang pertjuma. Semuanja berdjalan menudju paberik kertas. Kelihatannja rumput sadja, dipinggir kali atau sekitar ladang, tapi nanti bila sudah tjukup umur, semuanja dibabat dan pergi kepaberik. Pimping, gelagah dsb. tidak ada jang terbuang. Satu paberik kertas jang kami kundjungi menghasilkan 53 matjam kertas, dan itu belum. paberik jang terbesar. Baru di Tientsin. Tiap kota besar punja paberik kertas. Jang besar2 mempunjai lagi paberik belerang dll. barang kimia jang perlu untuk perusahaan kertas itu.
Ini semua adalah hasil tanah, pak tani jang sudah bebas dan dibebaskan dari belenggu pemerasan. Ia sekarang men- tjipta, dan sering2 mereka dari desa dibawa kekota untuk mempersaksikan pekerdjaan para pengurus organisasi, jaitu pameran, exhibition dari berbagai matjam hasil, pekerdjaan, alat2, mesin2 dll. dan diterangkan hubungannja dengan usaha mereka didesa itu. Exhibition, dalam mengatur ini dan men- tjari tjara jang menarik hati, rupanja mendjadi keahlian Tiongkok pula. Barisan kesenian/kebudajaan dalam soal ini banjak mengambil bagian. Selain dari sudut keperluannja (zakelijke zijde) dipentingkan pula soal keindahan dan ke- tjantikan, jang menarik hati dan menghidupkan perasaan.
Menurut buku Van der Sprenkel jang telah disebut duluan, petani Tiongkok jang mengerdjakan tanah tidak kurang dari 350 djuta sedang jang hidup dari perburuhan, kerdja tangan, dagang dll. ada sedjumlah 130 djuta (dikota2). Inilah jang bekerdja sekarang saban hari untuk menjediakan keperluan
rakjat Tiongkok. 2. INDUSTRI DAN PERBURUHAN.
Pada waktu Tiongkok dibebaskan oleh Tentara Kemerde- kaan Rakjat, keadaan ekonomi sangatlah buruknja, bangkrut sama sekali. Pemerasan Djepang beberapa tahun, dan sesudah Djepang kalah, korupsi besar2an membikin keadaan lebih buruh lagi. Dari bulan kebulan dan dari tahun ketahun (sesudah perang dunia selesai) keadaan bertambah buruk djuga dan tidak ada satu djalan jang kelihatan, tidak satu ichtiar jang sungguh2 dari regime-Kuomintang, untuk memperbaiki keadaan, malahan sebaliknja, karena reaksionernja pemerintah itu, makin lama, negara dan masjarakat semakin dalam dja- tuhnja kedalam djurang dan lumpur kekatjauan dan keme- laratan.
Pada achir tahun 1948, pembatja barangkali masih ingat, puluhan djuta uang Tiongkok hanja dihargai satu dollar Amerika dan kesudahannja, penghargaan terhadap uang itu, hanja dihitung per kilo sadja lagi.
Paberik banjak rusak sedjak zaman pendjadjahan Djepang dan sesudah Kuomintang mengover kekuasaan, paberik2 lantas mendjadi kepunjaan beberapa orang, spekulasi, korupsi, suap, sogok d.s.b. menjebabkan djalannja industri dikota2 tidak ke- ruan sadja. Mana bahan harus di-import. Perdagangan dengan luar makin tidak teratur, selundup d.s.b. biasa sadja. Djawatan Pemerintah, pegawainja tidak pikir lain daripada mengisi kantong sendiri, langgar aturan, dilarang wet d.s.b. masa bodoh. Pokoknja mendapat. Lurus ja boleh, tapi bengkokpun tidak keberatan. Malahan jang bengkok itulah sudah dianggap lumrah. Ajo beramai2 menumbangkan negara dan membawa masjarakat kedalam djurang kerusakan dan lumpur kekatjauan. Bantuan Amerika pada waktu itu sedang membandjir pula. Masih ada pelabuhan, serahkan sadja semua untuk dipakai, oleh bangsa asing.......
Pada waktu kami di Shanghai dan pergi mengundjungi paberik besar kepunjaan partikelir, pemiliknja bertjerita ten- tang kesukaran2 dizaman Djepang dan Kuomintang, terutama mengenai bahan2 dan mesin2. Karena itulah, katanja seterus- nja, jang bisa bertahan sampai sekarang hanja saja sendiri, sedang jang lain², untuk menghindarkan segala kesukaran itu, bila ada tawaran, lantas didjual sadja, atau karena kurang keberanian dan tanggung djawab, menjerahkan sadja pada pembesar2 Kuomintang. Sesudah terdjual, mereka pergi, bia- sanja ke Hongkong. Disana toh bisa bikin paberik baru, pikir mereka.
Memang sesampai di Hongkong kami dengar banjak ten- tang tjerita itu, tapi bukan jang dimaksudkan oleh si indus- trialis di Shanghai itu sadja. Jang lebih banjak malahan, pembesar dan djenderal Kuomintang, jang karena takut, sebe- lum berdjuang, siang2 sudah pergi ke Hongkong, beli rumah, bikin paberik d.l.1. Diantara mereka tidak sedikit jang ajadi korban pentjulikan dan pembunuhan. Rupanja ada djuga rakjat jang marah, atau karena hendak memperoleh hartanja, entah bagaimanalah, tapi njatanja ada jang mati terbunuh dan ada jang hilang lenjap sadja. Begitu tjerita kawan di Hongkong. Orang asing tentu mengatakan, mereka lari karena RRT.
Djadi orang jang pada pergi dari Shanghai dll. tempat itu memang sudah dasarnja orang takut, untuk mentjari selamat dan lain², siang2 sudah angkat kaki, tjari tempat jang paling aman, bagi dirinja, hartanja dan kantongnja.
Setelah pemerintah Chiang Kai Shek tempo hari berke- dudukan kembali di Nanking, maka ia dapat pindjaman dari Amerika 1.000.000.000 dollar untuk pembangunan, diluar soal tentara dan persendjataannja. Tapi dari djumlah jang se- banjak itu tidak satupun mesin jang bisa didatangkan untuk memperbaiki kerusakan dan kerugian jang terdjadi selama perang.Apa bedanja di Indonesia, bertahun² orang memesan mesin dari Amerika, haram kalau ada jang datang, hanja para pembesar jang tetap buta mata dan hatinja, tidak mau mengerti sunglap imperialis. Satu mesin jang bisa mengha- silkan satu barang sadjapun tidak masuk ketika itu. Jang masuk hanja mobil2 bagus dan mengkilap, radio berbagai model dan merk, minjak wangi, pupur, tjat bibir dll. barang lux lagi. Paberik2 jang ada jang hampir semuanja berada ditangan empat keluarga besar (keluarga Chiang Kai Shek, T. V. Soong, H. H. Kung dan Chen Li Fu) memang memberikan keuntungan luar biasa djuga besarnja, tapi bukan karena tenaga atau djumlah penghasilannja, melainkan dari hasil korupsi. Jang tidak punja paberikpun, tapi mendjadi pegawai, resmi atau tidak resmi, ikut djuga ,,beruntung" dalam arti mendapat ,,bagian" dari pindjaman jang diberikan Amerika sebanjak seribu djuta itu. Sekarang mau diapakan uang jang seribu djuta dollar itu oleh Amerika? Diminta bajar atau akui oleh RRT? Seudjung rambut pun tak dapat diharapkan. Benar pula bukan, hanja orang jang tolol mau menerima hutang, jang dihabiskan orang lain untuk meratjun dan merusak rakjat dan bangsa sendiri. Lain halnja kalau orang jang menerima itu, mengakui hutang itu mendjadi hutangnja atau hutang keluarganja sendiri turun-temurun, tidak mendjadi hutang masjarakat dan negara. Seperti dalam hal Tiongkok itu, kalau keluarga Chiang Kai Shek dll. itu mengakui jang seribu djuta itu mendjadi hutang mereka, tentu RRT tidak keberatan, sekalipun itu tidak berarti bahwa mereka tidak akan diusir dari Taiwan.....
Djadi perindustrian Tiongkok sewaktu berdirinja RRT sangat menjedihkan dan kutjar-katjir betul. Kaum buruh menuntut, karena sudah bebas. Kaum madjikan mengatakan bahwa mereka tetap akan dilindungi oleh Pemerintah Rakjat. Bentrokan terdjadi, paberik tak djalan, produksi mandek. Ini tidak dikehendaki oleh Pemerintah. Produksi harus djalan, walaupun apa jang akan terdjadi. Tindakan diambil, musja- warat ditjari, perundingan dilangsungkan, segala ichtiar dan usaha didjalankan, siang malam, tak putus bekerdja, terutama mereka jang menamakan dirinja atau telah diakui sebagai kader. Mereka harus banting tulang, pangkat dan posisi bukan untuk gojang kaki dan duduk enak diatas kursi jang empuk, akan tetapi untuk memberi pimpinan dan tjontoh dimana2 diwaktu rakjat memerlukan, dimana rakjat tidak sanggup dan dimana rakjat tidak tahu djalan pemimpin baru, madju dahulu. Dalam segala hal jang demikian, pemimpinlah jang harus menerobos lebih dulu, merintis dan memelopori djalan, dimana buntu, agar roda revolusi djalan terus, manusia dan masjarakat baru lahir dan mentjipta. Funksi pemimpin dan pembesar seperti itulah jang telah dibuktikan di Tiongkok guna melahirkan Tiongkok Baru. Bersama2 dengan rakjat, segala kesukaran, satu demi satu diatasi. Di Tiongkokpun bukan tidak ada pertentangan, lebih2 pada permulaan revolusi. Pihak buruh ada jang memadjukan tuntutan terlalu banjak dan pihak madjikan ada pula jang tidak mau tahu dengan datangnja perobahan baru. Tapi pimpinan tahu, bila per- tentangan dan perbedaan dibiarkan terus mendjadi perdjua- ngan, nistjaja produksi tidak ada djalan dan masjarakat akan katjau terus. Orang akan kebanjakan omong sadja, berteng- kar, sedang kerdja sedikit. Djalan tengah harus ditjari dan didapat. Buruh tak boleh diperas tenaganja dan modal tidak boleh rugi. Keduanja perlu, untuk berdjalannja terus produksi industri. Keduanja mempunjai tugas dan kewadjiban masing2 dalam pembinaan dan pertahanan masjarakat.
Industri Tiongkok, bukanlah satu industri jang telah tjukup dewasa. Tiongkok masih tetap sebagai negara agraria. Seperti diterangkan diatas, industri jang ada, kebanjakan adalah ke- punjaan empat famili sadja. Sesudah kembali ke Nanking, keempat famili itu ada kesempatan untuk memperbaiki jang rusak dizaman Djepang dan menambah jang kurang. Pindja- man dari Amerika ada 1.000 djuta dollar, tapi mereka tidak mempergunakan kesempatan itu. Kantong dan simpanan masing2 diluar negeri jang dipentingkan. Pindjaman dari Amerika, kembalilah ke Amerika, berupa simpanan beberapa orang, uang, mas dsb. Dari Amerika kembali ke Amerika, itulah sembojan kliek Chiang Kai Shek dan kalau Nanking tidak aman, boleh pindah ke Taipeh dan dari sana tak ke- beratan pula nanti pindah ke Amerika. Simpanan dan pe- miliknja berkumpul dan tidak akan terganggu di Amerika...... rasa-rasanja. .
Besarnja industri Tiongkok belum mentjukupi kebutuhan sendiri. Perbandingannja dengan pertanian kira2 1 dan 9. artinja 10% dari penghasilan nasional adalah dari industri dan dari pertanian 90%. Djumlah orang jang bekerdja tani kira2 350 djuta dan djumlah pekerdja dipaberik pengangkutan, bekerdja sendiri dll. ada kira² 40 djuta. Untuk mendjadikan Tiongkok sebagai negara industri, perbandingan itu harus dirobah mendjadi kira2: 40% industri dan 60% agraria. Djumlah pekerdja, akan tidak kurang dari 180 djuta orang. Djadi per- bandingan penduduk kota dan penduduk luar kota harus pula berobah, dalam arti, kaum tani harus dikurangi djumlah buruh harus ditambah. Berhubung dengan soal tanah, rentjana itu berarti perbaikan, apa lagi kalau diingat bahwa sekarang tenaga mesin belum banjak dipakai dalam pertanian. Tapi untuk mendjadikan penduduk desa mendjadi buruh paberik, tidak begitu mudah, sebab paberiknja harus tjukup. Pun untuk mendapat buruh jang baik, harus ada latihan dan didikan. Kader harus banjak. Kedjurusan inilah kita lihat perkem- bangan jang ditudju oleh Pemerintah di Tiongkok. Sistem kader-vorming jang berdjalan sekarang ditiap2 paberik, baik kepunjaan negara maupun kepunjaan partikelir, adalah me- nudju kearah itu. Dengan begitu maka dari tahun-ketahun. Tiongkok akan mempunjai djumlah kader jang bertambah besar djumlahnja.
Dari sudut itu pula kita harus melihat, adanja perkem- bangan jang pesat dilapangan Serikat Sekerdja, jang diakui dan diatur dengan undang2. Tiap2 perusahaan, buruhnja harus mengadakan Serikat Sekerdja, dan wakil2 dari Serikat Sekerdja itu turut bertanggung djawab atas djalannja dan kemadjuannja perusahaan.
Ditiap2 perusahaan jang kami kundjungi, selalu kami di- perkenalkan lebih dulu kepada tiga pihak jang bertanggung djawab atas produksi, pertama, peminpin perusahaan atau pe- milik paberik, kedua, wakil Serikat Buruh dan ketiga, pahla- wan kerdja (labour hero). Masing2 pihak itu didjelaskan funk- sinja dan hubungannja serta kerdja sama antara ketiganja da- lam memelihara dan mendjaga baiknja djalan perusahaan. Dja- ngan sampai mundur dan djangan sampai kalah dari perusa- haan lain.
Li Li-san, anggauta Dewan Pemerintah Pusat ada mene- rangkan tentang Serikat Sekerdja itu sbb.: ,,Serikat Sekerdja kita haruslah mendjadi sekolah, tempat peladjaran, didikan dan latihan untuk Demokrasi Baru bagi segenap anggautanja. Demokrasi Baru dalam arti bagaimana mengurus negara dalam segala tjabang2 dan lapangan pekerdjaannja; bagaimana men- djalankan, mengurus dan memimpin perusahaan, paberik me- sin dll."
Keterangan Li Li-san diatas memang pendek sadja, tapi bagi orang jang mengerti dan ada hati untuk memahamkannja, keterangan itu tidak kosong, tapi penuh isi jang harus diker- djakan, bukan untuk dipidatokan atau diteori-teorikan. Mem- peladjari urusan memerintah negara adalah meliputih banjak ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, kekuangan, hukum, filsa- fat dll. sedang mempeladjari bagaimana mengurus perusahaan dan paberik mengandung andjuran untuk berlatih didalam pa- berik sambil beladjar tehnik mengetahui seluk-beluk mesin², tata usaha bahan mentah dan pertanian, pengangkutan, peng- hasilan, perdagangan, pasar dan harga dsb. Dengan begitu Se- rikat Sekerdja bukan untuk tempat menghasut2, sebab di Tiong- kok hasutan itu tak perlu. Jang punja paberik bangsa sendiri, jang memerintah bukan kakitangan imperialis dan koruptor, modal jang didjalankan bukan hak milik orang asing, hasil jang diperoleh bukan untuk mengisi kantong kapitalis asing, tapi segala²nja adalah untuk bangsa sendiri, masjarakat sen- diri, rakjat sendiri dan negara sendiri jang sudah merdeka dan bebas dari tekanan dan pendjadjahan asing. Itulah sebabnja buruh giat bekerdja, giat berlatih dan beladjar, berlombah² untuk mendjadi ahli ini dan itu, pahlawan kerdja, mengeluar- kan hasil jang melebihi rentjana. Itu pula sebabnja maka di- paberik atau perusahaan2 tidaklah asing soal bekerdja 8 djam, 10 djam, atau 12 djam, Malah kaum buruh djuga insjaf bahwa mereka harus melipatgandakan tenaga jang diberikan, sebab paberik harus berputar terus, berhubung dengan djumlahnja belum mentjukupi. Buruhnja masuk setjara aplosan, dua tiga kali dalam sehari semalam. Tjerobong asap mengepul terus siang malam. Dengan begitu djumlah paberik jang 10 umpa- manja, mendjadi 20 atau 30, hasilnja idem sebab bekerdjanja 2 kali atau 3 kali lebih banjak. Soal kekurangan paberik dengan djalan begitu sebahagian sudah dapat dipenuhi. Keuntungan perusahaan dengan begitu bertambah banjak pula. Seorang jang punja paberik soda dan sabun di Tien-tsin, sdr. Ir. Ko mentjeritakan pada kami bahwa keuntungan jang diperolehnja, tahun jan lalu berdjumlah 2.500.- djuta rupiah (artinja sesu- dah uang Tiongkok kita kurskan ke uang rupiah Indonesia).
Begitu Serikat Sekerdja itu ditiap2 paberik mempunjai daftar peladjaran bagi anggautanja. Anggauta itu sekali se- minggu harus musjawarat, mempersoalkan djalannja serta madju mundurnja pekerdjaan. Hasil dari rapat anggauta di- bawa kerapat kepala2 bagian dipaberik dan hasil rapat kepala2 bagian dibawah kerapat pimpinan perusahaan, jang didalam- nja djuga hadir wakil2 Serikat Sekerdja. Pengetahuan buruh tambah lamah tambah tinggi, djuga jang mengenai tehnik. Kemadjuan ini lantas diwudjudkan dengan perobahan kedu- dukan. Dengan begitu djumlah kader naik terus dan djumlah buruh jang tjakap demikian pula. Ini perlu untuk perluasan nanti. Djadi tiap2 perobahan kedudukan ada alasannja, dapat dipertanggung djawabkan didalam rapat Serikat Sekerdja dan terhadap pimpinan perusahaan. Orang tidak bisa naik2 sadja, zonder ketjakapan, umpamanja karena kawan, famili sistem atau karena pandai omong, putar lidah, main pokrol bambu dan hocus pocus, pidato-amanat jang tidak ada isi. Dengan segala sunglap dan putar lidah djual pidato apa pun orang tidak bisa naik kedudukan kalau tidak dibarengi dengan isi, ketjakapan dan kepertjajaan buruh kepadanja. Untuk men- djaga nama baik Serikat Sekerdja, perlu didjaga betul agar tiap² perobahan dan kenaikan sungguh2 telah pada tempatnja. Sebaliknja bila perlu, Serikat Sekerdja djualah jang lebih dulu akan menjuruh tendang orang, kalau sudah kelihatan mulai djual omong, pandai bitjara tapi tidak sanggup kerdja. Orang seperti itu diturunkan dan harus dilatih dan dididik lagi. Pun tidak sembarang orang bisa djadi pahlawan kerdja dan begitu djuga untuk djadi pemimpin atau kader. Bila perusahaan itu kepunjaan negara, maka untuk didjadikan kepala disana, sa- ngat sukar. Biasanja orang jang didjadikan kepala itu termasuk golongan kader, artinja disiplin keras, hukum jang berlaku ba- ginja tidak hukum sipil biasa akan tetapi hukum militer. Dalam tingkat pembangunan seperti di Tiongkok sekarang, sesuatu paberik memang tak bisa diserahkan kepada sembarang orang. Hantjur bila djatuh ketangan orang jang pandai putar lidah. Tanggung djawabnja berat, terutama terhadap masjarakat. Apa lagi harus didjaga dan diawasi betul, paberik itu djangan sam- pai mendjadi sumber perasaan tidak senang, tak puas, mengo- mel d.s.b. Diomeli rakjatpun tidak boleh, umpamanja karena kerdjanja tidak tjukup mengeluarkan hasil sebagaimana mes- tinja. Mesin diwaktu sekarang berarti sebagian njawa dari Tiongkok Baru. Oleh sebab itu seorang pemimpin paberik ber- arti salah satu pendjaga djiwa dan njawa masjarakat dan ne- gara. Sedikit kesalahan, akibatnja besar, karena itu hukuman- nja pun harus istimewa kalau salah. Paberik atau perusahaan tempat korupsi mengisi kantong dan mentjari kekajaan bagi diri sendiri menghabiskan uang negara dengan pembelian ini- itu, ... djangan diharapkan bisa terdjadi lagi di Tiongkok. Dosa inilah terutama jang tidak dapat dima'afkan oleh rakjat, dan karena bergelimang dosa itulah maka regime-Ch. K. Shek begi- tu lekas ambruknja karena djiwanja sudah bokrok, moral ren- dah, Neratja dan keadilan Tuhan memang selalu datang tepat pada waktunja, tidak terlambat dan tidak terlalu lekas. Tiap2 kezaliman pasti hukumannja akan datang. Tjara menghukum- nja? Banjak djalan dan kesempatan terbuka atau dibukakan. Tuhan jang maha kaja, dan maha kuasa, dibumi dan dilangit, diseluruh alam semesta ini tidak ada jang tersembunji bagi Al- lah. Dimana sadja berbuat zalim dan dosa, siapa sadja orang- nja, rakjat biasa, pemimpin, guru atau ulama berpangkat tinggi d.s.b. semuanja tidak akan lepas dari neratja dan pengadilan Tuhan, sama rata, tidak pilih bulu.
Soal upah djuga adalah terutama Serikat Sekerdja jang memegang rol dalam menentukannja. Pemerintah berdiri dite- ngah, memberi pertimbangan dan petundjuk, sedang jang me- nentukan dan memutuskannja adalah antara Serikat Sekerdja dengan madjikan.
Berhubung dengan tidak adanja harga uang sama sekali diwaktu pemerintah Kuomintang meninggalkan Tiongkok da- lam kekatjauan dan kebangkrutan jang sehebat2nja, maka pada permulaan sangatlah sulitnja mentjari djalan bagaima- na supaja soal upah dan gadji bisa sebanding dengan keper- luan hidup, artinja dengan tidak pakai tundjangan2 berbagai matjam. Agar jang menerima upah dan gadji dapat pertjaja bahwa ia akan hidup dari apa jang diperolehnja. Dengan sen- dirinja soal ini ada hubungan dengan harga dengan uang, dengan barang, dengan produksi, pengangkutan d.s.b.
Dalam keadaan katjau dan bangkrut seperti pada ketika itu, apakah jang bisa diambil sebagai perpegangan, agar pe- merintah dapat bertindak terus! Mengingat kusutnja kesuli- tan2 jang ada, maka pihak luar negeri dan kliek Ch. K. Shek jang mundur ke Taiwan, tetap jakin dan menanti, bahwa dikegagalan dalam soal keuangan dan ekonomi inilah akan datang dan ke- lihatan dari Pemerintah Rakjat, sebab menurut pendapat mereka, Kungchantang tidak akan sanggup menga- tasinja, sekalipun dilapangan militer telah mendapat keme- nangan jang gilang gemilang.
Pendapat inilah jang dipropagandakan terus oleh mereka, sekalipun sekarang tidak tiotjok dengan kenjataan. Mereka merasa malu sekarang, bahwa pendapatnja tidak betul, sang- kaannja meleset samasekali. Karena itu alasan ditjari2 untuk mempropaganda: Tiongkok sudah dalam genggaman Sovjet, Tiongkok akan disuruh menerdjang kekiri-kanan membikin revolusi Komunis, Tiongkok agressif, Tiongkok perlu expansi dan hendak menaklukkan Asia d.s.b. Jang sebenarnja mereka malu dan tjemburu bahwa Pemerintah Rakjat dapat menga- tasi segala kesulitan satu per satu, penjakit kotor jang diting- galkan Ch. K. Shek dan penasehatnja, dengan tidak ada ban- tuan luar negeri kapitalis sama sekali. Djuga tidak dari Sovjet, selain moreel dan mengulurkan tangan persaudaraan jang djudjur dan ichlas. Pindjaman jang disanggupi Sovjet seba- njak 300.000.000 dollar-Amerika pada Tiongkok, malah diter- tawakan kaum imperialis dan buntut2nja, sebab Tiongkok begitu besar dan diberikan dalam tempo lima tahun pula ber- angsur2, mindering! Begitu kata mereka.
Begitu pula kata orang jang ikut2an dengan aliran itu. Memang kalau tjara orang lain diturut, tidak mungkin ada arti, sebab Ch. K. Shek sendiri pindjaman seribu djuta dollar sebentar sadia habis dikorupsikan dan disunglap, sehingga kembali lagi ke Amerika untuk membajar mobil, barang2 lux d.l.1. Di Junani idem, di Italia idem. Dimana2 pindjaman di- korupsikan atau disunglap sadja mendjadi barang2 lux untuk konsumpsi jang tidak ada harga sedikitpun bagi pembangunan masjarakat dan negara baru, mematikan semangat dan me- ratjun djiwa.
Tapi tjaranja Sovjet memberi pindjaman tidak seperti tja- ranja negeri kapitalis-imperialis, begitu djuga tjaranja RRT memindjam dan minta bantuan, tidak seperti tjaranja negara2 asing jang namanja sadja merdeka, tapi djiwa raganja lahir dan bathinnja tetap budak, sifat nerimo, main inggih 'ndoro sadja, hidup dan kehidupannja, isi perut, dari telapak kaki sampai keudjung rambutnja, tetap seperti hidupnja orang jang diperbudak ditanah djadjahan, menerima dan mengharapkan selalu belas kasihan dan perbantuan paduka tuan besar kapita- lis-imperialis dan modal asing. Jang dulu dikatakan buto idjo, raksasa angkara murka ..... sekarang mendjadi jang dipertuan besar jang suka belas kasihan sama bangsa jang terdjadjah dan karena itu telah dimerdekakan dengan belas kasihan pula ......
Tiongkok dan Sovjet tidak begitu berhubungan dan tjara pindjam memindjamnja. Pindjam tinggal pindjam, tapi Tiong- kok tinggal Tiongkok dan Sovjet tinggal Sovjet. Keduanja sa- ling mengerti dan merasa bahwa latihan beratlah, penderitaan, sanggup mengatasi kesulitan dan memberikan pengorbanan mereka sama mengerti bahwa sifat² dan watak jang terlatih seperti itulah jang akan sanggup tahan udji, menghadapi dan mengatasi segala kesukaran dan bahaja² jang mungkin masih akan banjak lagi dibelakang hari. Lebih2 mengingat nafsu dan kerakusan imperialis jang angkara murka jang selalu mengin- tip dan menanti kesempatan untuk memukul. Terhadap itu, Sovjet dan Tiongkok sama2 harus bersedia, sebab angkara mur- ka tidak bisa dilawan dengan omong, pidato atau rundang- runding melainkan peluru harus disambut dengan peluru, bom dengan bom, meriam dengan meriam. Hanja orang tolol jang bisa dan mau menghadapi bajonet dengan mulut manis, keta- wa lemah lembut, mengadjak dan menjerukan: Silakan masuk kenegeri saja, bawalah barang sebanjak-banjaknja!
Begitulah, dari pindjaman jang 300 djuta tadi, Tiongkok sampai sekarang baru mengambil dan memakai kurang dari dua perlima. Djadi usaha perbaikan jang didjalankan boleh dikata adalah atas tenaga dan tjurahan keringat rakjat Tiong- kok sendiri. Jang djelas ada pada permulaan dan bisa dikua- sai 100% ialah pengangkutan walaupun banjak rusak. Dengan menguasai pengangkutan Pemerintah bisa mengontrole ba- rang. Dengan andjuran produksi, Pemerintah dapat mengeta- hui berapa kekuatan persediaan jang mungkin diadakan di- masing2 tempat. Kota dengan kota, kota dengan desa, perhu- bungannja didjaga rapi. Biar siapa tidak boleh mengangkut barang. Pengangkutan barang hanja dilakukan oleh Pemerin- tah. Paberik, perusahaan, toko2, kota, daerah jang memerlu- kan barang, katakan sadjalah pada Pemerintah, ingin barang diangkut dari sana kesana, maka orang itu tahu terima beres. Pertukaran barang dapat diatur, bukan itu sadja, kepada jang mendjual dan jang membeli barang dapat dilakukan aturan, jaitu aturan harga dan bila perlu ongkos pengangkutan tidak usah diberatkan pada harga barang pemerintah jang memba- jarnja pada perusahaan kereta api,
Selangkah demi selangkah, daerah, kota, desa d.s.b. bisa diatur keluar masuknja barang dan bergantung pada perputa- ran barang itu dapat ditentukan harga buat daerah, kota atau tempat itu. Setelah itu meningkat kepada penetapan harga di- dalam satu daerah besar (beberapa propinsi) dan pada waktu kami berkundjung kesana, diseluruh Tiongkok harga itu sudah sama dan stabil. Belilah umpamanja rokok, atau sabun, atau bahan badju, maka harganja di Mukdne akan sama dengan harga di Kanton, sekalipun djarak antara keduanja sudah ri- buan mil dan lebih seminggu perdjalanan kereta api siang ma- lam. Heran, memang kami sendiri merasa ta'djub ketika disa- sana, ta'djub sesudah mentjoba dengan diam² beli sesuatu. Be- gitupun, tidaklah dikatakan ,,all is running well", tapi kenja- taan itu sendiri jang berbitjara! Bukti dan hasil! Tengok sadja!
Sedjalan dengan soal menguasai barang maka diusahakan pula kesatuan upah dan gadji. Di Tiongkok gadji tidak didasarkan pada mata uang akan tetapi kepada kesatuan jang di- namakan fun. Satu fun itu adalah satu kesatuan keperluan hidup, didalamnja sudah termasuk beras, garam, sajur-daging, minjak-makan, sabun, pakaian d.l.1. Djuga sewa rumah bila pe- rusahan atau Pemerintah tidak menjediadakan tempat tinggal. Umpamanja harga beras satu kilo, Rp. 3,- maka untuk keper- luan satu orang buat satu hari, diambil setengah kilo, maka kedalam satu fun itu dimasukkan harga setengah kilo, jaitu Rp. 1,50. Begitu djuga keperluan lain²nja masuk kedalam satu fun tadi, sehingga satu fun itu, bila dinilai dengan uang akan berharga Rp. 5,50 umpamanja. Maka ditetapkanlah gadji sese- orang, katalah 50 fun, dan ini ada minimum di Tiongkok, untuk pekerdja jang masih ladjang. Djadi nilai gadjinja dengan uang sama dengan 50 X Rp. 5,50 = Rp. 275.—.
Si pegawai atau pekerdja boleh menerima gadjinja dengan uang, boleh dengan barang, boleh pula separo2. Bila ia hendak menerima barang, dipaberik atau perusahaan d.1.1. sudah ter- sedia. Ini masuk pekerdjaan tata usaha. Bila siburuh hendak menerima dengan uang itu ia akan mendapat barang jang sa- ma dengan djumlah kalau diterimanja dari perusahaan sadja. Pikir punja pikir, rugi kalau menerima uang sebab kepasar buang tempo, ongkos betja d.l.1. karena itu biasanja mereka te- rima barang sadja kebanjakan.
Untuk berbelandja ada dua matjam toko, partikelir dan toko Pemerintah jang diurus oleh Department Store. Harga pada keduanja sama sebab salah satu gunanja toko Pemerin- tah itu ialah agar toko2 partikelir djangan main2 spekulasi, atau menaruh harga jang bukan². Semua toko ada harga dan sipembeli menerima tanda pembelian, barang apa dan harga- nja berapa jang lantas ditjap oleh toko jang mendjual. De- ngan sistem itu segala pihak turut membantu pengawasan har- ga, tidak perlu bikin pegawai ini, pegawai itu, polisi ini dan itu. Masjarakat dan rakjat ada kontrole mengontrole dalam arti jang baik. Tjatut hilang, spekulasi lenjap, semua orang merasa aman dan dilindungi, ada rechtszekerheid, ada keper- tjajaan pada Pemerintah, pada masjarakat dan pada diri sen- diri. Kepribadian masing2 anggauta masjarakat dengan begitu diadjar dan terlatih menudju keutamaan. Tjemburu, chizid, dengki, pukul memukul dan djatuh mendjatuhkan tidak ada, siapa mau hidup bekerdjalah dan kesempatan bekerdja terbu- ka seluas2nja, bagi setiap orang. Inilah namanja merdeka da- lam kenjataan dan kehidupan sehari2, bukan merdeka dibibir dan mulut sadja, atau merdeka dalam teori, merdeka dengan adanja pemerintah nasional sadja jang belum karuan pendi- rian, sikap dan haluannja, merdeka-merdekaan dan main ne- gara²an, sedang pada hakekatnja semuanja diatur dan diten- tukan oleh pengaruh dan tenaga modal asing, seperti halnja dengan Kuomintang-regime, jang djuga sudah dikenal dan di- rasai oleh rakjat lebih dulu. Sesudah ada perbandingan, maka djelaslah siapa jang betul2 merdeka dan siapa jang betul² hen- dak membimbing rakjat kearah kebebasan mengatur hidup menudju kesentausaan dan kemakmuran. Right of selfdetermi- nation mendjadi kenjataan dan ditindakkan sehari2 oleh selu- ruh rakjat, bukan hanja disebut2 oleh segerombolan pembesar atau pemimpin jang pandai bitjara dan putar lidah terus ka- rena perutnja dapat kenjang.
Bukan soal upah dan gadji itu sadja, akan tetapi perban- dingan gadjipun ada menjenangkan dan menggembirakan kaum pekerdja, sebab kalau buruh bergadji minimum 50 fun maka pemimpin perusahaan (biasanja golongan kader) hanja 300 fun dan diantara pegawainja ada jang lebih dari itu gadji- nja, umpamania karena keahlian dan ketjakapan luar biasa, mkaa diberi gadji sampai 500 à 600 fun sebulan. Sistem fun ini tidak bisa dipengaruhi lagi oleh turun naiknja harga. Ia tetap, konstant, tidak perduli harga naik atau turun.
Hal jang mengagumkan lagi dalam soal perburuhan ini ia- lah adanja usaha untuk mempertinggi deradjat buruh sebagai manusia, baik dilapangan ilmu pengetahuan, maupun dilapa- ngan kesenian olah raga dan kebudajaan umumnja. Buruh itu djuga manusia, seperti djuga manusia2 lain, jang djadi pem- besar, opsir, menteri, guru, propessor, presiden dll. Oleh sebab itu deradjatnja sebagai manusia harus didjaga sebab bila se- suatu anggauta atau golongan masjarakat diabaikan, berartilah membikin suatu luka jang menjebabkan sakit didalam tubuh negara dan bangsa, dan ini tentu akan menjebabkan kelemahan jang lambat laun akan menarik seluruh masjarakat ketingkat jang lebih rendah, merasa takut, katjau atau bertentangan dan bermusuhan, sehingga dengan begitu nanti tak dapat dihindar- kan lagi kerusuhan menudju kerubuhan. Tiap2 penindasan dan pemerasan jang dilakukan dan berlaku terhadap sesuatu go- longan didalam masjarakat, berartilah ini menanam bibit kele- mahan bagi masjarakat itu sendiri. Inilah nampaknja jang mendjadi kejakinan dan pendirian di Tiongkok Baru sekarang, oleh sebab itu sembojannja: Timbul atau tenggelam bersama² seluruh rakjat, sakit senang sama2 dirasakan. Tidak pandang golongan, partai atau kelas.
Tjaranja mempertinggi deradjat itu seperti berikut:
Buruh masuk kerdja umpamanja djam 8. Djam bekerdjanja 10, artinja mulai dia masuk paberik, sampai nanti meninggal- kannja, lamanja 10 djam. Bila tiba waktu mengasch, mereka tidak pulang. Membuang tempo. Dipaberik sudah sedia ma- kanan jang diurus oleh pihak paberik dan siburuh hanja mem- bajar harga bahan jang dimakannja sadja. Soal bumbu, mi- njak dsb. tidak. Ini perlu, agar siburuh tahu apakah jang disediakan untuk dia itu betul sebanjak jang dia bajar. Makanan ini selalu diperiksa oleh pengurus Serikat Buruh, jang selalu ada ditiap perusahaan, begitu djuga ruangan makan, mandi dll. Sehabis makan kaum buruh pergi menudju ruangan jang disukainja. Taman pembatjaan ada, tempat beladjar ada, ruangan musik ada (kebudajaan umumnja), mau meng- gambar ada, mau mempeladjari tubuh manusia, soal makanan, kesehatan dll. ada. Itu semuanja disediakan oleh perusahaan. Bila habis kerdja, menudju kelapangan olah raga lagi. Ber- matjam² permainan sudah tersedia lengkap dengan alat2nja. Habis itu baru pulang, naik speda atau djalan kaki, biar pangkat tinggi, maupun kuli petjok. Didalam bermatjam² ruangan dan lapangan olah raga itupun, tidak ada perbedaan tinggi dan rendah, semua rata, sebab belum tentu seorang pangkat tinggi lebih pandai main tjatur umpamanja dari seorang buruh biasa. Dalam pekerdjaan boleh dia jang me- merintah dsb. akan tetapi dalam permainan tjatur dia harus mengaku kalah dari jang lebih pandai, sekalipun buruh biasa. Begitulah halnja dalam segala kegiatan, pekerdjaan dan per- mainan itu. Seseorang dan sesuatu dihargai menurut tempat, keadaan dan waktunja. Sembojan: Sekali menteri, duduk di- kursi jang empuk, tetap menteri, disegala waktu dan tempat, tidaklah dikenal di Tiongkok. Lebih tidak dikenal lagi sem- bojan: Suami menteri, isteri djuga harus Njonja Menteri dll. biar dipasar, didapur, dalam pertemuan atau dikakus sekalipun. Sembojan atau sikap gila2an dan tolol seperti itu tidak sedikit- pun kelihatan oleh kami di Tiongkok, diseluruh tempat jang kami kundjungi, sehingga kadang2 ragu kita siapakah jang menteri, walikota, gubernur, pegawai biasa, pemimpin dll. bila sama2 berada didalam satu pertemuan atau sedang makan. Kalau suami menteri, tidak lantas isterinja ikut kemana², resepsi, pertemuan dll. Seseorang itu dihargai karena dirinja dan pekerdjaannja sendiri, tidak karena membontjeng dsb.
Tidakkah pantas buruh merasa dihargai dalam masjarakat dan pergaulan jang begitu rupa? Tidakkah sudah pada tem- patnja, bila diantara kaum buruh ada perlombaan untuk me- ngusahakan dirinja mendjadi Pahlawan-Kerdja? Tidakkah sudah sewadjarnja bila diantara buruh ada jang bersedia be- kerdja 12 djam sehari? Dalam perhitungan djam bekerdja seperti diatas? Adakah terlintas lagi dipikiran, bahwa dalam keadaan dan suasana sedemikian, buruh akan mogok dan begini begitu lagi?
Djadi bila dikatakan ,,orang", Tiongkok negara totaliter, karena disana tidak boleh mogok, itu tidak betul. Bukan tidak boleh mogok, tapi tidak ada orang jang mau mogok. Kebebasan adalah seluas2nja, terbukti diwaktu permulaan kemenangan, apa dan siapa sadja jang tidak mengemukakan dan menuntut hak. Pertentangan hebat pun terdjadi. Tapi bila sudah di- rembuk, didapati persetudjuan, kedua pihak sudah menerima, haruslah dalam pelaksanaan teratur, tertib dan disipliner. Itu namanja orang berbudi dan berachlak tinggi, berani me- nerima hak dan berani pula menunaikan wadjib dan tugas jang terkandung didalamnja. Bila mau enaknja sadja, itu namanja bukan manusia beradab. Chewan djuga maunja jang enak2 sadja buat dia.......
Dalam pertjakapan², kita mendapat kesan, bahwa para pembesar dan pemimpin di Tiongkok selalu hendak menegaskan pada kita, bahwa mereka baru berada dalam permulaan, belum mentjapai apa2 jang dimaksud. Masih banjak kerdja, masih djauh djalan jang harus ditempuh. Tidakkah ini satu kesederhanaan dan perbahasaan jang menundjukkan keluhuran budi dan didalamnja terkandung rasa tanggung jawab jang besar dalam memikirkan dan mengusahakan perbaikan2 bagi negara dan rakjat!?
Dalam pada itu orang jang melihat hasil kerdja mereka semua sudah kagum, dalam tempo dua tahun telah dapat mentjapai hasil jang begitu rupa. Lebih2 lagi kalau diingat, betapa keridlaan para kaum hartawan jang mempunjai ber- matjam2 paberik itu. Segala usaha sosial dikerdjakan untuk pemeliharaan buruhnja, lahir dan bathin. Ketjuali jang sudah disebut diatas, pemilik paberik atau Pemerintah, harus pula mengadakan: pemeliharan anak2 jang ibunja bekerdja, polik- liniek tempat berobat buat seluruh keluarga sadja, akan tetapi ada djuga jang lama, opname), dokter dan djururawat, banjak- nja menurut besar ketjilnja djumlah buruh jang bekerdja disitu. Bagi jang tidak berkeluarga disediakan pula asrama, baik laki2 maupun perempuan, kalau mau. Kamar mandi, tempat berenang dll. Di Tiongkok jang belakangan ini pen- ting, sebab ada kalanja mandi dengan air dingin dan ada musimnja jang harus dengan air panas. Itu semua disediakan oleh pegusaha karena buruh tak sanggup menjediakan itu. Begitulah banjaknja hal2 jang harus disediakan, namun dalam kalkulasi perusahaan harus mendapat keuntungan jang pantas. Bila pengeluaran untuk usaha2 sosial itu terlalu banjak me- nurut kapasiteit paberik, maka Pemerintah akan memberi bantuan, atau donasi buruh sendiri, tapi sjarat2 jang telah ditentukan itu harus ada dan tersedia, sehingga keadaan per- buruhan diseluruh Tiongkok tidak berbeda2. Menurut tempat tidak, menurut pemilik pun tidak, sebab kewadjiban jang di- letakkan. Pemerintah kepada orang (umpamanja menurut undang2) maka Pemerintah sendirilah jang lebih dulu memberi tjontoh. Kapitalisme tetap ada akan tetapi pengaruhnja jang buruk2 dan mengombang-ambingkan nasib buruh dan masja- rakat telah dikikis dengan djalan2 tersebut diatas. Inilah suatu tanda adanja dan perlunja tuntunan dari State Economy, sehingga kapitalisme itu tidak meradjalela dengan sifat²nja jang angkara murka, akan tetapi dituntun kearah jang baik, mempunjai tugas dalam pembangunan dan pembinaan ma- sjarakat baru, agar dengan begitu dapat diperoleh sendi2 jang kuat bagi keamanan dan kedamaian, pergaulan hidup antara manusia dan diantara bangsa², suatu sjarat bagi mempertinggi dan memelihara keluhuran budi dan peri kemanusiaan umum- nja. Diluar organisasi buruh dan perusahaan², ada lagi di Tiongkok jang dinamakan ,,Kindergarten", jaitu tempat2 di- mana anak² boleh tinggal sampai seminggu lamanja, bertjerai dari ibu dan orang tua, diambil hari Sabtu sore dan diantar lagi pada hari Senin pagi. Djadi dalam seminggu anak itu tinggal 2 malam pada orang tuanja. Selebihnja di ,,Kinder- garten", jang diurus oleh organisasi2 wanita sendiri.
Apakah perkembangan itu semua akan menudju kearah sosialistis, komunistis, religieus atau lainnja, itu soal nanti. Sebab tiap2 perobahan jang akan datang baru bisa kuat bila didukung dan dilahirkan oleh kodrat jang ada didalam masjarakat itu, menurut perbandingan kekuatan jang ada, mana jang akan menang dan menentukan Tidak bisa umpamanja tertjapai tjorak perobahan perobahan itu. masjarakat ke- arah jang berwatak dan bertjorak Islam, bila didalam kalangan orang2 Islam itu sendiri tidak ada kekuatan jang njata, mele- bihi kekuatan² lain jang djuga ada dalam masjarakat. Kekuatan jang reëel dan njata, bukan sekedar kebenaran ajat atau hadits atau sekedar memudja mudji tarich Islam dan kebesaran jang telah pernah ditjapai orang dan bangsa asing dinegerinja. Merk dan tjap Islam sadja tidak berdaja apa2, bila didalamnja tidak ada isi, hampa atau kosong belaka. Inilah satu kebe- naran jang telah diudji dan dibuktikan oleh sedjarah dan bukti sedjarah ini mendjadi perhatian dan tauladan bagi orang di Tiongkok. Mereka tidak gila untuk memaksakan masjarakat komunis, karena tahu, bahwa kodrat, watak dân djiwa komu- nisme itu belum meliputi tubuh masjarakat sekarang, belum mendalam berpikiran dan tjara hidup sehari2. Tentang usaha dan ichtiar, itu adalah wadjibnja tiap2 orang jang mau hidup terus. Siapa sadja. Sampai tidaknja, itu tergantung pada keadaan dan sjarat². Manusia adalah berichtiar, sedang jang menentukan pasti adalah Tuhan.........
Pada tempatnja, dibawah ini kita tuturkan perkataan Liu Shao-chi, orang jang nomor dua dalam Partai Komunis Tiongkok, tentang ilmu dan teori kommunisme, kata² jang dihadapkan kepada para burdjuis dan kapitalis nasional sbb. :
,,Sebagai komunis kami harus menganggap dan pertjaja bahwa tuan2 menarik keuntungan dari tenaga buruh. Kami insjaf bahwa pada tingkat dewasa ini keadaan seperti itu tak dapat dihindarkan sekarang, malahan masih perlu. Jang kami inginkan ialah, supaja tuan2 berusaha sekuat tenaga untuk mendapat kemadjuan, memperbesar produksi selekas mungkin sampai setinggi2nja dan kami berdjandji akan berbuat segala sesuatunja untuk dapat menolong tuan².
Mungkin djuga bahwa mulai sekarang tuan² sudah takut pada sosialisasi, akan tetapi kechawatiran itu tidaklah pada tempatnja. Bila tuan2 berbuat pekerdjaan jang bermanfa'at bagi masjarakat dengan memadjukan perusahaan tuan2, dan anak2 tuan2 dididik dan dilatih agar mendjadi kaum technici jang ulung, maka tuan² akan tetap mendjadi orang jang utama dilapangan industri, dan tuan² akan mengalami dan mejakini nanti bahwa tuan² sebagai pemimpin dari perusahaan² negara jang disosilisir akan lebih beruntung daripada tetap mendjadi pemiliknja, jang harus bertanggung djawab atas segala²nja, atas kemungkinan² jang akan datang, atas nasib perusahaan seluruhnja, atas ,,ups and downs" jang mungkin akan dialami dimasa datang".
Demikianlah keterangan pemuka Partai Komunis itu, jang dengan tidak pakai tedeng aling2, membukakan duduknja per- kara setjara terus terang, setjara persaudaraan dan ini dapat- lah dipandang sebagai pendirian partai komunis dalam soal perindustrian dan pembangunan di Tiongkok, sekarang dan untuk seterusnja. Djadi tidaklah main rampok atau sita²an
atas harta dan milik orang. 3. PERHUBUNGAN, PENGANGKUTAN DAN LAIN2.
Soal pengangkutan di Tiongkok masih menghendaki pem- bangunan jang terus menerus, karena luasnja daerah negara, mulai dari Port Arthur (Dairen) disebelah Timur sampai ke lembah sungai Tarim diutara Tibet dekat perbatasan Sovjet dan India, jang djaraknja tidak kurang dari 6.000 km garis lurus. Dan dari sungai Amur disebelah Utara sampai keper- batasan Birma disebelah Selatan jang djuga tidak kurang dari 5.000 km garis lurus. Luasnja daerah daratan negara Tiongkok diluar Tibet adalah 9.997.000 kilometer persegi. Djumlah djalan kereta api sebelum perang adalah 25.000 km. Dan sekarang sudah bertambah dengan kira2 4.800 km. Tahun jang akan datang dan seterusnja djalan kereta api ini akan diperluas terus. Maklumlah jang ada sekarang baru sedikit bila dibandingkan dengan luasnja daerah negara. Terutama disebelah Utara dan Baratlaut, pembikinan djalan kereta api sangat berat, mahal dan berbahaja, tapi sungguhpun begitu, daerah2 jang paling sukarpun telah dimulai dengan menerus- kan djalan kereta api baru, seperti dipropinsi Szechuan, dari Chungking ke Chengtu, dipropinsi Kansu, dua daerah jang sangat sukar, berbukit2 dan penuh djurang, sehingga peng- galian teroowngan tidak sedikit djumlahnja. Dipropinsi Kwangsi dan Yunnan jang berbatas ke Viet-nam dan Birma, usaha itu berdjalan terus djuga.
Mengenai djalan2 pos sekarang djumlahnja sudah mele- bihi 900.000 km. djumlah mana berarti sudah 60% melebihi pandjang djalan pos dari tahun 1937 (permulaan agresi Dje- pang). Perhubungan telipon sekarang sudah mentjapai dua- seperempat kali dari djumlah sebelum perang. Begitu juga perhubungan kawat sudah sampai ke Sovjet. Dalam pada itu penerbangan sipil semakin madju dan sangat diandjurkan dan dilapangan ini bantuan Sovjet tidak dapat dilupakan. Waktu kita berada disalah satu lapangan terbang, maka kelihatan beberapa puluh pesawat jang sedang dikerdjakan, dibuka semua mesin²nja. Diantara jang bekerdja itu kelihatan bebe- rapa orang kulit putih, mungkin orang Rus dan beratus2 orang Tionghoa. Rupanja tjaranja mereka itu beladjar bukan dengan beramai2 pergi ke Moskow atau lain tempat di Sovjet, akan tetapi tetap tinggal dinegeri sendiri. Pesawat ada, instruktur ada, beladjar terbang dapat, sambil memahirkan segala tehnik mengenai mesin². Berbondong2 pergi ke Moskow, tak perlu, tidak guna, membuang tempo dan ongkos. Inilah perhitungan jang tepat dan hemat, sesuai dengan keperluan dan kebutuhan zaman dan keadaan dimasa pembangunan, hemat dalam waktu, hemat dalam ongkos dan hemat dalam tenaga, effektif dan effisien senantiasa. Sebab propaganda jang terbaik bukanlah pidato atau teori-rentjana muluk2 akan tetapi hasil kerdja dan kenjataan. Ini jang dapat dilihat oleh mata dan dirasakan oleh rakjat, sedang hocus pocus belum tentu orang mengerti atau mau dengar udjung dan pangkalnja. Melihat soal dan lapangan perhubungan dan lalu lintas ini sadja, bukan main banjaknja dan beratnja pekerjaan jang harus diselesaikan, sehingga tidak ada pikiran orang untuk bertengkar dan berdebat, tak ada tempo untuk gembar- gembor dan berteori tentang ideologie, partai dll. Segala soal ini mendjadi ketjil bila mengingat dan berhadapan dengan soal2 di lapangan pembangunan jang harus dibereskan, setjepat mungkin. Apakah arti partai, ideologie, bertengkar tentang kiri dan kanan, tentang merah, hidjau, kuning dsb. kalau perut sadja tak dapat diisi dengan hasil usaha sendiri, tubuh akan telandjang bila tidak dengan belas kasihan orang/modal asing?? Faham dan kejakinan haruslah dilatih dan dibentuk mendjadi watak, dengan lambat laun tak dapat diburu²kan dalam 2 à 3 minggu, sedang keperluan hidup harus diusahakan saban djam, saban hari.
Dan soal2 hidup jang dihadapi Tiongkok bukan soal per- hubungan sadja, lebih besar dari itu ada lagi, perobahan tanah dan pertaniannja jang akan menudju kearah mechanisasi, industri jang harus meningkat pada dewasa, mentjukupi ke- perluan rakjat dan masjarakat, perdagangan dalam dan luar negeri, perkapalan dan......... pertahanan, sebab dizaman kaum imperialis dan agressor sudah dihinggapi oleh demam perang, karena hasutan dan desakan pebrik2 sendjatanja sendiri, tidak- lah tjukup orang menghendaki dan ingin perdamaian dengan menjatakan dengan mulut sadja, akan tetapi perdamaian itu harus ditjapai, diperdjuangkan dengan tenaga dan kekuatan jang reëel dan njata. Pemimpin harus tahu merasakan dan membuktikan tanggung djawab, tidak tjukup hanja sekedar pandai pidato, bitjara dan pintar lidah sadja.
Soal pengangkutan dan lalu lintas ini sangat erat hubu- ngannja dengan soal perdagangan. Sampai sekarang jang terpenting bagi Tiongkok ialah soal perdagangan dalam negeri, sedang soal dagang keluar belum dapat diharapkan, melihat situasi sekarang. Hanja India, Eropah Timur dan Sovjetlah terutama jang berdagang dengan Tiongkok, tapi itupun tidak sedikit artinja, sebab negeri2 tersebut adalah negara2 raksasa, luasnja daerah dan djumlah rakjalt jang ratusan djuta.
Djadi pertukaran barang jang diutamakan dan harus beres dulu ialah antara kota dan desa dan antara daerah dengan daerah. Diluar Republik Rakjat Mongolia (Mongolia Luar) di Tiongkok terdapat 8 daerah besar jang mempunjai peme- rintah atau kabinet sendiri, langsung dibawah Pemerintah Pusat di Peking, jaitu: 1. Daerah Baratlaut 2. Tibet, 3. Daerah Baratdaja, 4. Daerah Tiongkok Selatan dan Tengah, 5. Daerah Tiongkok Timur, 6. Daerah Tiongkok Utara, 7. Daerah Timur- laut (Tungpei) dan 8. Daerah Otonom Mongolia Dalam. Sungguhpun hanja dalam negeri sadja, perdagangan jang me- liputi daerah jang begitu luas bukanlah soal ketjil.
Pertukaran dan perputaran barang antara kota dan desa tidak melulu hanja mengenai segi dagangnja akan tetapi pen- ting pula bagi ekonomi desa dan kota, sebab paberik2 dikota mendapat bahan mentah sekarang dari desa, bukan dari luar negeri lagi. Barang2 jang tersedia dikota agar djangan ber- tumpuk harus pula dibagikan kedesa2. Sekuat2 paberik meng- hasilkan masih kurang untuk rakjat jang banjak itu dan sebanjak2 penghasilan bahan mentah didesa masih kurang untuk djadi makanan" paberik dikota. Dengan demikian kedua belah pihaknja harus bekerdja keras.
Dalam pertukaran barang ini jang harus didjaga betul ialah timbulnja dagang spekulasi, tjatut jang menjebabkan harga gila2an dan banjak orang jang litjin² mendapat keun- tungan dalam tempo jang pendek sekali dengan tidak bekerdja betul, hanja dengan spekulasi modalnja, bisa menerkam orang2 jang sedang dalam kesulitan atau kekurangan. Spekulasi jang begini jang djuga biasanja mendjadi pekerdjaan memeras dan memperdaja silemah oleh sikuat, harus dibasmi sama sekali. Pada waktu perkundjungan kami ke Tiongkok memang hal itu sudah dapat dikuasai. Inilah sebabnja maka keadaan harga mendjadi stabiel, diluar dugaan semua orang, diluar dugaan Ch. K. Shek dan penasehatnja, Amerika. Alat jang terutama untuk membasmi dagang spekulasi seluruh pengangkutan. Kedua, mengatur pendjualan dan pembelian kedesa dan seba- liknja kekota. Ketiga, dengan adanja Department Store Pe- merintah jang seolah2 mendjadi pemimpin dilapangan pertu- karan dan perputaran barang ini. Keempat, dengan djalan memusatkan seluruh keuangan di Tiongkok, dibawah pimpinan Bank Rakjat (Negara). Bukan berarti bahwa bank2 partikelir sudah hilang, tidak. Mereka tetap berdiri, hanja tuntunan dan peraturan bagi seluruhnja bank disatukan, dalam soal penjim- panan, pemberian kredit, soal bunga d.1.1. jang mengenai ke- giatan2 dan pergaulan diantara bank2, dan diantara bank de- ngan pedagang dan pengusaha. Dengan djalan begini, soal uang di Tiongkok mendjadi terkendali seratus persen. Nafsu kepada mentjari uang jang banjak tidak ada. Artinja orang ti- dak memasukkannja kedalam peti besi d.s.b. akan tetapi tjukup dengan surat berbagai matjam, sebab pokoknja toh, dapat membeli atau menerima harga pendjualan barang. Dimana letaknja duit itu tak djadi soal. Dikalangan rakjatpun nam- paknja nafsu memegang uang itu tidak begitu besar, sebab bila ia mendjual hasilnja dengan sebentar itu djuga dapat membeli keperluannja jang lain, dengan tidak usah tunggu datang dulu barang dari Amerika. Keperluan2 hidup sekarang bukan da- tang dari luar, sehingga tak ada kechawatiran, besok lusa kursnja ada turun naik. Uang luar negeri dilarang keras, tidak seperti dizaman Ch. K. Shek, pembesar2 sendiri lebih suka pe- gang uang Amerika daripada uang negerinja sendiri, karena tak ada harga.
Bila pedagang dll. tidak bersedia membeli sesuatu barang jang tersedia, maka Pemerintah bersedia membelinja seluruh- nja dan bila sesuatu paberik sukar atau dengan harga mahal harus membeli bahan mentah maka dari Pemerintah ia bisa mendapat bahan jang diperlukannja itu dengan harga resmi. Ini djuga menambah tjepatnja hilang segala dagang spekulasi dan tjatut. Memang peranan jang dimainkan oleh Department Store dalam soal pertukaran barang dan pengawasan harganja, tidaklah ternilai besarnja, oleh sebab itu pula orang2nja harus jang pilihan, biasanja golongan kader pula jang banjak terpa- kai disitu, kader, jang kepadanja berlaku dan dilakukan hukum militer. Segala bahan mentah jang ada di Tiongkok ada pada Department Store dan segala barang hasil industri jang ada di Tiongkok ada pula pada Department Store.
Soal pasaran? Dengan sendirinja sudah bisa dikendalikan. Tidak ada lagi terdjadi disesuatu tempat sesuatu matjam ba- rang terlalu banjak, sehingga pasarannja turun. Djuga tidak terdjadi bahwa sesuatu barang dengan sekonjong2 bisa lenjap sehingga dengan begitu pasarannja naik dan harganja membu- bung kelangit. Untuk mendjaga ini, pihak Department Store berhak melarang sesuatu barang untuk diangkut ketempat jang tertentu dan sebaliknja bisa menjuruh pedagang membawa ba- rangnja kekota atau daerah jang tertentu. Bukan sekedar pe- rintah, instruksi atau andjuran belaka, akan tetapi pada ketika itu diuga bersedia mengadakan alat pengangkutannja. Soal pe- ngangkutan tetap dalam tangan Pemerintah. Tidak ada uang sogok kepada kereta api atau kekapal atau alat pengangkutan lainnja, sebab semua diawasi dengan keras. Tidak ada soal kon- gesti, atau penumpukan barang jang tidak karuan sehingga se- olah2 sudah seperti sampah ditempat penumpukannja sedang ditempat lain orang kekurangan dan haus padanja. Tidak ada kehilangan barang ditengah djalan, sehingga barang jang tiga ton umpamanja sesudah sampai ditempat jang ditudju tahu2 sudah tinggal hanja 22 ton sehingga harga barang itu terpaksa harus dinaikkan, mengedjar jang hilang, sebab sipedagang ten- tu tidak tidak mau rugi, bukan!
Hal2 jang berketjil2 nampaknja itu, semuanja seolah2 su- dah dapat dilihat lebih dulu oleh para pemimpin dan pembesar di RRT, oleh sebab itu untuk menghilangkan semua hal2 jang menjukarkan dan mengatjaukan harga dan perputaran barang itu, harus diambil tindakan². Bukan lantas mereka main tang- kap, atau main tembak2an peluru, bila ada kedjadian jang mengganggu dan berdjumpa dengan orang bersalah, tidak. Tangkapan hampir tak dilakukan, dan kalau ada orang ber- salah atau mentjuri dsb. bukan dibawa kependjara, akan te- tapi ketempat pendidikan buruh, dimana ada kerdja tangan dan ada kerdja otak, kursus dll. Tapi untuk sampai kesana, ha- rus sudah tiada djalan lain lagi untuk memperbaikinja dan mendjamin tidak terulangnja lagi kesalahan dan kedjahatan itu.
Djalan jang ditempuh untuk mentjegah semua jang tidak diingini dalam soal perdagangan, pasaran dan harga ini ialah pendidikan kursus, memberi keinsjafan bagi segala golongan apa hubungan pekerdjaannja itu dengan kehidupan masjarakat seluruhnja. Apa manfa'atnja, apa pula kemungkinan² jang tidak baik, bila ia tidak mendjalankan tugasnja menurut rel jang benar.
Satu tjontoh sbb.: Pegawai² kereta api seluruhnja dikursus, selain mengenai pekerdjaannja masing2, djuga tentang funksi kereta api itu didalam masjarakat. Diterangkan hubungannja dengan hasil pertanian rakjat didesa. Bila hasil sudah banjak, tapi tidak ada jang mengangkut kekota maka harganja akan djatuh, begitu djuga produksi2 lokal berhubung perbedaan iklim, dar Utara ke Selatan umpamanja, kedua daerah jang mempu- njai hasil jang berlainan itu perlu tukar menukar agar djangan bertumpuk disatu tempat dan dilain tempat berkurangan. Ba- gaimana hubungan pengangkutan kereta api dengan harga pa- sar, bahwa lantjarnja perhubungan itu dapat membantu sta- bilnja harga dan menurut peil jang dikehendaki. Bahwa akan baik keuntungan pedagang, buruh dan pemilik paberik, bila pe- ngangkutan bahan mentah dan hasil paberik tidak terhalang. Kerugian kalau sebaliknja. Kereta api dapat membantu bila terdjadi ketjelakaan atau kelaparan dsb. Bantuannja dalam soal pengiriman pos, pengangkutan tentara, bila ada peperangan, dapat membantu tertjapainja kemenangan atau menjebabkan dideritanja kekalahan dll. lagi.
Itu semua dikursuskan kepada pegawai2 kereta api agar tahu harga kerdjanja itu bagi kepentingan umum, lantjarnja dan teraturnja pergaulan hidup. Dengan perantaraan pameran, segala keterangan diatas disampaikan pula kepada rakjat umum agar orang luar dapat pula menghargai pekerdjaan orang kereta api itu. Begitulah seterusnja dengan djawatan² lain dan usaha2 lain jang ada didalam masjarakat. Pendeknja tentoonstelling itu satu alat penerangan di Tiongkok jang be- tul2 dapat membantu tertjapainja harmoni, rasa persatuan dan harga menghargai diantara segala golongan dan lapisan dalam masjarakat. Satu tanda bahwa dalam soal pembangunan pada umumnja ini ada pimpinan, tahu pula para pemimpin, kearah mana jang akan ditudju, mana jang harus didahulukan dan mana jang dapat dikudiankan. Mana jang wadjib dan mana jang harus menurut waktu, tempat dan keadaan. Dengan begi- tu pimpinan itu terasa dalam kehidupan sehari2 dan karena hasil pimpinan itu terasa bagi orang, maka orang jang ber- sangkutan merasa bersjukur dan sangat berterima kasih atas kebidjaksanaan para pemimpin jang duduk diatas. Propagan- da dengan omong, bitjara atau pidato dan amanat sedikit se- kali di Tiongkok. Orang pidato kalau masjawarat dan berunding sadja, mentjari djalan dan usaha baru, menambah hasil.
Didalam upatjara jang besar², seperti hari nasional d.l.l. itu orang tidak mengingat akan memberi pidato pandjang-lebar atau amanat jang bukan2, akan tetapi hasil kerdjalah jang di- utamakan dan itulah jang diperlihatkan dalam upatjara itu. Heran barangkali para pembatja kalau kita katakan bahwa pada hari Ulang Tahun RRT jang kami hadiri di Peking itu, tidak sepatah katapun Ketua Mao Che-tung mengeluarkan pidato. Hanja djenderal Chu Teh sebentar keliling memeriksa ta- nah lapang, kemudian bitjara sedikit pada seluruh tentara dan rakjat, pendek sadja jang kemudian didjawab oleh seluruh rak- jat dengan memperlihatkan apa jang telah ditjapai masing2 selama tempo satu tahun jang lalu. Inilah isinja pawai jang lima djam lamanja itu. Kalau petani memperlihatkan hasil taninja, kalau buruh memperlihatkan tingkat produksi jang telah ditjapainja, kalau peladjar memperlihatkan kepandaian- nja, dan barisan kesenian dan kebudajaan demikian pula. Pen- deknja dengan demonstrasi jang kita lihat pada hari itu da- patlah kita suatu gambaran jang djelas tentang isi Tiongkok, kekuatannja dan kekajaannja mengenai materil dan kedji- waan, hasil tjiptaan alam, tangan, pikiran dan otak manusia.
Untuk menggiatkan segala tenaga dan usaha mentjipta itu maka diatur pula sistem padjak dan kredit jang sangat me- muaskan. Bila seseorang hendak memindjam untuk modal, maka perlu diketahui, dianja itu hendak membikin perusa- haan apa? Kalau umpamanja usaha itu akan menghasilkan barang2 jang berguna untuk umum, seperti garam, minjak makan d.l.1. maka uang jang dipindjamnja itu hanja diberarti bunga paling tinggi 3%. Makin perlu barang jang dihasilkan- nja itu bagi masjarakat, makin rendah bunga pindjamannja.
Tidak hanja itu sadja, akan tetapi sistem padjak demikian pula. Padjak jang dikenakan pada perusahaan2 jang penting bagi kehidupan orang banjak, sangat rendah, umpamanja pa- djak perusahaan garam hanja 0,1%, akan tetapi bila perusa- haan barang2 lux, padjaknja sangat tinggi, ada jang sampai 50 à 60%. Demikian pula barang2 dari luar. Bila barang jang akan masuk itu merugika atau mendesak barang penghasilan dalam negeri maka akan dipungut tjukainja antara 500 à 600%. Tapi kalau barang2 jang perlu bagi perusahaan dan paberik², tidak pakai tjukaipun boleh masuk. Asal orang dapat mema- sukkannja sudah sjukur dan merasa untung.
Demikianlah padjak, bunga dan tjukai itu di Tiongkok mempunjai funksi jang sangat baik, jaitu funksi memimpin dan menuntun, bagi perkembangannja segala kegiatan dan usaha rakjat. Padjak jang dikenakan pada kaum tanipun ha- rus dipandang dari sudut itu, sebab padjak innatura itu per- lunja agar pemerintah mempunjai persediaan besar, agar de- ngan begitu dapat mengontrole harga. Ketjuali hasil padjak, pemerintah membeli pula.
Padjak jang dipikul kaum tani itu berdjumlah antara 10 à 20% pada permulaan tempohari dan makin lama makin ku- rang, sebab bila harga sudah stabiel dan produksi mentjukupi, harga gila, dagang spekulasi dan tjatut sudah hilang, maka masjarakat itu akan mengatur sendiri perputaran barangnja dan penetapan harganja. Funksi mengatur dan mempertinggi peil penghidupan ada pula pada sistem padjak jang didjalan- kan. Jang kaja2 dapat diturunkan sedikit kemewahannja dan kaum buruh dan tani dapat dinaikkan keatas. Dan perbaikan Halaman:Tiongkok Baru.pdf/67 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/68 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/69 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/70 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/71 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/72 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/73 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/74 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/75 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/76 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/77 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/78 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/79 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/80 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/81 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/82 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/83 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/84 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/85 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/86 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/87 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/88 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/89 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/90 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/91 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/92 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/93 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/94 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/95 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/96 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/97 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/98 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/99 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/100 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/101 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/102 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/103 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/104 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/105 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/106 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/107 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/108 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/109 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/110 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/111 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/112 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/113 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/114 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/115 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/116 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/117 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/118 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/119 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/120 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/121 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/122 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/123 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/124 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/125 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/126 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/127 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/128 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/129 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/130 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/131 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/132 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/133 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/134 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/135 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/136 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/137 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/138 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/139 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/140 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/141 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/142 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/143 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/144 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/145 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/146 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/147 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/148 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/149 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/150 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/151 Halaman:Tiongkok Baru.pdf/152