Lompat ke isi

Tao Teh King/Bab 7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Tao Teh King
Berkahnja Meloepaken Diri-sendiri

VII.

BERKAHNJA MELOEPAKEN DIRI SENDIRI.

  1. Langit dan Boemi doea-doea berada lama sekalih. Sebabnja kenapa bisa terdjadi demikian jaitoelah lantaran Langit dan Boemi tida pikirin soeal pandjang atawa pendek oemoer. Dengen begitoe marika terpelihara dalem tempo jang sanget lama.
  2. Orang boediman, jang tida pikirin dirinja sendiri, ada teritoeng jang paling besar dari sekalian manoesia, dan maskipoen tida perhatiken kapentingan bagi dirinja tida oeroeng ia tinggal terlindoeng.
  3. Dengen sikepnja jang paling tida-kouwkati, ia poen mendjadi saorang jang paling slamet dari semoea.

Ada penting aken diperhatiken, Lao Tze tida bilang Langit dan Boemi ada bersifat kekel, hanja ia kata sadja berada, atawa bisa tinggal, lama sekalih. Inilah ada tjotjok sama pendapetan dari pengataoean wetenschap djeman sekarang jang soedah menetepken ini Boemi jang kita orang diamin dengen Matahari dan laen-laen planeet kawannja jang mendjadiken itoe tjakrawala (zonnestelsel), satoe tempo aken moesna. Djoega tjotjok sama katerangannja Lao Tze sendiri jang mengoendjoek, benda jang paling kekel tjoemah Tao sendiri jang menjiptaken se­gala apa. (Ajat 1).

Saorang jang tida terlaloe iboekin boeat pandjang oemoer — jang pandang hidoep dan mati ada saroepa sadja, kerna ia hidoep boekan goena diri sendiri hanja oentoek kabaekan orang semoea - pastilah aken terbebas dari segala kadjengkelan dan kakoeatiran. Itoe kabebasan nanti membikin badannja sehat dan koeat se­perti jang tertampak pada kabanjakan Nabi-nabi dan orang-orang boediman, jang maskipoen bekerdja berat melebihi dari manoesia biasa, tapi bisa beroesia tinggi. Kabanjakan manoesia beroemoer pendek lantaran saking takoet dan koeatir sama mati serta pikirannja terganggoe oleh segala matjem kasoekeran jang tindes soemangetnja lantaran ia terlaloe kouwkati, maoe kangkangin kakaja'an, kabesaran, kamoelja'an, nama baek. dan sabaginja lagi. Kapan ia bisa lepasken itoe segala hawa nafsoe kouwkati atawa serakah, itoe segala ganggoean poen lan­tas linjap sendiri, hingga pikirannja djadi tentrem. Lantaran mempoenjai itoe katentreman sampoerna, maka maskipoen ia tida tinggal dalem gedong jang indah, tida dahar makanan enak, tida tidoer dalem pembaringan jang paling empoek dan tida sedia boedjang jang merawatin siang hari malem, toch kawarasannja ada djaoe lebih sehat, oemoernja lebih pandjang dan parasnja lebih seger dari-pada itoe orang-orang hartawan jang zenuwachtig, jang badannja koeroes kering dan moekanja selaloe moeroeng, lantaran siang malem tida brentinja pikirin bagimana moesti tambah harta kakajaän, kabesaran dan pengaroehnja, jang saban saät bisa terantjem. Maka antara itoe doea—kaja dengen boedi dan kaja sama oewang — orang poen bisa pikir jang mana ada paling slamet dan beroentoeng. (Ajat 2,3).