Sorga Ka Toedjoe/Bagian Keenam
BAGIAN KEENAM
Dimaboek Tjinta
KETIKA mendapat taoe jang Rasminah soedah berangkat ka Betawi, Parta mendjadi kalang kaboet. Ia hendak soesoel ke Betawi, tidak tahoe Rasminah berdiam dimana. Mengingat bersarnja kota Betawi Parta merasa pasti akan soesah akan bisa tjari tempat kediamannja itoe gadis sehingga ketemoe. Karena terlaloe pikirkan Rasminah, achirnja Parta djatoeh sakit dan beberapa hari lamanja ia tidak bisa berlaloe dari pembaringan.
Dari kelakoeannja Parta, Marsiti dapat tahoe bahwa sang soeami sedang rindoei lain perempoean, satoe hal jang bikin Marsiti djadi sangat mendongkol dan koeatir. Mendongkol, karena Parta ada tjintakan lain perempoean ; koeatir, karena selempang ia nanti ditjeraikan oleh Parta.
Marsiti rawat Parta dengan teliti, hingga doea minggoe kemoedian Parta soedah bisa berlaloe dari pembaringan dan berdjalan-djalan lagi sebagaimana biasa, meskipoen parasnja masih sangat poetjat dan tidakannja oendjoek kelemahan badannja.
Parta sedang doedoek di krosi-pandjang dari medja-stelan, ketika Marsiti datang membawakan ia obat.
Karena sangat terkenangnja pada Rasminah, dalam penglihatannja Parta, jang mendatang itoe ada Rasminah, hingga ia samboet kedatangannja dengan penoeh kegirangan. Ia persilakan Marsiti doedoek, dengan panggil Rasminah padanja, hingga Marsiti djadi terkedjoet dan berkata :
„Saja ini boekannja Rasminah, hanja Marsiti”.
Mendengar perkata'an itoe, Parta mendjadi terkedjoet dan tersedar dari terkenangnja itoe. Sekarang baroelah Marsiti mendoesin bahwa Parta, soeaminja, sedang gila seorang perempoean lain jang bernama Rasminah. Sebaimana tabiatnja perempoean jang kebanjakan, Marsiti poen tidak berbeda. Ia ingin dapat tahoe siapa adanja Rasminah itoe.
„Siapatah itoe Rasminah, kanda ?” begitoelah ia menanja pada sang soeami.
„Rasminah ? Siapa itoe Rasminah ? Akoe tidak kenal Rasminah ?”
Baroesan kanda kirakan saja ini Rasminah dan samboet kedatangan saja dengan penoeh kegirangan. Siapatah itoe Rasminah kanda ?”
„Akoe soedah bilang, akoe tidak kenal Rasminah. Kenapatah kaoe begitoe tjeréwét ?”
„Kalau kanda tidak kenal, masa kanda seboet namanja ? Bilanglah siapa Rasminah itoe, kanda. Saia tidak marah ; saja tjoema ingin tahoe sadja”.
„Soedah, djangan tanja lagi. Akoe soedah bilang, akoe tidak kenal orang jang bernama Rasminah dan djangan tanja lebih djaoeh lagi”.
Marsiti djadi mendongkol mendapat itoe djawaban dari Parta, tapi sekarang ia berlakoe tjerdik dengan tidak oendjoek perasa’an hatinja itoe. Ia nanti tjari tahoe dengan pelahan.
Dengan lemah lemboet dan kelakoean manis, Marsiti persilakan Parta minoem obatnja ; tapi Parta tidak perdulikan perkata’an-perkata’annja Marsiti. Ia tinggal doedoek diam sembari bingoeng, memikirkan dimana adanja Rasminah jang ia kenangkan.
Melihat kelakoeannja Parta, maoe tidak maoe, Marsiti djadi mendongkol djoega dan soepaja tidak kentarakan perasa’an hatinja, Marsiti lantas berlaloe dari hadapannja Parta.
Baroe sadja Parta hendak berbangkit akan pergi kekamarnja koetika Doel datang mengoendjoengi akan menengok padanja. Parta persilakan Doel doedoek didekatnja. Sebagaimana lajaknja doea sobat kental, mereka bitjara dengan asik, sehingga soeatoe ketika dengan tidak sengadja Parta keloearkan portretnja minah dari kantong badjoenja, tapi boeroe-boeroe masoekkan kembali, ketika ingat Doel ada didekatnja. Melihat kelakoeannja Parta, Doel djadi ingin tahoe portret siapa jang baroe Parta keloearkan dan lantas menanja :
„Potret siapatah itoe, Parta ? Kasihlah akoe lihat”.
„Ach, boekan potret siapa-siapa, hanja kenalan sadja”.
„Tjobalah kasih akoe lihat, Parta. Sama sobat tidak perloe orang mesti resiakan apa-apa”.
„Soedahlah, Doel, djangan lihat itoe”.
„Marilah kasih akoe lihat, kalau kau memang anggap akoe sebagai sobatmoe”.
Maoe tidak maoe Parta keloearkan djoega portret itoe dan kasihkan itoe pada Doel, siapa laloe samboeti dan pandang seketika lamanja. Achirnja ia berkata:
„Ach manis betoel ini perempoean ! Siapatah ini, Parta ?”
„Rasminah, Doel, satoe gadis jang tjantik sekali”.
Memang tjantik gadis ini, Parta. Kau beroentoeng sekali bisa dapatkan ia".
„Memang akoe akan merasa beroentoeng djika bisa dapatkan ia boeat istri, Doel. Tetapi Rasminah tidak tjintakan akoe, hanja bentji padakoe, dan sekarang ia soedah pergi ke Betawi”.
„Masa bisa djadi begitoe? Siapakah jang tidak maoe djadi isterinja seorang sebagai kau, anaknja satoe toean tanah jang hartawan besar”.
„Betoel, Doel, Rasminah boekan tjinta, hanja bentji padakoe. Tjobalah kasi pikiran bagaimana akoe bisa dapatkan Rasminah akan mendjadi istrikoe”.
Doel berpikir sesa'at, kemoedian laloe dekatkan moeloetnja pada koepingnja Parta dan bisikkan apa-apa pada pemoeda mata kerandjang itoe. Parasnja Parta lantas berobah mendjadi girang. Sesoedah Doel berbisik itoe padanja, Parta lantas berkata :
„Ja, itoe akal bagoes sekali, Doel. kalau nanti akoe bisa dapatkan Rasminah dengan menggoenakan akal itoe, akoe tidak sajang akan kasikan kau ƒ 500.- sebagai persenan”.
„Tapi ingat djandjimoe dengan betoel, Parta. Djangan kalau nanti soedah dapatkan Rasminah lantas loepakan Doel sama sekali”.
„Itoelah kau ta' koeatirkan, Doel. Begitoe akoe dapatkan Rasminah akoe nanti lantas kasikan itoe ƒ 500.- pada kaoe”.
„Boeat bisa dijalankan akal kita itoe perloe kau mesti lekas-lekas semboeh dan bisa keloear poela sebagaimana biasa”.
„Itoelah kau ta' oesah koeatir. Bésok akoe soedah akan bisa keloear boeat djlankan itoe akal”.
„Itoe bagoes. Sekarang biarlah akoe atoer doeloe apa jang perloe goena itoe”.
Doel djabat tangannja Parta, kemoedian lantas berlaloe dari sitoe, sedang Parta, sesoedah berada sendirian, kelihatan djadi mesem-mesem dan kemoedian bersoeit dengan gembira, akan oetarakan kegirangannja, hingga membikin Marsiti djadi héran, ketika ia itoe poelang sehabis belandja, dapatkan Parta dalam keada'an demikian, sangat berbeda dari tempo ia tinggalkan.