Lompat ke isi

Si Djamin dan Si Djohan/Penghiboer hati

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas






PENGHIBOER HATI.







PENGHIBOER HATI.

——————

Selamat kepada pembatja!

Menoeroet jang kedjadian dalam doenija ini, manoesija dan binatang sekalijan jang hidoep mempoenjaï hati. Akan tetapi djikalau kita melihat dengan betoel-betoel, hati manoesija dengan hati binatang ada berbéda, tetapi ada djoega jang sama pendapatan atau kelakoeannja.

Oempamanja: Manoesija merasa tjapè (lelah), binatang djoega tjapè. Manoesija merasa senang, binatang djoega merasa senang. Manoesija merasa sakit, binatang poen merasa. Manoesija merasa soesah, binatang djoega merasa soesah.

Dan seperti manoesija waktoe soesah mentjari penghiboeran hati, demikijan djoega binatang, jang ta' dipeliharakan oléh manoesija, mentjari penghiboeran poela. — „Tjoba pembatja timbang, betoel atau tijadakah lakoe hati manoesija dengan hati binatang itoe sama?”

Lain daripada itoe manoesija mentjari penghiboeran, tentoe mesti ada djalannja (lantarannja) boekan?! Roepa-roepa dan beratoes-ratoes djalan jang dipergoenakan oleh manoesija atau binatang.

Misalnja: djalan mentjari kehidoepan ada jang djadi toewan kontrak, toewan toko, djoeroetoelis, koeli toekang masak dan lain-lain lagi. Nah, itoe djalan atau lantaran, soepaja dapat redjeki sesoewap nasi dan sekeping kain, djangan sampai kelaparan atau telandjang dan djangan sampai maloe bertemoe atau dilihat oleh sesama maneesija.

Begitoe djoega manoesija jang bersoesah hati mentjari lantaran atau djalan penghiboeran, misalnja plesiran ke lain tempat, melihat koemidi, meminoem minoeman keras sampai maboek, plesiran perempoewan, bermain djoedi, mengisap madat dan lain-lain sebagainja. Boekankah begitoe, pembatja jang boediman?! Nah, binatang poen demikiján. Boeroeng misalnja waktoe soesah (kekoerangan makan atau lapar) lantas terbang ke keboen, meskipoen keboen itoe dipagari tinggi-tinggi; sedapat-dapatnja ija mentjari ‘akal, soepaja mendapat makan (kesenangan)

Tetapi sebagaimana tadi terseboet di atas : „Hati manoesija dengan hati binatang ada berbéda." Dimana dan apatah bédanja itoe?

Marilah pembatja, kita tilik dengan teliti dan sabarlah sedikit. Tjoba; kita manoesija tahoe membedakan perkara: bersih atau kotor, oentoeng atau roegi, betoel atau salah.

Akan tetapi adakah binatang tahoe memperbédakan perkara jang terseboet itoe? Lain daripada itoe: manoesija tahoe kedoehoeng (menjesal) lantaran perboewatannja jang tidak baik atau djahat.

Boekankah kita orang tidak senang dan tidak maoe, djika dikatakan orang, kita poenja lakoe seperti binatang, boekan?! Apakah soeka, kita dikatakan orang: „andjing?" Kenapa? Apa artinja andjing itoe?

Ja, mémang boekan roepa jang seperti andjing, tetapi perboewatan seperti andjing. Oempamanja: Andjing ta' boléh diadjari atau dilarang, soepaja djangan memakan moentahnja. Lagi-lagi andjing itoe memakan moentahnja djoega.

Dan apa kita orang soeka dimisalkan atau di katakan: „Babi?" Soedah tentoe tidak! Kenapa? Apa sebabnja? Ingatlah perboewatan babi bagaimana? Pembatja lentoe soedah lebih mengerti. Babi meskipoen dimandikan sampai bersih, kalau soedah, lantas ija teroes lari lagi masoek loempoer atau tempat jang kotor.

Sebagaimana dikatakan tadi, lantaran kita orang tidak sama dengan binatang, soedah tentoe kita ta' soedi disamakan atau dikatakan: Andjing, Babi, Monjèt dan lain-lain lagi. Boekan?

Akan tetapi kebanjakan manoesija, bijarpoen bangsa Éropah, Tijong Hwa, 'Arab, Islam d. I. I. ada djoega jang lakoenja atau perboewatannja seperti binatang jang terseboet itoe. Apakah boektinja ?

Djikalau kita berboewat satoe perkara jang djelèk, ja'itoe oempamanja bermain djoedi, satoe atau doewa kali kita kalah' lantas ketiga kali menang, keempat kalinja dan seteroesnja kalah, hati kita lantas djadi panas, oléh karena kalah main itoe. Apa djadinja: Oewang abis; badan lesoe; bekerdja lain ta' maoe; anak-bini dimaki; lama kelamaan djadi soesah. Nah, itoe perkara boekankah perboewatan seperti binatang? Sebab tentoe waktoe kita main, ada jang memberi nasihat baik, akan tetapi kita tidak menoeroef; lagi-lagi sadja kita berboewat. -Boekankah seperti andjing jang ta' maoe dilarang memakan moentahnja?

Begitoe djoega orang jang soeka mentjari penghiboeran hati dengan djalan mengisap madat. Memang menoeroet saja poenja pendapatan, itoe orang pintar dan politiknja terang sekali; sebab ija seboleh-boléhnja berpikir dengan memakai 'akalnja, soepaja mendapat oewang pembeli „madat" itoe. Akan tetapi karena madat itoe mendjadi jang dipertoewan betoel-betoel, kepintaran dan 'akal jang baik dipakai djahat.-

Tetapi karena karangan ini berkepala Penghiboer hati, baiklah kita pikir-pikirkan penghiboeran atau nasihat jang péndék ini. Pembatja djangan salah mengerti. Boekan penoelis hendak memaloekan, atau hendak memberi ratjoen; haraplah dipandang seperti penghiboer waktoe soesah dan obat jang mandjoer waktoe sakit.

Meskipoen obat tidak enak baoenja dan pahit rasanja, boekan kita orang paksa djoega memakan atau meminoem obat itoe, soepaja mendjadi semboeh boekan?!

Marilah kita batja dengan benar-benar dari hal kita jang soeka mengisap madat. Perkataan ini djikalau didengar atau dilihat memang betoel, sebab kita mengisap dengan perabot pengisap madat itoe. Tapi sebetoelnja perkataan „kita memengisap madať" itoe terbalik artinja: Boekan kita mengisap madat tetapi madat mengisap kita.

Ha! ha! ha! Gila betoel, apa itoe artinja, madat mengisap kita??

Begini mangkanja dikatakan „madat mengisap kita", ijalah karena kedjadiannja badan, pikiran, kekoewatan dan roman kita manoesija, lama-kelamaan djadi koerang dan beroebah. Kalau tidak pertjaja, marilah kita lihat boektinja atan boewahnja, tanda madat mengisap kita itoe. 1. „Pemalas" ja'itoe tijada maoe bekerdja dengan soenggoeh-soenggoeh hati, seperti orang jang tijada soeka mengisap madat.

2. „Loepa daratan" tidak bermaloe. Oempamanja: seperti soedah kedjadian 20 tahoen kebelakang, tjeriteranja berikoet dibawah ini :

Adalah seorang Tijong Hwa bersama bininja tinggal di negri T. Laki bini itoe bersobat djoega dengan madat. Lantaran ija tidak poenja oewang lagi dan malas bekerdja, mendjadi soesahlah penghidoepannja. Kebetoelan pada soewatoe hari sedang ja berdiri didepan pintoe roemahnja, laloe sahabatnja seorang laki-laki Tijong Hwa, setengah toewa 'oemoernja. Tatkala melihat dija, sobatnja itoe lantas masoek laloe bertanja: „Kenapa sobat poetjat dan seperti terlaloe soesah ?"

Djawabnja: „Ah! Sobat seperti jang tidak tahoe, saja soedah doewa hari tidak dapat. . . . . . . . . ."

Kata sobat itoe: „O! o! Begitoe! Tjoba mari sebentar." Laloe ija masoek ke tengah-roemah, serta mengeloewarkan oewang satoe ringgit, diperlihatkannja sambil berkata: „Apa maoe ini? . . . . . . .boewat beli itoe!". . . . . .

Djawab toewan roemah itoe: „Ja! ja! Tenntoe". Kata sobatnja: Baik! Tapi saja ada satoe permintaan sadja; apa maoe dikasih ?"

Djawab t. r.: „Apa? apa? Tjoba kasi taoe!"

Kata sobatnja: „Kalau saja boléh tidoer sama sobat poenja bini, ini wang saja kasihkan."

Apa kedjadian? Si loepa daratan, berkata: Baik!!"

Nah pembatja! Tjoba timbang boekankah orang itoe karena madat sampai „loepa daratan ?"

3 „Gelap mata" artinja soedah tidak menaroch maloe lagi atas tijada kehormatan orang kepadanja.

4 „Ichtijardjahat." Si pemadat soeka mengambil orang poenja hak, djadi mentjoeri dan menipoe. Oempamanja barang djelèk dikatakannja bagoes, barang moerah didjoewalnja mahaf, dengan perkataan jang djoesta.

5 Barang jang berharga didjoewalnja dengan harga moerah, asal dapat oewang sadja. 6 Barangjang hina didjoewalnja djoega, sampai tinggal. pakaian pemaloet badannja sadja.

7 Kalau banjak oewang, dija memakan atau mengisap madat banjak.

8 Kalau sedikit oewang, ija memakan madat sedikit.

9 Asalnja badannja gemoek, achirnja mendjadi koeroes.

10 Asalnja badannja segar, achirnja mendjadi poetjat.

11 Tijada diindahkan oleh orang, sebab kebanjakan soedara atau sobat djadi maloe bertjampoer.

12 Hilang kepertjajaan, ja'itoe kajau bekerdja sama lain orang, Jantas tidak dipertjaja lagi, sebab orang takoet, kalau-kalau oewangnja dihabiskan pembeli madat.

13 Soesah meninggalkan pembaringannja. Seperti pintoe poetar balik di éngsélnja, begitoe djoega si pemadat poetar balik di tempat-tidoernja.-

Nah, pembatja! Oléh 13 perkara boewah hal pemadat ini tentoe kita mengerti dengan betoel dan kita troes lihat: Boewah-boewah madat itoe tidak boleh dikatakan „bagoes" atau „baik", melainkan tentoe kita katakan boewah „djelèk" dan „boesoek."

Tjoba sekarang kita perhatikan dan pikirkan betoel- betoel didalam hati, oempama sebatang pohon kajoe jang berboewah djelèk atau boesoek, apa kita orang soeka? Dan apa kita teroes pijara pohon itoe? Menoeroet penoelis poenja pikiran, tentoe kita tidak soeka dan tidak poedji pohon itoe; sebaiknja teroes ditebang diboewat kajoe api; sebab tidak berhasil, ta' ada goenanja. Boekan?!

Begitoe djoega dari hal madat boekan kita djadi bentji, karena boewah-boewahnja jang boesoek itoe? Sebab sebetoelnja jang disangka sobat atau obat itoe achirnja djadi moesoeh atau ratjoen jang amat berbahaja.

Marilah kita jang tidak maoe dikatakan orang seperti binatang, kita boewang dan bentji pada itoe moesoeh alijas madat.

Kenapa kita manoesija jang hidoep sampai kalah oléh barang jang mati itoe?

Kita mempoenjaï hati jang maha besar dan koewat lagi pikiran jang terang: boewanglah! boewanglah kita poenja nafsoe iang djahat itoe !

Tetapi pembatja, sebagai lagi penoelis hendak bitjarakan. Segala jang terseboet diatas itoe soedah terang dan telah kita mengerti. Tjoba sekarang marilah kita batja dan lihat betoelkah atau djoesta segala itoe.

Bagaimana hal kita djika, kita pemadat, laloe tidak poenja oewang? Boekankah djadi ketagihan?

Bagaimana hal dan kelakoean orang jang ketagihan itoe? Menoeroet penoelis poenja pendapatan, orang jang ketagihan madat itoe :

1 Matanja selaloe berairan; airnja bertjampoer dengan kotoran, lama-kelamaan mendjadi bélék (boentang).

2 Matanja soesah diboeka, rasanja rapat dan berat.

3 Ingoesnja meléléh seperti anak ketjil.

4 Ija mengoewap-ngoewap sadja dan matanja seperti maoe tidoer.

5 Peroetnja selaloe berasa tidak énak, karena madat itoe seperti binatang jang meroesak didalam peroet.

6 Sering sekali ija boewang-boewang air besar amat boesoek.

7 Adakala boewang air itoe tjampoer darah dan ingoes.

8 Kakinja berasa dingin dan lesoe.

9 Badannja berasa kakoe.

10 Kalau djalan rasanja maoe djatoh.

Eh! hi! betoel sekali! Is! tidak salah. Ah! djahat, paling djahat sekali itoe madat.

Betoel ja! Kalau kita pikirkan, kalau kita orang tidak maoe disamakan dengan binatang atau dikatakan Babi, andjing, tentoe kita boewang itoe madat. Apa goenanja? Penoelis rasa paédahnja besar sekali. Sebab :

1 Kita radjin. Saban hari bekerdja dengan soenggoeh-soenggoeh dan mendapat oewang, mendjadi senang.

2 Kita ingat daratan, ja'itoe kita ada poenja maloe boewat kita orang poenja hak atau kehormatan.

3 Mata terang, artinja kita tahoe jang kita ada diindahkan oléh sesama manoesija.

4 Kita mengeloewarkan ichtijar baik, tidak mentjoeri dan menipoe. 5 Kita sajang kepada barang kita jang mahal dan kita simpan atau pakai dengan baik-baik.

6 Meskipoen barang hina, kita sajang dan kita pakai, soepaja mendjadi pantas bagi kita poenja badan.

7 Kalau oewang banjak, kita pergoenakan akan berdagang atau apa sadja, soepaja kita mendjadi senang.

8 Wang sedikit djoega kita pakai dengan titi (tjermat), soepaja sampai oentoek makan dan pakai.

9 Badan gemoek atau sedang. Ini perkara mendjadikan senang toeboeh kita.

10 Badan kita djadi segar dan sehat.

11 Kita dipertjaja oléh soedara, sobat, toewan toko, atau sijapa sadja.

12 Kita tahoe sajang pada anak-bini. Sijang hari kita mentjari redjeki, djangan sampai anak bini kita kelaparan atau kekoerangan.

Menoeroet si penoelis poenja pikiran, 12 perkara ini baik sekali dan dapat kita peroléh, djika kita memboewang dan bentji akan madat itoe.

Ajo! ajo! Lekas kita boewang itoe si Madat oesiiiir sama sekali! Djangan lagi kedengaran namanja madat itoe.- Tjoba! Bikin maloe betoel! Kalau kita berdjalan sadja, lantas orang berkata dan mentjela: „Si pemadatan! Toeh, badannja koeroes seperti andjing goedigan*) badannja koeroes, matanja kotor, moeloetnja ternganga sadja." - Apa lagi kalau pemoeda djaman sekarang mentjela: lh, pamadatan! Kapan loe maoe mati? Berdjalan seperti bangkai !"

Adoeh! adoeh! betoel sekali jang mengisap madat djadi maloe, dibikin seperti binatang sadja.

Tjoba sekarang kita tanjai diri sendiri.

Apa kita maoe boewang itoe madat?

Djawab: Apa! Apa! Boewang madat? Trima kasih! Itoe saja poenja penghiboer hati. Tapi ja ampoen! ampoen! 1918 kali ampoen, tadinja saja tidak merasa ada bahaja. Sekarang kalau saja batja itoe 13 perkara boewah madat dan 10 perkara hal ketagihan madat itoe, sekarang saja boekan maoe boewang sadja, tapi saja tidak maoe sama sekali lihat of dengar madat. —————— Apa kita poenja perdjandjian?

Djawab: Lantaran penjindir dan rasa badan djadi malas, koeroes, sakit d.l.l. serta di katakan orang bangkai dan saja dipermaloekan tidak poenja pikiran, nah! dari sekarang saja berdjandji tidak maoe mengisap madat lagi se'oemoer hidoep saja.

Kalau tidak membeli, artinja kalau ada jang memberi, apa maoe menerima madat itoe ?

Djawab: Soedah mengerti! Bijar saja diberi seandenja 1 pikoel madat berharga beriboe-riboe roepijah, saja tidak maoe! Tidak maoe!! Sebab saja poenja diri kalau tjelaka sampai mati, tidak boi&h diteboes atau diganti djiwa itoe dengan beratoes-ratoes pikoel madat. Ada-ada sadja! Boekan kita orang sijang dan malam meminta soepaja: Selamat, senang dan pandjang 'oemoer! Tentoe saja tidak maoe, bijar dapat madat tidak dibelipoen djoega.

Besar pengharapan penoelis, soepaja kita orang berdjandji dengan soenggoeh-soenggoeh djangan sampai tergoda dan kepingin lagi ketemoe atau mengisap madat.

Nah! Sampai disini penoelis bertemoe dan memberi sedikit „Penghiboer hati” jang mandjoer. Moga-moga lantaran nasihat Penghiboer hati ini kita selamat, senang dan pandjang 'oemoer serta diindahkan oleh sesama manoesia.

Tabik dan hormat penoelis

J. PAIMIN

Slakas Tasikmalaja.


————