Lompat ke isi

Si Djamin dan Si Djohan/Bagian 1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAGIAN KA I.

DOEWA ORANG SAUDARA JANG MALANG.

————

Ditepi Prinseslaan, di Taman Sari, adalah seboewah roemah, jang soedah setengah toewa, berdindingkan papan, beratapkan genting. Bila kita perhatikan dinding roemah itoe, jang tjatnja tijada tentoe warnanja lagi dan halamannja, kitapoen mengertilah, bahwa jang mendijami roemah itoe orang miskin adanja.

Pada soewatoe hari, ketika matahari hendak masoek keperadoeannja, hawa jang panaspoen bertoekarlah mendjadi agak sedjoek, dan angin jang lemah lemboet bertijoep sepoewi-poewi dari arah tenggra ; pokok kenari jang besar-besar dengan tingginja, pada kanan-kiri djalan besar itoe menggerakkan ranting dan daoen daoennja ditijoep angin itoe gemalai-gemoelai seolah-olah bersoeka hati, karena matahari, jang memantjarkan tjahajanja jang panas itoe, soedah hendak membenam kebalik laoet Djawa jang lebar, dan hawa-oedara pada waktoe petang hari itoe sedap dan njaman rasanja. Orang-orang, jang telah poelang bekerdja, beristirahat di hadapan roemahnja, ada jang doedoek membatja-batja, ada jang bermain-main dengan anaknja, ada poela jang melihat-lihatkan orang jang laloe-lintas di djalan besar : masing-masing dengan kesoekaannja.

Dimoeka roemah, jang terseboet diatas ini, berdiri seorang perempoewan. Moekanja masam: dan tijada sabar roepanja ; sebentar-sebentar ija menoleh ke oedjoeng djalan besar seolah-olah ija menantikan orang. Tijada berapa lama datanglah seorang anak laki-laki dengan tergopoh-gopoh. Setelah sampai boedak itoe, perempoewan itoepoen menegoer dan menjoeroeh dija naik keroemah dengan segera. Anak itoe naik dengan dijam- dijam, diiringkan oleh perempoewan itoe.

„Bawa kemari oewang jang di kantoengmoe itoe semoewanja! Ajo lekas!. . . . . . Doewa poeloeh sembilan sén? Mesti ada lagi! Ajo, bagi! Lekas!!” Begitoelah soewara jang kita dengar dalam roemah itoe. ja'itoe soewara jang keloewar dari moeloet perempoewan itoe. Tangan kirinja menggoentjang-goentjangkan anak jang baroe masoek itoe, dengan tijada menaroeh kasihan barang sedikit djoewapoen.

Anak itoe menangis, seraja berkata, tijada ada ija menjemboenjikan wang di kantoengnja, barang sepésérpoen. Akan tetapi perkataan itoe sija-sija sadja.

„Engkau bohong,” kata perempoewan itoe dengan soewara jang marah: „mesti ada kausemboenjikan. Ajo, berikan semoewanja, lekas!”

„Ja, betoel sehari ini saja ada mendapat tiga poeloeh lima sén,” djawab anak itoe dengan tangisnja, seraja memandang moeka perempoewan jang bengis itoe, „tetapi enam sén saja belikan nasi, sebab saja sangat lapar.”

„O, o, bagoes! Engkau beli nasi enam sén? Bijasakanlah begitoe! Berapa kali koekatakan, lebih dahoeloe engkau haroes membawa keroemah semoewa wang jang kauperoléh! Ingat, ja! Djangan loepa-loepa lagi! Mengerti?!” — dan tijap-tijap ija membentak, perempoewan itoe menempéléng anak itoe, sehingga anak jang malang itoe djatoeh tergoeling-goeling ke lantai. Sebentar itoe djoega ijapoen berdirilah, laloe pergi doedoek ke soedoet kamar, sambil menangis tersedoe-sedoe.

Perempoewan itoepoen keloewarlah membawa wang jang diberikan anak itoe. Sebeloem ija mengoentjikan pintoe ija memandang kepada anak jang lagi menangis itoe, dan membelijakkan matanja, seraja katanja: „Toetoep moeloet! Kalau tidak ......,” disini ija memoetoeskan perkataannja seraja mengatjoekan tindjoenja.

Pembatja! Marilah kita awaskan sebentar, keadaan didalam roemah itoe. Ditengah-tengah kamar depan terletak seboewah peti besar, roepanja akan ganti médja toelis. Didekat djendéla, pada dinding sebelah depan ada seboewah médja jang kakinja tinggal tiga. Médja itoe dirapatkan ke dinding, soepaja djangan bergojang-gojang, tetapi daoen médja itoe tijadalah rata letaknja. Memandjang dinding roesoek roemah jang sebelah lagi terletak doewa boewah tempat-tidoer kajoe, bertilam boeroek serta kojak-kojak.

Semoewa orang jang telah pernah bertamasja ke kota Betawi, tentoe tahoe, bahwa disana amat banjak sekali njamoek, sehingga djaranglah, béhkan, hampir tijada orang jang tidoer dengan tijada memakai kelamboe, bijarpoen orang miskin sekalipoen. Lebih dahoeloe meréka itoe menjedijakan kelamboe daripada selimoet; berlainan sekali halnja dengan orang jang dijam di tanah goenoeng-goenoeng. Akan tetapi meskipoen begitoe besarnja goena kelamboe, didalam roemah ini tijadalah tampak pada mata kita barang jang amat perloe itoe. Disana-sini, didekat dinding sebelah belakang terletak émbér tiga-empat boewah berisi air kotor bekas pentjoetji piring tjangkir, semoewanja itoe mendatangkan baoe jang tijada sedap. Dekat émbér-émbér itoe ada poela seboewah peti; dindingnja sebelah moeka telah ditanggalkan dan dalamnja diboeboehi papan doewa-tiga tingkat tempat meletakkan piring, mangkoek tjépér dan sebagainja; disebelahnja ada lagi seboewah tempat tidoer jang agak ketjil, tjoema berhampar tikar selembar dan bantalnja doewa, jang amat kotornja. Seboewah sapoe lidi dan sapoe idjoek, jang daripada roepanja kentara djarang bersintoeh dengan lantai roemah itoe, tersandar pada tempat-tidoer itoe.

Ta' goena lagi saja landjoetkan rentjana ini, tentang apa-apa jang kelihatan dalam roemah itoe. Memadatlah kiranja apa jang soedah saja katakan diatas ini. Pembatja tentoelah soedah dapat menggambarkan kamar jang kotor itoe dalam hatinja. Dan tijadalah héran ija, bahwa didalam kamar itoe barang soewatoe apapoen tijada ada, jang menjedapkan mata dan menjenangkan hati, melainkan keadaan disitoe semata-mata menjempitkan hati dan pikiran adanja.

Boekankah kebersihan dan atoeran jang baik itoe menjenangkan mata dan melapangkan pikiran? Kebersihan itoe pangkal keséhatan dan kesenangan hati. Maka keséhatan dan kesenangan hati itoe lebih berharga daripada harta jang mahal-mahal, seperti emas dan intan adanja.

„Ah, ija soedah keloewar,” kata boedak itoe sambil bersoengoet-soenggoet dan mengeringkan air matanja, jang berlinangan di pipinja, dengan lengan badjoenja. Lagi sekali didengarkannja baik-baik, soedahkah pergi perempoewan, jang djahat dan bengis itoe. Ja, ija soedah pergi dan tijada ada lagi orang lain didalam roemah itoe.

Boedak itoe gemetar kedinginan. Diloewar soewatoe boenjipoen poen tijada ada jang kedengaran lain daripada soewara hoedjan jang lebat, sebagai ditjoerahkan dari langit boenjinja. Dengan perlahan-lahan boedak itoe mendekati tempat tidoernja, laloe bertanja:

„Djohan! Engkau soedah tidoer?”

Pada waktoe itoe hari soedah malam; dalam roemah itoe boekan boewatan gelapnja. Lampoe ketjil, jang diatas peti itoe, telah dipadamkan oléh perempoewan itoe, waktoe ija hendak pergi tadi.

Diatas tempat tidoer itoe bergerak seorang boedak ketjil. Boedak jang kedinginan itoe bertanja poela sekali lagi:

„Soedah tidoer engkau, Djohan?”

„Beloem,” djawab anak jang di tempat tidoer, dengan soewara jang gementar sebab ketakoetan. „Soedah pergi dija?” tanjanja poela kepada abangnja jang datang menghampiri dija itoe.

Anak, jang tidoer ditempat itoe, Djohan namanja, adik si Djamin. Ija baroe ber'oemoer toedjoeh tahoen, abangnja soedah sembilan tahoen 'oemoernja. Sambil meraba-raba karena tijada dapat melihat adiknja didalam gelap itoe, si Djamin naik ke tempat-tidoer itoe. Setelah ija berbaring berkatalah adiknja itoe:

„Adoeh, abang, dingin sangat rasa badan saja peroet sajapoen terlaloe lapar; sehari-harian ini beloem soewatoe apa saja makan, hanjalah air dingin saja minoem setegoek. Tadi saja minta nasi, tetapi dija marah-marah sadja dan memoekoel saja.”

Si Djohan bertjeritera sambil menangis, terkenangkan kesakitan kena poekoel tadi itoe. Tetapi sekarang ija tijada akan mengatakan semoewa itoe kepada abangnja, jang sebagai iboe-bapa kepadanja.

Amat sakit dan sedih hati si Djamin mendengar perkataan adiknja itoe. Tijada dapat ija menahan air matanja lagi; lemahlah rasa badannja dan hatinja hantjoer loeloeh sebagai diiris-iris dengan sembiloe, memikirkan nasibnja doewa beradik. Sambil menangis tersedoe-sedoe ija mendekap adiknja, jang disajanginja sebagai dirinja itoe. Pada ketika itoe tijada kedengaran soewatoe apa dalam roemah itoe, tijada lain daripada soewara kedoewa boedak jang bertangis-tangisan itoe. Perasaan si Djamin, waktoe mendengar tjeritera adiknja itoe, djaoeh lebih sakit daripada kena tempéléng dari perempoewan itoe tadi. Sedjoeroes pandjang lamanja dengan hal jang demikijan itoe, maka timboellah pikiran jang baik didalam hatinja. Ija berpikir:

„Allah jang maha koewasa tentoe mengetahoei segala nasib machloeknja diatas doenija ini; baiklah sekalijan kemalangan kami ini kami adanja”

Si Djaminpoen berhentillah menangis laloe menjapoe air-mata adiknja sambil berkata:

„Dijamlah adik, djangan engkau menangis djoega; ini ada saja bawakan nasi seboengkoes; makanlah lekas-lekas sebeloem perempoean djahat itoe datang!”

Si Djohan menerima boengkoes nasi itoe dengan kedoewa belah tangannja, laloe diboekanja dan dimakannja lekas-lekas.

Sesoedah habis nasi itoe, ijapoen telah kenjang, disapoenja moeloetnja, seraja katanja: „Sedap sekali nasi ini, meskipoen tidak dengan apa-apa. Dari mana abang dapat?”

Si Djamin tijada mendjawab. Ija doedoek termenoeng dengan masgoelnja, memikirkan nasib malang, jang menimpa dija berdoewa.

Nasi jang dimakan adiknja itoe , boekan pemberian orang. Dari pagi sampai soré ija meminta-minta, maka dapatlah diperoléhnja tiga poeloeh lima sén; enam sén dibelikannja nasi doewa boengkoes, jang seboengkoes dimakannja ditengah djalan dan jang seboengkoes dibawanja poelang oentoek adiknja. Oewang jang selebihnja diberikannja kepada perempoewan itoe, sebagimana tertoelis di permoelaan tjeritera ini.

Djika sekiranja tijada gelap-goelita didalam roemah itoe, dapatlah kita melihat roepa si Djamin. Matanja ketjil dan tjekoeng, romannja tidak berpadanan sekali dengan ‘oemoernja: badannja kerdil, akan tetapi moekanja seperti moeka orang toewa, padahal oesijanja beloem lebih dari sembilan tahoen lagi. Itoepoen apabila kita pandang dija dan kita perhatikan gerak dan tertibnja, ta' boleh tijada kita menaroeh kasihan. Moekanja selaloe moeram, disebabkan kesoesahan dan kemasgoelan, jang selaloe merisau hati boedak jang malang itoe. Adapoen akan adiknja, si Djohan itoe, lebih élok roepanja; matanja terang serta dengan djernihnja dan moekanja manis. Djikalau sekiranja ija dipeliharakan dengan sepatoetnya, tentoe lebih jantik roepanja.

Sekarang boedak kedoewa bersaudara itoe tidoerlah bersamasama di tempat tidoer jang sempit itoe. Badannja terpaloet dengan badjoe kojak- kojak dan tjelana bertambal-tambal, serta dengan kotornja dan ditoetoep dengan sehelai selimoet ketjil tjompang-tjamping. Keadaan jang seroepa itoe, tjoekoeplah menjatakan, bahwa meréka itoe hidoep tijada terpelihara. Sesoenggoehnja lebih sengsara daripada binatang jang hidoep didalam hoetan rimba belantara. Djika héwan, masih dipeliharakan djoega oléh indoeknja, tijada ditjeraikannja melainkan sesoedah besar, dan tjakap mentjari makan sendiri.

Hoedjan jang lebat itoe semangkin lama semangkin koerang akan tetapi angin bertijoep dengan hébatnja, sehingga malam itoe mendjadi amat dinginlah. Maka berkata si Djohan kepada saudaranja:

„Bang! Marilah rapat kemari; mata saja tijada maoe tertidoer karena saja sangat kedinginan.”

Dengan perlahan-lahan si Djamin merapatkan dirinja. Selimoet ketjil itoe ditoetoepkannjalah kepada adiknja, hanja sepoentja sadja diambilnja oentoek menjelimoeti dirinja. Selimoet jang ketjil itoe tijada tjoekoep akan melindoengi daripada angin jang dingin itoe; akan tetapi meskipoen tijada memadaï , baik djoega daripada tijada.

„Tadi pagi bapak datang kemari!” kata si Djohan, seraja berbalik menghadapi si Djamin. „Ah, ija maboek betoel, sampai saja takoet sekali melihatkan dija. Doewa kali saja ditendangnja; emakpoen ditendangnja poela.”

„Mengapa engkau katakan emak, Djohan?” sahoet si Djamin; „perempoewan itoe boekan emak kita. Sekali-kali tidak. Emak kita soedah mati, soedah doewa tahoen. Adoeh, ija itoe amat sajang kepada kita; kita diberinja makan sedap-sedap; kalau soedah malam kita diantarkannja ketempat tidoer, ditidoerkannja. Dan sekali-kali boekan diatas tikar, dan bantal jang seroepa ini, o, tidak, tidak ........... Habis makan malam kerap kali ija bertjeritera; bagoes-bagoes tjeriteranja itoe! Ija berkata, ada Toehan jang pengasih kepada orang kaja dan miskin. Kita disoeroehnja berkelakoean baik, soepaja lja sajang kepada kita. Kalau saja hendak tidoer disoeroehnja menjeboet: „Ja, Toehan jang Mahamoelija, jang Pengasih dan Penjajang! Peliharakanlah hamba didalam koernijamoe, lindoengi apalah kiranja hamba dari pada bentjana dan mara-bahaja........Samboenganrja saja ta' ingat lagi........masih pandjang. Ketika emak masih hidoep, roemah dan halaman dipeliharakannja baik-baik; bersih sekali tidak seperti sekarang ini, Kitapoen tidak pernah memakai pakaian kotor dan bertambal-tambal. Ta' pernah saja disoereehnja pergi meminta-minta..............................

Saja ta'soedi memanggil emak kepadasi djahat itoe meskipoen. dipoekoelnja. Engkaupoen djangan maoe memanggil dija emak; emak kita soedah meninggal — doeloe diroemah sakit. O,....emak kita itoe soenggoeh memeliharakan dan menjajangi kita dengan sepenoeh-penoeh hatinja. Tapi engkau tentoe tidak ingat, karena engkau masih ketjil pada waktoe ija meninggat. Ah kalau bapak kita mati, lebih senang hidoep kita, sebab kita boléh masoek roemah pijatoe*) kata orang. Disana anak-anak diberi orang makan dan pakai dengan tjoekoep; dan diadjar membatja, menoelis dan berhitoeng.”

Sesoedah ija bertjeritera itoe, sepilah roemah itoe. Didjalan Prinses poen seedah soenji. Si Djohan soedah tertidoer, karena badannja soedah panas seperti bijasa. Si Djamin mengantoek poela laloe tidoer dengan njenjaknja, Djikalau kiranja kita melihat boedak kedoewa bersaudara jang tidoer itoe, tentoe sedih dan piloe rasa hati kita.

Si Djohan tidoer dengan ielapnja, tijadalah ija memikirkan oentoeng nasibnja. Ija masih ketjil, beloem tahoe menimbang ini dan itoe. Maka oleh karena peroetnja kenjang dan badaanja tijada kedinginan lagi, ijapoen tidoerlah dengan njenjak, serta tijada memikirkan hari bésok dan loesa. Akan hal si Djamin amat berlainan sekali. Ija tertidoer, boekan karena ija fijada diganggoe njamoek jang banjak itoe, dan boekan poela karena ija kedinginan...........tetapi karena ija telah letih, boekan boewatan lebih dari letih dan lesoe adanja.

Kota Betawi bandar jang ramai, hawanja panas, djalan-djalan dan loeroeng-loeroeng penoch dengan manoesija, sebagi semoet roepanja. Maka bagaimanapoen panasnja sinar matahari dan koewatnja angin, sehingga leboe-doeli beterbangan didjalan besar, wadjib


*) Roemah miskin tempat memeliharakan anak-anak bangsa Belanda jang tidak beriboe-bapak jang tjakap memeliharakan dija. Di Betawi ada empat atau lina boecwah roemah sematjam itoe. dan mesti djoega ditahankan si Djamin segala sengsara itoe. Saban hari ija mengembara diloeroeng- loeroeng dan kampoeng-kampoeng, meminta- minta oewang kepada orang jang menaroeh kasihan, akan dibawanja ke roemah oentoek emak- tirinja itoe . Djikalau koerang ija mendapat oewang, ― kadang-kadang karena hari hoedjan misalnja — tampéléng dan tendanglah menjamboet dija diroemah. Berapa poela nista dan maki, jang terhamboer dari moeloet perempoewan tjelaka itoe, tijadalah dapat hamba toeliskan disini.

Kemana si Djamin pergi, dimana ija berhenti atau bertedoeh daripada hoedjan dan panas, tijada pernah ija loepa akan adiknja, kesajangan hatinja itoe. Pembatja téngoklah, bagaimana besar hatinja, djikalau ija sampai diroemah waktoe petang hari dan berdjoempa dengan adiknja, jang kadang-kadang datang mengaloekan-aloekan dija sampai ke djalan besar. Berapa kali ija hendak lari membawa oentoengnja, ke negeri lain menghindarkan segala siksaan emaktirinja itoe, akan tetapi tijada sampai hatinja meninggalkan adiknja, boewah hatinja itoe. Sijapakah orang lain teman dija jang sama memikole kesoesahan dan kesengsaraannja? Sijapakah kawanja menagis lain daripada adinkja itoe? Lagi poela ija tijada dapat meloepakan pesab iboenja: " Djamin!" katanya, "kalau emak soedah mati, djangan engkau loepa kepada Toehan. Baik-baikan perangai, nanti ........ nanti kita bertemoe kelak di hari kemoedian didalam achirat........ Sajangilah adikmoe itoe, djangan sekali-kali engaku tinggalkan dija.

Sebermoela maka terseboetlah perempoewan, emak-tiri boedak kedoewa itoe, setelah sampai ija ke djalan besar, ija menijmpang menoedjoe djalan kesebelah Barat- daja. Meskipoen hari hoedjan dan gelap, ija teroes djoega berdjalan . Setelah ija sampai di djambatan Mangga- besar, ija berbélok menoedjoe ke Gelodok. Tijada berapa lamanja maka ijapoen sampailah kepada seboewah roemah, jang depannja tergantoeng sebilah papan dengan toelisan: „OPIUMVERKOOPPLAATS," dan " TEMPAT PENDJOEWALAN TJANDOE." Ada lagi tertoelis di papan itoe toelisan tjina, tentoelah ijada lain seboetannja, melainkan perkataan jang tiga boewah itoe djoega, goenanja hoeroef dan basa Tjina, soepaja moedah dibatja oleh orang- orang Tjina, jang banjak poela gemar mengisap tjandoe. „Kasi tjandoe empat hoen," kata perempoewan itoe dengan soewara agak njaring kepada seorang hèlper (penolong) jang sedang doedoek menghadapi médja, Ditentang djendéla ketjil, tempat orang membeli tjandoe. Helper itoe terkedjoet, karena ija ta' mejangka ada orang lagi jang hendak membeli tjandoe; hari hoedjan dan soedah hampir waktoe menoetoep pendjoewalanan. Waktoe perempoewan itoe datang, ija sedang asik menghtoeng oewang jang diterimanja dalam seharri itoe, karena sebntar lagi hendak diserahkannja kepada menteri-pendjoewal, jang mengepalai pendjoewalanan itoe.

„Empat Hoen?" tanjanja seraja memboeka latji médjanja. „Satoe, doewa, tiga, empat,―djadi doewa poeloeh empat sén," katanja, sambil meletakkan tjandoe, jang terpaloet dengan timah, di depan perempoean itoe. Sosoedah ija menerima wang itoe ijapoen menoetoepkan djendéla itoe. karena hari soedah poekoel 8 malam, waktoe menoetoep pendjoewalan tjadoe.

Perempoewan itu berhentilah disitoe menantikan hoedjan tedoeh. Tjandoe jang dibelinja itoe dimasoekkanja kekantoeng koetangnja dengan hati-hati, karena barang itoe bergoena sekali oentoek dija.

„Engkau disini, Inem?" tanja seorang laki-laki dari balik pintoe sebelah pendjoewalan tjandoe itoe, dari roemah, jang dianami orang roemah „kit," tempat orang berkoempoel- koepoel mengisap tjadoe.

Inem―begitoelah nama perempoewan itoe―memalingkan moekanja jang koeroes dan poetjat itoe, menghadap pintoe, melihat kedalan roemah kit itoe, Didalam roemah itoe ada lima-enam orang, setenganja telah tertidoer nejnjak, disebabkan tjandoe jang djahat jang telah siissapnja itoe. Ada poela jang sedang doedoek bertjakap-tjakap dengan rijangnja, karena badanja jang koeroes itoe berasa segar dan séhat.

Akan tetapi perasaan segar dan séhat itoe tidak sesoenggoehnja. Betoel selagi ada ratjoen tjandoe itoe bekerdja didalam darah si pengisap, ija merasa senang dan koewat, akan tetapi tijadalah lama. Antara sedikit waktoe si pengisap tjandoe itoe moelailah merasa badanja lemah dan lesoe. Nafsoe bekerdja hilang, matnja mengantoek, sebntar-sebentar ija mengoewap; dibawa tidoer matnja tijada tertidoer. Djika Soedah begitoe, ta' ada lain bagi si petjandoe itoe, melainkan tjandoe djoegalah obat jang dapat menjenangkan hati dan pikirannja serta menimboelkan perasaan segar pada toeboehnja. Obat- pada hal ratjoen belaka: ratjoen jang sedjahat-djahatnja didalam doenija ini! Téngoklah si pengisap tjandoe itoe, bagaimana Ija meratjoeni darah dan badannja dengan berangsoer-angsoer. Perhatikanlah orang, jang seperti terhoekoem oléh tjandoe itoe: moekanja koening poetjat, matanja lekoeng, pipinja tjawoeng, bibirnja kering, batang hidoengnja tadjam, badannja koeroes kering, tijada berdaging, tinggal koelit memaĵoet toelang sadja, demikijanlah roepanja sebagai bangkai berdjalan adanja.

Arkijan maka hoedjan jang lebat itoe beloem berhenti djoega. Si Inem pergilah doedoek didekat orang jang menjapa dija itoe, berijakap-tjakap.

Melihatkan hal kedoewa meréka itoe bertjakap-tjakap, tahoelah kita, bahwa perempoewan itoe boekannja baroe-baroe sadja ija tahoe mengisap tjandoe, melainkan soedah bijasa datang di roemah pendjoewalan tjandoe itoe.

Setelah poekoel 11 malam, hoedjan moelaï reda; maka si Inem itoe pergilah dari tempat itoe, menoedjoe ke Taman-Sari.

Toewan-toewan pembatja tentoe telah mengenal hal dan kelakoean perempoewan itoe. Marilah kita periksa, sijapakah lakinja, ja itoe bapak si Djamin dan si Djohan itoe.

Dari dalam bilik roemah kit keloewarlah seorang laki-laki, laloe doedoek diatas bangkoe didepan pintoe itoe. Pembatja silakanlah mendengarkan pertjakapan orang ini dengan kawan si Inem, bertjakap-tjakap tadi. Meréka itoe bertjakap memakai basa Melajoe Betawi, itoepoen dapatlah djoega kita mengarti

„Ehém !" membatoek orang, jang baharoe doedoek itoe, seraja meraba-raba kantoengnja, mentjari rokok. „Apa engga' ada lagi tembakonja, Mat?" tanja dija, setelah beberapa kali ija meraba sakoe badjoenja, dan tijada djoega ija mendapat soewatoe apa.

„Loe engga' maloe, minta-minta adje," djawab si Amat kepada si Djaka itoe, „Masa laki-laki kaja'*) loe, soedah gedé minta-minta tembako? -Ini," kata dija laloe diberikannja tempat rokoknją.

„Ah, abang mare-mare adje; baroe ini adje minta rokok oede ngomèl," sahoet si Djaka, laloe ija menggoeloeng rokok dengan tertawa-tawa.

——————
TAMAN SARI. „Ehém,” katanja poela seraja menghemboeskan asap rokoknja itoe keatas, „Ehém! 'Ama sijapa loe ngomong-omong tadi disini; kaja soewara perempoewan!”

„Ah, sijapa lagi,” djawab si Amat, „apa loe engga' lihat tadi si Inem dateng beli tjandoe?”

„Bakal sijapa?”

„Loe tanja lagi, bakal sijapa! Loe engga' tahoe, dija mémang mengisap madat? Ah, 'aja kasihan lihatin anaknja doewa orang itoe. Bapak pemabok, emak pemadat.”

„Ho'o, betoel! Tadi soré 'aja lihat si Bèrtes di Pasar-Baroe. Dija lagi berdjalan engga' keroewan, sebentar-sebentar maoe djatoeh. Moekanja mérah, badannja keringatan. Kalo engga' poelisi jang tangkap, boléh djadi dija dapat tjelaka. Ma'loem adja, Pasar Baroe begitoe ramé, sih. Tapi loe bilang bininja pemadat, dari mana dija dapat doewit bakal beli madat?”

„Oh, loe engga' tahoe? Anak tirinja jang toewa saban sari disoeroeh minta-minta. Njang ketjil sari-sari dija poekoelin 'adja. Oentoeng ada tetangga, njang soeka 'noeloeng kasi makan. Kaloe engga', anak itoe boléh djadi engga' makan. Doeloe mah, lain! lagi masih ada emaknja jang betoel. Roemahnja bersih banget. Anak-anaknja djoega kepijara baik 'ama emaknja. Mémang si Mina radjin, pikirannja bagoes. Saben hari dija pergi kerdja kegedong-gedong, njoetji ké', mendjahit ké. Boekan kaja si Inem ini, engga' keroewan. Si Bèrtes djoega lagi idoepnja si Mina belon pemabok kaja sekarang ini. Betoel 'aja kesihan 'ama anak-anak itoe........Nah, goewa maoe poelang; loe maoe kemana lagi?”

„Loe doeloean 'adja; goewa ke pasar ikan doeloe,” djawab si Djaka. Tijada berapa lamanja, roemah kit itoe kosonglah, karena orang sekalijan soedah berdjalan. Pembatja tentoe maʼloem, bahwa si Bèrtes itoelah bapak kedoewa saudara jang malang itoe.

„Nama itoe boekan nama orang Betawi,” begitoelah barangkali pikir pembatja. Memang Bèrtes itoe boekan orang Betawi atau Soenda, melainkan orang Ambon, lahir di Saparoewa. Dari ketjil ija mendengar orang bertjeritera, bahwa orang jang djadi serdadoe senang sekali penghidoepannja, dapat melihat-lihat negeri orang; kalau berani boléh naik pangkat, dan mendapat gadji besar. Oleh sebab itoe setelah tjoekoep 'oemoernja doewa poeloeh satoe tahoen, ijapoen masoek serdadoe, karena ketika itoe ajahnja, jang melarangkan dija sehingga itoe, soedah meninggal doenija.

Setelah tiga tahoen ija dalam dines, ija dipindahkan dari Gombong, tempat ija beladjar dan moelaï bekerdja ke Kota-Radja. Pada waktoe itoe hoeloe-hoeloe tanah Atjéh beloem toendoek lagi kebawah perintah Belanda.

Adapoen peperangan itoe telah bertahoen-tahoen lamanja, moelaï lagi dari djaman Koempeni. Berapa ratoes dan berapa riboe orang dari kedoewa belah pihak mendapat adjalnja di médan peperangan; berapa banjak poela orang jang timpang dan boeta, disebabkan perkelahian, jang kerap kali terdjadi waktoe malam hari dalam gelap-goelita. Orang Atjéh itoe boekan bangsa penakoet; sekali-kali ijada segan ija menantang moesoeh jang berlipat ganda banjaknja itoe. Jang lebih-lebih menjoesahkan, ja'ni: setelah meréka itoe tijada koewat lagi menghadang bala-tentera Goebernemén di médan peperangan dengan terang-terang pada sijang-hari, maka ija pergilah bersemboenji kedalam hoetan-hoetan jang beloem pernah dilaloei serdadoe. Apabila hari malam, sedang serdadoe tidoer dengan njenjaknja dalam tangsi atau dalam koeboe, sebab sijanguja telah pajah dan djerih, tiba-tiba orang Atjéh itoe datanglah beramai-ramai menjerboekan dirinja ditengah-tengah serdadoe jang banjak itoe, sambil melajamkan keléwangnja kekanan dan kekiri. Kesoedahan perkelahian seroepa itoe, dengan kematian djoega kepada orang jang nèkat itoe.

Kadang-kadang orang Atjéh, jang datang memasoeki koeboe seperti itoe, tijada ada jang tinggal hidoep seorangpoen, melainkan mati semoewanja tertikam oléh mata-sangkoer*)[1] jang amat lantjip itoe. Barang sijapa jang melarikan diri tijada djoega dapat meninggalkan tempat itoe, karena baroe sadja ija keloewar, segeralah serdadoe jang berdiri mendjaga mengirimkan seboewah peloeroe menggérék belakang orang jang lari itoe, sehingga melajanglah djiwanja di tempat itoe djoega. Sesoedah habis perkelahian jang hébat itoe, setelah soenji tempik dan sorak serta letoes bedil, kedengaranlah disana soewara orang mengerang karena kesakitan; ada jang meminta air, adi jang menanti adjalnja. Adoeh! Boekan kepalang ngerinja kedjadian jang seroepa itoe. Tadi meréka jang malang itoe tidoer dengan njenjaknja, sekarang.......tidoer djoega, tetapi tijada bernjawa lagi. Tadi sijang hari mereka itoe masih rijang, berdjalan dengan gerak jang teratoer dan langkah jang tetap, menjandang senapang di bahoe kanan; sekarang meréka itoe soedah mendjadi majat. Di tanah Atjéh ija mati, tempat ija menoendjoekkan djasanja jang pengabisan; di tanah seberang ija berkoeboer, djaoeh dari tanah toempah darahnja. Sekarang orang toewanja doedoek berdoeka tjita, karena anak jang dikasihinja itoe, jang diharapkannja akan memeliharakan dija di hari toewanja, soedah meninggal doenija di tanah Atjéh, tanah bandjir-darah.

Soenggoeh hébat perkelahian jang kerap kali terdjadi itoe, akan tetapi dengan pertolongan Allah jang mahakoewasa, Bèrtes tinggal selamat dan terpelihara njawanja. Beberapa kali ija mendapat loeka, ada jang ringan ada poela jang parah, akan tetapi tidak pernah membahajakan djiwanja.

Selama ija di Gombong, di kerésidénan Kedoe, tidak pernah ija mengirim apa-apa kepada iboenja, djangankan oewang, soerat setjarikpoen tijada.

Adapoen hal jang seroepa ini banjaklah kelihatan. Banjaklah pemoeda-pemoeda pada zaman ini meloepakan iboe-bapanja, bila ija hidoep dan bekerdja di negeri lain. Kelakoean jang seroepa itoe berlawanan sekali dengan haloean agama, baikpoen dengan 'adat kesopanan; boekankah orang toewa itoe haroes kita tjintai, karena ija telah bersoesah pajah memeliharakan kita dari ketjil sehingga besar. Pada pendapatan saja beloemlah ada orang di doenija ini dapat membalas djasa iboe dan bapak itoe kepadanja, separoehpoen tijada. Akan saja, meskipoen saja bersoesah pajah dan soenggoeh-soenggoeh memeliharakan dan menjenangkan hati orang-toewa dengan sekoewat-koewat tenaga, beloemlah memadat akan pembalas djerih dan pajah meréka itoe kepada saja; Allah jang rahim sadjalah jang saja harapkan mengingatkan itoe semoewanja !

Pikiran Bèrtes pada waktoe itoe amatlah sesat. Apakah ija berpikir tijada beroetang kepada iboenja jang toewa itoe? Barangkali ija berpikir orang toewanja memberi dija makan dan minoem, karena soedah 'adat doenija; karena itoelah kewadjiban orang toewa kepada anaknja.

Wahai, Bèrtes! Pikiran jang sematjam itoe adalah pikiran orang jang doengoe. Sebenarnja orang toewa itoe berkewadjiban jang seroepa itoe, dan ija terpaksa memeliharakan diri dan djiwa anaknja, akan tetapi tijadakah toewan ketahoei sijapa dan apakah jang memaksa meréka itoe ? Orang toewa terpaksa dan dipaksa oléh ketjintaan, kekasihan dan kesajangan, jang terkandoeng dalam hatinja. Tjinta, kasih dan sajang itoelah menjebabkan meréka itoe tijada pernah bosan mengadjari dan mendidik anaknja ; kalau orang toewa itoe tijada ada, bagaimanakah gerangan kehidoepan si anak? Dapatkah kita meloepakan, apa jang diperboewat iboe kepada anaknja ? Anaknja baroe lahir ke doenija, beloem boléh memakan nasi atau apapoen djoega, maka si iboe memberi ija makan; dengan apa? Ja, dengan dirinja sendiri. Boekankah air soesoe jang kita minoem itoe sebagian daripada toeboeh iboe kita? Lihatlah tijadakah si iboe mendjadi poetjat dan koeroes sebab menjoesoekan anaknja ? Berapa kesoesahan iboe kita wak- toe ija melahirkan kita? Dan lagi dapatkah kita menghiloeng, berapa hari dan berapa malam bapak kita menoenggoei tempat tidoer kita, kalau kita sakit ?

Wahai, pembatja, djanganlah toewan pikirkan tjeritera saja ini melarat-larat kijan-kemari. Sekali-kali tidak. Sebabnja saja menoeliskan ini, sekadar akan mengoeraikan perasaan saja tentang keadaan orang beriboe-bapak.

Sjoekoerlah beriboe-riboe kali sjoekoer, pikiran Bèrtes jang sesat itoe beroebah djoega kemoedijannja, sebagaimana nanti saja tjeriterakan disini.

Sebermoela maka terseboetlah perkataan Tengkoe 'Oemar, Hoeloebalang besar di negeri Atjéh. Pada déwasa itoe segala tanah daerah Kota-Radja soedah aman. Sekali-sekali ada djoega orang mengamoek, akan tetapi hal sebagai itoe tijada berapa. Pada waktoe itoe balatentara telah dibagi-bagi, disoeroeh memerangi moesoeh jang berkoempoel di hoeloe-hoeloe negeri, pada hoeloe soengai Atjéh dekat Seulimeum, sehingga tijadalah berapa lagi serdadoe jang tinggal di Kota-Radja. Tengkoe 'Oemarpoen telah berdamai dengan Goebernemén. Pada waktoe itoe Bèrtes di Kota-Radja menoenggoei negeri itoe dengan beberapa orang kawannja dibawah perintah seorang kapitan jang moeda.

Adapoen Bertes amat menjesal karena ija tijada menoeroet pergi ke tanah hoeloe; ija berani dan amat menjoekaï peperangan; apalagi ija melihat kawan-kawannja beroléh pangkat jang lebih tinggi, bila mereka itoe menoendjoekkan kegagahan di medan peperangan. Akan tetapi ija loepa berapa orang jang mendapat maoet; barangkali ija terlaloe pertjaja akan toeboehnja jang koekoeh, lengannja jang besar, bahoenja jang bidang dan matanja jang tadjam itoe.

Sjahdan pada waktoe itoe, tatkala serdadoe tijada berapa lagi banjaknja di Kota-Radja, tiba-tiba Tengkoe 'Oemar bersijap, laloe menjerang negeri itoe dengan hébatnja. Bagaimana terkedjoetnja orang di Kota Radja, karena kedjadian jang tidak disangka-sangka itoe, ta' dapat ditjeriterakan. Tijada seorang djoega menjangka, Tengkoe 'Oemar mengandoeng maksoed jang djahat kepada pemerintah. Pada hal pergerakan moesoeh jang sebelah dalam itoepoen dengan setahoenja djoega dan menoeroet perintahnja. Pada sangkanja, bila serdadoe ke tanah hoeloe ta' dapat lijada bolehlah ija mendapat paksa*) jang baik akan menjerang Kota-Radja dan membinasakan negeri itoe. Bila terdjadi jang demikijan itoe tentoe dengan moedah ija dapat mena'loekkan serdadoe jang ada di hoeloe-hoeloe soengai Atjéh, karena mereka itoe telah bertjerai-tjerai, tijada berkoempoel pada soewatoe tempat, sehingga tijada berapa kekoewatan pada mereka itoe.

Sjahdan daja-oepaja itoe betoellah dengan soenggoeh-soenggoeh diichtijarkannja. Akan tetapi barang ma'loemlah kita, tijada semoewanja angan-angan dan tjita-tjita itoe dapat diperoléh. Demikijan djoega maksoed Tengkoe 'Oemar itoe.

Poekoel 12 tengah malam kedengaran boenji senapang bertoeroet-toeroet diloewar Kota-Radja, 'alamat moesoeh menjerang. Sesa'at itoe djoega berboenjilah terompèt di tangsi membangoenkan serdadoe, jang tijada sekali-kali mengimpikan bahaja itoe. Seorang serdadoe. djaga, jang disoeroehkan memeriksa moesoeh itoe, kembali membawa kabar, bahwa moesoeh itoe askar Tengkoe 'Oemar.

„Waktoe oentoek berpikir pandjang tijada lagi", kata kapitan moeda jang berani itoe. lja berdiri dengan tegap didepan serdadoenja jang sedikit itoe, bila dibandingkan dengan moesoeh jang diloewar. Sekarang kita diserang moesoeh", berseroe ija dengan soewara

*) djalan dan keadaan. jang keras dan gembira kepada serdadoe jang berdiri berbaris-baris itoe, toendjoekkanlah keberanianmoe, Toehan melindoengi kita dan menghoekoemkan orang doerhaka itoe!".

Kata jang ringkas jang diseroekan kapitan jang perkasa itoe, melajang seperti anak-panah dari telinga sampai kedalam djantoeng sekalijan serdadoe itoe, menggembirakan hati mereka itoe dan menaikkan darahnja, sehingga meréka itoe seperti harimau jang amarah hendak menerkam sekawan kambing roepanja.

„Voorwaarts marsch !!!"*)

Askar jang berani itoe madjoelah menoedjoe moesoeh jang banjak itoe, sambil menémbakkan senapangnja. Soewara merijampoen kedengaranlah bertoeroet-toeroet dari bénténg, sebagai halilintar membelah boemi boenjinja. Peloeroe jang besar-besarpoen djatoehlah, tepat pada moesoeh jang banjak itoe; sijapa jang kena petjah-petjahan peloeroe hébat itoe rebah ke tanah. Moesoeh jang banjak itoepoen katjau-balaulah, karena mereka itoe tijada menjangka, bahwa serdadoe di benténg mengetahoei kedatangannja. Melihat moesoeh katjau-balau itoe, kapitan itoepoen memberi perintahlah akan menjerang. Tiga djam lamanja perkelahian itoe beloem djoega berkepoetoesan, akan tetapi melihat keadaan perdjoewangan itoe, tijadalah lama lagi dapat tertahan oléh moesoeh adanja.

Setelah petjahlah chabar bahwa Soeltan Atjéh mendoerhaka kepada Pemerintah, maka berkoempoellali segala bala-tentera Pemerintah dari segala pihak ke Kola-Radja. Dari Betawi dan dari Padangpoen datanglah bantoean, karena Pemerintah telah melihat bahaja besar jang mengantjam itoe. Tengkoe 'Oemarpoen mengoempoelkan kekoewatannja, karena ija telah mengetahoei inilah ichtijar jang penghabisan. Djikalau ija menang sekali ini, mendjadi radjalah ija selama-lamanja, dan djikalau ija kalah. . . . . .ja, hal ini tijada lagi dipikirkannja lebih djaoen.

Peperangan jang penghabisan sekali terdjadi pada 29 hari boelan Mei tahoen 1896. Pada waktoe itoe alahiah perangnja Tengkoe 'Oemar; negeri dan istananja habis terbakar; tetapi Tengkoe 'Oemar teroes hilang (lenjap), sampai sekarang tijada ada chabar beritanja lagi. Maka menoeroet pendapatan jang boléh dipertjaja adalah Tengkoe 'Oemar mati dalam peperangan itoe, akan tetapi majatnja dilarikan oléh orang Atjéh adanja.

——————

*) Perintah menjoeroch serdadoe berdjalan madjoe.

  1. *) bajonét,