Lompat ke isi

Sejarah Daerah Bengkulu/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB III

JAMAN KUNO ( ± abad I – 1500 M )

KEHIDUPAN PEMERINTAHAN DAN KENEGARAAN

Keadaan daerah Bengkul dari abad ke 4 hingga abad ke-15 tidak banyak kita diketahui. Hal ini bukanlah berarti tidak adanya peristiwa sejarah terjadi di negeri tersebut : tetapi banyak faktor faktor lain yang menyebabkannya, seakan-akan sejarah yang terjadi di daerah tersebut tidak ada atau kurang sama sekali terbetik beritanya.

Pertama, belum adanya penelitian dan penulisan tentang sejarah daerah Bengkulu yang dilakukan oleh para ahli secara teliti dan mendalam.

Kedua, letak daerah Bengkulu pada waktu tidak begitu beruntung. Melihat pada keadaan geografisnya, daratannya merupakan alam yang sukar ditempuh, tanahnya yang bergunung dan berlembah, hutannya lebat, sungai-sungai tak dapat dilayari. Pantainya banyak yang landai tetapi gelombang samudera Indonesia yang terbentang dihadapannya cukup membahayakan. Tidak ada satu pulau pun yang dapat diandalkan sebgai perlindungan terhadap pantai dari badai dan taupan. Lautnya banyak berkarang. Komunikasi merupakan problema.

Mungkin juga kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Bengkulu tidak begitu tenar seperti kerajaan lain yang ada di pulau Sumatera, seperti kerajaan Tulang Bawang, Melayu, Pagar Ruyung dan Sriwijaya. Karena kecil peranannya dan berada di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar tersebut, sehingga kegiatan dalam sejarah sudah terserap dan terwakilkan dalam berita-berita dari kerajaan kerajaan tersebut di atas, Selain dari pada itu kita pun dapat membandingkan dengan lukisan M.J. Krom tentang Sejarah Indonesia di jaman Belanda yang banyak mengandung hipotesa-hipotesa.

Di antara peng-hipotesa masalah adalah : Buku Yunani yang bernama Periblous tes Erything thalasses yang ditulis kira-kira tahun 70 Masehi. Buku tersebut melukiskan tentang hubungan India dengan Nusantara dan menyebut tiga buah bandar di India Selatan berdagang dengan negeri : Chryse (negeri mas) yang terletak di antara sungai Gangga. Buku Ptolemaeus seorang ahli sejarah Iskandaryah menyebt nama negeri Chryse Chersonesos, Barousai dan pulau-pulau Sabadeibai, Iabadiau dengan ibu kota negerinya Argyre.

Kemungkinan negeri-negeri yang disebutnya tadi adalah semenanjung, Barus dan Yawa Wipa. Yang jelas kurang lebih tahun 150 Masehi daerah Nusantara sudah dikenal di tanah Hindu. Kurang lebih abad ke-5 Fa-hian, seorang musyafir Cina yang beragama Budha, dalam perjalanannya pulang, kapalnya diserang angin taufan dan terdampar di Y e - p o - t i di mana letak Y e - p o - t i tidak jelas, diantara pendapat para ahli belum ada yang menemukan kesepakatan pendapat. Ada yang mengira pulau Jawa sekarang, ada yang mengira A n d a l a s, dan ada pula yang mengira Kalimantan dan Semenanjung.

Sedangkan nama Sriwijaya sudah lama di kenal oleh pedagang pedagang Vina dengan nama C h e l i f o t' s e atau S a n f o t s e dan orang Arab mengenalnya dengan nama Z a b a g. Dengan demikian negeri Nusantara sudah lama dikenal oleh beberapa negeri kawasan Benua.

  1. Pertumbuhan Negara-Negara.

Pertumbuhan negara-negara di tiap daerah dimuka bumi ini banyak terdapat perbedaan. Perbedaan itu baik dalam bentuk; organisasi maupun dalam perkembangannya, namun bila pertumbuhan negara negara tersebut kita tinjau dalam garis besarnya maka terdapatlah persamaan p r o s e s perkembangannya.

Memperhatikan perkembangan masyarakat dan kondisi daerah Bengkulu, maka bentuk dari "Negara" yang pernah tumbuh disana adalah N e g a r a   S u k u. Negara suku ini daerahnya tidak luas, rakyatnya sedikit kepala pemerintahan yang berdaulat dipegang oleh kepala suku.
Tujuan pokok adalah untuk memelihara tata tertib ke dalam dan juga melaksanakan peperangan keluar baik bersifat defensif maupun agresif.

Negara Suku ini memiliki rakyat; yakni masyarakat yang masih mempunyai ikatan yang kuat beru­pa asal k e t u r u n a n, kepercayaan dan keperluan ekonomi pun yang sama pula, Perpindahan kekuasaan dalam negara berdasarkan azas warisan keturunan dan ada pula yang dipilih secara bebas oleh kepala negara suku. Pusat kerajaan negara dekat muara sungai, di pinggir Kerajaan yang pernah disebut – oleh tambo dan Sejarah adalah :

  1. Kerajaan MANJUTO di Muko-muko.
  2. Kerajaan PINANG BERLAPIS di Ketahun.
  3. Kerajaan SERDANG di Daerah Lais
  4. Kerajaan SUNGAI LEMAU di Daerah Pondok Kelapa, (Sekarang merupakan daerah Kecamatan).
  1. Kerajaan SUNGAI SERUT di Bengkulu
  2. Kerajaan SELEBAR di Daerah Selebar
  3. Kerajaan EMPAT PETULAI di Daerah Rejang Lebong.
  4. Kerajaan SERAWAI di Manna dan Bintuhan Daerah Bengkulu Selatan.
  1. P e r k e m b a n g a n.
Kerajaan kerajaan ini terletak di pinggir-pinggir sungai. Sebagian besar dari penduduk kerajaan tersebut hidup sebagai p e t a n i, n e l a y a n dan p e d a g a n g. Dari hasil pertanian dan perdagangan inilah menaikkan penghasilan (Income) kerajaan-kerajaan tersebut. Daerah pinggir dan muara sungai menjadi pelabuhan tempat menambat perahu-perahu, rakit-rakit yang datang dari laut dan hulu sungai. Selanjutnya barang-barang dagangan di bawa pula melalui darat dengan gerobak, bubut dan jalan kaki. Barang dagangan yang diperdagangkan ialah : l a d a, k e m i r i, r o t a n, k e l a p a, b e r a s, k o p i, c e n g k e h dan hasil-hasil lainnya. Sedang negeri luar diperdagangkan pula barang-barang seperti : Kain cita, Minyak harum, Perkakas logam dan lain-lain.

Dalam perkembangan kekuasaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia seperti : Mojopahit; Sriwijaya, Aceh, Melayu, Pagar Ruyung, Banten dan Palembang. Kerajaan-kerajaan di daerah Bengkulu termasuk di bawah pengaruh dan sebagiannya takluk di bawah kekuasaan kerajaan besar tersebut. Pengaruh kekuasaan ini lebih banyak bersifat diplomatis dan u p e t i. Kebebasan bergerak masing-masing kerajaan tetap di tangan kerajaan kecil yang berkembang di daerah Bengkulu. Hanya pengaruh kerajaan Melayu dan Pagar Ruyung, lebih menonjol dan kelihatan.

Karena potensi masing-masing kerajaan itu semakin mundur dan tidak ada lagi raja yang kuat untuk pengganti dan berwibawa, serta peristiwa peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar daerah yang menghambat lajunya perkembangan kerajaan tersebut, maka sebagian kerajaan itu mulai memencilkan diri, dan akhirnya peranannya hilang sama sekali dan tinggallah kenang-kenangan riwayat saja. Kecuali tinggal kerajaan kerajaan seperti SELEBAR, BENGKULU, EMPAT PETULAI, dan SERAWAI. Ke empat kerjaan ini masih hidup dan berperanan hingga datangnya bangsa bangsa Barat didaerah Bengkulu. 3. K e p e m i m p i n a n

Aparatur pemerintahan dipegang oleh gologan raja. Gelar dari penguasa itu bermacam-macam. Raja (ajai, ratu, sultan, khalifah) dibantu oleh penghulu dan penghulu muda. Keduanya disebut raja dan penghulu.

Di lingkungan keluarga besar diatur oleh seorang kepala kaum. Kekuasaan di daerah-daerah dipegang oleh : Datuk, Patih, Pemangku, Depati, Penggawa, Pemangku muda dan Ginde.
Wakil dari Kesultanan Banten yang pernah duduk di Bengkulu di sebut J e n a n g.

Sifat kepemimpinan adalah paternalistis. Pengangkatan dan penggantian raja didasarkan pada asas keturunan dan pemilihan, yang berhak menjadi raja adalah orang yang masih merupakan turunan langsung dari raja semula. Tetapi jika keturunan raja tersebut tidak ada lagi atau tidak menunjukkan kecakapan dan harapan rakyat, maka raja itu boleh diganti dengan cara pemilihan. Tidak jarang pada penggantian kekuasaan pemerintahan ini terjadi gejolak-gejolak sosial dalam masyarakat.

  1. P e n g a t u r a n.

Pengaturan dalam kerajaan (negara) dilaksanakan oleh para pejabat negara dan puncak pimpinan terletak di tangan seorang raja. Dalam pelaksanaan operasionilnya rajapun dibantu oleh para pembantu seperti; Penghulu, Kepala Kaum, Datuk, Patih, Tuai kutai, Depati, Pemangku, Penggawa, Gide dan Pemangku Muda.

Dasar dari pengaturan adalah peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis seperti A d a t   I s t i a d a t, yang telah ditetapkan berdasarkan permufakatan para Umara dan Ulama serta orang-orang tua atau tokoh-tokoh yang terpandang dalam masyarakat. Dalam pemerintahan  A j a i - A j a i  Kerajaan Empat Petulai, segala sesuatu mengenai ketertiban dalam pengaturan negara sebahagian sudah di atur dalam adat istiadat bangsa R e j a n g. Menurut Adat, ini barang siapa yang melanggar adat akan dibunuh. Setelah kedatangan para biku dari Mojopahit dan menjadi raja bangsa Pajang; maka suku Rejang di daerah Bengkulu mendapat pelajaran  b e r t a n i  dan peraturan baru untuk memperbaiki dan menyempurnakan peraturan yang lama. Salah satu di antaranya adalah gawai bunuh diganti dengan Gawai bangun, artinya barang siapa yang membuat kesalahan besar seperti membunuh tidak lagi di bunuh tetapi di ganti dengan gawai bangun. Gawai bangun artinya siapa yang membuat kesalahan besar seperti membunuh tidak lagi dibunuh, tetapi di ganti dengan membayar berupa emas dan perak kepada ahli famili si mati.

Adat Rejang yang berlaku hingga sekarang ialah :

  1. Membunuh membangun artinya : Kalau membunuh orang hukumannya si pembunuh harus membayar bangun kepada famili yang mati, yaitu berupa emas dan perak.
  2. Salah berhutang, artinya kesalahan terpikul oleh orang yang bersalah itu sendiri.
  3. Gawai mati atau Gawai bunuh, seseorang yang melakukan kesalahan yang sangat besar atau yang dilarang keras oleh adat, dihukum mati atau dibunuh.
  4. Melukai penepung, artinya memberi emas atau uang kepada orang dilukai.
  5. Selang berpulang, artinya tiap barang

yang dipinjam harus dikembalikan.

  1. Suarang berbagai, artinya harta yang diperoleh bersama harus dibagi sama banyak.
  2. Buruk puang sling jelupang, artinya patah tumbuh hilang berganti; tiap yang hilang harus ada gantinya.
  3. Kalah adat karena janji.
  4. Sumbing bertitik, patah berkepal (sama maksudnya dengan g).
  5. Di beri habis saja; artinya suka sama suka.

Hal lain yang diatur oleh adat istiadat asalah hal perkawinan; harta pusaka atau warisan, pertanian, perburuhan, dan penangkapan ikan.

  1. Hubungan antara negara.
Sebagai negara sahabat yang tingkatan kedudukannya sama dengan kerajaan yang ada di suatu daerah, dilaksanakan secara diplomatis. Hubungan itu dapat berupa hubungan politik, ekonomi dan kebudayaan. Sebagai negara takluk atau di bawah pengaruh kekuasaan negara yang lebih tinggi, maka hubungan itu dapat merupakan hubungan sosial dan bersifat  U p e t i.

Hubungan antara negara didasarkan pada berbagai ikatan, antara lain; hubungan politik, ekonomi dan kebudayaan. Hubungan ekonomi lebih tampak sejak daerah Bengkulu banyak menghasilkan hasil bumi terutama  l a d a. Hubungan kebudayaan membawa pengaruh yang cukup besar terutama dengan kebudayaan Melayu dan Minang Kabau.

  1. PENYELENGGARAAN HIDUP DALAM MASYARAKAT.
  1. Pemenuhan kebutuhan hidup.

Pemenuhan kebutuhan hidup meliputi kebutuhan hidup rohani dan jasmani. Kebutuhan hidup jasmani berupa kebutuhan akan makanan, pakaian dan perumahan serta perlindungan. Kebutuhan jasmani ini dipenuhi dengan cara dan segala kemampuan yang ada sesuai dengan tingkat peradaban dan kemampuan yang dimiliki melalui fase-fase; mengumpulkan ramuan, mengolah pertanian, mengusahakan perburuhan dan penangkapan ikan, memproduksi hasil dan menciptakan barang baru.

Dalam usaha mendapatkan makanan, mula-mula mencari makanan dari apa yang dapat dari alam sekitar seperti kerang-kerangan, dedaunan, umbi-umbian, keladi dan binatang-binatang hasil buruan. Setelah mereka menetap di suatu tempat dan terbukanya hubungan masyarakat dengan golongan-golongan lain maka cara pembunuhan kehidupan hidupnya meningkat pula. Mereka mengusahakan bukan saja pertanian l a d a n g tetapi juga pertanian sawah. Dengan datangnya beberapa orang dari tanah Mojopahit ke daerah Bengkulu maka cara pertanian pun mulai meningkat. Penduduk mengenakan pakaian dari kulit kayu atau lantung dedaunan dan kulit-kulit binatang.

Rumah kediaman di buat secara sederhan yang umumnya berbentuk rumah panggung atau rumah bertiang. Di dalam perkampungan atau pendukuhan yang masyarakatnya agak teratur lahirlah peraturan-peraturan, antara lain berupa adat istiadat dan kesenian kreasi baru yang juga amat dibutuhkan dalam kebutuhan hidup rohani.

2. Hubungan Antara Golongan.

Induk daripada penduduk daerah Bengkulu adalah bangsa Melayu. Kapankah mereka ini mulai masuk mendiami daerah Bengkulu tak dapat dijawab dengan pasti, mungkin sekali mereka datang sesudah abad pertama.
Kedatangan mereka bergelombang-gelombang dan memakan waktu yang lama. Arus migrasi ini terus berlangsung hingga sekarang.

Setelah mereka sampai ke daerah Bengkulu, mereka tinggal di daerah yang hubungan satu sama lain amat sulit ditempuh. Sejak ini timbullah bangsa-bangsa atau suku, marga dan keluarga, yang hidup dengan adat istiadat masing-masing. Di antara suku-suku bangsa yang terkenal adalah Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Lembak, Suku Enggano, dan Suku Melayu Bengkulu. Mungkin antara suku atau golongan ini terjadi percekcokan, yang disebabkan masalah perbatasan, hasrat untuk mendapatkan kekuasaan dan perbedaan kepentingan, namun sebaliknya hubungan antara golongan banyak pula terjalin disebabkan persamaan kepentingan, cita-cita dan lain sebagainya. Misalnya antara suku Rejang di pedalaman dan suku Melayu di pesisir pernah terjadi perhubungan kerja sama di bidang keamanan di mana suku Rejang menjaga musuh yang datang melalui darat dan suku Melayu menjaga musuh yang datang dari arah laut.

Hubungan antara golongan diikatkan pula karena persamaan bentuk tubuh (ras, tipe, warna kulit) dan kesamaan umum yang terdapat dalam bahasa. Di daerah Bengkulu memiliki delapan atau sembilan dialek bahasa daerah yang satu sama lainnya banyak terdapat kesamaan, kecuali bahasa Rejang dan bahasa Pulau Enggano.

3. K e p e m i m p i n a n

Pada bidang sosial ekonomi, fungsi pimpinan dan kepemimpinannya amat menentukan. Tampaknya segala macam poros kegiatan sosial ekonomi dipusatkan ataupun dipancarkan atas wewenang dan pengaruh penguasa atau pemerintah. Rajalah yang menentukan kebijaksanaan yang dilaksanakan aparat pembantu bawahannya, dan wajib dihayati serta dialami oleh seluruh masyarakat dengan terlebih dahulu bermusyawarah dengan pemimpin-pemimpin lainnya.

4. Pengaturan Masyarakat.

Pengaturan masyarakat hinega ke pelosok desa secara meluaas dilaksanakan oleh para pembantu raja seperti patih, penghulu, datuk, depati, pemangku, penggawa, ginde, dan pemangku

muda. Pengaturan masyarakat didasarkan oleh keputusan daerah, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, yang dituangkan atau ditetapkan dalam suatu peraturan baik tertulis maupun yang tak tertulis, tetap ditaati oleh segenap masyarakat seperti adat istiadat. Peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat, ditetapkan oleh pejabat-pejabat yang diangkat atau ditunjuk oleh raja dalam suatu pertemuan permusyawartan.

  1. KEHIDUPAN SENI BUDAYA.
Kehidupan seni budaya adalah kehidupan kebudayaan dari segala bentuk wujudnya yang mengandung nilai-nilai keindahan. Dalam hal ini tidaklah mungkin kita dapat menginventarissasi gambaran dan pemanfaatan keseluruhan wujud termaksud karena di dalamnya tercakup unsur-unsur kebudayaan rohani berupa ide, gagasan dan kelakuan manusia yang tak dapat kita warisi secara langsung, karena ia bersifat abstrak dan lokasinya di alam pikiran kepala manusia yang sukar diterkakan. Lain halnya dengan kebudayaan yang berwujud benda benda hasil karya manusia yang merupakan wujud fisik dari kebudayaan tersebut.

Salah satu bagian isi kebudayaan yang patut digaris bawahi adalah  K e s e n i a n  dengan segala cabang tangkainya, dan yang sebahagian merupakan rangkaian kelakuan manusia yang berpola serta terwariskan hingga sekarang.

  1. P e n d i d i k a n.

    Pendidikan didapat secara alamiah dengan melalui tahap seperti bermain, mencoba, meniru dan bekerja. Dalam taraf selanjutnya pendidikan dapat di bina melalui keluarga dengan kedua orang tuanya yang penuh kasih sayang.

    Pendidikan dalam suatu lembaga mulai ada sejak datangnya penyuluh-penyuluh agama didaerah Bengkulu, dan di samping itu lahir pula ilmu bela diri, tahan diri, serta dorongan ingin menegakkan norma-norma dan adat istiadat di negeri sendiri. Pendidikan ini nampaknya lebih banyak berorientasi kepada kepentingan masyarakat, adab dan sopan santun serta pendidikan sifat-sifat kepahlawanan.

  2. K e s e n i a n
    Berbagai bentuk kesenian nampaknya sudah berkembang pada jaman ini. Seni rupa di daerah Bengkulu lebih banyak mengarah kepada seni ukir. Seni kerajinan rakyat bahkan hingga
kini masih banyak terwariskan oleh penduduk, seni anyaman, seni penjalinan, seni penyulaman, pada perabot rumah dan perhiasan kemanten (penganten), bahan yang digunakah untuk seni kerajinan bermacam-macam seperti rotan, bilah sembilu (belahan bambu), tanah liat, kain, kertas dan lain-lain. Seni ukiran dapat kita saksikan pada ukiran-ukiran rumah. Pada ukiran-ukiran rumah tua, yang masih ada sekarang terlihat berbagai kreasi dan variasi seperti, bentuk-bentuk rumah tradisionil, les plang, dinding beranda (rel) tiang rumah, pilar, atau piabung, lobang angin (ventilasi) dan lain-lain.
Seni taripun sudah berkembang juga sejak jaman ini. Seni tari ini bukan saja sekedar untuk hiburan dan keindahan, tetapi juga bersandarkan kepada upacara pada salah satu adat istiadat, dan penggambaran sikap watak kepahlawanan. Sebagai contoh dapat ditunjukkan tari perang di pulau Enggano, tari pedang tari pencak dan silat, tari kain Bengkulu, tari kejei di Rejang Lebong, tari andun di Serawai, tari mabuk, tari persembahan di Bengkulu, tari gadai di Muko-muko, tari sapu

tangan dan tari mendundang benih di Bengkulu Utara.

Selain dari pada itu sudah berkembang pula seni sastra, yakni seni sastra lama dalam bentuk, cerita-cerita rakyat, kepandaian bertutur kata, berbagai jenis  b i d a l, pantun bersahut, talibun, dan andai-andai.

Di daerah Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan telah ditemui pula seni penulisan. Sejak lama sebelum kehadiran bangsa asing di daerah Bengkulu, penduduk Rejang sudah mengenal tulisan yang dinamakan tulisan  v e n c o n g.

  1. ALAM PIKIRAN DAN KEPERCAYAAN.

Alam pikiran manusia dipengaruhi oleh latar belakang hidupnya yang meliputi pendidikan, kecerdasan, tipe, keadaan fisik, perekonomian dan lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup merupakan faktor yang amat penting, sebab kondisi lingkungan hidup yang ada baginya seolah-olah merupakan sangkar dan pagar batas pandangan dan alam pikiran dari manusia itu sendiri.

Alam pikiran manusia atau pun masyarakat yang hidup di pedalaman yang keadaannya serba sederhana, homogin, iniform dan penuh

solidaritas tentu saja berbeda dengan alam pikiran, pola berpikir dari masyarakat kota yang hidupnya serba komplek dan individualitas. Jadi lingkungan alam dapat mempengaruhi alam pikiran yang merupakan bagian dalam penciptaan kebudayaan.

  1. Perkembangan  A g a m a.

Relegi mempunyai sifat lebih umum (universal) yakni suatu kepercayaan akan zat kekuasaan atau kekuatan dari alam gaib (Supunatural). Kepercayaan seperti ini terdapat pada hampir semua bangsa di dunia dahulu dan sekarang. Agama sifatnya lebih resmi, bersistem, dan berdasarkan wahyu atau kitab-kitab suci.
Dalam negara republik Indonesia kita mengenal agama Islam, agama Katholik, agama Kristen, agama Hindu dan Budha.

Di daerah Bengkulu belum ditemukan bukti-bukti yang pasti tentang perkembangan agama tertentu sebelum abad ke-15. Hal ini karena tidak ada makam atau prasasti atau pun peninggalan-peninggalan yang menunjukkan bahwa sebelum abad tersebut apakah sudah ada

agama yang dianut oleh penduduk, kecuali hanya pengaruh kekuasaan Mojopahit di daerah itu.

Perkembangan agama Islam tampaknya baru mulai pada abad ke-15. Perkembangan secara intensif baru dirasakan sejak Aceh dan Banten mengalami masa kegemilangan. Selain daripada itu agama Islam masuk ke daerah Bengkulu melalui Sumatera Barat dan Palembang.

  1. B a n g u n a n   A g a m a

Bangunan sebagai tempat beribadah dalam agama Islam adalah  M e s j i d , L a n g g a r , atau  M u s a l a h. Bangunan suci ini biasanya dibangun oleh masyarakat secara gotong-royong. Bangunan-bangunan lain, seperti yang terdapat pada kepercayaan agama Hindu ataupun Budha, misalnya tempat-tempat bertapa, bersemedi, mungkin sekali sudah ada di Bengkulu pada jaman lampau.

  1. H U B U N G A N   K E L U A R

Sekalipun daerah Bengkulu merupakan daerah terpencil dan hubungan sangat sulit, tetapi banyak didatangi oleh bangsa asing seperti India, Keling (India Tambi), Arab dan Cina. Mereka ini terutama datang dalam hubungan perdagangan dan keamanan.
Dengan meningkatnya hasil bumi daerah Bengkulu maka hubungan dengan negeri luar semakin terbuka, serta pembangunan perluasan kampung, pasar, negeri mengalami kemajuan pula.

  1. B e n t u k  h u b u n g a n
    Bentuk hubungan yang terjadi dalam masyarakat kekeluargaan kekerabatan, keagamaan adalah lebih banyak menunjukkan hubungan penguyuban, tetapi pada hubungan yang bersifat perdagangan, kenegaraan menunjukkan hubungan pamrih. Bentuk hubungan ini terjalin dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan.
  2. A k i b a t     h u b u n g a n
    Akibat dari hubungan yang terjadi dengan suku-suku bangsa yang datang dari luar, tentu saja memberi pengaruh yang positif dan negatif bagi masyarakat. Bagi suatu bangsa atau suku bangsa yang tinggi lebih-lebih lagi dapat diintegrasikan segera yang penterapannya,
pada prinsipnya tidak bertentangan dengan hakekat pribadi dan jiwa masyarakat di daerah tersebut, maka pengaruh positifnya banyak lebih terasa bagi masyarakat dan pemanfaatan peningkatan hidup selanjutnya.

Sebagai contoh yang dapat dikemukakan adalah : s i s t e m  p e r t a n i a n, sitem perdagangan, sistem religi, kesenian dan sistem pengaturan masyarakat itu sendiri. Dari tambo dan cerita-cerita rakyat pernah kita mendengar tentang kedatangan orang orang dari tanah Mojopahit yang sebagian adalah biku-biku, mereka menyebarkan cara bertani yang teratur. Selain itu juga pernah mendengar tentang orang dari tanah Hindu, Arab, Melayu dan Minang Kabau yang sengaja datang untuk berdagang dan menyebarkan kebudayaannya.

Sebagai akibat lain dari pada hubungan yang terjadi dengan negeri-negeri luar adalah, terjadinya asimilasi penduduk dan kebudayaan.

–○–