Lompat ke isi

Segumpal Emas Dibawah Kakiku/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

DOOOR, DAN MELAYANGLAH

TIGA PULUH TIGA JIWA
***

Nama-nama pemimpin, orang terkenal, pahlawan di pakaikan pada nama jalan sudah biasa. Itulah salah satu cara bangsa Indonesia memperingati nama nama pahlawannya

Di kota Jakarta sendiri puluhan jalan-jalan yang diberi nama pahlawan, patriot, orang besar, pemimpin, dan sebagainya. Juga terdapat nama-nama yang ber sifat lokal. Maksudnya nama-nama itu hanya dikenal oleh masyarakat setempat.

Jalan protokol utama di Ibu Kota diberi nama dengan: Thamrin. Mungkin pihak D.K.I berpendapat Thamrin ialah seorang pemimpin kelahiran asli Betawi sehingga jalan protokol utama itu dinamakan dengan namanya.

Sebahagian besar nama-nama itu ialah nama-nama dari tokoh-tokoh yang sudah terkenal. Sekalipun kita tidak mengetahui bagaimana sejarah hidupnya.

Maka salah satu dari nama-nama itu senantiasa menjadikan tanda tanya. Lebih-lebih bagi para pendatang yang baru saja berada di Ibu Kota. Jalan itu termasuk jalan penting. Dan panjang. Sebelum ada jalan tol Tangerang - Jakarta semua kendaraan yang lewat harus melewati jalan itu. Para pendatang yang baru sampai di Jakarta segera berkenalan dengan nama itu. Jalan itu ialah: Jalan Daan Mogot.

Kita tak tahu mulai dari mana jalan Tangerang - Jakarta itu yang dinamakan dengan Jalan Daan Mogot. Mungkin juga mulai dari Tangerang sampai ke Jakarta nama jalan itu ialah dengan nama itu. Jadi panjang sekali jalannya.

Siapakah Daan Mogot? Bagi orang-orang yang baru datang tentu saja tidak akan mengetahuinya. Kalau kemungkinan nama itu iakah nama salah seorang pejuang yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan sekitar Jakarta. Dari sekian ribu pahlawan yang gugur sebagai kesuma bangsa. Bagi anak-anak Jakarta sendiri barangkali juga kurang mengenal nama itu.

Siapakah Wolter Monginsidi?

Jenderal Sudirman?

Kapten Tendean?

Dewi Sartika?

Arif Rahman Hakim?

Siapakah Daam Mogot?

Kok kalian bungkem,- membisu?

Nah, inilah kisahnya.

Pada tanggal 19 September 1945 mendaratlah pasukan Sekutu di Tanjong Priok. Kedatangan mereka ialah dengan dua buah tugas: Pertama: melucubi tentara Jepang yang kalah perang, Kedua: Melepaskan tawanan-tawanan perang Sekutu.

Dalam pasukan itu menyelundup pasukan serdadu Belanda. Tekad mereka atau angan-angan mereka ialah akan menerima kekuasaannya yang runtuh ketika Jepang menaklukkan mereka dalam bulan Maret tahun 1942. Mereka tidak mau menerima kenyataan bahwa sesudah tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia yang akan di perkambingnya itu sudah mencetuskan Proklamasi Kemerdekaannya. Seratus lima puluh juta rakyat Indonesia berdiri dibelakang Pemerintah mereka untuk mempertahankan kemerdekaan itu.

Belanda menyelinap antara pasukan Sekutu itu. Dua divisi tentara Australia menduduki Kalimantan dan Indonesia Timur. Tiga divisi pasukan Inggeris menduduki pulau Jawa dan Sumatera. Mereka akan mengurus kira kira 350.000 orang serdadu Jepang dan sekian ratus ribu interniran Sekutu.

Van Mook dengan konco-konconya sudah ber kemas-kemas akan menduduki takhta dan singgasana mereka yang dahulu. Belanda mendesak agar Lord Mountbatten mendesak Panglima tentara Jepang supaya menjamin kedudukan pemerintah sipil dan membatalkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tetapi ternyata Jepang tak mampu lagi berbuat sesuatu. Satu demi satu Staf Pemerintah Jepang di singkirkan orang-orang Indonesia dari kursinya dan menduduki sendiri kursi-kursi itu. Bendera Hinomaru sudah diturunkan dan diganti dengan Sang Saka Merah Putih. Bukan main kecewa dan jengkelnya Belanda yang sedang bermimpi itu.

Malahan lucunya orang-orang tawanan yang sedang diurus oleh RAPWI sudah ber khayal pula untuk kembali kepada kedudukannya yang lama. Jadi Tuan Kebonkah. Tuan Kontelerkah. Jadi Asisten Residenkah. Jadi pejabat ini, pejabat itu, yang bergaji gede dengan mendiami gedung-gedung indah.

Tjarda Van Starkenborgh Stachouwep Gubernur Jenderal Belanda yang ter akhir sudah ber sedia-sedia untuk berangkat ke Jakarta untuk duduk kembali dalam istana untuk memimpin Pemerintahan Hindia Belanda. Iapun ikut menghadiri penyerahan pemerintahannya kepada Jepang di Kalijati pada tanggal 9 Maret tahun 1942. Padahal waktu itu ia baru saja akan dilepaskan dari internir.

Tetapi setelah diketahuinya situasi yang sebenarnya dengan buru-buru ia minta berhenti kepada Pemerintahnya pada tanggal 16 Oktober 1945. Pada tanggal 16 Agustus 1978 bekas Gubernur Jenderal yang sial ini meninggal setelah aktif kembali dalam beberapa tugas negaranya dan politik.

Sesudah kehadiran NICA di persada tanah air insiden-insiden sudah sering terjadi antara pejuang dan pemuda-pemuda Indonesia dengan orang-orang Belanda baik yang berkulit putih ataupun yang berkulit hitam. Di semua kota yang ada NICAnya insiden- insiden itu terjadi sehingga ber guguranlah korban-korban yang tak berdosa.

Para pemuda-pemuda kita masih merupakan gabungan-gabungan dan kelompok ber senjata yang hanya semangatnya saja ibarat api yang ber nyala-nyala. Tetapi kurang persenjataan dan kurang latihan.

Sasaran utama untuk mendapatkan senjata ialah bekas serdadu Jepang. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendapat senjata sebanyak mungkin. [cara] diplomasi, cara bujukan, cara paksaan, cara [mistik], pokoknya: asal dapat.

Entah bagaimana ilmu mistik atau ilmu hitam [yang] tidak termakan oleh akal sehat atau secara lo[gika] pada masa itu menjadi mujarrab.

Pernah terjadi peristiwa sebagai dibawah ini:

Semua serdadu Jepang yang akan diserahkan ke[pada] Tentara Sekutu di daerah sebuah kabupaten su[dah] dimasukkan kedalam sebuah kamp. Mereka masih ber [senjata] dan utuh. Tetapi semangat mereka sudah loyo.

Pada suatu malam segerombolan pemuda-pemuda [menjarah tempat mereka. Diketuai oleh seorang guru [mistik] yang terkenal ampuh ilmunya.

Setelah sang guru membacakan isim-isimnya [para] pemuda itu datang merayap ketempat serdadu-ser[dadu] Jepang itu istirahat. Karaben karaben mereka di [ambil] dan di tukar dengan sepotong batang ubi kayu [...(] singkong ). Malahan seorang serdadu yang sedang [berkawal] dan bertelekan pada laras senapangnya dapat [pula] diambil mereka dan di tukar dengan sepotong ba[tang] ubi kayu. Alangkah heran dan kagetnya si serdadu [waktu] ia sadar dan mengetahui bedilnya sudah menjelma [menjadi] potongan singkong.

" Bagero,... bagero,.... nanda kura," serunya [menyumpah]-nyumpah. Namun bedilnya sudah terbang en[tah] kemana.

Pada malam lainnya pula kira-kira dua belas [orang] serdadu Jepang melakukan patroli sekitar kamp [mereka] itu. Tiba-tiba saja komandan mereka melihat [bahwa] jalan yang akan dilewati mereka ialah sebatang hak air yang agaknya cukup dalam Semua anggota pasukannya juga melihat sungai kecil itu. Lalu semuanya tiarap dan merangkak di tanah dengan meninggalkan senjata-senjata mereka. Mereka semuanya lalu 'berenang' keseberang sungai kecil itu.

Kelompok pemuda yang sudah siap-siap sekitar tempat itu segera mengumpulkan alat senjata itu dan membawa kabur. Dan setelah komandan dengan anggota pasukannya sadar barulah mereka mengetahui bahwa yang disangkanya tadi sungai kecil ialah jalan raya. Karena ilmu mistik tampak dimata mereka sudah berubah menjadi sungai. Dan selusin alat senjata berbagai jenis sudah melayang tak tentu kemana perginya.

Jadi pada mulanya pera pejuang hanyalah merupakan barisan barisan, kelompok kelompok, kesatuan yang berdiri sendiri-sendiri.

Maka pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan selembar surat perintah yang hanya terdiri dari satu kalimat dua baris dibentuklah kesatuan tentara yang pertama Surat perintah pembentukan tentara itu berbunyi :

MAKLUMAT PEMERINTAH

Untuk memperkuat perasaan keamanan umum

maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat.


Jakarta, 5 Oktober 1945

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SUKARNO

Itulah perintah untuk menyusun tentara yang ter disiplin, ter organiser, dan siap untuk melaku m tugasnya. Ber kali-kali ber tukar nama sampai mencapai nama yang sekarang. Pada mulanya bernama: T.K.R> ( Tentara Keamanan Rakyat ). Inilah tentara nasional yang pertama dalam Republik Indonesia.

Ada juga ke unikan dalam pembentukan pertama tentara Nasional Indonesia ini Yang menjadi cikal bakal pasukan tentara ini ialah dari : Barisan Rakyat , bekas prajurit PETA , Gyugun , Heiho, KNIL ( masa Belanda ), Hizbullah, Pelopor, dl.l.

Maklumat ringkas dari Pemerintah itu disambut oleh Ketua Komite Nasional Pusat yang ditanda tangani oleh Mr. Kasman Singodimedjo tanggal 9 Oktober 1945 , dan pada tanggal itu juga di umumkan pembentukan Kementerian Keamanan Rakyat Pimpinan yang pertamanya sebagai berikut :

Menteri ad interim : Muhammad Sulyodikusumo, Pemimpin tertinggi : Supriadi Chef Staf Umum  : Mayor Urip Sumohardjo.

Siapakah Supriadi ini?

Dalam zaman Jepang mereka sudah melatih dan membentuk pasukan pasukan rakyat a.l.l. ialah: Heiho , yugun dan PETA. PETA ialah ringkasan dari ' Pembela anah Air '. Pasukan sukarela ini dibentuk Jepang dalam bulan Oktober 1943 ber dasarkan Undang undang Jepang yang dinamakan: ' Osamu Seirei '. Menurut keterangan Jepang dibentuk pasukan sukarela ini ialah untuk menampung semangat rakyat yang ber kobar-kobar untuk ikut membela tanah airnya. Dalam PETA ditanam beberapa orang opsir Jepang sebagai pelatih. Anggota PETA ini diberi pendidikan di Bogor selama bulan. Di setiap daerah keresidenan dibentuk pasukan sekitar berjumlah seribu orang prajurit. Pasukan ini dikepalai oleh opsir yang sudah mendapat didikan Jepang ini dalam persenjataan, siasat perang dan pertempuran. Kepala barisan dinamakan: Daidancho dengan kepala-kepala bawahannya: Shodancho dan Bundancho. Instruksi tertinggi ialah yang diterima dari Panglima Tentara Jepang Saiko Sikikan.

Kemudian ketahuan juga belang Jepang ini. Mereka membentuk pasukan sukarela ini semata hanya untuk dijadikannya bantuannya untuk memperkokoh kekuatannya dalam perang Asia Timur Raya. Dan akibat dari semuanya itu terjadilah pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Shodanco Supriadi pada tanggal 14 Pebruari 1945. Yaitu Kira-kira enam bulan sebelum dicetuskan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dinas rahasia Jepang mengumumkan bahwa SUpriadi tidak dapat ditangkap mereka. Kemungkinan SUpriadi masih sembunyi di satu tempat, atau melakukan samadi pokok pokoknya menurut keterangan mereka SUpriadi masih hidup. Tetapi setelah di umumkan maklumat itu dengan mencantumkan namanya sebagai Pemimpin Tertinggi Supriadi tidak pernah muncul. Tetap menjadi tokoh legendaris sampai sekarang.

Dan Mayor Urip Sumohardjo ini ialah mayor bekas KNIL. Beliau sangat anti Jepang. Dalam zaman pendudukan Jepang beliau menetap di Gentan dekat Kaliurang, Jogyakarta. Jika ada tetamu Jepang datang dia tidak mau menerima tamu ini dalam rumahnya, hanya disambut di pekarangan saja. Sewaktu Jepang mendarat beliau sedang melatih milisi, pasukan sukarela KNIL. Beliau menyarankan kepada Pemerintah Belanda supaya kepada beliau diberi kepercayaan untuk membentuk satu pasukan sukarela bangsa Indonesia yang nanti akan bertempur melawan serdadu Jepang. Tentu saja saran itu tidak diterima oleh Belanda.

Kepada beliaulah diserahkan pembentukan T.K.R yang pertama ini. Beliau dapat dianggap bapak ABRI. Dalam perkembangan diwarnai dengan suka dukanya pasukan tentara Nasional bangsa Indonesia berkembang terus sampai seperti yang disaksikan sekarang ini.

Pada tanggal 1 Januari 1946 namanya diubah menjadi T.K.R. juga tetapi ialah Tentara Keselamatan Rakyat. Pada tanggal 24 Januari 1946 namanya berubah [la]gi menjadi: T.R.I. ( Tentara Republik Indonesia ), tanggal 7 Juni 1947 ditetapkanlah nama T.N.I. ( Tentara Nasional Indonesia ).

Dan semua angkatan bersenjata Indonesa disatukan pula dengan nama ABRI ( Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ) yang terdiri dari empat angkatan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan POLRI. Pucuk pimpinan tertinggi berada pada Presiden. Semua kesatuan pertahanan di Indonesia dibagi atas [...] Kowilham ( Komando Wilayah Pertahanan).

ABRI lah yang bertugas menjaga keamanan Republik Indonesia keluar dan kedalam.

Dibawah ini dapat kita saksikan bagaimana keadaan tentara kita dalam salah satu Hari Peringatan Angkatan Perang tanggal 5 Oktober. Setelah bapak Urip Sumohardjo mulai membentuk dalam T.K.R. dalam bulan Oktober tahun 1945 itu maka 35 tahun kemudian sudah berkembang menjadi ABRI yang tersusun rapi sesuai dengan bentuk sebuah negara yang sudah duduk sama rendah, tegak sama tinggi dengan negara-negara lain di dunia.

Menurut catatan International Institute for Strategic Studies adalah sebagai berikut ( 1980 ) :

Negara Indonesia dengan penduduknya berjumlah 50.830 000 jiwa itu mempunyai anggota Angkatan Bersenjata sebanyak: 239.000 orang. Dalam jumlah itu Angkatan Darat sebanyak: 180.000 orang. Angkatan laut 39.000 orang dan Angkatan Udara 20.000 orang. Biaya untuk memelihara dan merawat angkatan ini sebanyak : 916.6 miliyard rupiah.

Dan sebelum kita sampai kepada kisah Daan Mogot baik juga kita tinjau sedikit kehidupan bapak pembangun Angkatan Bersenjata itu, bapak alm. Oerip Sumohardjo.

Nama kecilnya Mohd. Sidiq. Lahir di Purworejo tanggal 23 Pebruari tahun 1893. Pendidikannya hanya Sekolah Desa dan kemudian dapat menyambung ke OSVIA ( Sekolah Amtenar ) tetapi hanya sampai kelas satu saja. Kemudian memasuki Sekolah Militer di Jati Negara dan lulus dalam tahun 1913.

Sidiq memulai karirnya sebagai serdadu KNIL dengan pangkat Letnan Dua. Mula-mula di Kalimantan dan kemudian pindah ke Padang Panjang.

Akhir tahun 1938 mengundurkan diri dari KNIL. dengan pangkat Mayor satu pangkat yang dapat capai paling tinggi oleh bangsa Indonesia pada masa itu

Selama pendudukan Jepang beliau hidup sebagai penduduk desa biasa di Gentan, dekat Kali Urang sebagai sudah di terangkan diatas tadi.

Pada tanggal 5 Oktober 1945 dibentuklah T.K.R dengan beliau sebagai pendirinya yang pertama. Dua bulan kemudian Jenderal Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar. Jenderal Urip dan Jenderal Sudirman dianggap dua orang pembangun Angkatan Bersenjata di tanah air kita. Beliau meninggal di Jogyakarta tanggal 7 Nopember 1948 dan di makamkan di makam Pahlawan semaki, Jaogayakarta

Peristiwa Lengkong.

Di pinggir sungai Cisadane yang hulunya ber ada di gunung Salak dekat Bogor terdapat sebuah per kebunan karet. Kebun karet itu bernama Lengkong. Daerah itu termasuk daerah Serpong.

Pada waktu itu di perkebunan karet itu ter dapat satu kesatuan tentara Jepang yang di jaga oleh satu pleton tentara.

Dalam bulan Nopember 1945,- ada yang menerangkan pembukaannya tanggal 5 Nopember dan ada pula yang mengatakan tanggal 18 Nopember,- telah dibuka Akademi Militer Tangerang. Sekolah perwira militer ini di ketuai oleh Mayor Daan Mogot. Beberapa orang pelatihnya tersebutlah nama nama: Islam Salim, Tommy, [...]e Mokhtar, Yopie Bolang dan lain-lain.

Mayor Daan Mogot bergabung dalam Resimen Tangerang yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Singgih. Resimen ini terkenal karena dalam anggotanya banyak terdapat mahasiswa-mahasiswa dari Jakarta seperti Mayor Daan Yahya, Mayor Kusno Utomo, Kapten Taswin, Mayor Kemal Idris, d.l.l.

Akademi ini terkenal karena ketat disiplinnya. Prakarsa mendirikan Akademi ini ialah dari Mayor Daan Mogot dengan teman-temannya mahasiswa-mahasiswa dari Perguruan Tinggi Kedokteran, Jakarta. Ia sendiri bekas perwira PETA,- seperti Suprayadi.

Pihak atasan mempercayai kewibawaan Akademi ini dan beberapa kali ditugaskan yang berat berkenaan dengan keamanan dan tugas-tugas Nasional. A.l.l.

Dua kali mereka dipercayakan mengawal supplay untuk RAPWI ke Bandung dengan hasil yang memuaskan.

Para taruna Akademi ini di tugaskan membasmi golongan pengacau di Tangerang dengan apa yang menamakan dirinya: ' Dewan Sovyet Tangerang 1 dengan berhasil sukses.

Maka sampailah kepada sebuah tugas lagi yang di percayakan kepada Mayor Daan Mogot dan kawan-kawannya. Menurut informasi yang dapat diterima di perkebunan Lengkong itu terdapat satu pleton tentara Jepang dan sejumlah senjata dan amunisi.

Lalu dibentuklah satu pasukan untuk ber diplomasi dengan pimpinan serdadu Jepang di perkebunan Lengkong sehingga alat dan amunisi itu dapat di oper kepada pasukan Indonesia, tanpa adanya pertempuran dan kontak senjata.

Lima puluh orang taruna AMT dikerahkan {hwe|tuk|untuk}} misi yang penting ini. Mayor Daan Mogot aebagai [pi]mpinannya.

Selain dari 50 orang taruna itu ada pula sepu[lu]h orang tentara India yang dimaksud untuk pengela[...] pasukan Jepang itu.

Markas Jepang yang terletak di tepi sungai [Ci]sadane itu ternyata merupakan sebuah kubu yang kecil [de]ngan dijaga serta dikawal oleh satu pleton tentara [Je]pang yang masih lengkap bersenjata.

Dengan berani dan lihay Mayor Daan Mogot mene[...] pimpinan tentara Jepang di Lengkong itu. Ia mene[ra]ngkan bahwa kedatangannya ialah atas nama Sekutu un[tu]k melucuti senjata pasukan Jepang yang ada disana. [Se]telah ber diplomasi dan melihat ikut sertanya pa[su]kan India yang termasuk kesatuan pasukan Sekutu Je[pa]ng mempercayainya. Ia setuju menyerahkan alat senja[ta] dan amunisi. Sebahagiannya sudah diangkut keatas [...]uk. Sedianya misi itu akan berhasil dengan sukses. [Te]tapi satu kemalangan mendadak terjadi.

Entah bagaimana asal mula terjadinya sebuah le[tu]san terdengar. Salah seorang pasukan India itu karena [ke]lalaiannya senapangnya meletus. Pasukan Jepang salah [ta]fsir dengan adanya peristiwa itu. Dengan cepat me[re]ka menyusun stelingnya dan mulai menembaki [an]ggota-anggota pasukan kita.

Pasukan yang di kepalai Mayor Daan Mogot yang [ti]dak mengira terjadinya petaka ini segera pula mem[ba]las. Tetapi kedudukan mereka tidak kuat dan serdadu [Je]pang berada pada posisi yang kuat. Pertempuran se[ng]it tetapi berjalan tidak lama terjadi dalam tempoh

. ng singkat. Seorang demi seorang anggota pasukan ..T. Gugur termasuk pimpinannya sendiri Mayor Daan Mogot.

Tiga puluh tiga mayat berkaparan di tempat i- ... Beberapa orang dapat meloloskan diri dan beberapa orang di tawan Jepang. Mayat-mayat itu dibiarkan saja ber bergeletakan di tempat peristiwa itu.

Seorang taruna bernama Alhadad Alatas yang sudah luka parah dan berada dalam kritis sekali masih sempat mengucapkan kata kata ' Allahu Akbar sebelum seorang menemui jihadnya.

Pihak pimpinan di Tangerang dan Jakarta sangat terkejut sekali mendapat laporan tentang peristiwa ...u. Semuanya amat menyesali terjadinya peristiwa i-... . Boleh dikatakan pihak Pemerintah berlepas tangan dengan adanya peristiwa itu sebab kehadiran para Taruna ke tempat itu tidak dengan perintah dan persetujuan pihak Komandan Pasukan Sekutu. Namun pemerintah sangat berdukacita dan menyatakan belasungkawa atas kejadian yang tidak disangka-sangka itu.

Hubungan diplomasi diadakan dengan pihak pimpinan tentara Jepang di Jakarta dan Bogor. Lalu Komandan Jepang di Bogor memerintahkan supaya menyelenggarakan mayat-mayat korban peristiwa itu.

Korban korban yang gugur di makamkan di Taman Bahagia Tangerang yang sekarang dinamakan dengan: Taman Makam Pahlawan Taruna.

Memang jatuhnya korban-korban itu dari sejumlah pemuda-pemuda harapan bangsa merupakan sebuah resiko. Kalau berhasil di nikmati bersama dan jika gagal

Repro: Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Dr. A.H. NASUTION

( Untuk penerbit: Kalau dapat buatkan sketsnya yang baik )

MAYOR DAAN MOGOT, DIREKTUR AKADEMI MILITER TANGERANG YANG GUGUR BER SAMA-SAMA DENGAN 33 ORANG TARUNA LAINNYA DALAM PEREBUTAN GUDANG SENJATA JEPANG DI KEBON KARET LENGKONG ( SERPONG).

Demikianlah jadinya.

Kemudian hari untuk memperingati nama pahlawan yang gugur dalam Peristiwa Lengkong itų atau ada pula yang menamakan Peristiwa Serpong maka nama jalan antara Tangerang dan Jakarta dinamakan dengan: Jalan Daan Mogot.

Dan itulah satu peristiwa dari be ribu-ribu kejadian heroik yang terjadi pada awal kemerdekaan negara kita. Dan kita patut menghargainya se tinggi-tingginya.


.//.