SI Semarang dan Onderwijs/Bab2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Demikianlah bunyinya program SI school di Semarang. Menilik nama Brosure kita yakin bahwa maksud kita bukan hendak mengadakan satu sekolah saja, malah mempertimbangkan hal onderwijs (haluan didikan), juga buat SI. Tegasnya maksud kita mencari suatu macam didikan yang bisa mendatangkan faedah bagi Rakyat, negeri-negeri lain di luar semarang, yang mau mendirikan sekolah seperti di Semarang, maka kita mesti mengatur sekolah itu seperti di Semarang juga.

Sampai sekarang sudah ada tiga atau empat kota yang sudah meminta pada kita, supaya diadakan dan diatur pula sekolah-sekolah SI. Kota-kota itu sudah siap murid, siap bangku sekolah dan perkakas yang lain-lain. Cuma belum siap akan gurunya. Perkara guru itu penting sekali. Jarang guru keluaran keewwkschool, yang mau atau berani memihak pada kita, kalau memihak, ialah karena gaji saja, bukan karena hati atau haluannya.

Sebab itulah kita sendiri pula mesti menanam guru buat SI school itu (sekolah tengah). Pekerjaan ini sudah kita mulai, jadi tidak tinggal dalam pikiran saja lagi. Setiap sore (sementara ini baru 3 x satu minggu saja) di kantor SI diadakan kursus mengajar murid-murid SI yang kelas V, VI, dan VII (jadi murid-murid yang berumur dari 15 tahun ke atas) menjadi guru. Murid-murid itu biasanya kebetulan keluaran sekolah kelas II, jadi sudah menerima pengajaran dalam berbagai-bagai kepandaian. Dalam kepandaian yang tersebut dan dalam bahasa Belanda mereka tiap-tiap pagi dari pukul 8 – 1 dapat pelajaran. Sebab ia keluaran kelas II tadi, maka ia biasanya lekas sudah berhitung, menulis dan sebagainya. Jika ia sudah, maka ia segera disuruh menolong mengajar di kelas rendah SI school yakni pada anak-anak yang baru masuk sekolah. Jadi murid-murid yang besar-besar tadi tiap-tiap hari boleh belajar mendidik, tidak dalam teori saja, malah juga dalam praktek.

Pendeknya kerja murid-murid di atas dari kelas V yang keluaran sekolah kelas II, dan berumur lebih dari 15 tahun adalah seperti di bawah ini :

Dari pukul 8 – 1 (pagi) ia meneruskan pelajarannya di sekolah. Karena ia lekas sudah mengerjakan tiap-tiap vak, maka selama ¼ jam temponya itu, ia disuruh membantu guru-guru SI di kelas I dan II (semacam guru bantu). Tiap-tiap sore murid-murid besar itu diberi ilmu pendidikan (paegogogie), supaya teorinya buat mengajar semacam guru. Selamanya ini pekerjaan ada langsung. Sebentar lagi kita memang berani mempercayakan kelas I sama sekali kepada anak-anak yang sudah kena kursus itu. Tentulah kursus sore itu belum bisa sempurna, sebab belum cukup banyaknya anak-anak yang dari kelas V ke atas itu. Sesudah tiga atau empat tahun lagi barulah kursus sore itu bisa diatur semacam kweekschool yakni dikasih pengajaran sama tinggi dengan kweekschool Gouvernement. (kita sendiri juga sudah keluaran Kweekschool Gouvernement itu).

Tetapi sebab permintaan negeri-negeri yang lain-lain di atas tadi, maka dari sekarang kita mesti bersiap. Tiadalah ada salahnya kalau sekarang lebih dahulu kita bicarakan gaji murid-murid keluaran kursus tadi. Kalau murid sudah mendapat kursus 1 tahun, jadi dihitung berhak mengajar di kelas I SI school, maka gajinya plm. bisa f 40,-. Kalau murid itu sudah dapat kursus 2 tahun jadi dihitung berhak (bevoegd) mengajar di kelas II SI school, maka gajinya kira-kira bisa f 50,-. Demikianlah berturut-turut, sehingga kalau guru-guru tadi sudah berhak (bevoegd) mengajar di kelas VII SI dan umurnya dipukul rata 22 tahun, maka gajinya bisa f 100,-. Kalau sekolah maju dan muridnya bertambah-tambah, tentu gajinya guru keluaran kweekschool SI bisa sempurna.

Di bawah ini kita kasih begrooting, yang kira-kira bisa diteruskan di kota besar-besar seperti Semarang, Surabaya, Bandung, Jakarta, dsb.

SI, school yang mempunyai murid 300. jumlah uang sekolah sebulan = 300 x f 3 = f 900. Gaji guru-guru = f 40 + f 50 +f 60 + f 70 + f 80 + f 90 + f 100 = f 490. Sisa = f 510.Yang f 500 lebihnya ini boleh sebagian dipakai untuk menambah gaji guru yang sudah lama dinas, yang rajin, pandai dan sebagainya sehingga rasanya maximum f 200 bisa didapat. Banyak murid itu bisa lebih dari 300, karena kita bikin paralelklassen (Ia, Ib, Ic; kelas-kelas ini sama pengajarannya, Cuma gurunya lain-lain, sehingga di klas I saja bisa masuk lebih dari 2 atau 3 guru, dan murid lebih dari 100 atau 200).

Jadi pendeknya pemuda-pemuda keluaran kursus SI Semarang, bisa jadi guru di SI school lain-lain. Buat anak-anak keluaran kelas II school juga kita terima terbuka jalan buat memimpin Rakyat, baik yang kecil, baik yang besar. Karena sesudah sekolah, maka guru-guru SI school bisa membela perkumpulan politik atau Vakvereeniging, ilmu-ilmu mana di SI school sudah diteori dan dipraktekan.

Berapa perlunya onderwijs di Hindia ini tiadalah berguna dibicarakan lagi. Berapa banyaknya kota-kota yang bisa kita rebut sekolahnya sudah terang, bahwa Gouvernement tidak akan bisa dalam 10 tahun ini memberi pengajaran pada 50 % anak-anak saja (di tanah Jawa saja baru kira-kira 2 % orang keluaran sekolah Gouvernement) karena memangnya tidak ada orang, kalau buat ornderwijs, sebab sudah banyak termakan oleh lasykar darat dan laut. Pemerintah sekarang asyik membicarakan dan meneruskan perkara armada laut, yang akan memakai ongkos kira-kira f 220.000.000,- Apalagi leerplicht (paksaan memasukan tiap-tiap anak ke sekolah), tentulah masih bertambah mustahil (jauh) lagi.

Buat kita SI yang memihak pada Rakyat masih besar pasar yang bisa direbut. Makin lekas kita bergerak, dan bersiaplah murid dan sekolah, makin lekas sampai maksud. Kalau kita kaum Rakyat kerja keras semacam ini, tentu dalam 10 atau 15 tahun sudah bisa memakan hasilnya pekerjaan kita. Sudah bisa beribu kaum yang tepelajar, yang pandai mengerti dan memihak dengan pikiran dan nyawanya pada Rakyat.

Peraturan onderwijs semacam ini tidak mimpi saja, tetapi bisa menjadi, ya, dan mesti menjadinya. Berulang-ulang sudah diterangkan, bahwa dari pemuda-pemuda keluaran sekolah Gouvernement tidak boleh kita mengharapkan besar pertolongan buat pergerakan Rakyat. Seperti sudah diterangkan di atas, anak-anak yang sebagian besar keluaran kweekschool SI bisa dapat pekerjaan di golongan SI (lain dari pada sekolah tentu vak-vak vereeniging akan suka mengambil anak-anak keluaran SI kita).

Anak-anak keluaran SI school, yang mau meneruskan pengajaran pada ambachtschool Gouvernement dan sebagainya, tentu dari pihak kita tak akan dapat halangan. Melainkan kita akan menjaga, supaya ia sanggup membuat examen (ujian). Sekarangpun rupanya sudah ada satu dua anak-anak yang baru-baru ini tidak diterima di HIS lantaran mana ia lari dari SI school kita, tetapi belum lama ini diterima di HIS tadi. Jadi rupanya pintu HIS Gouvernement, tidak ditutup buat anak-anak SI school.

Sebaliknya, kita tak perlu takut, bahwa skolah SI kita akan jadi kosong. Anak-anak keluaran kelas II berumur 12 - 13, yakni bibit kita sejati, tidak akan bisa diterima oleh Gouvernement. Lagi pula tiap-tiap minggu Kromo membawa anaknya pada kita, dan tiap-tiap minggu anak-anak minta keluar dari partikulir 1-1, dan masuk pada sekolah kita. Katanya sebab pelajaran baik, bayaran lebih murah dan buat anak-anak ada bermacam-macam permainan dan perkumpulan. Kebenaran itu boleh kita buktikan, dengan keterangan, bahwa ada murid kita yang dari Cepu, dari Sragen (Solo), dari Jawa Barat dan lain-lain. Diantaranya ada yang minta keluar dari HIS Gouvernement.

Pendek kata, dalam berlomba mencari pasar, yakni merebut mendidik sekalian anak Kromo, SI tak perlu khawatir. Makin besar dan banyak sekolah-sekolah kita dirikan, makin lekas kita sampai di padang kemajuan. Kalau onderbouw (sekolah rendah) sudah cukup, maka niscaya kita dengan pertolongan SI bisa mendirikan middenbouw (sekolah tengah). Kalau sudah ada umpamanya 6 sekolah rendah, dan sekolah-sekolah itu diatur dari central, maka tiadalah akan susah bagi tiap-tiap sekolah mengadakan fonds (dana) kira-kira f 100 sebulan, sehingga sesudah 5 tahun saja sudah bisa ada uang kira-kira f 40.000,- Dengan derma dan l.l uang itu boleh ditambah-tambah. Sesudah 5 atau 6 tahun SI school berdiri, yaitu sesudah kira-kira ada anak-anak yang mesti keluar, maka anak-anak itu boleh meneruskan pengajarannya di sekolah tengah SI ambachtsschool umpamanya.

Peraturan batin ambachtsschool itu kita mesti pegang sendiri (buku-buku baca, ilmu bumi, babad, dan sebagainya). Hanya perkara bertukang atau tehnik kita serahkan pada guru-guru yang biasa. Guru ini mudah saja didapat. Di negeri Jepang, Swedia, atau Swiss ribuan orang yang pandai dan mau meninggalkan engeri, kalau ada penghidupan yang sempurna di negeri lain. Juga di Hindia ini lambat launnya akan timbul pemuda-pemuda yang rela memihak pada kita. Ringkasnya perkara guru itu (tehnik) kita tak perlu sekejappun cemas, asal ada uang di Kas.

Pun buat anak-anak keluaran ambachtsschool atau sekolah tengah lain-lain itu, adalah akan mudah juga jalan penghidupan, asal didikannya kerakyatan. Asal masih ada Rakyat dan pergerakan di Hindia ini, maka bagi pemuda-pemuda itu akan cukup pekerjaan. Bersambung dengan Rakyat dia akan bisa memimpin Koperasi dalam pertukangan umpamanya. Lagipun di tempat lain-lain tentu ia bisa dapat kerja, asal pintar dan rajin saja.

Demikianlah ringkasnya saja maksud kita tentangan onderwijs buat Rakyat. Barangkali reaksi dan musuh kita tak akan kurang terus memfitnah dan menghalang-halangi daya upaya kita. Nyata sudah, bahwa dari pihak pemerintah kita tidak akan mendapat bantuan. Jangankan bantuan, tetapi kemerdekaan pun tidak kita peroleh, yakni kemerdekaan sepeti pada tiap-tiap orang atau vereeniging (partikulier dan zending) buat mendirikan sekolah yang cocok dengan haluan masing-masing.

Seperti Muhammadiyah, zending dan lain-lain di Hindia ini dapat kepercayaan dan bantuan lahir dan batin dari pihak pemerintah. Pada bulan Agustus tahun ini pemerintah sudah membenarkan statusnya “Vereeniging buat mendirikan dan menguruskan sekolah-sekolah Kristen untuk uitgebreid Lager, Middelbaar dan Vakonderwijs-nya di Jawa Tengah”. Dasar onderwijs-nya disebutkan Gods-Woord = Firman Tuhan, yakni Tuhannya kaum Kristen. Memang sudah lama di Hindia ini zending bergerak (Minahaasa, Batak, Ambon, Jawa). Memang sudah banyak di Hindia ini kaum Kristen, lebih-lebih dalam bala tentara (Ambon, Manado).

Meskipun di Hindia ini tinggal plm. 50 juta kaum Muslimin, tetapi pemerintah tiada menaruh keberatan atas propaganda-nya kaum Kristen, yang dalam babad sering berperang-perangan dengan kaum Muslimin. Kita orang perjuangan tentu tidak akan mengurangkan satu agama terhadap kepada agama lain – Cuma kita campur meminta kemerdekaan seluas-luasnya, buat onderwijs, yang sepanjang keyakinan kita cocok dengan keperluan Rakyat, yang melarat, Onderwijs mana juga oleh SI Semarang sudah di akui sah.

Tetapi seperti sudah disebutkan lebih dahulu, kita sudah dapat halangan keras, ketika SI mau mengadakan pasar derma, untuk memperbaiki sekolah saja. Juga baru-baru ini dilarang anak-anak mencari derma di desa-desa dengan menyanyi international. Karena kita tidak mendapat subsidi, maka derma itulah saja jalan buat kita, untuk meneruskan daya upaya. Sehingga kalau derma itu dihalang-halangi, maka sama artinya dengan menghalang-halangi sekolah Serikat Islam.

Pendeknya, sekolah kita ada bisa segenap waktu dapat ancaman atau bahaya.

Terus atau tidak kita semata-mata bergantung pada SI. Kalau SI sama sekali mau mempertahankan bibit yang sudah kita tanam itu seperti SI Semarang (Bandung, Sukabumi, dll juga akan mau) maka halangan tentu semuanya terhindar. Sesudah tentu maksud kita gampang dan lekas sampai.

Buat kita sendiri sudah cukup bukti yang menerangkan, bahwa peraturan SI school Semarang, sudah dimufakati oleh beribu-ribu kaum SI. Hal ini mengeraskan keyakinan kita, bahwa jalan dan haluan kita lurus dan sah. Apa kehendak dan perbuatan kaum sama, kita tunggu dengan hati tetap. Ikhtiar kita, yaitu hendak menarik hati SI terhadap kepada didikan kita, sudahlah cukup hasilnya.

Kepercayaan Rakyat yang sudah diperoleh itu bagi kita laksanakan sesuatu wet yang kita akui sah dan terkuasa; kepercayaan itulah saja yang menumpu (mendorong) kita dari belakang untuk berjalan terus, dengan tiada menoleh kiri kanan.