Politik/Bab7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

SI PACUL : Cobalah, Dam, engkau berikan beberapa kesimpulan dari perundingan kita sampai sekarang.

SI GODAM : Kesimpulan apa yang mesti kuberikan, Cul! Aku sendiri sudah bingung dibawa ke sana kemari dalam perundingan yang sulit dan panjang itu.

SI TOKE : Seadanya saja. Simpulkan apa yang kau rasa penting saja.

SI GODAM : l) Kemerdekaan itu bukanlah Kemauan Tunggal orang atau negara, melainkan kemauan Terikat (bukan absolut melainkan relatif). Kemerdekaan itu sendiri mestinya berdasarkan pengakuan atas kemerdekaan pihak lain. Sebaliknya kemerdekaan di pihak kita diandaikan atas pengakuan pihak lain terhadap kemerdekaan sendiri. Apabila berkenaan satu sama lainnya itu terganggu, maka kemerdekaan itu tak akan kekal adanya. Dengan adanya pengakuan atas terikatnya kemerdekaan itu satu sama lain, maka kemerdekaan itu menjadi rasional, masuk diakal, berakal. 2) Sudah berabad-abad pemikir semua bangsa memikirkan bentuk Negara yang bisa menjamin kemerdekaan itu. Tetapi bentuk saja tiadalah memberi jaminan kepada kemerdekaan itu. Ada di antara bentuk Republik yang memberi jaminan kemerdekaan lebih daripada beberapa bentuk kerajaan (Rusia di zaman Republik Soviet dibanding dengan Rusia Tsar). Tetapi ada pula bentuk kerajaan yang memberi jaminan kemerdekaan lebih daripada bentuk republik (Kerajaan Inggris dibandingkan dengan Jerman-Nazi). Tetapi nyata sudah, bahwa Republiklah bentuk yang lebih cocok buat menjamin kemerdekaan. Kerajaan- terbatas sebagai bentuk negara adalah keistimewaan sejarah, sebagai sisa yang terpaksa diteruskan saja. 3) Isi kemerdekaan itu ialah kedaulatan, dan kedaulatan itu ialah berupa kekuasaan dan kemakmuran. Pertanyaan tentang “siapakah atau golongan siapakah yang berdaulat pada satu negara merdeka” mesti dilaksanakan atas pertanyaan “siapakah atau golongan manakah yang sebenarnya memegang kekuasaan dan mengecap kemakmuran dalam negara itu”. Dipandang dari penjuru ini maka “demokrasi” yang dibangga-banggakan negara kapitalis itu, kalau diteropong besarnya golongan atau kelas yang sebenarnya memegang kekuasaan dan merasakan kemakmuran itu tiadalah sepadan dengan namanya “kedaulatan rakyat”. Yang benar berkuasa, makmur, dan tenteram kemakmurannya ialah kaum kapitalis, kaki tangannya akal kaum tengah dan sebagian kecil dari proletar atasan. Sebagian besar dari mereka yang tak berpunya itu diombang-ambingkan oleh krisis ekonomi dan peperangan imperialisme. 4) Dalam suasana kemodalan, maka hak pemilihan secara umum, langsung, dan sama itu, ataupun suara rakyat (referendum) tiadalah bisa membayangkan kemauan kelas proletar yang terbanyak itu. Kaum borjuis yang sedikit itu dengan harta perusahaan dan profesor, agamawan dan radionya bisa menukar yang putih menjadi hitam, yang salah menjadi benar. Kaum borjuis bisa merebut suara. Seandainya partai proletar bisa merebut kursi terbanyak dalam parlemen, dan bisa mengadakan undang- undang sosialistis, partai itu akan tergelincir dalam birokrasi kaum borjuis, atau akan tertumbuk pada polisi, justisi, dan tentara yang dipimpin oleh borjuis itu, kalau undang-undang itu dijalankan. 5) Yang berhak menentukan nasib Rakyat Indonesia ialah kemauan, pelor, atau bambu runcingnya Rakyat Indonesia sendiri. Hak Rakyat Indonesia atas kemerdekaan itu diambilnya dari alam yang didudukinya. Ia hidup atau tenggelam dengan alamnya itu. Selama Indonesia-Merdeka tiada mengganggu kemerdekaan negara lain, selama itulah negara lain tidak berhak mengganggu kemerdekaannya. Pengakuan Republik Indonesia oleh Negara lain bukanlah menjadi syarat adanya Republik Indonesia. Pengakuan itu adalah hal tersambil, satu hal di luar hak Rakyat Indonesia atas kemerdekaannya. Mengambil, merebut, atau melaksanakan kemerdekaannya itu, bukanlah satu perkara antara rakyat Indonesia dengan negara lain, melainkan urusan diri sendiri. 6) “MERDEKA 100%” adalah satu jaminan buat terus merdekanya Indonesia. Tanpa MERDEKA 100% Indonesia takkan bisa mengadakan kemakmuran cukup buat dirinya sendiri. Juga Indonesia walaupun merdeka tak akan bisa mempersenjatai dirinya sendiri, karena tak akan diberi kesempatan oleh kapitalisme asing buat mendirikan “Industri-Berat Nasional”. Kemerdekaan Indonesia abad ke-20 ini tak bisa dipisahkan dari “Industri-Berat Nasional” dan “Rencana Ekonomi”. 7) Indonesia tak bisa, tetapi tak pula perlu mempertahankan kemerdekaanya dengan jalan kemiliteran sejati. Perang kemerdekaan berlainan wataknya dengan perang imperialisme. Dalam perang imperialisme, kalau semua keadaan lain-lain bersamaan, maka tekniklah yang akan menentukan kalah-menangnya. Dalam perang kemerdekaan, kalau syarat teknik sedikit saja memadai, maka jiwa (psikologi) Murba, dan suara dunia umumnyalah (international public opinion) yang akan memberi putusan terakhir. Mungkin Inggris - Belanda - Jepang menjatuhkan Indonesia merdeka, tetapi tak pula mustahil Republik Indonesia bisa menggulingkan Inggris dan Belanda sebagai negara imperialis. Dengan begitu maka Indonesia sekarang berjuang bukan saja buat Rakyat Indonesia sendiri, tetapi juga buat seluruh Rakyat tertindas di dunia.

SI PACUL : Rasanya sudah cukup 7 simpulan itu. Tetapi bagaimanakah muslihat dan daya upaya mempertahankan Indonesia Merdeka kita sekarang?

SI GODAM : Alamnya Rakyat Indonesia, susunan, watak dan hasrat masyarakat Indonesia serta organisasi berjuangnya banyak berlainan dengan negara lain. Muslihat buat mempertahankan dan memperkokoh Republik Indonesia Merdeka terpaksa pula diadakan pada “Brosur Istimewa”.