Politik/Bab4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

SI PACUL : Nah, Dam, sekarang rupanya engkau punya giliran. Lebih dahulu aku mau tanyakan. Birokrasi itu sebenarnya apa?

SI GODAM : Birokrasi itu adalah seekor ular berkepala 10, tersembunyi tempatnya dan dengan begitu dia leluasa menyemburkan racunnya ke arah musuhnya.

SI PACUL : Jangan pakai perumpamaan begitu, Dam! Saya mau keterangan yang pasti. Saya sudah banyak kali mendengar kata birokrasi itu. Tetapi artinya yang sebenarnya saya sampai sekarang belum tahu.

SI GODAM : Birokrasi ialah perkakas memerintah dan administrasi yang di zaman kapitalisme menjadi perkakas menindas kaum pekerja. Mulanya biro, kantor itu memang perlu buat satu pemerintah dan satu administrasi. Tetapi lama kelamaan oleh pengaruh kapitalisme menjadi badan yang terpisah dari Rakyat murba dan dipakai sebagai alat penindas semua gerakan murba yang membahayakan kekayaan dan kekuasaan kaum kapitalis yang di zaman kapitalisme memiliki birokrasi itu.

SI PACUL : Sedikit terang. Tetapi belum cukup terang. Cobalah lanjutkan.

SI GODAM : Administrasi tentulah perlu buat satu negara. Sedangkan buat satu perusahaan saja perlu administrasi itu. Dalam satu perusahaan saja, bukankah perlu dicatatkan keadaan pekerja dalam tiap waktu. Umpamanya perusahaan itu mau tahu berapa pekerjanya. Pada permulaan bulan 4 tadi umpamanya 100 orang. Kalau yang masuk di bulan itu 100 orang dan keluar 50 orang, jadi sisa penghabisan bulan empat itu 150 orang. Nama, bagian pekerjaan, umur, asal, keluarga, sekolah dll tiap-tiap pekerja mesti didaftarkan supaya jangan mendatangkan kekacauan. Gajinya berhubung dengan pengalaman, sekolah dan kecakapannya mesti didaftarkan pula. Buat kesehatan, perpindahan, atau kematian, pekerjaannya mesti ada pula pendaftaran yang cukup. Belum lagi perkara hasil atau produksi perusahaan itu: turun naiknya, masuk keluarnya hasil itu. Perkara gaji buruh halus di kantornya! Perkara keuangan, bahan, penjualan, dan bermacam-macam perkara lain buat beresnya satu perusahaan itu saja.

SI PACUL : Satu perusahaan saja sudah begitu banyak cabang pekerjaan dan cabang administrasi. Apa lagi satu negara.

SI GODAM : Apa lagi satu Negara yang mempunyai cacah jiwa sampai puluhan juta, yang turun naik pula penduduknya, yang mempunyai banyak jabatan dalam Pemerintahan Negara seperti jabatan politik Negara, Pertahanan Negara, Perekonomian, Lalu-Lintas, Perhubungan, Keuangan, Penerangan- penerangan, Pendidikan. Berapa banyaknya cabang pekerjaan dan berapa banyak ranting dan lain-lain, dan anak ranting pekerjaan. Susahnya pula, semua ranting mesti dipusatkan ke cabang dan semua cabang dipusatkan kepada bagian dan semua bagian di pusat, dipusatkan pula ke PUSAT Negara seluruhnya.

SI PACUL : Pusing kepala saya memikirkan. Memang pekerjaan itu menjadi sulit kalau didengar begitu saja. Tetapi tidak begitu sulit kalau tiap-tiap ranting cabang dan pusat mengetahui hak dan kewajiban sendiri dan berani tanggungjawab ke atas dan ke bawah. Salahnya, yang di bawah tak berani tanggung jawab dan yang di atas mau memungut semua kekuasaan untuk memutuskan, tetapi sering pula tak berani menanggungjawab putusannya itu. Yang di bawah yang tak berani tanggung jawab itu menanti-nantikan saja putusan dari Atas, sampai di atas bertimbun-timbun perkara yang mesti diputuskan.

SI TOKE : Sampai perkara tetek-bengek mesti diputuskan di Atas, karena yang bawahan tak berani memutus.

SI GODAM : Begitulah administrasi itu menjadi Berat-Kepala (topheady). Lebih berat kepalanya daripada kakinya. Karena semua putusan mesti datang dari atas, maka semua putusan itu terlambat datangnya ke bawah. Tindakan yang mesti dijalankan dengan cepat mesti ditunda karena menunggu putusan atas. Tindakan itu sering terpaksa ditunda selamanya, karena tidak akan berhasil lagi kalau dijalankan juga, sudah terlewat.

SI PACUL : Apakah semua tindakan mesti ditunda buat semua orang dan semua golongan?

SI GODAM : Tentu tidak! Inilah akibat pertentangan dalam dunia kapitalisme. Kesulitan dalam administrasi itu memberi kesempatan pada kaum hartawan buat menduduki administrasi itu. Mereka adakan sekolah menengah dan tinggi buat mendidik anak yang mampu mengadakan dan menjalankan administrasi yang sulit bertingkat-tingkat (hirarkis).

SI PACUL : Anak yang mampu tentulah anak kaum kapitalis.

SI GODAM : Tepat Cul. Dan anak kapitalislah yang memegang buku, sebagai pemegang Staat ini dan Staat itu, yang diatur secara akademis, yang cuma bisa dimonopoli golongan terpelajar, anaknya kapitalis.

SI PACUL : Begitu semua biro, semua kantor itu jatuh ke tangan golongan kapitalis, sudah tentu kantor itu menjadi perkakasnya golongan kapitalis, terutama golongan bankir.

SI GODAM : Tepat, Cul. Dan karena keperluan Kapitalis dan Buruh bertentangan seperti hidup dan mati, sudah tentu semua undang-undang dan tindakan yang menguntungkan kapitalisme lekas dijalankan oleh birokrasi yang dikepalai oleh Menteri Negara. Pendeknya, tuntutan si kapitalis biasanya tiada ditunda. Tetapi semua undang-undang dan tindakan yang merugikan kaum kapitalis dan menguntungkan kaum pekerja tentulah “gampang disabot”, dimogoki, dimogok “sit-down” oleb kaum birokrat, ular tersembunyi dalam administrasi Negara itu.

SI PACUL : Aku mengerti, Dam, kenapa tadi birokrasi itu engkau namai ular berkepala sepuluh. Tetapi saya harap kepalanya bukan 10 melainkan 13.

SI TOKE : Benar, Cul! Memang dia akan celaka 13. Kalau saja kelak wakil kaum buruh mendapatkan suara lebih dan merebut kursi lebih dalam parlemen. Para wakil buruh akan bisa bikin undang-undang buat mengadakan tindakan yang akan melenyapkan, menghancurluluhkan kapitalisme.

SI GODAM : Tunggu dulu Kek! Tunggu dulu! Tak gampang kaum buruh suatu negara merebut kursi lebih dalam parlemen. Sekalipun dapat, tak bisa ia menghancurkan kapitalisme kalau tak dengan pemberontakan. Si Pacul : Nah lho!