Politik/Bab3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

SI TOKE : Kalau sebentar kita meninjau perundingan kita sampai sekarang, nyatalah sudah bahwa “Bentuk dan Isi Kemerdekaan” itu ada dua perkara yang terpisah.

SI PACUL : Apa yang engkau maksudkan dengan “isi” itu?

SI TOKE : Barangkali saya tak salah, kalau yang isi itu ialah “Kedaulatan” tersebut. Rupanya Kedaulatan itu berarti “kemauan” atau “kekuasaan”. Dan pada kekuasaan itulah terletaknya “hak lahir atau batin” dari seseorang atau golongan orang dalam masyarakat.

SI PACUL : Nah kek, sekarang engkau bawa pulang saya ke tempat yang lebih kurang saya ketahui. Engkau tadi menerangkan “isi” kemerdekaan dengan kata yang sudah dikenal seperti kedaulatan, kemauan, dan kekuasaan. Semua perkataan ini cukup kuketahui tetapi anak kalimat “hak lahir dan batin” itu apa pula maknanya.

SI TOKE : Hak lahir ialah hak atas keperluan hidup, seperti makanan, pakaian, perumahan, gaji, dan sebagainya. Hak batin ialah hak buat merdeka berkumpul, berbicara, menulis, hak buat melindungi harta, kemerdekaan, dan jiwa, yang di zaman Revolusi Perancis dinamai “hak manusia”.

SI PACUL : Kalau begitu engkau memberi pemandangan baru pada saya, kek. Hak lahir dan hak batin itu memang tak terlihat pada buntutnya kemerdekaan, yakni bentuk suatu Negara Merdeka. Dalam negara berbentuk kerajaan boleh jadi lebih besar golongan yang berhak (lahir dan batin) daripada dalam negara berbentuk Republik.

SI TOKE : Engkau ini memang cepat memahami suatu paham! Cepat dan tepat bertanya dan melaksanakan! Sekarang aku sendiri tak cukup mengerti apa yang kau maksudkan dengan kalimat di belakang ini.

SI GODAM : Memang petani itu sering mempunyai pikiran sehat segar seperti buah jeruknya.

SI PACUL : Baru sekarang engkau muncul, Godam. Selama ini engkau menonton saja, diam-diam saja engkau pura-pura tak mengerti! Sekarang sesudah sampai ke perundingan perkara “isi” kemerdekaan baru engkau muncul.

SI TOKE : Biarkanlah dahulu si Godam ini. Nanti tentu dia akan muncul terus. Tetapi cobalah tegaskan apa yang engkau katakan tadi, Cul, bahwa dalam sesuatu kerajaan boleh jadi besar golongan yang berhak (lahir dan batin) daripada dalam suatu republik.

SI PACUL : Contoh yang segar-bugar gampang kita kemukakan. Lihatlah Jerman Nazi adalah satu Republik. Tetapi golongan yang paling besar dalam negara (yakni kaum proletar) digencet sehebat-hebatnya. Gaji buruh diturunkan, lama kerja diperpanjang buat menghasilkan alat perkakas perang. Gestapo bermaharajalela buat membasmi kumpulan dan rapat buruh. Cuma sebagian kecil warga negara Jerman (yakni kaum Fasis) yang mempunyai hak lahir dan batin itu. Sebaliknya di Inggris, negara merdeka berbentuk kerajaan, besar golongan yang berhak lahir dan batin itu daripada di Jerman. Gaji lebih tinggi, lama kerja lebih kurang, dan hak berkumpul, berunding, dan menulis lebih luas.

SI GODAM : Ya benar kalau engkau membandingkan satu kerajaan dengan republik semacam itu. Memang bentuk itu tak memastikan isi. Jadi tidak dalam semua kerajaan hak lahir dan batinnya golongan rakyat itu diperkosa. Tidak dalam semua republik sebaliknya hak lahir dan batinnya golongan terbesar itu terjamin.

SI TOKE : Sekarang saya sudah mengerti. Jadi besarnya kemerdekaan dalam suatu negara merdeka itu mesti diukur dengan besarnya golongan orang dalam negara itu yang mempunyai hak lahir dan batin.

SI PACUL : Kalau begitu dalam Negara Merdeka yang selalu dipuji oleh Denmas tentulah kaum yang sedikit itu yang sebenarnya merdeka.

SI TOKE : Engkau jangan menyindir-nyindir, Pacul. Denmas toh bukan absolutis, penganut kerajaan Tunggal. DENMAS : Memang bukan! Tadi si Pacul sendiri sudah memberi contoh bahwa bentuk itu belum memastikan isinya. Bukankah dalam negeri merdeka berbentuk kerajaan seperti Inggris golongan yang mempunyai hak lahir dan batin cukup besar? Pacul sendiri yang memberikan contoh ini!

SI GODAM : Cukup besar tetapi .....................

SI TOKE : Diam dulu, Dam, aku sudah tahu ke mana engkau mau pergi. Cukup besar, tapi sama sekali belum lagi cukup! Bukankah begitu, Dam?

MR. APAL : Sebenarnya, semenjak ahli pikir Aristoteles sudah banyak perubahan isi dalam bentuk negara merdeka, baik berupa Kerajaan maupun Republik. Dalam kitab kuno memang biasa sekali dianggap bahwa dalam satu kerajaan itu raja dan keluarganya yang berkuasa, berdaulat, jadi berhak lahir dan batin. Tetapi sekarang Inggris memberi contoh yang aneh.

SI TOKE : Bagaimana pula buku kuno itu menjeniskan Republik?

MR. APAL : Banyak pula jenisnya Republik itu. Republik itu bisa aristokratis, artinya di sana kaum ningrat yang berkuasa, seperti Republik Sparta di masa lampau. Republik itu bisa plutokratis Di sana kaum hartawanlah yang memegang tampuk kekuasaan, yakni yang sebenarnya berdaulat. Ada pula yang demokratis! Di sini rakyatlah yang berkuasa. Inilah sebenarnya watak Negara Modern yang besar-besar di zaman sekarang. Contohnya yang nyata ialah Amerika Serikat. Di sinilah Rakyat yang berdaulat, berkuasa, yang menentukan baik atau tidaknya Undang-undang, yang memilih dan melepas Presiden, para Menteri, dan wakil Dewan Negara. Di sinilah hak lahir dan batin hampir seluruh masyarakat terjamin.

SI PACUL : Bagaimana, Dam?

SI GODAM : Kapitalisme dan Birokratis! Itu yang berdaulat di semua negara merdeka di dunia ini, berbentuk Kerajaan ataupun Republik, baik plutokratis ataupun demokratis!