Lompat ke isi

Petisi 50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Petisi 50

Pada 5 Mei 1980, gabungan lima putuh tokoh dari latar belakang sipil, militer, dan politik mengeluarkan "Ungkapan Keprihatinan" sebagai bentuk proses atas dua pidato Presiden Soeharto pada Maret dan April 1980, yang dianggap telah menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan politik. Petisi ini dibacakan di depan anggota DPR pada 13 Mei 1980, dan diteruskan kepada Presiden pada Juli 1980. Soeharto kemudian mengirimkan balik naskah dua pidato awalnya kepada Ketua DPR Daryatmo. Kelima puluh orang yang menandatangani petisi kemudian dicekal ke luar negeri serta mendapat pengucilan secara ekonomi dan politik. Dalam otobiografi Soeharto yang diterbitkan pada 1989, ia menulis "Saya tidak suka apa yang dilakukan oleh yang disebut Petisi 50 ini. Saya tidak suka cara-cara mereka, terlebih lagi karena mereka menyebut diri mereka patriot."

UNGKAPAN KEPRIHATINAN

Dengan berkat rahmat Allah yang Mahakuasa, kami yang bertandatangan di bawah ini, yakni sekelompok pemilih dalam pemilu-pemilu yang lalu, mengungkapkan keprihatinan rakyat yang mendalam atas pernyataan-pernyataan Presiden Soeharto dalam pidato-pidatonya di hadapan rapat panglima ABRI di Pekanbaru pada tanggal 27 Maret 1980 dan pada peringatan hari ulang tahun Koppasandha di Cijantung pada tanggal 16 April 1980. Kami prihatin akan pidato-pidato Presiden Soeharto yang:

a) Mengungkapkan prasangka bahwa di antara rakyat kita yang bekerja keras untuk membangun meskipun mereka mengalami beban yang semakin berat, terdapat polarisasi di antara mereka yang ingin "melestarikan Pancasila" di satu pihak dengan mereka yang ingin "mengganti Pancasila" di pihak lain, sehingga muncullah keprihatinan-keprihatinan bahwa konflik-konflik baru dapat muncul di antara unsur-unsur masyarakat;
b) Keliru menafsirkan Pancasila sehingga dapat digunakan sebagai suatu ancaman terhadap lawan-lawan politik. Pada kenyataannya, Pancasila dimaksudkan oleh para pendiri Republik Indonesia sebagai alat pemersatu Bangsa;
c) Membenarkan tindakan-tindakan yang tidak terpuji oleh pihak yang berkuasa untuk melakukan rencana-rencana untuk membatalkan Undang-Undang Dasar 1945 sambil menggunakan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit sebagai alasannya, meskipun kenyataannya hal ini tidak mungkin karena kedua sumpah ini berada di bawah UUD 1945;
d) Meyakinkan ABRI untuk memihak, untuk tidak berdiri di atas seluruh golongan masyarakat, melainkan memilih-milih teman-temannya berdasarkan pertimbangan pihak yang berkuasa;
e) Memberikan kesan bahwa dia adalah personifikasi Pancasila sehingga desas-desus apapun tentang dirinya akan ditafsirkan sebagai anti-Pancasila;
f) Melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa ada usaha-usaha untuk mengangkat senjata, mensubversi, menginfiltrasi dan perbuatan-perubatan jahat ainnya dalam menghadapi pemilu yang akan datang.

Mengingat pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam pidato-pidato Presiden Soeharto adalah unsur yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan pemerintahan negara ini dan pemilihan umum yang segera akan berlangsung, kami mendesak para wakil rakyat di DPR dan MPR untuk menanggapi pidato-pidato Presiden pada tanggal 27 Maret dan 16 April 1980.

Jakarta, 5 Mei 1980

Tertanda

  • H.M. Kamal
  • Letjen TNI (Purn.) Ahmad Yunus Mokoginta
  • Suyitno Sukirno
  • Letjen TNI (Purn.) M. Jasin
  • Ali Sadikin
  • Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo
  • M. Radjab Ranggasoli
  • Bachrun Martosukarto, S.H.
  • Abdul Mu'thi, S.H. (Bandung)
  • M. Amin Ely
  • Ir. H.M. Sanusi
  • Mohammad Natsir
  • Ibrahim Madylao
  • M. Ch Ibrahim
  • Bustaman, S.H.
  • Burhanuddin Harahap
  • Dra. S.K. Trimurti
  • Chris Siner Key Timu
  • Maqdir Ismail
  • Alex Jusuf Malik, S.H.
  • Julius Hussein, S.E.
  • Darsjaf Rahman
  • Slamet Bratanata
  • Endy Syafruddin
  • Wachdiat Sukardi
  • Ibu Dorothea Walandouw
  • Hoegeng Imam Santoso
  • Letkol Cpl M. Sriamin
  • Edi Haryono
  • Dr. A.H. Nasution
  • Bambang Singgih
  • Drs. A.M. Fatwa
  • Indra K. Budenani
  • Drs. Sulaiman Hamzah
  • Haryono
  • S. Yusuf
  • Ibrahim G. Zakir
  • Ezra M.T.H Shah
  • Abdul Djalil Latuconsina (Surabaya)
  • Djoddy Happy (Surabaya)
  • Bakri A.G. Tianlean
  • Dr. Judilherry Justam
  • Drs. Med. Dody Ch. Suriadiredja
  • A. Shofandi Zakaria
  • A. Bachar Mu'id
  • Mahyudin Nawawi
  • Sjafruddin Prawiranegara, S.H.
  • Manai Sophiaan
  • Mohammad Nazir
  • Anwar Harjono
  • Azis Saleh
  • Haji Ali Akbar