Lompat ke isi

Perjanjian Persahabatan antara Persekutuan Tanah Melayu dan Republik Indonesia

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Perjanjian Persahabatan
di-antara
Persekutuan Tanah Melayu dengan Republik Indonesia

Ditanda tangani di Kuala Lumpur pada tanggal 17 April 1959

Diratifikasi Indonesia melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1960
Lembaran Negara Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1936


Official texts: Malay, Indonesian and English.

United Nations Treaty Registered No. 6813 by the Federation of Malaya on 15 July 1963.


 

 

Bahawa dengan menyedari ada-nya ikatan-ikatan sejarah, bangsa dan kebudayaan, yang telah terjalin semenjak zaman berzaman antara ra'ayat kedua buah negara, dan

 

dengan di-dorong oleh hasrat hendak memulehkan samula perhubongan perhubongan yang telah terganggu oleh peristiwa-peristiwa sejarah dan hendak mengadakan serta memperkokohkan kerja-sama yang erat satu sama lain diantara perkara-perkara yang tertentu mengenai kedua buah negara sesuai dengan semangat Piagam Bangsa-Bangsa Bersatu dan lunas-lunas sabagaimana yang di-ishtiharkan dalam Persidangan Asia-Afrika di-Bandung tahun 1955, maka Persekutuan Tanah Melayu dan Republik Indonesia telah mengambil keputusan hendak memeterikan suatu Perjanjian Persahabatan dan dengan maksud ini melantek sa-bagai wakil-wakil mutlak masing masing:

 

Yang Amat Berhormat Dato' Abdul Razak bin Dato' Hussein, Perdana Menteri, Persekutuan Tanah Melayu.

 

Yang Terutama Dr. H. Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri, Republik Indonesia.

 

Wakil-wakil mutlak ini satelah memereksa surat keperchayaan antara satu dengan lain-nya dan sa-telah di-dapati bahawa tiap-tiap satu itu di-dalam keadaan yang benar dan sempurna, telah bersetuju saperti dibawah ini :

 

Perkara 1

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian ini akan saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan satu sama lain dan akan berusaha memelihara ikatan yang turun-temurun, ikatan kebudayaan dan sejarah yang telah merapatkan mereka.

 

Perkara 2

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian ini bersetuju memelihara dan melanjutkan perhubongan diplomatik dan konsol di-antara kedua pehak mengikut lunas-lunas dan kebiasaan antara bangsa-bangsa, serta bersetuju bahawa wakil-wakil diplomatik dan konsol di-antara satu pehak dengan lain itu akan meni'mati, di-atas dasar timbal balek segala hak-hak keistimewaankeistimewaan, kechualian-kechualian dan kebebasan yang di-tentukan bagi pegawai-pegawai satimbal dengan taraf dan pangkat menurut lunas-lunas yang 'am-nya telah di-terima bagi undang-undang dan kebiasaan antara bangsa.

 

Sadar akan adanja ikatan-ikatan sedjarah, bangsa dan kebudajaan jang sudah berabad-abad lamanja terdjalin antara rakjat kedua negara, didorong oleh keinginan untuk menghidupkan kembali hubungan jang terputus karena kedjadian-kedjadian dalam sedjarah dan untuk menjelenggarakan dan memperkokoh kerdjasama jang erat dalam hal-hal jang sematamata menjangkut kedua negara sesuai dengan semangat Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa dan azas-azas jang dinjatakan pada Konperensi Asia-Afrika di Bandung tahun 19SS,

Persekutuan Tanah Melayu dan Republik Indonesia telah memutuskan untuk mengadakan suatu Perdjandjian Persahabatan dan untuk maksud ini telah menundjuk Wakil-Wakil Berkuasa Penuh mereka :

 

Jang Mulia Dato' Abdul Razak bin Dato' Hussein, Perdana Menteri, Persekutuan Tanah Melayu.

 

Jang Mulia Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri, Republik Indonesia.

 

Jang setelah saling memeriksa surat-surat kepertjajaan masing-masing dan mendapatkannja benar serta dalam keadaan baik, menjetudjui pasal-pasal sebagai berikut :

 

Pasal 1

 

Kedua Pihak Agung jang Berdjandji akan saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan masing-masing serta akan berusaha untuk memelihara hubungan-hubungan tradisionil, kebudajaan dan sedjarah jang telah mengikat mereka bersama.

 

Pasal 2

 

Kedua Pihak Agung jang Berdjandji bersetudju untuk memelihara dan melandjutkan hubungan diplomatik dan konsuler diantara mereka sesuai dengan azas-azas serta kebiasaan internasional, lagi pula bersetudju bahwa wakil-wakil diplomatik dan konsuler dari Kedua Pihak akan memperoleh, atas dasar timbalbalik, segala hak-hak, hak-hak istimewa, kebebasan-kebebasan dan kekebalankekebalan, menurut kedudukan dan pangkat mereka sesuai dengan azas-azas jang umumnja diakui dalam hukum dan kebiasaan internasional.

 

Perkara 3

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian, dengan sharat di-beripertimbangan kapada perkara-perkara keselamatan, ketenteraman 'umum, kesihatan 'umum, dan kawalan imigereshen bagi kedua buah negara itu, menyedari bahawa warga negara masing-masing hendak-lah di-kenakan sekatan yang sa-ringan-ringan-nya tatkala

 

(a) melakukan perjalanan di-antara dan di-dalam dua buah negara, dan

(b) berkediaman

 

dalam dua buah negara itu, bersetuju mengkaji akan apa-apa sekatan yang dikenakan dan kesulitan yang di-'alami sekarang oleh warga negara masing-masing yang melakukan perjalanan dan yang berkediaman itu dengan maksud hendak menchapai persetujuan mengurangkan kesulitan yang demikian itu atau memudahkan

atau menghapuskan sekatan-sekatan yang demikian itu di-atas dasar timbal balek.

 

Perkara 4

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian bersetuju bahawa jika berbangkit apa-apa perselisehan di-atas perkara-perkara yang tepat dan tertentu mengenai kedua pehak itu, maka hendak-lah kedua-nya berikhtiar menyelesaikan yang demikian itu menerusi saloran diplomatik dengan semangat persahabatan dan muhibbah yang sa-jati. Jika tiada diperoleh penyelesaian menerusi saloran yang tersebut dalam masa yang berpatutan, maka hendak-lah kedua pehak itu berikhtiar menyelesaikan-nya dengan chara dan jalan lain menurut Piagam Bangsa-Bangsa Bersatu dan lunas-lunas yang di-ishtiharkan dalam Persidangan Asia-Afrika di-Bandung tahun 1955.

 

Perkara 5

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjajian untok hendak mengadakan kerja-sama yang lebeh rapat, bersetuju mengkaji so'al-so'al yang berkait dengan perhubongan konsol, perdagangan, perhubongan, penyerahan orang-orang melakukan kesalahan yang melarikan diri serta lain-lain perkara bagi kepentingan bersama, dengan maksud, pada bila-bila waktu dan masa yang sa-boleh-nya, menchapai persetujuan di-atas dasar timbal balek.

 

Perkara 6

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian sedar akan hal bahawa bahasa Melayu dan Indonesia ialah berasal sama, akan berusaha dengan jalan

 

 

Pasal 3

 

Kedua Pihak Agung jang Berdjandji, mengakui bahwa, dalam batas-batas pertimbangan-pertimbangan keamanan, ketertiban serta kesehatan umum dan pengawasan imigrasi dari negara masing-masing, warga-negara mereka sedapatse dapatnja akan dikenakan pembatasan sedikit-dikitnja, apabila

 

(a) mengadakan perdjalanan ke dan didalam; dan

(b) bertempat tinggal dinegara

 

Pihak lain menjetudjui untuk menjelidiki tiap2 pembatasan jang diadakan terhadap, dan kesukaran jang kini dialami oleh warganegara mereka jang mengadakan perdjalanan dan bertempat tinggal demikian, dengan tudjuan

untuk mengadakan persetudjuan-persetudjuan guna mengurangi kesukaran itu, merobah atau menghilangkan pembatasan-pembatasan itu atas dasar timbalbalik.

 

Pasal 4

 

Apabila terdjadi perselisihan mengenai soal-soal jang langsung dan sematamata menjangkut kedua negara, kedua Pihak Agung jang Berdjandji menjetudjui akan berichtiar memetjahkannja dalam semangat persaudaraan dan muhibbah jang sungguh-sungguh melalui saluran-saluran diplomatik biasa dan djikalau dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian dalam waktu jang lajak, maka mereka akan menempuh djalan dan tjara-tjara lain sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan azas-azas jang dinjatakan pada Konperensi Bandung tahun 1955.

 

Pasal 5

 

Guna melaksanakan kerdjasama jang lebih erat, kedua Pihak Agung jang Berdjandji menjetudjui menjelidiki persoalan-persoalan mengenai hubunganhubungan konsuler, perdagangan, perhubungan, penjerahan pendjahatpendjahat jang melarikan diri serta segala soal-soal lainnja jang mendjadi kepentingan bersama bagi kedua negara, dengan tudjuan, dimana dan bilamana mungkin, untuk mengadakan persetudjan-persetudjuan atas dasar timbal-balik.

 

Pasal 6

 

Kedua Pihak Agung jang Berdjandji, sadar akan kenjataan bahwa Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia berasal sama, akan berusaha dengan tjara kerdja- kerjasama, bantu membantu dan perundingan untok menchapai persamaansa-berapa luas yang boleh dalam perkembangan dan penggunaan-nya.

 

Perkara 7

 

Kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian dengan hasrat hendak menchapai sa-penoh-penoh kerja-sama dalam lapangan-lapangan kebudayaan, kesarjanaan, sains dan pelajaran, dengan sharat-sharat di-beri pertimbangan kapada perkara-perkara keselamatan dan ketenteraman 'umum dalam negara masing-masing, bersetuju :

 

(a) memajukan pertukaran ahli-ahli pelajaran, ahli-ahli sains, guru-guru, penuntut-penuntut, kumpulan-kumpulan penyelidekan, ahli-ahli seni serta wakil-wakil dari pertubohan-pertubohan musharakat dan kebudayaan ;

(b) memajukan pertukaran pendapat-pendapat dan hasil-hasil penyelidekan sains dan 'umum;

(c) memajukan melalui saloran-saloran rasmi pertukaran penerbitan-penerbitan pelajaran da kebudayaan, filem, akhbar-akhbar, ulasan-ulasan dan siaransiaran radio supaya menambahkan pengetahuan dan saling pengertian ;

(d) memajukan pertukaran benda-benda yang bernilai purba-kala, sejarah dan kebudayaan;

(e) berbantu-bantuan di-antara satu dengan lain untok memajukan latehan dalam lapangan-lapangan pelajaran, sains, teknik dan perusahaan ;

(f) menggalak dan memudahkan kerja-kerja untok mengadakan sandiwarasandiwara dan pertunjokan-pertunjokan kesenian, sains dan kesusasteraan

(g) menggalakkan penuntut-penuntut dari negara satu Pehak menuntut didalam university-university dan badan-badan pelajaran di-negara Pehak yang lain;

(h) menggalak dan memajukan gerakan-gerakan dalam lapangan sukan diantara kedua buah negara; dan

(i) melindongi harta benda kebudayaan dan purba-kala di-antara kedua buah negara sa-lagi perkara ini tidak terkandong dalam persetujuan-persetujuan 'umum yang bersifat antara bangsa.

 

Perkara 8

 

Perjanjian ini hendak-lah berjalan kuat-kuasa-nya pada tarikh pertukaran Surat-surat Pengesahan yang akan di-lakukan dengan sa-berapa segera-nya di- Djakarta. sama, bantu-membantu dan perundingan-perundingan, untuk mentjapai persamaan seluas-luasnja dalam pemakaian dan perkembangannja.

 

Pasal 7

 

Kedua Pihak Agung jang Berdjandji, didorong oleh keinginan untuk mentjapai kerdjasama jang seluas-luasnja dalam lapangan-lapangan kebudajaan, kesardjanaan, ilmiah dan pendidikan, menjetudjui dalam batas-batas pertimbangan keamanan dan ketertiban umum dimasing-masing negara untuk :

(à) memadjukan tukar-menukar ahli-ahli pendidikan, ahli-ahli ilmiah, guruguru, para peladjar, rombongan penjelidikan, para seniman dan wakilwakil organisasi-organisasi kemasjarakatan dan kebudajaan;

(b) memadjukan pertukaran kesimpulan-kesimpulan dan hasil-hasil dari penjelidikan ilmiah dan penjelidikan umum;

(c) memadjukan melalui saluran-saluran resrni pertukaran penerbitan-penerbitan jang bersifat pendidikan dan kebudajaan, film-film, surat-surat kabar, tindjauan-tindjauan dan siaran-siaran radio, guna menambah

(d) memadjukan pertukaran benda-benda jang bernilai purbakala, sedjarah dan kebudajaan;

(e) bantu-membantu memadjukan latihan-latihan dalam lapangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknik dan perindustrian ;

(f) menggiatkan dan memudahkan penjelenggaraan pertundjukan konserkonser, serta pameran-pameran kesenian, ilmiah dan kesusasteraan ;

(g) Saling menggiatkan para peladjarnja untuk beladjar diuniversitas-universitas serta lembaga-lembaga pendidikan dinegara Pihak lain;

(h) menggiatkan serta memadjukan usaha-usaha dalam lapangan olahraga diantara kedua negara; dan

(i) melindungi milik-milik kebudajaan dan purbakala mereka masing-masing, selama ha itu tidak tertjantum dalam persetudjuan-persetudjuan umum jang bersifat internasional.

 

Pasal 8

 

Perdjandjian ini akan berlaku mulai tenggal pertukaran Piagam Ratifikasi jang akan dilangsungkan selekas-lekasnja di Djakarta.

 

Perkara 9

 

Tiap-tiap Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian ada-lah berhak membatalkan Perjanjian ini dengan suatu pemberitahu kapada Pehak yang lain-nya dan pembatalan yang demikian itu akan berlaku sa-telah habis tempoh enam bulan dari tarikh pemberitahu yang tersebut.

 

Perkara 10

 

Perjanjian ini ada-lah di-perbuat dalam bahasa Melayu, Indonesia dan Inggeris yang mempunyai nilai yang sama. Sa-barang tafsiran yang bertelengkah mengenai ketiga-tiga kandongan Perjanjian ini hendaklah di-selesaikan dengan perundingan.

 

Dengan mempunyai keyakinan di-atas-nya maka wakil-wakil mutlak dari kedua Pehak Tertinggi yang Mengikat Perjanjian telah menanda tangani Perjanjian ini dan dengan ini telah memeterikan Mohor Mereka.

 

Termatub di-Kuala Lumpur pada Tujoh belas hari bulan April tahun Saribu sembilan ratus lima puloh sembilan.

 

 

 

Bagi Pehak Persekutuan Tanah Melayu:                         Bagi Pehak Republik Indonesia:

 

 

 

 

 

Dato' Abdul Razak BIN DATO' HUSSEIN                         Dr. H. Djuanda KARTAWIDJAJA

                        [MOHOR]                                                                     [MOHOR]