Perempuan

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Perempuan  (1958) 
oleh Aldian Aripin




1.

Perempuan yang meninjau dari jendela

    hatinya terus bertanya

Kemana perginya suami yang luka

    membawa pikiran kacau

Rindu anak-anak malam hari

    bertanya akan bapanya

Tapi bapa telah melangkah

    bagai samar senja musim kemarau



2.

Karena terlalu membekas bilur

    di jantungnya guratan sendu

Itulah yang memaksanya melepas risau

    berharian lewat jendela

Sedang di hadapannya terhampar hari

    merangkak atas warna kelabu

Siapa akan datang kepadanya

    untuk kawan berbagi duka



3.

O lelaki mengapa begitu sampai hati

    meremas mimpi perempuan yang lemah ini

Mengembara membelakanginya setelah

    membebankan kepadanya tiga orang anak

Lalu jandalah ia setelah seluruh malam

   dan tubuhnya terjamah lelaki

Lelaki yang pergi, tiada juga mau

   menjenguknya barang sejenak



4.

Setiap kali kalau aku melintas

    di jalan ini, pulang dan pergi

Kembali ia kulihat merenung ke luar

    jalan dan orang yang lalu

Betapalah iba merasuk hati

    ditinggal lelaki tiada peduli

Membenam dendam kelabu

    serta haruan sayu merindu



5.

Apalah yang dapat kuberikan

    kepada perempuan yang malang ini

Angin yang dingin telah menyusul

    menarikku dari belakang

Malam yang pekat berjalin dengan laguku

    berpintal ketat sekali

Bergayut lekat di tapak sepatuku

    nyanyian duka anaknya sayang



6.

Sedang kureka, karena terasa ada

    yang harus kuberikan kepadanya

Kendati malam yang dingin tebal mendinding

    memisah aku dari padanya

Tapi bila hatiku terang bagai

    benderang bulan purnama

Kurangkai sajak yang mesra

    pertanda kasihku pada manusia



7.

Lewat hari, lewat orang berjalan

    melintas di depan jendela

Menundukkan muka, mengelak aku

    dari pandangan pilunya

Akupun lelaki yang rindu dan dahaga

    akan mesranya gairah cinta

Kuseka mata, seketika aku terpana

    betapa manis gadis adiknya



8.

Ke mana akan kurebahkan diri

    di antara keduanya akupun gusar

Terlalu asing bagi sebuah lagu

    yang kusiulkan malam hari

Lalu kutulis di atas dada

    siapa saja orang yang nanar

Bahwa orang yang kehilangan pegangan

    membutuhkan sahabat sejati




9.

Disaksikannya, bahwa malam yang kelam

    telah lama berangkat tua

Lalu ditariknya kedua daun jendela

    dengan lunak dikatupkannya

Tapi hatinya yang masih terbuka

    siapakah yang akan mengisinya

Disini ia terbaring memagut anaknya

    karena malam terlalu sepi baginya



10.

Perempuan yang terbaring di atas ranjang

    hatinya tabah menunggu

Kehadiran lelaki yang setia

    akan menuntunnya kepada bahagia

Karena di hadapannya terhampar hari

    merangkak atas warna kelabu

Siapa akan datang kepadanya

    untuk kawan berbagi duka.




1958.