Lompat ke isi

Parlemen atau Soviet?/Bab6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Sungguhpun kita menaruh keyakinan, bahwa zaman komunisme mesti datang, tetapi tidak sekejap juga kita lupa bahwa kita masih hidup dalam zaman kapitalisme. Sungguhpun kita tidak seperti kaum Sosial- Demokrat mengandung pengharapan atas suatu parlemen, semacam suatu anggota yang bisa menyampaikan maksud kita, tetapi kita bukan utopisten (pemimpi) atau anarkis, yang menyangka bahwa sosialisme itu akan datang saja sesudah segala lembaga-lembaga yang berkuasa dijatuhkan.

Kita tidak lupa, bahwa sifat-sifat manusia yang buruk itu, tidak bisa tiba-tiba hilang sama sekali, begitupun sifat-sifat yang baik itu, tiadalah bisa kita dapat dalam seketika saja. Sejarah pun menyaksikan sudah bahwa kesempurnaan sifat suatu hewan atau manusia itu datangnya sesudah beratus-ratus, ya beribu-ribu tahun. Sengaja kita menceritakan Parlemen dengan jalan historis supaya kita boleh buktikan bahwa Parlemenpun ada mempunyai umur kanak-kanak, dewasa, dan umur ketuaan.

Oleh karena kita tahu, bahwa komunisme itu, yaitu lahirnya dari kapitalisme, sebab itulah kita memandang penting sifat-sifatnya kapitalisme yang mesti kita tambah terus atau disempurnakan itu, tetapi oleh karena peraturan kapitalisme bertentangan dengan keperluan kaum Buruh, karena gunanya ialah untuk mengikatkan hidup keburuhan (proletar), maka terpaksalah si buruh mengambil peraturan lain, yang bertentangan sifatnya dengan peraturan kemodalan tadi.

Berhubungan dengan keterangan di atas, maka kaum komunis membagi perjalanannya atas tiga tingkat.

A. Tingkat yang pertama masih berdiri dalam Kapitalisme.

[sunting]

Artinya itu sebelum datang saatnya itu dimana kaum buruh bisa menjalankan peraturan sendiri, yang bertentangan dengan peraturan Kapitalisme tadi, maka ia mesti bersiap supaya kelak semuanya dilakukan dengan teratur dengan serukun. Dalam zaman Kapitalisme ini ia mesti membangun lembaga-lembaga, yang bersifat Komunsime, yang tidak bisa dimasuki oleh pengaruhnya Kapitalisme.

Dua senjatanya kaum buruh yang terutama kelak akan menyampaikan niatnya yakni serikat buruh dan organisasi politik. Yang pertama kewajibannya mengangkat senjata ekonomi, yang baru bisa tajam, kalau sudah dimasuki politik, yaitu politiknya kaum Buruh sendiri. Kalau sesuatu serikat buruh dicampuri oleh politiknya kaum Sosial Demokrat, yakni kaum yang tidak berani memutuskan perhubungan sama sekali dengan kaum modal, yang meniru-niru taktik atau politiknya kaum Modal itu dalam serikat buruhnya, maka maksudnya kaum Buruh tidak bisa sampai.

Kalau saatnya datang, dimana kaum buruh mesti sendiri mengatur ekonomi, maka pemimpin-pemimpin dari kaum Sosial Demokrat tadi menarik dan menakuti hati kaum buruh. Oleh karena urusan orang dan uang dalam tangannya maka anggota-anggota serikat buruh menyangka pemimpin yang berhaluan Sosial Demokrat itu semacam seorang pejabat, yang mesti diikuti saja, yang tidak mau dicela atau dibantahi. Hasilnya pergerakan serikat buruh semacam itu tiadalah ada cuma untuk tiap-tiap penaikkan gaji dua atau tiga sen, yang menyebabkan harga barang-barang selalu dinaikkan.

Sebab itu haruslah politiknya serikat buruh itu berdasar ”tidak” menaruh kepercayaan, yakni atas keselamatan hidup, dalam negeri berdasar kapitalisme. Meskipun ia tiap-tiap mesti bikin aksi untuk penaikkan gaji, yang kerendahan, tetapi maksudnya yang lebih jauh dan lebih mulia tiadalah boleh dilupakan yakni: ”Kelak akan mengurus ekonomi negeri untuk semua yang kerja”.

Lantaran itu sesuatu serikat buruh mesti selalu mengandung cita-cita yang lebih tinggi dari cita-cita uang saja; ia mesti mengandung politik komunisme. Sudahlah terang bahwa politiknya kaum komunis itu tidak politik damai dengan kaum Modal. Selalu ia berkewajiban, baik dalam parlemen maupun dalam organisasi ataupun dalam Vergadering, memeriksa argumen (sebab-sebab) kaum Modal dalam politiknya terhadap pada kaum buruh. Begitupun ia wajib menjaga supaya kelembekannya kaum Sosial Demokrat jangan merusakkan hati dan keyakinan kaum buruh. Sebab kekerasan itu, dan selalu ia mesti keras, lagi pula lantaran tidak lekas mendapat hasilnya pergerakan, malah selalu dapat nistaan dari pihak manapun, maka partai komunis itu dimana-mana kecil saja.

Tetapi tidak banyaknya anggota yang bisa menyampaikan maksud itu, melainkan isinya tiap-tiap anggota, yakni sifat keberanian, kelurusan dan kepintaran. Ketahuilah, bahwa tingkat yang kedua itu sukar sekali.

B. Tingkat kedua perlu untuk melangkah kepada zaman komunisme, dan untuk membatah sifat-sifat kemodalan.

[sunting]

Tingkat ini dinamai juga ”Diktatornya kaum Proletar”. Artinya itu, pada waktu ini kaum buruh terpaksa mengadakan lembaga dan undang-undang yang bertentangan dengan keperluannya kaum modal. Karena sifat-sifatnya peraturan ekonomi, pendidikan, engadilan, militer, parlementerisme dan sebagainya sama sekali bertentangan dengan keperluannya kaum buruh, maka haruslah dibangunkan pula lembaga-lembaga yang melawan sifat kemodalan dan mengandung bibit sosialisme.

Lembaga kaum buruh itu tentulah tidak bisa dibangunkan dalam zaman kapitalisme, melainkan dalam waktu dimana kekuasaan sama sekali sudah jatuh di tangan kaum buruh. Jatuhnya itu sekali-kali tidak perlu dengan jalan pemberontakan (revolusi) saja. Sedangkan di tanah Rusua, revolusi ketika naiknya kaum Bolshevik itu tiadalah begitu hebat kalau dibandingkan dengan revolusi di tanah Perancis (1789).

Sebenarnya ialah karena ekonominya tanah Rusia lantaran peperangan besar tahun 1914 ini jatuh sendiri. Kaisar Rusia tidak bisa perang terus, sebab uang habis, Rakyat kelaparan, serdadupun kekurangan obat bedil dan senjata. Kerajaan itu dijatuhkan oleh kaum kapitalis di bawah pimpinan Milyukof, dan Republik kemodalan ini dijatuhkan pula oleh kaum Sosial Demokrat yang dipimpin oleh Karenski. Kaum ini tidak bisa memutuskan perhubungan dengan lembaga-lembaga kaum modal sama sekali, dan tidak bisa memberi makanan, rumah-rumah dan pakaian pada Rakyat yang dalam kemelaratan sangat, dan terutama sekali tidak bisa memperhentikan peperangan untuk kaum modal serikat (Inggris, Perancis dsb). Sebab kemelaratan Rakyat bertambah-tambah, maka tibalah saatnya bagi kaum Bolshevik untuk mengatur ekonomi negeri.

Adapun peraturan itu bolehlah kita bagi dua yakni peraturan ekonomi (pabrik, bank, tambang, spoor tanah dan sebagainya) dan peraturan batin, sebagai politik, pengadilan dan pendidikan. Pada tiap-tiap pabrik tambang atau spoor, maka kaum buruh sendiri sudah mengadakan komite di lembaga mana sekarang jatuh kekuasaan. Komite kaum buruh inilah sekarang yang menggatikan majikan, dialah yang memeriksa produksi satu-satu pabrik, yang sekarang dijalankan bukan lagi untuk si Kapitalis, yang tahu diuntung saja, melainkan untuk Rakyat yang bekerja. Dahulunya pemimpin yang terpelajar pada sebuah pabrik (opzichter, bookhouder dan insinyur) kerja untuk meajikan, tetapi sekarang terpaksa disuruh kerja untuk Rakyat. Sungguhpun begitu tiadalah dilupakan yang mereka terpelajar itu mesti mendapat penghidupan yang sempurna. Karena insinyur, bokkhouder atau opzichter itu asalnya dari kaum kapitalis, maka tiadalah ia menyetujui haluan kaum Bolshevik. Dengan bermacam-macam muslihat, (sabotase) ia berdaya upaya supaya produksi pabrik menjadi kurang supaya peraturan Bolshevik boleh dibilang salah.

Tentulah sabotase itu mudah dilakukannya, karena ia pintar.

Teranglah hal ini mendatangkan permusuhan dengan kaum buruh yang kerap kali mendatangkan paksaan yang lebih besar.

Berulang-ulang kita sudah bicarakan, bahwa Bank itu pada masa sekarang besar sekali pengaruhnya. Di mana-mana ia meminjamkan uang sama satu pabrik atau perusahaan kebun, sehingga industri sesuatu negeri biasanya takluk pada Bank itu. Pun di Rusia kelihatan kekuasaannya. Pabrik-pabrik yang sudah jatuh di tangan kaum buruh tiada akan dipinjami uang lagi oleh tuan bank, kalau masih diadakan kontrolnya kaum Bolshevik. Lantaran ini, maka sesuatu pabrik niscaya mesti ditutup atau dihapuskan kaum buruh, supaya si Kapitalis bersimaharajalela kembali seperti dahulu kala.

Tanah-tanahpun banyak jatuh di tangan atau pengaruhnya Bank. Barangsiapa meminjam uang, maka bank itu meminta jaminan, sehingga dengan jalan ini banyak tanah dimilikinya. Sungguhpun serdadu-serdadu yang lari atau pulang dari medan peperangan dan Rakyat dalam kelaparan, tetapi hasil tanah-tanah itu masih diperniagakan oleh spekulator bank sehingga harga-harganya makin lama makin naik.

Dalam pemerintahan pun kelihatan pengaruhnya. Sosial Demokrat Kerenski sudah bisa membikin undang-undang untuk mendirikan rumah-rumah atau memberi makan dengan harga murah pada Rakyat yang dalam kemelaratan tadi. Tetapi semua tidak bisa dijalankan sebab menteri keuangan menjalankan sabotase (halang-halangan) dengan biro-bironya. Apabila menteri itu dipecat, maka ia dapat pertolongan besar dari Bank.

Bukankah terang perhubungan Bank dengan Pemerintah Negeri? Pengaruh Bank yang begitu besar yang bisa merusakkan daya upayanya kaum buruh barulah bisa dihapuskan sesudah bank itu dijadikan Bank Rakyat dan uang-uangnya dijalankan untuk keperluan Rakyat.

Dahulunya perniagaan itu dijalankan untuk mencari keuntungan bagi dua tiga orang dalam negeri. Kalau barang banyak, maka harganya jatuh. Sebab itulah barang itu ditahan-tahan oleh orang yang bermodal besar supaya ia bisa mendapat untung berlipat ganda. Sekarang perniagaan itu dalam negeri dihilangkan sehingga harga turun naik itu pada hal mana Rakyat juga yang dapat celaka, hilang pula. Perniagaan cuma terjadi dengan negeri luaran, yaitu dalam barang-barang yang perlu dipakai dalam pabrik. Dan yang tidak didapat di tanah Rusia.

Demikianlah ringkasnya peraturan ekonomi yang dilakukan oleh kaum Bolshevik, yaitu menjatuhkan segala perkakas mengadakan hasil (tanah, tambang, pabrik dsb) atas tangan Rakyat atau wakilnya sendiri. Segala politiknya, berasal dari peraturan itu juga, yaitu menjaga, supaya kaum Modal dalam negeri dan musuh di luar negeri jangan merusakkan peraturan itu baik lahir (dengan jalan berperang) maupun batin (sabotase). Demikianlah lahirnya peraturan Soviet, yang bukan baru atau buah pikiran saja, melainkan pendapatan Rakyat sendiri dalam pergerakannya. Peraturan Soviet itu sudah dilakukan juga pada tahun 1870 (di tanah Perancis), sungguhpun tidak bisa berdiri beberapa lama, sifat-sifat Soviet itu bertentangan dengan sifat-sifat Parlemen.

Seperti Parlemen mempunyai sifat untuk mengekalkan si Buruh, demikianlah sifat Soviet itu untuk menghilangkan kemodalan. Seperti wakil dalam Parlemen terutama mewakili harta benda, begitulah Soviet itu mewakili Rakyat dan datangnya wakil bukan dari atas melainkan dari Rakyat sendiri.

Yang terutama sekali harus dihilangkan sifat birokratis itu. Sebab itulah, maka wakil itu tidak mesti membikin undang-undang saja (Parlemen), tetapi haruslah membikin dan menjalankan undang-undang sama sekali. Seperti dalam suatu Kongres, maka yang memvoorstel itulah pula yang biasanya menjalankan. Bukanlah seperti dalam negeri beralasan Parlementerisme, yang membikin undang-undang itu dipisahkan dengan yang menjalankan, sehingga biro-birolah yang berkuasa. Lagi pula, haruslah wakil yang tiada sanggup atau kelihatan tidak sanggup, atau curang, dalam segenap waktu boleh dipecatkan.

Sebab itu, waktu memilih itu jangan sekali dalam 3 atau 6 tahun umpamanya. Dengan jalan ini, wakil itu bisa sekali campur dengan Rakyat dan Rakyat selalu bisa memeriksa pekerjaannya, dan tiadalah sempat ia menjadi pejabat yang percaya sama laporan-laporan saja, sehingga ia menjadi bertentangan dengan Rakyat.

Peraturan Soviet itu, tiadalah sukar melukiskan:

KerangkaSoviet

Keterangan:

Sebuah negeri ada mempunyai desa-desa, yang biasanya menghasilkan padi atau gandum, dan kota-kota, dimana terkumpul pabrik bermacam-macam barang dan spoor. Di desa tinggal pak tani, dan di kota tinggal kaum buruh.

Sekarang tiap-tiap desa haruslah mengadakan Soviet sendiri. Anggotanya dipilih oleh desa itu dengan ”hak pilihan” yang cukup. Anggota-anggota itu sering-sering dikirim ke kota untuk membicarakan ini itu. Umpamanya berapa ia harus mengadakan gandum, supaya kelebihan gandumnya itu boleh ditukarkan dengan barang-barang pabrik (barang-barang besi, minyak tanah, kertas dan sebagainya).

Di kota bolehlah ia bertemu dengan wakil-wakil desa lain, dan wakil-wakil buruh kota itu sendiri. Pendeknya wakil-wakil desa A, B, dan C seringkali datang menghardiri Kongres di Kota D (Lihat Gambar). Kembali dari Kongres ia menceritakan pendapatnya pada kaum tani di desanya, dan sesudahnya ”vergadering Desa” ia turut campur kerja bertani dan campur bergaul-gaul seperti orang bersaudara.

Di kota pun sendiri sering-sering diadakan kongres untuk kaum buruh pabrik atau spoor pada seluruh kota itu. Perkara wakil-wakil adalah seperti dalam Kongres juga dan sesudah Kongres, maka kaum buruh tadi kembali di pabrik dan sebagainya.

Oleh karena satu daerah (distrik) berbeda keperluan dan hasilnya dengan daerah lain dan juga untuk mempersatukan seluruh negeri, maka perlu diadakan kongres negeri pada ibu kota. Di sana berkumpul wakil-wakil dari segala kota-kota. Di sana dibicarakan pertukaran hasil suatu kota dengan kota yang lain, di sana dibicarakan politik umum.

Di tanah Rusia Soviet negeri itu mempunyai 2500 wakil. Inilah anggota pengganti Parlemen pada zaman Kapitalisme. ”Soviet Negeri” ini membikin kongres 2 kali satu tahun. Di antara wakil-wakil itu juga dipilih untuk menjalankan undang-undang, yang sudah ditetapkan dalam kongres tadi. Jadi pekerjaannya hampir sama dengan ”Dagelijksech Bestuur” pada suatu Vereeniging. Dia kerja sampai kongres dimuka.

Sesudah kaum Bolshevik berkuasa sendiri, maka barulah ia dapat mengadakan ”Pengadilan” yang berdasar lain daripada pengadilan zaman kapitalisme. Oleh karena dalam zaman kapitalisme, hakim-hakim itu asalnya dari kaum uang juga, dan didikannya kemodalan, maka tiadalah kita heran kalau perasaannya bertentangan dengan perasaan kaum buruh.

Lagipula yang miskin dalam negeri tiadalah mampu membayar hakim yang pintar, sehingga dalam perlawanannya dengan kaum modal tentu akan kalah saja. Bagaimana pengaruhnya uang kita boleh ingat perkara Caillieux di tanah Perancis kira-kira 1914. Sungguhpun isterinya membunuh seorang redaktur, yang ternama pandai, tetapi kecerdikan hakim mempertahankan istrinya itu bisa membebaskan dia sama sekali. Misal itu kita boleh tambah dengan seberapa saja. Kita boleh pastikan bahwa yang kaya atau kuasa dalam negeri itu kerap kali bisa dapat bebas, sedangkan si buruh yang mencuri barang sedikit saja sebab kelaparan hampir selalu kena hukuman. Sungguhpun suatu ”teori hukum dan hakim” (dalam cita-cita) ada sempurna, tetapi karena peraturan Kapitalisme, maka yang miskin dan bodoh itu juga yang kena timpa.

Kita yakin, yang Rakyat sama sekali bisa pandai sendiri menimbang apa yang dinamai adil dan apa yang tidak. Kalau pengadilan itu sebelah-sebelahnya dijadikan umum, dan artinya umum itu, yaitu kalau siapapun boleh turut bicara mempertahankan diri atau dirinya orang lain, niscaya perasaan Rakyat akan bertambah-tambah. Begitu juga keberanian dan kepintarannya berbicara. Hal ini bolehlah disaksikan dengan sejarah juga.

Di minangkabau, dimana famili Negara itu kira-kira 100 tahun lalu berdasar demokrasi, tiap-tiap orang tahu undang-undang, dan tahu menjalankan undang-undang. Pada masa itu baik laki-laki, baik perempuan, ya kanak-kanak gemar bicara gemar mengunjungi suatu perkara (rechtszaak) dimana tiap-tiap orang merdeka berbicara. Seorang yang paling miskin pun boleh menuduh, boleh menjadi saksi.

Pengadilan pada ”masa adat” itu adalah umum sekali, dan termasuk sekali pada hati dan pikiran seluruh Rakyat Minangkabau. Beberapapun sukarnya perkara, selalu ia dilakukan Rakyat sendiri. Tetapi sesudah ”Pengadilan Rakyat” itu diganti dengan anggota ”Pengadilan Pemerintah zaman sekarang”, maka segala pengetahuan Rakyat dalam hal undang-undang itu hampir sama sekali hilang, begitu juga kepandaian dan bijak berbicara. Sisa peraturan yang kuno itu sekarang di Mingangkabau masih didapat pada orang-orang tua baik laki-laki, baik perempuan; mereka masih kenal adat dan undang-undang di luar kepala.

Daya upaya kaum Bolshevik, juga hendak membangunkan Pengadilan Rakyat. Sungguhpun cita-citanya itu tidak besok atau lusa boleh didapat, tetapi peraturannya sekarang lambat laun bisa menaikkan dan menyempurnakan persamaan keadilan seluruh Rakyat. Maka cara-caranya pengadilan kaum Buruh Rusia hampir seperti di Minangkabau juga. Segala Rakyat dalam satu pergaulan, baik di desa baik di pabrik turut campur, dan putusannya jatuh pada vergadering juga. Kalau mereka yang hadir tidak tahu jalan, barulah di tolong hakim-hakim yang terpelajar. Tentulah maksudnya akan menghilangkan hukuman yang menghinakan, karena hukuman yang berat bagi seorang manusia ialah peringatannya (kesadaran) sendiri. Bahwa segala teman-temannya melihat dia seperti orang bersalah. Malu itu lebih berat dari ”tutupan” atau ”perantaian” (sungguhpun dulu di Minangkabau seorang pembunuh boleh didenda saja. Tetapi pembunuh adalah jarang sekali. Perkara-perkara biasanya tidak disebabkan oleh curi-mencuri).

Juga perkara pendidikan tiadalah disia-siakan. Pendidikan pada zaman kaum Modal, yang mengekalkan kemodalan juga, ditukar dengan didikan yang betul-betul mendidik segala Rakyat. Barang siapa pandai dalam suatu hal, maka kepandaian itu akan diteruskan. Umpamanya seorang anak kaum buruh pabrik yang pintar berhitung dan suka pada mesin-mesin akan diajar menjadi insinyur. Sebaliknya pula, meskipun ia anak seorang majikan atau pembesar negeri, tetapi, kalau ia menjadi kaum buruh pabrik saja, atau menjadi pengarang atau yang lain-lain, yang semuanya perlu dalam sesuatu pergaulan hidup. Dengan jalan semacam itu, maka tiap-tiap orang ditaruh pada tempatnya sendiri, sehingga tiap-tiap orang gemar kerja, dan lantaran ini orang kerja dengan sekehendak hatinya, juga sebab ia dapat didikan yang cukup. Apalagi kalau kesehatannya dijaga, tentulah ia tiada bisa malas, sehingga ekonomi negeri boleh berlipat ganda dari sekarang.

Pada zaman kapitalisme, anak si kaya itu, meskipun otak tiada jalan (encer), tetapi ia mau mesti ke sekolah tinggi juga. Kesudahannya ia menjadi insinyur dan sebagainya yang kurang cakap dan kurang rajin, sedangkan anak kromo, tinggal kromo juga, meskipun seribu kali encer otaknya. Sebab itulah hasil negeri zaman Kapitalisme tidak bisa menyamai hasil negeri zaman Komunisme.

Lagi pula anak-anak dalam didikan Komunisme itu tiadalah sehari-hari diajarkan pekerjaan otak saja, sehingga otaknya jadi lembek, dan ia jadi benci pada pekerjaan tangan. Inilah juga kecelakaan didikan zaman kapitalisme. Pendidikan yang tinggi-tinggi itu, dimana kerja tangan tidak diindahkan, sudah mengandung bibit kemodalan, yakni membenci pada pekerjaan, yang tidak dijalankan dengan otak saja. Pemuda-pemuda keluaran sekolah, menyangka 10 kali lebih baik dari magang (klerk) daripada jadi tani atau tukang kayu. Pada sebuah sekolah berdasar Komunisme, segala anak-anak dicampurkan, tidak memandang asal. Lagi pula pekerjaan otak (sekolah) dicampur dengan kerja tangan (yang memang mesti dengan otak juga). Barang siapa pintar dalam suatu bidang, berhitung umpamanya, maka anak itulah yang dididik betul-betul dalam hal berhitung. Pendeknya maksud pendidikan itu bukan untuk menetapkan kemodalan untuk satu pihak dan keburuhan untuk pihak yang miskin, melainkan untuk mengeluarkan segala yang mulia yang tersembunyi pada tiap-tiap manusia, dan untuk menyenangkan pergaulan hidup.

Segala peraturan ekonomi, (tambang, pabrik, spoor dan sebagainya) Soviet, pengadilan dan Pendidikan kita ambil ringkasan saja, sungguhpun kita tahu, bahwa percobaan kaum Bolshevik ada penuh dengan kepandaian dan sifat-sifat yang bisa menambah pengetahuan. Maksud kita yang terutama untuk menceritakan bahwa sesudah Soviet berdiri (yakni anggotanya memerintah buat kaum buruh), maka Soviet maupun peraturan yang lain-lain itu gunanya untuk: 1. Penjaga supaya kaum Modal berpengaruh besar itu jangan bangun kembali. 2. Pelawan musuh baik dari dalam baik dari luar. 3. Penanam bibit Komunisme.

Zaman yang mengandung ketiga daya-upaya ini dinamai ”Ditaktornya kaum Proletar”, dalam zaman mana kaum buruh menghilangkan segala sifat kemodalan. Bukanlah zaman ini zaman komunisme, karena manusianya sama sekali masih baru datang dari neraka kemodalan. Zaman ini perlu datang sebelum tingkat yang ketiga datang.

C. Tingkat yang ketiga yakni zaman Komunisme atau Sosialisme, dimana tiap-tiap orang kerja sekuatnya dan mendapat hasil dengan secukupnya.

[sunting]

Kita bukan kaum utopis yang berseru-seru saja dalam doa supaya komunisme itu datang. Kita yakin bahwa keselamatan dan kesempurnaan manusia itu datangnya mesti dengan daya upaya juga. Sebab itulah maka ”Diktatornya kaum Proletar” itu diadakan. Dalam pergaulan ini orang boleh berusaha mencapai yang kita maksud lebih tinggi.

Segala hasil pekerjaan yang baik bisa melaksanakan kita sampai dan kesalahan kita boleh menjadi pengajaran.

Oleh karena baru keluar dari Neraka Kapitalisme dan tiap-tiap kita dalam zaman kediktatoran mengadakan undang-undang untuk sementara, yakni: ”Barang siapa tidak bekerja, tiadalah dapat makanan” bukanlah undang-undangnya Komunisme sejati. Dalamnya ada terlintas sedikit paksaan, yakni atas orang yang malas. Sebenarnya kemalasan itu tiadalah sama sekali sifat seorang manusia, malah berhubung juga dengan sifat-sifat kemodalan dan berhubung juga dengan kesehatan badan atau dengan didikan yang diterima pada masa kecil.

Pada zaman Kapitalisme, tidak bisa seorang Proletar cinta pada pekerjaannya, maupun pada majikannya, karena sebagian besar dari pada hasil yang diadakannya dimiliki oleh yang mempunyai modal. Lagi pula hampir tiap-tiap si Buruh terpaksa mengambil sembarang pekerjaan saja, yang bisa memberi sesuap nasi dan sepotong kain, karena ia tiada mempunyai perkakas mengandalkan hasil lagi seperti zaman kuno (tani) (Pada zaman tani orang masih mempunyai tanah dan cangkul sendiri, Pada zaman Kapitalisme sama sekali pabrik dan mesin kepunyaan kaum Modal). Makin lanjut umurnya Kapitalisme, makin kurang banyaknya orang yang mempunyai harta, makin keras kemelaratan, dan makin besar ”hak milik” seorang yang bermodal besar. Berhubung dengan hal-hal ini, maka hampir tiap-tiap orang dalam negeri berdasarkan kemodalan kerja untuk mencari upah atau untung saja. Sebab itulah maka ”zaman Diktatornya kaum Proletar” sementara mesti memakai undang-undang yang tersebut di atas. Undang-undang yang lain yang juga sementara mesti dilakukan, yakni: ”Bayaran yang sama buat pekerjaan yang sama”.

Ditilik dengan cermin kemodalan, undang-undang ini tiada ada cacatnya, karena memanglah 2 orang yang sama banyak mengadakan hasil, mesti sama mendapat bayaran. Tetapi kalau kita pikirkan dalam-dalam, maka kehasilan yang sama banyak itu hampir tiada pernah didapat dengan tenaga atau daya upaya yang sama berat. Seorang yang kuat dan pintar tentulah dengan segera bisa mengadakan hasil itu sedangkan si bodoh dan lemah, meskipun ia rajin, lama dan sukar sekali bisa mendatangkan hasil yang sebanyak itu juga. Jikalau kedua pekerja tadi dibayar sama banyak, bukankah pembayaran itu memberatkan pihak yang lemah-lemah?

Menurut dasar Komunisme juga tiada ada halangan kalau yang kuat itu umpamanya mendapat makanan yang tidak sama banyak dengan seorang kecil dan lemah, karena memanglah badannya yang kuat itu juga mempunyai keperluan yang lebih. Kalau kita ingatkan lagi bahwa satu manusia dengan manusia lain berbeda perasaan dan keperluannya lahir dan batin, maka tiadalah sukar bagi kita akan mengambil misal-misal untuk membuktikan bahwa undang-undang yang kedua tadi memang belum sempurna. Seperti undang-undang yang pertama tadi, kita terpaksa memakainya, ialah disebabkan oleh sifat-sifat yang kita peroleh lantaran kemodalan, yang dibelakang kita juga.

Undang-undang yang nyata mengandung bibit Komunisme dalam ”zaman Dikator” ialah ”Satu buat semua dan semua buat satu”. Sesudah perkakas mengadakan hasil jatuh di tangan Rakyat, maka undang-undang ini betul-betul dilakukan. Dalam Pabrik, tambang atau pun pertanian (Kommune) maka undang-undang ini dijadikan dasar. Yang jelas buahnya tentulah dalam pendidikan (didikan). Anak-anak yang hidup dalam Kommune itu tentulah lebih mudah dihinggapi sifat-sifat yang mulia, lebih mudah dari orang yang sudah dewasa yang sudah sama sekali dirusakkan oleh kemodalan. Seperti sudah kita ceritakan, maka maksud pendidikan itu untuk kerukunan kerja otak dengan kerja tangan, untuk menghilangkan persangkaan bahwa bekerja itu membuat mencari upah atau untung saja. Pada anak-anak yang dijaga betul-betul kesehatannya, dan sifat itu tentu akan mudah hinggap kegemaran kerja, yakni bekerja sebab badan kita mau, dan untuk bersama. Sebab itulah, maka Komunisme yang betul-betul itu datangnya baru sesudah satu atau dua keturunan. Kelak tiap-tiap desa atau pergaulan akan cukup mempunyai kesenian (lagu, gambar, karangan, buku-buku dan syair) dan ilmu-ilmu, yang sama sekali menambahkan perasaan halus manusia.

Sama sekali kelak harta buah perasan atau pikiran itu bukan mencari untung bagi satu atau dua orang, melainkan untuk menyenangkan pergaulan hidup.

Sebagaimana partai politiknya kaum komunis dalam zaman Diktator memegang kekuasaan negeri, begitulah juga serikat buruh memegang ekonomi. Jalan mewakili seperti dalam Soviet juga yakni dari bawah ke atas dan dilakukan oleh si pekerja atau kepercayaannya. Supaya segala cabang Industri (pabrik kain, pabrik besi, pabrik kulit dan lain-lain) jangan berpisah-pisahan, jadi supaya segala cabang-cabang merasa satu keperluan segenap Rusia, maka tiap-tiap cabang itu mengirim wakil ke Moskow.

Disana duduk wakil-wakil dari sekalian serikat buruh, seperti wakil-wakil yang terkumpul pada Pusat Kontrol dalam zaman Kapitalisme juga. Dia berhak masing-masing dengan mufakatnya wakil lain-lain industri akan menentukan upah dan lamanya kerja.

Oleh karena beratnya kerja dan juga harganya tiap-tiap macam hasil barang, besi, sepatu berlain-lainan, tentulah juga lama kerja dan upahnya untuk bermacam-macam si pekerja itu dilain-lainkan pula.

Buktinya, seorang yang kerja pada sebuah tambang (di bawah tanah) tentulah dilainkan upah dan lamanya kerja dengan pekerja dalam pabrik sepatu umpamanya. Perkara lama kerja, upah liburan, obat mengobat (geneeskundige behandeling) dirembuk ditetapkan oleh kaum pekerja sendiri dalam Pusat Kontrol tadi dan tiadalah ia dalam hal itu bisa ditindas-tindas lagi.

Supaya hasil yang bermacam-macam itu (pakaian, mesin-mesin, makanan dan sebagainya) jangan kekurangan atau kelimpahan, maka mestilah pula diadakan satu lembaga yang bisa menentukan berapa tiap-tiap cabang industri mesti mengadakan hasil. Kalau sampai hasil pakaian kelimpahan, tetapi mesin-mesin misalnya untuk seluruh Rusia kekurangan, maka haruslah pabrik-pabrik pakaian sementara ditutup, dan pabrik-pabrik mesin ditambah. Pendeknya mesti ada pimpinan pusat. Pusatnya itu didapat pada anggota yang boleh dinamakan Dewan Ekonomi. Dalam Dewan ini duduk wakilnya si pekerja Industri dan tani dan duduk juga orang-orang pandai hal ekonomi dan mesin-mesin. Dewan Ekonomi, tiadalah perkakas pemerintah, melainkan untuk menentukan hasil, untuk membeli barang-barang dari luar negeri (karet, besi dsb), membagikan barang-barang itu di pabrik-pabrik di Rusia, mengumpulkan hasil-hasil segala pabrik di Rusia dan membagikan hasil itu pada tiap-tiap kota atau desa. Bagaimana kerja dalam pabrik, seperti upah, dan lama kerja seboleh-bolehnya dipulangkan pada kaum pekerja sendiri, yang mempunyai anggota seperti Pusat Kontrol tadi. Dengan jalan ini dihindarkan penindasan atas kaum pekerja, dan faedahnya Dewan Ekonomi tadi terutama buat mempersatukan cara serta banyaknya produksi untuk segenap Rakyat.

Menilik kepala karangan kita, dan nama Bab ini (Soviet), maka orang bisa menyangka bahwa kita menyimpang dari peraturan yang mau kita bicarakan, karena sedikit saja kita menyebutkan nama-nama Soviet. Supaya hal ini jangan bisa mendatangkan ragu, maka kita merasa perlu memberi keterangan yang bisa menghilangkan keraguan itu.

Pertama sifat Soviet itu tidak terdapat pada anggota pemerintah saja, baik dalam desa, pabrik, kota ataupun negeri, tetapi dasar ”satu untuk semua, dan semua untuk satu” itu juga ditanam pada Pusat Kontrol, pendidikan dan sebagainya yang sama sekali gunanya untuk pendatangkan Komunisme. Begitulah juga dasar-dasar yang lain, seperti mewakili sepanjang kaum pekerja (Industriele vergenwoordiring) ”Kekuasaan Rakyat” terdapat dalam sekalian anggota-anggotanya zaman Diktator.

Kedua, umur Soviet di Rusia baru dua atau tiga tahun, adalah muda sekali kalau dibandingkan dengan umur Parlemen yang sudah beratus-ratus tahun (tanah Inggris). Segala hak-hak (pilih-memilih, hak initiatief, interpellatie dan sebagainya) sesuatu Parlemen, yang juga dipakai dalam ”vereeniging” biasa, yang juga menjadi Haknya sesuatu Soviet, tentulah tidak perlu kita ceritakan lagi panjang lebar. Sebab itulah cukup mudah kalau disebutkan saja sifat-sifat yang terutama bertentangan.

Pertentangan maksud yang mesti kita ingat antara Soviet (sebagai anggota pemerintah) dengan Parlemen, yakni: Suatu Parlemen gunanya untuk mengekalkan keburukan dan kapitalisme, tetapi Soviet perkakas sementara untuk menghilangkan kemodalan dan mendatangkan Sosialisme.

Dua sifat Soviet itu, (yakni ”penghilangan kemodalan dan menanam bibit Sosialisme), jangan kita lupakan! Apabila lembaga-lembaga ekonomi, pendidikan dan pengadilan kelak menjadi sempurna, maka Soviet itu akan hilang, atau dihilangkan. Dalam hal in zaman Diktator berganti dengan zaman Komunisme sejati (Sosialisme). Zaman Komunisme sejati (tingkat no.3) yang sama (cocok) dengan Sosialisme itu, boleh kita gambarkan dengan keadaan pergaulan hidup, yang berdasar: Tiap-tiap orang kerja sekuatnya dan mendapat hasil secukupnya. (Artinya seorang yang sehat, yang kena didikan sempurna, dan mengerjakan pekerjaan yang disukainya, bisa rajin. Inilah namanya kemerdekaan, karena kerja itu bukan paksaan lagi, melainkan menurut sifat manusia. Lagi pula tiap-tiap orang akan dapat rezeki cukup karena hasil negeri akan bertambah-tambah). Jadi maksud Komunisme itu, sama dengan maksud Sosialisme, tetapi sedangkan Sosialisme mempunyai bermacam-macam jalan (yakni kaum Sosial-Demokrat dengan jalan Parlemen, kaum Anarkis dengan bom dan dinamit), maka Komunisme menetapkan jalan dari 3 tingkat-tingkat, yang sudah kita terangkan. Ringkasnya: Arti kata Sosialisme itu ada lebih umum dan lebar dari perkataan Komunisme, dan sebab umumnya itu mudah mendatangkan keliru.

Berapa lamanya zaman Diktator dan berhubung dengan itu, berapa lamanya Soviet mesti dipakai, tiadalah bisa kita tentukan. Meskipun lembaga-lembaga ekonomi, pendidikan ada sempurna, tetapi kalau kaum Modal dalam dan luar negeri yang berpengaruh begitu besar, lagi bisa menipu-nipu Rakyat dan bisa menghalang-halangi daya upaya kaum Komunis, tentulah perdamaian masih jauh. Kita melihat bahwa kaum Modal di Rusia tidak saja mengadakan sabotase dan pemberontakan dalam negeri tetapi bisa memanggil pertolongan dari negeri-negeri luar yang berdasar kemodalan. Berapa sudah tentara yang dikirim oleh kemodalan dunia untuk menjatuhkan kaum Bolshevik. Berikut-ikut tentara-tentara itu ditewaskan, meskipun Rusia kelaparan, kekurangan obat bedil dan senjata, sedangkan tentara-tentara kaum yang berkecukupan serdadu, senjata dan makan. Bagi kita kaum Komunis kemenangan atas musuh yang berlipat ganda besar dan kayanya itu adalah suatu bukti bahwa peraturan Soviet betul kukuh dan betul senyawa dengan Rakyat. Tetapi sebaliknya kita tidak lupa yang Rusia sendiri tentu tidak akan bisa melawan terus musuh yang beratus kali kuat itu. Negeri-negeri lain di Eropa juga mesti mempunyai Soviet, yakni Diktatornya kaum Proletar. Barulah boleh serdadu-serdadu yang berhaluan komunis itu menukar senapan dengan perkakas pengadaan hasil.

Barulah bisa segala lembaga-lembaga ekonomi hidup dengan sempurna. Tetapi seperti sekarang ini semua kaum Komunis yang berani, lurus dan yakin, mesti saban-saban tampil di medan peperangan, mesti saban-saban menahan pelor meriamnya kaum modal