Narsisisme dan Romantisisme Dalam Novel Negara Kelima Karya Es Ito/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah paparkan pada bab sebelumnya, terlihat jelas bahwa wacana romantisisme dan narsisisme ternyata berbaur menjadi satu. Menurut penulis, perasaan bangga yang terlalu berlebihan, pada akhirnya akan berkembang menjadi narsisisme. Kebanggaan dan puji-pujian terhadap masa silam sah-sah saja adanya sejauh kebanggaan tersebut digunakan sebagai media untuk memperbaharui dan memperbaiki diri dan kehidupan. Akan tetapi, romantisisme yang kebablasan, akhirnya akan mengarah pada narsisisme. Kebanggaan dan puji-pujian yang terlalu berlebihan cenderung mengarah pada pemujaan terhadap diri sendiri dan citra diri yang dilihat oleh orang lain dari pantulan bayangan diri kita di dalam cermin kehidupan.

Dari uraian yang telah dilakukan sebelumnya, terlihat jelas bahwa wacana romantisisme dan narsisisme dalam novel karya Ito tersebut tidak dapat dikembalikan pada dasar filosofinya, tetapi hanya sebatas pencapaian suasana. Romantisisme dan narsisisme ternyata bercampur aduk menjadi satu.

Perlu digarisbawahi bahwa dalam menyuarakan ide dan pikirannya, sadar atau tidak, Ito telah menggunakan gaya romantik yang tertuang dalam setiap peristiwa di dalam novelnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa wacana romantisisme mendominasi sebagian besar rangkaian peristiwa yang terjalin dalam cerita. Halitu tentu dapat dimaklumi karena novel yang berlatar sejarah itu, telah sarat dengan gaya romantik itu sendiri. Kembali ke masa lampau yang jauh dari hingar bingar peradaban masa kini merupakan salah satu ciri romantisisme.

Impian dan khayalan tentang kebebasan, kemerdekaan, bahkan kekecewaan terhadap sesuatu terkadang harus dibungkus dalam pengungkapan yang romantik walaupun romantisisme mungkin mengingatkan kita pada hal-hal yang cengeng, bersemangat, menggebu- gebu, dan sederet lainnya, yang pada dasarnya berhubungan dengan perasaan yang berlebihan. Satu hal yang patut dicatat adalah romantisisme itu akan selalu hadir dalam sastra di mana pun dan masa apa pun karena ciri-ciri romantisisme itu memang melekat dalam diri manusia, terutama sastrawan yang malahirkan karyanya.

Wacana romantisisme dan narsisisme yang tergambar dalam cerita ini pada dasarnya bertujuan memberitakan pada dunia bahwa kita bukanlah bangsa yang kerdil. Kita juga lahir dari rahim sebuah kejayaan di masa lampau, yang saat ini telah dilupakan oleh masyarakat dunia. Teriakan dari para pemuda yang tergabung dalam kelompok KePaRad adalah teriakan setiap insan muda Indonesia yang menginginkan bangsa ini kembali menjadi bangsa yang besar, seperti besarnya kejayaan nenek moyang kita dulunya.

3.2 Saran

Penelitian yang penulis lakukan ini baru dalam tahap yang masih sangat dangkal. Karena keterbatasan wawasan dan referensi, hasil maksimal mungkin masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk para peneliti yang berminat di bidang sastra untuk mendalami lebih jauh novel Negara Kelima ini. Karena novel itu dapat dikategorikan sebagai novel sejarah alangkah baiknya jika penelitian berikutnya memfokuskan kajiannya pada latar belakang sejarah yang ada dalam karya itu.

Saran itu untuk menyikapi cukup banyaknya sastrawan yang mengusung genre sastra sejarah dalam karyanya. Ito sendiri pun telah melahirkan novel keduanya yang juga berlatar belakang sejarah, yaitu Rahasia Meede yang juga berlatar belakang sejarah, yaitu sejarah VOC di nusantara.