Lompat ke isi

Nakoda Tenggang/Bab 7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

7. NAKODA MUDA


BINTANG Nakoda Tenggang memuncak terus. Berkali-kali pelayarannya selamat saja. Pada setiap kali pulang dari pelayarannya semakin bertambahlah kekayaannya dan kekayaan mertuanya saudagar Biram. Hartanya sudah bertumpuk-tumpuk tak terkirakan lagi banyaknya. Gedungnya beberapa buah, emas peraknya berpeti-peti, intan bermata berpundi-pundi.

Tetapi inilah sifatnya orang memburu harta. Semakin banyak semakin tak puas. Nafsu duniawi itu rupanya tak ada batasnya. Dan ia merasa tak puas pula dengan masih terkungkung oleh orang lain. Walaupun orang itu adalah mertuanya sendiri. Maka Tenggang pun membeli sebuah kapal baru. Lebih besar dan lebih indah dari Elang Segara. Kapal itu kepunyaannya sendiri. Pimpinan Elang Segara diserahkan kepada orang lain.

Dengan kapalnya sendiri itu dapatlah Nakoda Tenggang berusaha untuk dirinya sendiri saja lagi. Semua keuntungan yang didapat menjadi miliknya sendiri. Namun nafsu serakah mengumpulkan harta sudah menguasai dirinya kini. Tenggang sekarang sudah berbeda dengan Tenggang yang dahulu. Tenggang yang berbudi dan sopan santun sekarang sudah berubah menjadi Nakoda Tenggang yang otaknya saban hari dipenuhi oleh pikiran: Bagaimana menumpuk harta itu sampai tak ada batasnya lagi. Ia memang sudah ahli dalam hal ini. Tabiatnya tegang dan keras. Tetapi karena kekayaannya semua orang merasa segan kepadanya. Anak buahnya pun merasa takut kepadanya, karena sifatnya yang keras dan kaku itu.

Pada hal jika dipergunakannya hartanya sampai hari tua ia takkan menderita lagi. Bahkan sampai tujuh keturunannya timbunan harta itu takkan habis-habisnya. Tetapi nafsu memburu harta itu sudah mendarah daging baginya. Tak ingatkah dia lagi dengan asal-usulnya? Tak ingatkah dia lagi dengan kedua orang tuanya yang melarat? Menurut persangkaan Nakoda Tenggang kedua orang tuanya tentu sudah meninggal dunia.

Hawa nafsunya kian hari kian memuncak. Sehingga cara dan jalan biasa yang ditempuhnya sudah mulai pula ditinggalkannya. Ia ingin menumpuk harta sebanyak-banyaknya . Dengan tempo yang sesingkat-singkatnya dan jalan yang semudah-mudahnya. Untuk ini Tenggang menemukan sebuah cara. Tentu saja menurut caranya sendiri.

Dikumpulkannya anak kapal yang muda-muda dan gagah-gagah. Dipersiapkannya senjata aneka jenisnya . Demikian pula dengan persiapan yang lain-lain . Kini rencananya mulai dilancarkannya.

Ketika di tengah pelayaran ini melihat sebuah kapal dagang, dengan mendadak bentuk kapalnya diubahnya. Nama kapal ditutup dengan kain hitam. Ke puncak tiang dikereknya bendera yang berlukiskan tengkorak bersilang. Lalu diburunya kapal dagang yang tampak itu. Kapalnya memang amat cepat jalannya. Dalam seketika kapal itu akan terkejar olehnya. Lalu dirompaklah kapal dagang itu habis-habisan. Kalau anak buahnya melawan, tanpa ampun mereka dibunuhnya. Muatan kapal itu dipindahkan ke kapalnya. Dan kapal itu dilepaskan atau ditenggelamkan di tengah lautan itu.

Demikianlah dilakukannya berkali-kali. Dan semua perompakannya berhasil. Hasilnya dijual ke negeri yang mula ditemuinya. Dalam beberapa kali saja kekayaan yang didapatnya tak alang kepalang lagi. Melebihi hasilnya bertahun-tahun berniaga.

Jadi dalam pelayaran bentuknya lain dan ketika akan memasuki sebuah pelabuhan kapal Tenggang tak ubahnya dengan kapal dagang biasa saja. Tetapi pelayar-pelayar sudah merasa ketakutan. Karena sering di lautan dengan tiba-tiba saja muncul kapal perompak lanun yang nakodanya terkenal kejam dan ganas. Tak segan membunuh dan menenggelamkan kapal yang sudah dikosongkannya isinya.

Maka tidaklah mengherankan kekayaan Nakoda Tenggang cepat sekali naiknya. Dalam waktu yang amat singkat ia sudah dapat menimbun harta tak terpemanai banyaknya. Melebihi kekayaan seorang raja. Tokonya berpuluh buah, gedungnya berpuluh buah, emas, perak dan permatanya membukit. Kapalnya pun sudah dua tiga buah. Tak ada dalam kota Labuhan Puri orang yang lebih kaya dari Nakoda Tenggang. Ia sudah menjadi seorang manusia besar yang sangat disegani di Labuhan Puri. Sehingga raja pun menaruh segan dan hormat kepadanya.

Nakoda Tenggang ini pun pintar pula. Pada setiap kali ia kembali dari pelayarannya ada-ada saja hadiahnya kepada raja Labuan Puri. Hadiah itu semuanya benda-benda yang tak terdapat di Labuan Puri dan sangat mahal harganya. Nakoda Tenggang memberi hadiah kepada raja itu tidak dengan maksud apa-apa. Tetapi baginda mentafsirkan dari segi yang lain. Atau mungkin perhatian raja sudah sangat besar kepada Nakoda Muda yang kaya raya itu. Wajahnya pun tampan.

Adapun raja negeri itu mempunyai tiga orang putra. Yang tua laki-laki sudah meninggal dunia. Adiknya laki laki juga dan ialah menjadi putra mahkota yang bakal menggantikan raja itu kelak. Adiknya pula seorang putri yang amat elok parasnya. Jaranglah putri secantik itu. Nama putri itu Ratna Lela.

Akhimya raja membuat tindakan yang tak disangka. Nakoda Tenggang dimintanya menjadi menantunya. Sekalipun raja mengetahui bahwa dia sudah beristri. Nakoda Tenggang tak dapat berbuat apa-apa. Baginya tentu hebat nian! Menjadi menantu seorang raja. Dan putri itu terkenal kecantikannya

Saudagar Biram pun tak dapat berbuat apa-apa. Karena ia takut kepada raja. Puspa Sari pun demikian. Semuanya terkatup mulutnya tak dapat bicara lagi. Nakoda Tenggang beroleh seorang istri lagi, putri raja dalam negeri itu. Semuanya tentulah berkat kekayaannya yang berlimpah-limpah itu. Bahkan kota Labuhan Puri itu pun rasanya dapat dibelinya.

Maka berubahlah keadaan rumah tangga Nakoda Tenggang. Satu kapal dua juru mudi. Seorang cantik, seorang elok. Karena istrinya sudah jaranglah Nakoda Tenggang pergi berlayar.