Lompat ke isi

Nakoda Tenggang/Bab 11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

11. PENUTUP

DI MALAYSIA banyak sekali tempat-tempat yang dapat dijadikan tempat berdarmawisata di waktu hari minggu atau hari Libur. Tempat tempat itu diatur dengan rapi sehingga menyenangkan dan menggembirakan untuk dilihat-lihat dan menjadi tempat rekreasi yang menyegarkan. Jalan ke tempat-tempat itu teratur baik sehingga nyaman untuk dilalui kendaraan. Hubungannya pun dipermudah sehingga orang yang ingin hendak berkunjung ke tempat-tempat itu tidak menemui kesulitan apa-apa.

Tujuh mil sebelah utara kota Kuala Lumpur terdapat pula sebuah tempat darmawisata yang seperti itu. Bila hari Minggu atau hari libur lainnya ramai sekali orang berkunjung ke sana. Lebih-lebih pada hari Raya orang Hindu, Taipusan dan Dipavali tak terkatakan ramainya orang datang ke sana, dari segala bangsa. Bahkan juga turis-turis dari luar negeri. Di sana terdapat kuil Sri Subramanja Swamy yang amat dihormati orang Hindu. Di sana terdapat bekas sebuah legenda yang amat terkenal di Malaysia. Namanya Batu Caves!1) Konon menurut ceritanya itulah bekas kapal Nakoda Tenggang yang sudah menjadi batu.

Di mana-mana terdapat legenda yang sejalan dengan itu. Di daerah Minang (Sumatera Barat) terdapat Batu si Malin Kundang di Air Manis, Padang. Hampir sama jalan ceritanya dengan Nakoda Tenggang. Di Pulau Belitung terdapat pula sebuah legenda seorang anak yang durhaka namanya si Kantan. Sampai sekarang masih terdapat Pulau si Kantan yang asalnya dari kapal anak durhaka itu. Juga dekat Piladang. Payakumbuh terdapat sebuah ngalau yang bemama Ngalau si Bincik. Konon kabarnya si Bincik itu nama seorang anak yang durhaka kepada ibunya.

Hanya cara dan jalan ceritanya yang saling berbeda. Tetapi walau bagaimana kisah-kisah seperti ini ada juga manfaatnya bagi kita bersama. Agar kita selalu tetap menghormati kedua orang tua kita yang sudah melahirkan, membesarkan dan menjaga kita sejak kecil sampai kita besar dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan. Anak yang mendurhaka kepada orang tuanya pasti akan dikutuk Tuhan. Takkan selamat hidupnya selama-lamanya.

TAMAT

Lurah Bukit, Payakumbuh, 3 Desember 1973.