Lompat ke isi

Muslihat/Bab4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

A. Program

[sunting]

SI PACUL : Bolehkah kita pastikan, bahwa program itu ialah sarinya hasrat kita?

MR. APAL : Tak salah begitu, Cul.

SI TOKE : Cobalah susun sarinya program kita itu Dam!

SI GODAM : PROGRAM KALANGAN RAKYAT BERJUANG itu lebih kurang:

Mendirikan Pemerintah Berjuang oleh rakyat berjuang Mendirikan Laskar Rakyat Membagikan tanah pada tani melarat Melaksanakan hak pekerja mengatur produksi Melaksanakan Ekonomi Berjuang Membersihkan Indonesia dari tentara asing Melucuti senjata Jepang. SI PACUL : Sedikit penerangan Dam! Baik juga kau batasi Pemerintah itu. Sungguh benar kalau kau sebut Pemerintah Berjuang. Pemerintah yang tiada berjuang bersama-sama dengan rakyat yang sedang berjuang itu adalah pemerintah yang mengharapkan hadiah dari atau kompromis dengan imperialisme ceroboh! Pemerintah berjuang itu mesti dipilih oleh rakyat berjuang pula. Mereka yang menunggu-nunggu kemenangan Inggris-Nica tiada berhak memilih Pemerintah Berjuang itu.

SI GODAM : Sebetulnya begitu Cul!

SI TOKE : Jadi Laskar Rakyat itu maksudnya ialah Laskar Rakyat Berjuang yang dipimpin oleh Pemerintah Rakyat Berjuang tadi. Laskar Rakyat itu mestinya lepas sama sekali dari pimpinan atau pengaruh semangat yang ingin “kompromis” atau takluk bertekuk lutut.

SI GODAM : Begitulah, Kek.

SI PACUL : Pembagian tanah itu ada sedikit sulit, Dam. Kepada siapa terutama dibagikan tanah itu? Apakah tanahnya ningrat juga sekarang mesti dibagi-bagikan?

SI GODAM : Dasar pembagian itu dalam garis besarnya yang berpunya kelebihan dikurangkan sampai cukup buat dirinya sendiri, buat dikerjakan sendiri. Yang kekurangan ditambah sampai cukup buat dikerjakan sendiri. Di mana ada satu golongan yang mau memiliki tanah itu bersama dan menyelenggarakan bersama, kemauan golongan itu harus dibantu.

SI PACUL : Jadi yang pertama mesti dikasih tanah ialah proletar tani, ialah tani yang tak punya tanah sama sekali. Kedua yang punya setengah cukup. Ketiga yang cukup, tetapi sederhana saja. Tapi tanah siapa yang mesti dibagibagikan itu?

SI TOKE : Sekarang engkau dapat bagian, Denmas.

DENMAS : Aku? Aku tidak keberatan!!

SI GODAM : Tanah Ningrat biasanya tak luas!

SI PACUL : Seandainya ada yang luas?

SI GODAM : Kalau Ningrat yang bertanah luas itu menentang Republik dan seorang kaki tanganya Nica, baiklah tanahnya dibagi-bagi.

SI TOKE : Semuanya tanah kapitalis asing dibagi-bagi pulakah?

MR. APAL : Memang patut kebunnya Inggris-Belanda yang sudah memerangi rakyat Indonesia itu disita saja. Mereka sudah memerangi kita dan mengambil puluh ribuan jiwa rakyat kita.

SI PACUL : Jadi kalau kita mengambil harta bendanya kapitalis ceroboh itu, yang sebenarnya tanah kita sendiri dan diusahakan oleh tenaga kita sendiri, pekerjaan kita itu tidak berlawanan dengan aturan internasional. Bukankah satu negara yang memerangi negara lain hartanya disita oleh negara lain itu?

SI GODAM : Siasat pembagian tanah itu mengandung dua maksud. Pertama, sebagai siasat kemakmuran. Ialah satu siasat yang dijalankan dengan maksud menambah kemakmuran. Dalam masa berjuang inipun hasil itu tak boleh dikurangkan. Kedua sebagai siasat memberontak. Apabila tanah itu diterima dan dikerjakan oleh seorang penentang imperialisme ceroboh maka pada ketika itulah pula dia menjadi seorang prajurit perjuangan yang taat setia pada kemerdekaan. Buat dia kemerdekaan itu berarti harta benda yang diperolehnya itu, yang mesti dipertahankan mati-matian. Kehilangan Kemerdekaan Indonesia buat dia berarti kehilangan mata pencaharian, yang sudah dipegangnya dan diselenggarakannya buat dia dan anak istrinya.

SI PACUL : Ringkasnya siasat pembagian tanah itu berwujud kemakmuran dan semangat perjuangan.

MR. APAL : Pabrik, bengkel, tambang, kereta dan lain-lain perindustrian sudah dimiliki oleh Republik. Apakah lagi tindakan yang sekarang mesti diambil?

SI GODAM : Selekas mungkin mereka mesti diberi hak mengatur produksi dan distribusi. Lagipula mereka mesti ditarik ke dalam badan politik, di kota daerah dan negara. Dengan begitu mereka betul-betul menjalankan hak mereka mengatur produksi, distribusi, dan politik. Dengan begitu mereka betul-betul merasakan hak mereka lahir-batin.

SI PACUL : Cuma dalam masa perjuangan ini mesti dipelajari lebih dahulu apa industri yang mesti diteruskan atau ditambah. Perdagangan dengan luar negeri sudah putus. Sebagian besar perindustrian Indonesia sekarang terhenti dengan terhentinya perdagangan dengan luar negeri itu. Perindustrian Indonesia di bawah Belanda didasarkan barang bahan dan barang yang diperniagakan ke luar negeri.

SI TOKE : Jadi perindustrian sekarang mesti dicocokkan dengan keperluan perjuangan saja.

SI GODAM : Tepat Kek. Ini menuntut pemeriksaan yang pertama, serta perundingan dan tindakan yang cepat tepat. Ini berhubungan dengan “Rencana Ekonomi” yang akan dibrosurkan pula. Dengan begitu maka Titik 6, yakni perkara melaksanakan Rencana Ekonomi Berjuang kita tunda ke lain waktu dan lain perundingan.

SI PACUL : Perkara 6, dan 7, yakni membersihkan Indonesia dari tentara asing dan melucuti senjata Jepang adalah akibat yang terdasar pertama oleh timbulnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan kedua, oleh perebutan “agresif ” (ceroboh) dari pihak Inggris dan bonekanya Nica sendiri.

SI GODAM : Hak membalas “perang” dengan “perang” itu adalah cocok dengan hak mutlak dan kehormatan Negara Merdeka. Manusia Merdeka dan Berkehormatan itu juga berhak dan terus balas “jotos” dengan “jotos”. Di dunia hewan cuma anjing yang merangkak kembali kepada tuannya sesudah dipukul. Dalam masyarakat manusia cuma budak yang menerima pukulan dengan tidak melawan. Republik Indonesia Merdeka akan sendirinya terlempar ke jenis “anjing atau budak”, kalau “perang” tidak dibalas dengan “perang” pula. Tak ada pengakuan yang kita, Indonesia Muda, akan rebut dari hati sanubari Negara Merdeka dan Rakyat Merdeka di luar Indonesia.

SI PACUL : Benar! Negara dan Rakyat Merdeka di dunia ini akan jijik melihat sikap kita. Dalam hatinya mereka akan berkata: “Republik” Budak di Indonesia itu sudah sepantasnya “diakui”, tetapi bukan sebagai Negara Merdeka, melainkan sebagai Dominion, Gemennebest atau corak jajahan lain-lain buat diinjak-injak oleh Inggris atau Belanda selama dunia berkembang.

MR. APAL : Memang akibatnya pengakuan kita atas kemerdekaan kita sendiri itu mengandung pengakuan dan kewajiban: “kita sendiri melucuti Jepang”.

SI PACUL : Itu sudah logis dan semestinya.

B. Susunan

[sunting]

SI GODAM : Yang dimaksudkan di sini bukanlah susunan pemerintah, tetapi susunan “Kalangan Rakyat Berjuang”. Maksudnya terutama memang berjuang. Perkara yang lain-lain seperti pendidikan, kesehatan, dll dalam arti yang dalam dan luas sepatutnyalah kalau diserahkan kepada pemerintah saja.

SI PACUL : Tepat Dam! Maksud “kalangan” itu yang pertama dan terakhir ialah “MEMANG BERJUANG”. Pada “kalah menangnya” rakyat kita dalam perjuangan inilah tergantung “tumbang atau tumbuhnya” Republik kita dan hidup matinya Rakyat Indonesia.

SI GODAM : Buat susunan perjuangan itu, saya pikir ada tiga bagian yang penting sekali, pertama Bagian Politik, kedua Bagian Pertahanan, ketiga Bagian Ekonomi.

DENMAS : Manakah bagian yang terpenting?

MR. APAL : Dalam Negara Republik berdasarkan Kedaulatan Rakyat dan Sosialisme, sudahlah tentu Bagian Politik itu yang terpenting. Bagian Politik itulah yang menentukan arah jalannya Negara, seperti seorang nahkoda menentukan arah kapalnya berlayar. Jadi dalam hal putus memutus Bagian Politik-lah yang menjatuhkan kata terakhir.

SI PACUL : Memang kalau putusan terakhir itu jatuh di tangan Bagian Pertahanan, maka mungkin negara kita akan bersifat militeristis. Keadaan sifat begitu mesti kita singkirkan dari sekarang.

MR. APAL : Akibat pemerintahan militeristis yang terdiri dari ratusan pulau ini akan memberi jalan kepada perpecahan. Satu diktator militer di Jawa umpamanya akan mengundang adanya diktator militer di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, mungkin pula di Ambon atau Maluku. Republik kita dan kemerdekaan kita jatuh atau berdiri dengan “kata mufakat”. Kalau kepulauan Indonesia tak bisa mengadakan pemerintahan yang didirikan atas “kata mufakat” maka besarlah bahaya kita atas perpecahan.

SI GODAM : Pendeknya putusan penghabisan dalam pimpinan politik negara mesti terletak di tangan Bagian Politik. Apabila arah politik sudah ditentukan dan diputuskan oleh kalangan buat berjuang maka kepada Bagian Pertahananlah diserahkan menetukan siasat dan pimpinan perjuangan.

SI PACUL : Sudahlah tentu Bagian Politik tidak akan berdiam diri saja.

SI GODAM : Tentu tidak! Siasat berjuang dan pimpinan berjuang itu senantiasa mesti diketahui dan diawasi oleh Bagian Politik. Pun Bagian Ekonomi bukanlah satu bagian yang terpisah dan menonton saja. Pada Bagian Ekonomilah terletak kewajiban menjaga keekonomian. Makan minum, pemondokan, perawatan, pengangkutan dll dari tentara yang sedang berjuang mati-matian itu membutuhkan perhatian pikiran dan kemauan para pengurus sepenuh-penuhnya.

MR. APAL : Ringkasnya mesti ada kerja tolong-menolong antara Bagian Ekonomi, Bagian Pertahanan, dan Bagian Politik. Tetapi putusan tertinggi dan bertangngung jawab terhadap Rayat Berjuang mestinya berada di tangan Bagian Politik.

SI PACUL : Memang kekuasaan dan tanggung jawab itu mesti ditentukan lebih dahulu. Kalau tidak akan timbul kekacauan kiri-kanan seperti sekarang. Apalagi kalau tentara kita di medan perang sedikit mendapat kemunduran, maka kekacauan dalam Badan Pimpinan itu bisa memasukkan biji “devide et empera”, pecah dan kalahkan dari pihak musuh yang mengintai-intai itu.

SI GODAM : Tiap-tiap tiga bagian itu mempunyai cabang (pembagian) pula. Bagian Politik saya pikir terutama dibagi empat cabang besar pula, ialah : 1. Urusan garisan politik Kalangan 2. Usaha menyelidik semua hal yang mengenai politik 3. Urusan penerangan 4. Urusan susunan.

SI TOKE : Memang pembagian pekerjaan dan tanggung jawab itu perlu sekali. Semua cabang di atas saya anggap penting. Garis politik mesti dipegang betul supaya kita jangan menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan oleh Sidang Kalangan. Barangsiapa yang menyimpang dari garis itu mesti dikenai disiplin, ialah sesudah diperoleh bukti yang sah. Urusan penyelidik mestilah selalu siap sedia menjaga supaya jangan masuk orang atau paham yang merugikan perjuangan kita. Sudahlah terang bahwa penerangan dan siaran itu penting sekali. Keyakinan dan siaran itu penting sekali. Keyakinan dan semangat rakyat bisa dipegang dan diperhebat dengan jalan penerangan dan siaran. Bahaya mata-mata musuh itu tak ada selamanya bisa didapat dengan jalan penerangan dan penyiaran. Rakyat yang serba gelap gampang dimasuki setan pemecah belah. Akhirnya susunan di pusat, cabang, dan tampuk mesti dicocokkan buat seluruh negara, pulau, provinsi, daerah, kota, dan desa. Itulah perlunya cabang urusan susunan di atas.

SI GODAM : Kupikir baiklah Bagian Pertahanan itu kita bagi pula atas empat urusan : 1. Urusan Tentara Rakyat 2. Urusan Kepolisian 3. Urusan pemuda berjuang 4. Urusan porewa (milisi)

SI PACUL : Urusan tentara itu sudah tentu berhubungan dengan latihan kemiliteran pimpinan tentara berupa opsir dan persenjataan. Begitu juga urusan kepolisian. Urusan pemuda yang berkenan dengan pertahanan itu sesungguhnya pula perlu mendapat perhatian teristimewa. Boleh dikatakan bahwa di bahu pemudalah sebagian besar terletaknya pertahanan Negara Republik. Yang mestinya tak kurang mendapat perhatian ialah urusan perang. Dalam masa Imperialisme Belanda ada satu golongan orang Indonesia yang berdarah merdeka dan bersifat pemimpin, mereka tak mau terikat oleh aturan yang ditimbulkan oleh Imperialisme Belanda, baikpun aturan yang berhubungan dengan ekonomi ataupun politik. Mereka mempunyai para pengikut, tiap-tiap pemimpin sampai 500-1.000 orang, yang ikut pemerintah pemimpinnya dengan tak menghitung laba rugi, hidup mati. Di masa imperialisme Belanda mereka dianggap musuh ketentraman masyarakat yang memang bobrok itu. Sekarang mereka sendiri tak menginginkan masyarakat jajahan itu dikembalikan. Di mana-mana mereka mengadakan tindakan sendiri menghadapi musuh yang ceroboh bersenjata lengkap. Di mana mereka menerima kepercayaan Murba dan tanggung jawab, di sana mereka mengadakan perubahan yang baik. Mereka yang dibentuk oleh masyarakat jajahan dahulu itu, kaum porewa, yang semangat berontak dan senantiasa serempak serentak berontak dan mesti ditaruh di bawah perhatian dan pimpinan yang sehat. Kalau tidak, mereka akan bertindak sendiri dan mungkin merugikan perjuangan.

SI GODAM : Memang kita mesti urus dan perhatikan semua golongan manusia yang kita warisi dari masyarakat jajahan yang busuk itu. Memang gampang melamunkan “prajurit suci” yang beridaman “suci”. Tetapi dalam dunia perjuangan ini, kita tiada mengelamun. Kita mesti praktis! Kita mesti berjuang dengan alat berupa barang, dan manusia yang ada pada kita. Akhirnya Bagian Ekonomi mesti mempunyai cabang pula buat: 1. Urusan pekerja, 2. Pertanian, 3. Perusahaan, dan 4. Pasar. Prajurit pekerja dan proletar tani tentulah mesti mendapat perhatian luar biasa. Buat proletar muda mesti diadakan latihan dan kursus, supaya mereka disiapkan buat memimpin perusahaan, pertanian, politik, dan pertahanan negara. Perhatian kita mesti memusatkan kepada ini, karena merekalah yang paling aktif dan sudi berkorban dalam perjuangan yang paling hebat dahsyat ini. Seboleh- bolehnya kaum pedagang dan perusahaan kecil dan tenaga itu disusun pula dalam satu organisasi seperti koperasi. Semangat perorangan yang mengendali perhatian dan aksi mereka mesti dibelokkan pada semangat kolektif, gotong-royong buat membantu republik yang dalam marabahaya ini. Kaum dagang di pasar pun termasuk pada golongan ini juga. Begitulah susunan “Kalangan” itu dalam garis besarnya.

SI PACUL : Memang kalau susunan semacam itu bisa dilaksanakan di pusat, di pulau, di provinsi, di daerah kota, 70 juta rakyat Indonesia ini tak akan bisa lagi digertak atau ditipu pembujuk ataupun bajak perampok dari arah manapun juga datangnya. Siaran si perampok ataupun siaran pelor-bom akan melayang tersia-sia saja!