Lompat ke isi

Langit Kelabu Di Atas Mekah/Bab 1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Abesinia dalam abad ke: VII

***

Agama Islam baru saja berkembang di tanah Arab. Pengikutnya belum banyak. Baru berjumlah puluhan orang. Mereka selalu di buru-buru. Disiksa. Di asingkan. Dan Nabi Muhammad s.a.w. tidak menadpat sambutan yang memuasakan. Malahan ada antara kaumnya yang menuduh Muhammad bukan seorang nabi. Tetapi seorang tukang sihir. Dan membawa ajaran yang ujudnya ialah untuk memecah belah rakyat.

Dengan berkat lindungan Allah sajalah Nabi Muhammad dan para pengikutnya tetap dilindungi Tuhan. Dna ajaran ini berkembang dan pengikutnya semakin banyak. Dari ber jumlah puluhan lalu menjadi ratusan. Kemudian menjadi ribuan, laksaan dan ber puluh tahun kemudian sudah berjumlah jutaan. Sekarang Idlam sudah masuk menjadi agama yang terbesar di dunia.

Tetapi sebelum mencapai kejayaan itu tidak sedikit penderitaan yang di alami oleh nabi dengan semua pengikutnya. Penderitaan yang amat berat dan pedih. Dan semua di pikul dengan sabar dan iman yang kuat. Ibarat batu karang di landa ombak besar.

Pada masa itu Kerajaan Abesinia yang terletak di bumi benua Afrika sebelah timur sudah merupakan sebuah kerajaan yang besar dan kuat. Daerah kekuasaannya juga amat luas. sampai ke Asia kecil di jazirah arab. Negara Yaman menjadi daerah pemerintahannya juga. Pada suatu masa kekuasaan di daerah jajahan itu dipegang oleh seorang Gubernur yang bernama Abrahah. Gubernur Abrahah inilah yang terkenal ke serakahannya dan datang ke Mekah dengan membawa sebuah pasukan yang besar. Sebahagian besar terdiri dari pasukan gajah. Demikian terkenalnya Abrahah ini sehingga di abadikan Tuhan dalam salah satu surat suci Al Quran. *[1]).

Nama bangsa itu lebih terkenal dengan: Habsyi.

Gelaran rajanya ialah: Negus. Ibu kotanya pada masa itu bernama: Aksum. Kota inilah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Habasyi itu. Arsitekturnya cukup tinggi. Kota ini dibangun diatas bukit-bukit yang rendah. Dan sebagai kelaziman kota-kota dalam zaman itu sekitar kota terdapat pagar tembok yang kokoh. Tidak tanggung-tanggung! Tingginya 20 kaki dan tebalnya 12 kaki.

Tembok kota itu mempunyai radius sepanjang kira-kira empat kilo meter.

Untuk masuk kota di setiap penjuru terdapat sebuah pintu gerbang yang cukup kokoh juga. Orang bebas keluar masuk gerbang kota itu sampai pukul dua belas malam. Dan pagi-pagi gerbang itu dibuka pula kembali. Jadi terdapat empat buah pintu gerbang di setiap mata angin. Selain pintu gerbang yang besar terdapat pula kira-kira 40 buah gerbang yang lebih kecil.

Setiap gerbang itu mempunyai nama sendiri-sendiri. Gerbang sebelah timur namanya: Gerbang Inhig sebelah barat namaya Ede, di sebelah utara bernama Inhyo sebelah selatan gerbang Efhir namanya.

Istana Negus dibangun dengan batu granit hitam terletak diatas sebuah bukit kecil yang bernama : Idibri. Istana ini dilingkung pula oleh pagar tembok yang kokoh. pintu gerbangnya hanya satu dan siang dan malam dikawal oleh tentara bersenjata. Nama istana itu; 'Fiashor' yang artinya Istana Hati.

Dalam istana itulah Negus tinggal bersama keluarganya. Negus yang berkuasa pad masa itu bernama Shamah bin Abgar. Ia masih muda baru berusia sekitar 30 tahun. Permaisurinya cantik jelita bernama Hishai. Mereka sudah mempunyai empat orang putera pateri. Putera yang sulung bernama Arhaban. Putera ini menemui nasib sial ketika menyeberang di Laut Folzum. Kapalnya karam sehingga ia tenggelam dengan semua pengiringnya. Waktu itu putera mahkota itu sedang dalam perjalanan menuju Mekah. Maka tinggalah tiga orang puteranya yang seorang yaitu yang tertua puteri bernama: Hapiki. Yang tengah bernama Haltor dan yang bungsu bernama Pangeran Garia.

Negus memerintah tidaklah dengan kekuasaan mutlak. Tetapi ia dibantu oleh para menteri dan orang besar kerajaan. Dan mempunyai kekuasaan paling utama ialah seorang Pendeta Besar yang bernama Pendeta Gariham. Dan Menteri Besarnya bernama Tihanos.

Penduduk Abesinia pada masa itu memeluk agama Kristen mazhab Hestoria. Bentuk agama ini agak berbeda dengan agama Kristen yang biasa. Mereka tidak mempercayai bahwa Isa itu anak Tuhan. Dan mereka tidak mempercayai bahwa Nabi Isa itu mati disalib.

Dalam sebuah gereja besar di kota itu masih tersimpan sebuah perahu kuno yang ber sejarah. Perahu itulah yang dipergunakan dulu oleh Ratu Sheba untuk mengunjungi Nabi Suleman. Ratu Sheba inilah yang membangun kota Aksum ini kira-kira dalam tahun 578 sebelum Masehi. *)[2]

Gereja besar, gedung-gedung pemerintahan terdapat dalam lingkungan istana ini. Diluar istana ini lah terdapat rumah-rumah penduduk yang terbuat dari batu.

Kota Aksum itu terletak ditepi sunga Tacazze yaitu anak dari sungai Nil. Untuk mencapai kota ini orang harus menyeberangi sungai yang lebarnya kira-kira seratur meter. Tidak ada jambatan. Air sungai itu hanya dangkal saja namun airnya deras.

Dari kota jelas saja kelihatan gunung Ras Dashan. Tinggi gunung ini 15.158 kaki dan merupakan sebuah gunung berapi yang masih bekerja.

Lahar yang disemburkan gunung Ras Dashan inilah yang menghancur leburkan kota Aksum tua ini sehingga lenyap dari muka bumi. Samalah halnya dengan nasib kota Pompeji dan kota Herculanum di Italia yang terbenam dalam timbunan lahar karena letusan gunung Vesuvius. Hal ini terjadi dalam tahun 1267M.

Dan barulah beberapa abad kemudian kota Aksum tua itu dapat di gali kembali.




.//.

  1. *)/ Bacalah: ' PASUKAN GAJAH ' penerbit: WIDJAYA , Jkt.
  2. *)Bacalah : KIAMAT KOTA SHEEA, penerbit Widjaya .