Lompat ke isi

Kalimantan/Kata Pengantar

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

KATA PENGANTAR.

PERANAN jang dilakukan „Putih” dan „Kuning" telah lewat. Satu hal kini telah njata sekali: Kita bukan figuranten lagi! Dulu diwaktu zaman pendjadjahan, Kalimantan itu adalah „Kambing Hitam" atau „Anak Tiri”. Tidak mengherankan. Setiap pendjadjahan barang tentu sadja dalam segala hal hanja memandang kearah kepentingan sendiri. Dengan demikian kaum modalnja hanja mengingat kepada semata-mata kepentingan ekonominja sadja. Berusaha didaerah-daerah luar Djawa dan Sumatera menurut perhitungan tidak sesuai dengan ekonomis motief. Terutama sekali disebabkan karena kekurangan tenaga manusia.

Berdasarakan atas pendirian itu, maka kemadjuan penduduk di Kalimantan sangat terbengkalai. Kalimantan, pulau jang terbesar di Indonesia merupakan Ksatrya Kumbakarna sedang njenjak tidur bertapa. Kini raksasa itu terbangunkan oleh suara riuh rendah „Merdeka.......... Merdeka,......... Merdeka!" Disertai oleh dentuman senapan, mortir dan granat jang gegap gempita. Ditambah pula dengan gelegar meriam dan bom jang sangat dahsjat. Sang Kumbakarna sebagai pahlawan sedjati tak sudi ketinggalan ikut serta berdjuang untuk kemuliaan negaranja.

Bumi beredar, zaman beralih! Anak tiri Kalimantan jang dahulu hampir tak pernah disebut-sebut itu, kini mulai mendjadi buah bibir. Dalam persurat-kabaran seringkali Kalimantan didjadikan „headlines”! Djika dahulu hanja dikenal nama sadja, dewasa ini dikundjungi oleh pembesar-pembesar dari pusat, para Menteri, bahkan djuga oleh Wakil Presidennja, dan ......... Presidennja sendiri! Selain itu tamu-tamu dari luar negeripun tidak suka ketinggalan „bis". Tak putus-putus kedatangan mereka itu. Ada jang dari Amerika, ada jang dari Inggeris, ada jang ingin mendjual tractornja, buldozernja, mesin ininja dan mesin itunja. Dengan singkat Kalimantan bukan lagi „terra incognita" dan ia mulai menarik perhatian dalam dan luar negeri!

Telah menjadi urgensi-program Pemerintah untuk memikirkan nasib seluruh daerahnja. Lebih-lebih lagi djika dipandang dari sudut politik penambahan bahan makanan jang kini sedang merupakan focus perhatian Pemerintah kita.

Politik Pemerintah djadjahan dan politik Pemerintah nasional bagaikan bumi dengan langit perbedaannja! Jang pertama didasarkan untuk menarik keuntungan sebesar-besarnja bagi pendjadjah, dan jang kedua menudju kepada keadilan dan kesedjahteraan sosial bagi rakjatnja . Maka dengan terbitnja Buku Peringatan ini, sedjilid untuk setiap Propinsi, mudah-mudahan sadja perhatian masjarakat terhadap daerah, selainnja Djawa dan Sumatera, terutama Kalimantan dapatlah bertambah dengan sepertinja.
Tentang isi buku, harus diakui bahwa masih djauh daripada memuaskan. Alasan tak guna dikemukakan. Tjukup kiranja, djika disertai dengan idaman supaja dapat diperbaiki untuk tjetakan jang kedua dan selandjutnja.
Achirulkalam perlu sekali dari tempat ini diutjapkan banjak-banjak terimakasih kepada semua Djawatan-djawatan serta instansi-instansi dan orang-orang perseorangan jang telah sudi menjumbangkan buah fikirannja, bahan-bahan dan buah penanja kepada usaha ini. Tak dapat kami menjebutkan satu demi satu. Karena banjaknja, chawatir kalau-kalau ada jang tertjitjir, padahal bantuan sekalian mereka itu sangat kami hargakan sekali.
Hanja kepada Dr. Moerdjani dan Kolonel Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan dan Panglima Territorium VI, sebagai pembesar tertinggi Pemerintah Sipil dan Ketenteraan, utjapan terima-kasih itu kami istimewakan untuk kata-kata sambutan kedua beliau itu terhadap terbitnja buku ini.
Dengan ini "Buku Peringatan Kalimantan” kami sadjikan kepada chalajak ramai, dengan harapan agar Kalimantan lebih dikenal dan agar tumbuh tjinta terhadap Kalimantan jang kini masih dapat digambarkan laksana gadis jang menunggu-nunggu kekasihnja.

DJAWATAN PENERANGAN PROPINSI
KALIMANTAN.