Halaman:Warisan Seorang Pangeran 03.pdf/65

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Goat Hoa batal menjerang terus, ia menahan dirinja. Tiba² ia dengar suara angin dibelakang kepalanja. Ia tahu, tentulah ada datang serangan gelap. Tanpa menoleh lagi, ia menangkis kebelakang, hingga dengan satu suara njaring ia dapat membikin sendjata si penjerang terpental. Sesudah itu barulah ia memutar tubuh, hingga ia bisa lihat penjerang itu, seorang muda jang djangkung, jang bersendjatakan sebatang golok jang bergigi bagaikan gergadji. Berat golok itu mungkin empatpuluh kati. Nona Sim tidak kenali dia, sedang pemuda itu sebenarnja adalah Pek-Ho Siauw Seng Tay si Burung Ho Putih, djago kedua dari Tjietjioe Soe Kiat, Empat Djago dari Tjietjioe.

Mendapatkan batjokan jang pertama digagalkan, Seng Tay segera menjerang untuk kedua kalinja.

Goat Hoa tahu orang ini bertenaga besar, ia tidak mau melawan keras dengan keras. Dengan memutar tubuhnja, ia berkelit, Hebat kelihatannja jang dilakukan tjepat sekali, hebat djuga serangan lawan, hingga tubuhnja Seng Tay terdjerunuk kedepan. Djusteru itu, tangan kiri si nona terajun, sebatang teratai-besinja melajang menjambar. Djarak diantara mereka berdua dekat sekali, Seng Tay pun lagi repot menahan diri, ia tak dapat lolos dari serangan itu, maka ia lantas djuga bekap pundak kanannja seraja dari mulutnja terdengar suara menahan sakit. Ia terhujung pula, goloknja djatuh ketanah.

Menghadapi lawan telengas itu, jang main bokong, Goat Hoa djuga berlaku keras. Dengan satu lompatan, ia menjusul, terus mengajun tangannja, menikam kearah tenggorokan.

Sjukur bagi Seng Tay, dalam keadaannja seperti itu, ia sempat djuga melindungi dirinja, dengan djalan mendjatuhkan diri ke- tanah, hingga ia djadi duduk numprah.

Selagi si nona gagal dengan tikamannja itu, ia dengar angin menjambar dari arah kanan. Ia tahu mesti sendjata rahasia sedang mendatangi. Lekas ia membungkuk. Tepat sekali, begitu ia mendak, begitu kongpiauw lewat diatasan rambutnja jang ditutup dengan ikat kepala.

Houwyan Pa menjaksikan bahwa Say Hiang Hoei liehay sekali. seraja putar pedangnja, pedang Tjeng-kong-kiam, ia lompat mele- wati kawan'nja untuk mendekati si nona.


(Bersambung)

186