Halaman:Warisan Seorang Pangeran 03.pdf/24

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Siauw Seng Tay masih mendesak terus ketika goloknja, jang dipakai membatjok, kena dikelit sambil diteruskan ditolak kesamping, berbareng Yo Kong Tie melajangkan kaki kirinja kearah sikut lawannja itu. Tepat tendangan itu.

Tanpa ampun lagi, Seng Tay merasakan tangannja sesemutan, tjekalannja mendjadi lemas, goloknja jang berat itu tak dapat ia pegang lagi, hingga terlepas sendirinja, djatuh ketanah.

Ketika jang baik ini digunakan Kong Tie untuk menjerang dengan pedang pendeknja. Ia madju menikam.

Seng Tay melihat antjaman bahaja, terpaksa ia melajani dengan tangan kosong. Begitulah dengan berlompat, ia undurkan diri.

Yo Kong Tie beranggapan lawannja sudah kalah. Ia tidak menjerang terlebih djauh, sebaliknja, sambil tertawa, ia membungkuk, untuk mendjemput goloknja si Burung Hoo Putih itu. Ia tentu sadja tidak menduga djelek terhadap lawannja itu.

Seng Tay sebaliknja beranggapan lain. Dia memang pandai menggunakan sendjata rahasia. Selagi berlompat, tangannja sudah merogo kedalam sakunja, maka itu, tepat selagi si orang she Yo itu memungut golok, dia ajun tangannja, hingga sebatang pou-tee-tjie lantas sadja menjambar kedjalan-darah thay-yang-hiat dari Mauw San Tjit Yoe jang nomor enam itu.

Sjukur untuk Yo Kong Tie, ia memungut golok dengan tjepat. Ketika ia melempangkan tubuhnja, ia dapat melihat terajunnja tangan lawan, maka, menduga ia tengah diserang sendjata rahasia, lekas ia angkat tangannja, menjambuti serangan gelap itu, Ia berhasil menanggapi.

Siauw Seng Tay berpikir lain. Ia tidak berhenti dengan satu kali serangannja itu. Setelah gagal dengan poutee-tjie, ia mengulangi serangannja dengan dua potong lagi sendjata rahasianja, ialah sam-leng-tjo atau bidji buah tjo. Ia mengarah muka dan perut.

Piauw bidji tjo itu berat, djarak mereka pun dekat, maka melesetnja piauw itu tjepat sekali, Masih Kong Tie dapat melihatnja, tetapi tak sempat ia menangkis atau menjambuti dua serangan itu. Tidak ada djalan lain, ia buang diri ketanah, menggulingkan tubuhnja dengan tipunja „Giok-touw touw hoay” atau „Kelintji kumala membuang diri kedalam rangkulan”, salah satu djurus dari „Yan Tjeng Sip-pat Hoan” atau „Yan Tjeng berdjumpalitan delapanbelas kali”. Dengan begini ia bisa berkelit djauh hingga tiga-empat tindak.

Kalau Kong Tie dapat menghindarkan diri, tidak demikian de-

145