Halaman:Warisan Seorang Pangeran 02.pdf/12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

puteranja Kee Koan Lam guru silat Pat Kwa Tjiang dari bukit Eng Yoe Nia di Hay-tjioe. Njata kedua pihak telah kenal nama masing² dari itu mereka berkenalan setjara gembira sekali, sambil ter-tawa².

Beberapa muridnja Lok Tjiauw segera kepalai beberapa orang, jang romannja kasar, untuk mengatur kursi dikedua belah ruangan. Satu baris terdiri dari duapuluh buah, satu karis lagi hanja tiga buah. Dibagian bawah ada lagi sebuah kursi serta bangku.

Lok Tjiauw melirik, untuk dapat kepastian bahwa semua telah beres, lalu ia beri hormat kepada kedua pihak, jang ia undang untuk ambil tempat duduknja masing².

Teng Yang adjak entjienja dan Tjeng Loen pergi kesebelah kanan. Ia bermaksud memberikan kursi pertama untuk piauwsoe she Tjian itu, tetapi Tjeng Loen tahu aturan, ia mengalah untuk Goat Hoa, jang dengan tampan lantas duduk dikursi pertama itu.

Disebelah kiri, rombongan Tjioe Too Liong duduk menurut runtunan deradjat dan umur, jang duduk dikursi pertama adalah siorang tua, ialah Hoe Loen.

Sesudah semua orang duduk rapi, baharulah Lok Tjiauw ambil tempat duduknja, ialah dikursi dibawah dengan ditemani beberapa muridnja.

Hampir berbareng semua mata diarahkan kepada Sim Goat Hoa, jang romannja tjantik dan agung, jang sikapnja sangat tenang, sehingga ia seperti tak ambil mumat semua orang itu Lok Tjiauw segera berdiri. Ia mendjura kepada semua hadirin, lalu ia membuka pembitjaraan, menuturkan kenapa ia sudi mendjadi orang perantara. Ia bitjara dengan rapi. Ia mengharapkan perdamaian, atau kalau toh terpaksa, biarlah tangan kosong jang menjelesaikannja......

Sepantasnja, Tjioe Too Liong jang mesti menjambut pidato pembukaan itu. Tapi tidak demikian. Adalah Hoe Loen jang bertjokol dikursi pertama itu, jang membuka mulut setelah meng-usut² djenggotnja.

„Sudahlah!” katanja. „Dimana orang pun telah dihadjar hingga luka, kita baik djangan terlalu keburu napsu. Eh, Tjioe Pangtauw, bukankah kau mengundang tetamu untuk didjamu? Sekarang semua sudah hadir, perutku situa djuga sudah berbunji gerijukan, kenapa kau masih belum mau menitahkan mereka menggotong datang barang hidangan ?”

Habis berkata, dia tertawa ber-gelak², suaranja njaring sekali.

71