Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/62

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

semua bahan jang mahal. Lihat itu daun muda, itulah pusu sajur hio-tjoen, dipetiknja mesti diwaktu pagi, lalu dimasak dan didaharnja diwaktu tengah-hari, rasanja segar dan lezat. Didalam satu tahun, tjuma beberapa kali sadja orang dapat merasai pusu ini. Ah, lao-hia, sungguh, bagus sekali djodoh mulutmu !”

Tjeng Loen merasakan kebenarannja kata² orang tua ini. Sedjak engkong dan ajahnja, sudah tiga turunan ia mendjadi piauwsoe, ia dapat memakai uang dengan leluasa, akan tetapi sebagai ahli silat, ia tidak mengutamakan barang makanan, maka itu, ia beda sekali daripada orang tua ini, jang pandai masak. Tanpa merasa, ia hadjar habis tiga mangkok nasi, dua ekor ikan dan separuhnja masakan touwhoe dengan pusu daun hio-tjoen itu. Tjoba tidak ia tengah menghadapi kesulitan, mungkin ia bisa dahar lagi satu lipat banjaknja !

Nampak orang berdahar dengan lahapnja, siorang tua girang, sambil benahkan piring-mangkok, ia perdengarkan suara senandjungnja pelahan.

Lega hati Tjeng Loen menjaksikan sikap jang aneh ini. Ia sekarang mau pertjaja pasti bahwa dia adalah Kouw In Hoei jang ia tjari.

„Lootjianpwee”, ia berkata kemudian, dengan permohonannja, „kau telah beri aku makan dengan ijuma², itu masih tak dapat menolong aku, maka itu, untuk bitjara dengan sedjudjurnja, aku mohon sudilah kau tolong aku, untuk suka membuat perdjalanan, guna menemui Yan Tjoe Hoei. Djikalau piauwku itu dapat diram-pas pulang, selandjutnja aku akan keram diri didalam rumah, untuk memomong sadja anakku. Tidak nanti aku sebut pula usaha piauw! Bagaimana, lootjianpwee ?”

Masih dua tiga kali Tjeng Loen mengulangi permohonannja itu, baru ia lihat lagi perubahan wadjah siorang tua, begitupun sikapnja. Orang tua ini masih tidak mengaku ia benar adalah Ban-lie Twee Hong Kouw In Hoei tetapi ia sudah bersikap sungguh², tak setolol semula, dia tak bergurau lagi. Malah dia beri nasihat untuk sipiauwsoe djangan pergi kelain tempat untuk mentjari bantuan.

„Kau pergilah seorang diri pada Yan Tjoe Hoei. Kepadanja kau tuturkan djelas bagaimana mulanja kau menerima tugas mengiring emas itu”, demikian katanja. „Kau mesti omong dengan terus-terang, lalu kau haturkan maafmu. Aku tahu, Yan Tjoe Hoei walaupun seorang wanita, tetapi dia adalah orang kang-ouw se-