Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/45

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

ini, apa lagi jang mesti dibuat takut ? Asal siotjia dapat diantar dengan selamat, entah bagaimana terang mukaku siorang she In"

Tjeng Loen puas mendengar pudjian itu, Djin Tjoen sebaliknja ber-pura tidak mendengar. Ia hanja repot mentjari hotel, karena ia insaf, kesukaran masih belum habis. Tidak nanti musuh sudah sadja dengan kegagalannja jang pertama itu.

Hotel jang dipilih adalah Hotel Wan Lay didjalan sebelah Timur. Pihak hotel kenal baik Ban Seng Piauw Kiok, malah ada beberapa pegawainja jang kenal langsung pada Tjeng Loen, Mereka memberi beberapa kamar kelas satu serta melajani dengan baik.

Habis bersantap dengan perkenan gurunja, Boe Djin Tjoen pergi keluar untuk merondai sekitar hotel, guna melihat kalau ada orang jang sikapnja mentjurigakan.

Tiangkeng-tin bukannja sebuah kota besar, tetapi disebut hidup. Untuk daerah Kanglam, dapatlah disebut sebuah pelabuhan darat dan air. Banjak saudagar jang berlalu-lintas disini. Maka, hotel Wan Lay penuh dengan tetamu, prija dan wanita serta anak, tak kurang daripada duaratus tetamu.

Djin Tjoen mesti perhatikan demikian banjak tamu itu. Ia tidak mentjurigai siapa djuga, ketjuali heran atas satu botjah umur delapan atau sembilan tahun, jang bertempat disebuah kamar diruang Barat. Botjah itu gesit sekali. Dia rupanja mengerti silat. Sebab dia seorang botjah, dia tidak diperhatikan terlebih djauh.

Malam itu, selagi kebanjakan tetamu belum tidur pules, mendadak terdengar djeritan wanita minta tolong. Djeritan itu tadjam, datangnja dari kamar dibelakang kamar Tjeng Loen. Menjusuli itu terdengar suara2 sangat berisik, diantaranja ada teriakan: „Ada orang dibunuh! Ada orang dibunuh!"

Sambil membawa sepasang bidji tohnja, Tjeng Loen keluar dari kamarnja, untuk menjaksikan kedjadian itu. Sebagai seorang gagah, tak dapat ia berdiam sadja. Tapi sikap Boe Djin Tjoen beda. Ia lebih teliti dan sabar. Dia sambar pedangnja, niatnja pergi kekamar In Soeya, guna melindungi empat peti kulit merah. Baharu dia melangkah keluar dari pintu kamarnja, atau seorang jang tubuhnja ketjil djangkung membentur lengannja dengan keras sambil membisiki:,,Hai, sahabat menampa benang, kau hunus bidji hidjaumu, mari kita bertanding main""! Setelah itu, orang itu terus lompat naik keatas genting didepannja. Gerakannja gesit sekali.

42