Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

kami djiwa! Djadi kita tak dapat bertindak sembarangan ! Sebentar sebelum langit mendjadi gelap kita sudah mesti sampai di Tiang-keng, maka sekarang djuga kita mesti berangkat !”

In Soeya bengong mengawasi. Apabila ia tampak mata orang mendelik dan wadjahnja perongosan, tidak berani ia banjak omong lagi, Ia lantas bangun, terus dandan guna ikut berangkat !

Boe Djin Tjoen djuga telah salin pakaian. Ia dandan dengan singsat, kepalanja dibungkus dengan pelangi hidjau, dibebokongnja tertantjap goloknja. Dengan tangan kanannja, ia pegangi piauwkie, benderanja jang ketjil, sebab bendera jang besar tidak ada. Ia berada dipaling depan. Tepat dimuka pekarangan hotel, ia berseru : „Berangkat !”

Dan berangkatlah rombongan itu, tidak setjara diam² sekian lama, hanja dengan berterang.

Tjeng Loen berdjalan paling belakang, tangannja memegang goloknja, golok Gan-leng-to, Ia jang atur djoli dan kuli? tukang gotong serta serdadu pengiring, jang dibagi mendjadi dua barisan. Dengan duduk atas keledainja, ia ambil tempat ditengah². Tetapi Parsons dilakukan dengan pelahan.


Tidak lama keluarlah mereka dari batas kota Eaten Siang-siok.

Dasar daerah makmur, walaupun habis perang, keramaian masih ada bekas²nja. Sampai kira² duapuluh lie diluar kota, tempat tak mendjadi sunji-senjap, disitu masih ada lalu-lintas orang dan kereta.

Tjeng Loen bertjokol diatas keledainja dengan matanja diarahkan ke-empat pendjuru. Ia. mentjoba menenangkan diri, akan tetapi tak dapat ia singkirkan pikirannja tentang perbuatan litjik In Soeya. Ia heran untuk kedjadian kali ini. Sudah banjak tahun ia tidak pernah keluar sendiri, tahun? sekarang ia mendjadi korban soeya itu. Ia melindungi harta besar, tapi membawa pengiring sedikit, malah tanpa satupun pegawanja. Sjukur kalau ia selamat sampai ditempat tudjuan, kalau tidak, entahlah......

„Aku tjuma berdua, apabila terdjadi sesuatu, dapatkah salah satu pulang untuk membawa warta ?.....” ia ngelamun.

Sementara itu, tanpa merasa, orang tiba dikota ketjil tempat singgah, Djin Tjoen minta dua buah ruang dirumah penginapan terbesar, satu disebelah dalam, satunja lagi disebelah luar. Jang dalam untuk sinona bersama empat peti-kulit jang besar jang bermuatkan


36