XXIV TENANG² Lynch berdiri sambil menggeliat. „Aku sendiri tahu itu Robby! Tapi kau djangan mengira bahwa orang seperti Doughlin itu termasuk orang jang tidak hati?”.
„Kalau begitu dia tentu dengan sengadja membiarkan pintu itu tidak terkuntji”.
„Ja, begitulah”, angguk Lynch.
„Maksudnja?
„Mudah sadja Robby. Untuk apa kalau tidak untuk membiarkan kita lari!”
„Bagiku belum djelas”.
„Dungu sekali kau!” gurau Lynch. „Sama sadja halnja waktu dia memerintahkan orang²nja mengikat kita sedemikian rupa sehingga kita mudah melepaskan diri. Dan andai kita mentjoba berbuat begitu, maka dia akan punja tjukup alasan mengapa peluru²nja merobek-robek daging kita dari belakang!”
„Ja, aku mengerti sudah”, djawab Deane.
„Dan sekarang kita tjuma ingin mel hat bagaimana dia menunggu-nunggu kita lari dari sini”.
Berkata demikian Lynch mengambil p sausakunja dan membuka lipatannja.
„Robby, masih ingatkah kau waktu aku diserang dengan pisau dulu? Terus terang sadja, saat itu aku sedikit gugup sehingga balasanku pada sipenjerang agak meleset. Padahal biasanja sampai djarak limapuluh kaki aku bisa mengenainja dengan tepat. Dan tjara penjerangan dengan pisau sematjam ini memang kuakui paling djitu. Diam², tidak terduga, tapi tjukup sempurna”.
„Dan dengan pisau itu, kau sekarang mau apa?” tanja Deane tidak sabar.
„Pergi kebungalow Cassel dan melihat apa jang bisa kita lakukan disana”.
„Aku betul² tidak mengerti, untuk apa kita harus kesana lagi”.
„Ah, kau masih sadja sebodoh itu Rob! Kau sendiri jang bilang padaku bahwa Cassel kelihatan kaget sekali, ketika mendengar kepergianku dengan motorboot itu, Kemudian aku sendiri menjaksikannja, bahwa simpati jang diperlihatkannja tadi waktu bertjakap-tjakap dengan Doughlin semata-mata
79