„Bisa djadi begitu. Tjobalah lihat baik² dan menurut dugaanmu, apakah isi peti² itu!?"
Tanpa diulang Deane merajang keatas serambi dan menghitung tidak kurang dari enam buah peti tertumpuk disana, Diatas peti itu terbatja tulisan besar² „Verginia Tobacco" dan dibawahnja Pelouta Yacao Bay Venezuela". Setelah itu tjepat² dia turun dan mendapatkan Lynch jang sudah berdjalan mendjauh dari sana.
„Itulah muatan kami kemarin malam. Adakah kau melihat sesuatu jang istimewa?" tanja Lynch sesudah Deane disampingnja.
„Begitulah kira². Tapi djika rawa ini betul² merupakan sarang penjelundupan, hasil tembakau Virginia sebanjak enam peti itu, betul² pula merupakan hasil jang sangat sedikit!"
„Robby, apakah kau jakin bahwa manusia sematjam Doughlin itu akan merasa puas dengan tjuma menjelundupkan enam peti tembakau?"
„Kukira tidak".
„Bagus, Sekarang tjoba tjeritakan, apa sadja jang kau lakukan kemarin malam".
Dengan teliti Deane mentjeritakan tentang kundjungannja kerumah Cassel kemarin malam, apa jang telah d bitjarakan Cassel dan apa jang dilihatnja disana. Tapi sebelum dia mengachri tjeritanja, tiba² Lynch memberi isjarat dan menundjuk pada seseorang jang sedang berdiri dimuka rumah Cassel.
„Doughlin!" bisik Deane.
„Ja. Tentunja dia sedang memeriksa barang² itu. Mari ikut aku!" Lynch menggamit tangan rekannja. „Kita harap sadja dia agak lama disana, sementara itu kita ada kesempatan untuk memeriksa rumahnja".
Setengah berlari mereka menudju bungalow kepunjaan Doughlin jang berwarna hidjau itu.
„Robby, kau tunggu sadja diluar. Ada apa², kau beritahu aku dengan siulan".
Deane mengangguk, sedangkan Lynch dengan hati² sekali menaiki tangga bungalow itu. Bilik demi bilik dimasuki Lynch dan diperiksanja. Di kamar tidur dia tertegun beberapa saat lamanja. Dan karena djendela bilik itu masih terbuka, Deane sendiri masih bisa melihat apa jang sedang dilakukan oleh
72