„O, tidak apa² nona! Tjuma iseng sadja. Bukankah nona tidak keberatan kalau kita bitjara²?”
„Saja sendiri tidak........, hanja ajah sedikit tidak enak badan”.
„Sakit? Bagaimana keadaannja?”
„sedikit panas, dan ini sudah sering terdjadi”.
Deane mengangguk, kemudian tanpa diminta duduk didekat Georgia.
„Padahal kalau saja tidak salah duga, tempat ini baik sekali bagi mereka jang sering² sakit”, katanja lagi. Georgia mendjawab dengan anggukan ketjil, sedangkan airmatanja tampak berlinang-linang.
„Memang, ajah sendiri merasa begitu. Dan itulah pula jang menjebabkan kami senang tinggal disini”.
„Kalau begitu, kalian tentu sudah lama berada dipulau ini”, sahut Deane sambil menatap gadis itu.
„Begitulah, kira² tigabelas tahun”.
„O, sudah lama sekali. Dan selama itu pulakah ajah nona........”
Sebelum Deane mengachiri kata²nja, tiba² Georgia berdiri dari tempat duduknja. „Tidak, tukasnja tjepat. Hal itu tak boleh tuan katakan. Ajah tidak memaksa saja tinggal disini. Saja tinggal disini dengan sukarela, karena saja tjinta dia... karena dia adalah orang jang paling baik didunia ini dan diapun tidak punja apa² lagi selain diri saja”.
Georgia menghentikan kata²nja. Dan Doctor Deane melihat bahwa gadis itu menangis.
„Begitu kita datang disini, ajah sakit keras”, dia melandjutkan lagi. „Mudjur sekali ada kapten Doughlin jang merawatnja dengan baik, sehingga diapun masih dapat tertolong. Barangkali tuan belum tahu bahwa kapten Doughlin sebenarnja dokter djuga. Tapi ada keanehan jang terdjadi pada diri ajah. Begitu sembuh dari sakitnja, dia seperti jang kehilangan ingatan. Kadang² dia berpikir bahkan mengatakan pada saja bahwa kita berada disini baru sadja beberapa bulan, jang sesungguhnja sudah tigabelas tahun lebih”.
„Tapi hal ini bukan berarti bahwa ajah betul² kehilangan ingatan. Jang saja tahu dia lebih tjerdik dan baik daripada semua orang² jang ada disini, tjuma sebagaimana telah saja
69