hoa itu menatap Lynch dengan pandangan tidak pertjaja.
„Kau punja duit?"
„Sebab itulah aku datang disini. Aku benar² kosong. Tapi pertjajalah, besok pagi aku ada duit lagi".
„Kalau gitu, tahanlah hausmu tu sampai esok!" Tak atjuh Kou meneruskan membatja.
Seperti andjing kena pukul Lynch sempojongan kemedja dimuka Deane dan begitu sadja terperanjak diatas kursi.
„Kawan, maukah sdr. menolongku sampai esokpagi ?" katanja. „Aku benar² haus, tapi tak ada duit!"
Pura² dongkol Deane memesan bir sebotol lagi dan membiarkan Lynch menghirupnja dengan lahap.
„Terimakasih bung", katanja sambil menggeserkan kursinja lebih dekat lagi kekursi Deane.
„Deane", bisiknja kemud'an. „Tjoba tjeritakan apa sadja jang kau alami hari ini!"
Dengan berbisik-bisik pula Deane mentjeritakan apa jang terdjadi pada dirinja hari itu. Tapi waktu Deane mentjeritakan antjaman Inspektur Lenley, Lynch djadi tertawa enak sekali. Dan Deane jang belum begitu mengerti mengapa kawannja itu tertawa membalik bertanja.
„Dan kau kemana sadja?"
Tidak banjak. Mula² aku mentjari tempat untuk menginap dan ini berhasil, sebuah gubug ditep rawa. Selain itu aku tidak berbuat banjak".
Sebentar dia menoleh kearah Kou jang masih enak² membatja korannja.
„Bert, menurut pendapatku rawa ini benar² merupakan tempat jang menarik, chusus untuk tugas kita. Djuga tempat² disekitarnja. Disini umpamanja, ada rumahmakan Lee Kou. Tapi selain mendjual makanan dan minuman, teman kita jang baik ini mendjual pula barang² lainnja, antara lain kelambu. Dan ini kebetulan sekal, karena barang² sematjam ini memang kita perlukan".
Tanpa menunggu djawaban kawannja Lynch menghampiri Lec Kou dikuti Deane.
„Kou, tuan ini butuh kelambu", kata Lynch. „Berilah enam
34