Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 605 —

pergoeroean silat?" kata Hong Dji dengen tertawa ewah.

„Tida! itoelah akoe tida bilang!" kata Tjheng Bwe dengen swara sengit. „Tapi. . . . . . . . . ."

„Tapi apa?" menanja Soen-sie. „Kaloe bergoeletan sama itoelah akoe kau brani, brangkali kau maoe bilang?"

„Itoelah tida oesa ditanja lagi," kata Ong-sie, „sebab kau dan akoe doea-doea ada sama sadja tida goenanja. Lebi betoel kaloe kau bilang sama adé Hong Dji, oleh kerna dia itoe boekan sadja kaki-tangannja ada pesat, tapi tenaganja poen ada besar sekali. Tjoema sadja akoe tida taoe apa adé Tjheng Bwe ada itoe kabranian atawa tida boeat bertanding padanja."

„Rasa-rasanja akoe tida brani," kata Tjheng Bwe dengen sengadja, soepaja satroenja djadi lebi taba. „Sebab kau poen bisa liat sendiri, kaloe akoe moesti bertanding padanja, nanti terbit sadja pamandangan seperti kambing melawan matjan."

„Tapi kau bisa silat, sedeng akoe tida mengarti sama sekali," kata Hong Dji ito. „Djadi, kalve diimbangin sama ini perkara, perbedaan antara kita berdoea tida ada sabrapa."

— „Maski begitoe, akoe masi tida brani."

— „Mengapatah ?"