Lompat ke isi

Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/225

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 786 —

Teng Tjan, soeda tiada terloepoet dari ia poenja bisa jang beratjoen.

„Bawa ini sekarang djoega kasi pada Souw Gie-soe," mamerenta Baginda kasiken itoe soerat di tangannja Leng Tjo. „Di waktoe kasi ini soerat djangan loepa kau bilang, ia tiada boleh melangka dari kami poenja prenta."

Leng Tjo mendjoera seraja trima itoe soerat, ia lantas berlaloe dengen lekas.

Tatkala itoe adalah waktoe tengari. Matahari jang dari masi pagi soeda mamentjarken sinarnja, dari itoe waktoe teroesmeneroes mengasi hawa panas ka moeka boemi, hingga orang jang djalan di loear dari dalem kota, kepaksa moesti berlari-lari sebab tiada tahan dari panasnja.

Selama oedjan brenti, orang baroe rasaken hawa jang begitoe panas, seperti pada hari itoe. Tapi koenjoeng-koenjoeng langit djadi glap, awan item dari koeliling tempat bergoeloeng goeloeng di tenga eedara. Di sa'st itoe djoega langit djadi mendoeng; matahari jang tadi mamentjarken sinarnja begitoe terang dan panas, sebab kena katoetoep oleh lapisan awan item, sekarang tiada keliatan lagi:

Orang doega, dalem tempo jang tiada lama lagi dari langit toeroen aer ka moeka boemi jang tiada bisa dibilang brapa besarnja. Tapi doegaän itoe selang satoe djem blon kaliatan boektinja; keadaän.