Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/181

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 742 —


kamodian baroe preksa blakang dan telapakan tangan maitnja Seng Sie,

„Pertama ini orang rasaken matanja glap mengeloearken banjak keringet dan lantes djato, apa betoel begitoe?" memang itoe tabib sasoedanja slese lakoeken ia poenja pakerdjaän.

„Menoeroet ketrangan jang akoe dapet dari Thio Eng ini orang lagi bermakan, minoem, koenjoeng-koenjoeng djato dan badannja basa dengen keringet, di sitoe ia lantas mati: „saoet Souw Gie soe sembari berpaling pada Thio Eng.

„Betoelkah begitoe, sebagimana kau poenja ketrangan jang dibriken padakoe?" ia menanja.

Thio Eng manggoet.

„Kaloe begitoe soeda tiada bisa sala, lagi ini orang kena terserang penjakit: poetoes oerat djantoeng. „kata tabib jang membri ketrangan. „Ini saroepa penjakit memang ada sanget berbahanja dan sering menjerang dengen mendadak; djarang sekali orang jang terserang ini penjakit dapet ditoeloeng, katjoeali kaloe peroentoengan orang itoe masi bagoes dan dapet toeloengan jang sampoerna, pada koetika ia djato pangsan.”

„Dan kau soeda berboeat apa sadja tempo Song Sie djato?" menanja Souw Gie-soe pada Thio Eng.

„Kita orang tiada berboeat laen roepa, selaennja pidjit dan pentjet ia poenja oerat-oerat besar!" saoet itoe pembesar boei, jang sembari kata beg-