Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/119

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 678 —

Jong, pada waktoe ia toeroenken tangan: „Apa kau diam di sini boekan dengen ingetan, sabentar, apabila soeda sepi, aken mentjoeri di ini gedong ? Lekas mengakoe teroes-terang ! Kaloe tida, sekarang djoega akoe poeter batang lehermoe !”

Sebagi penoetoepnja ini antjeman, kombali Tjhong Jong djatoken satoe tendangan pada badannja Song Sie.

„O, Tjhong Toatjek, djanganlah memoekoel lagi,” kata ini orang jang bertjilaka, sedeng giginja bertjatroek-tjatroek lantaran katakoetan. „ Apa kau tida kenalin lagi siapa adanja akoe ini? Akoe bernama Song Sie dan ada bekerdja sebagi soldadoe berkoeda di kota Gan-Boen-Koan pada Ko Tjhian-swe. Maka adalah sala sekali, kaloe kau toedoeh akoe satoe pentioeri.”

Itoe perkataän bekerdja pada Ko Tjianswe, pada siapa ia taoe madjikannja tida begitoe roekoen, telah Kedja Tjhong Jong djadi lebi bernafsoe boeat tjari salanja itoe orang jang bertjilaka, lebi lagi sebab ini korban poelang sendirian di loear waktoe, dan lakoenja goegoep-goegeep seperti orang jang katakoetan, hingga menoeroet ia poenja doegaän, tenoelah djoega ia bisa korek resia apa-apa dari padanja.