Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 569 —

amat tjilaka? Sebab kaloe ia poenja toeroenan jang tjoema satoe satoenja iboe rampas dengen tjara begitoe, siapatah nanti rawatin ia poenja iboe? Ini toch lida adil sekali. Satoe pribahasa poen ada bilang: „apa jang kita sendiri tida mane, djangan! briken pada laen orang." Maka mengapa djoega iboe moesti kasi itoe rasa jang tida enak pada itoe koelawarga, kaloe iboe sendiri tida maoe dapet rasa begitoe? Lagi poen satave akoe, tjaranja orang mengangkat anak boekan begitoe. Djikaloe satoe tjabang kaoem tiada mempoenjai toeroenan, blasanja ia ambil kaoem jang lebi deket, oepamanja kaponakan, boeat djadi gantinja, dan apabila dari ini ijabang tida bisa didapet, baroelah ia pili sanak jang lebi djaoe, begitoe djoega tida boleh kaoem jang lebi toea. Tidalah seperti sekarang, pada sablonnja pili kaoem sendiri, dateng-dateng iboe angkat kaoem loear jang berlaenan shenja. soeatoe hal jang boleh bikin orang djadi tertawa. Apatah ini tida aneh sekali ?"

Saäbisnja berkata begitoe, Ko Siotjia memandang pada itoe doea orang dengen ter- senjoem dan dengen merasa enak hati, hingga parasnja marika itoe mendjadi mera dan tida bisa kaloearken satoe pata swara boeat membantah.