Rentjana kami djalankan.
Petang itu, sehari sesudah pertemuan saja dengan Jansen, maka kali ini rumah Renny penuh djamu. Beberapa pelajan jang berdiri menunggu perintah djamu² jang hadir untuk minta ini-itu berderet sepandjang tepi dinding.
Djamu datang bertambah banjak. Memang banjak sekali kawan Renny. Tak ketinggalan kawan Iskandar jang djuga diundang. Semua tampak gembira, karena Iskandar dibebaskan dari pendjara atas usul Haris. Meski polisi berkeberatan, tetapi permintaan Haris kepada kommissaris Dahlan keras sekali dengan alasan²nja. Itulah sebabnja mengapa Iskandar djuga hadir sebagai penerima djamu. Hanja sajanglah bahwa ibu Iskandar tak diidjinkan Haris untuk ikut hadir, karena kaum tua tidak boleh hadir, takut nanti kalau ada sesuatu jang menjinggung perasaan dan ingar-bingar terdjadi.
Pesta jang merupakan pesta-berdiri ini didatangi djamu muda semua, baik laki² maupun wanita. Tak ketinggalan Haris, saja, Manuel dan Jansen.
Minum² dan penganan diedarkan sudah, dan semua saja kira litjin tandas. Mendjelang pukul 8, diadakan malam dansa.
Sebenarnja saja sendiri kali itu tidak ingin dansa, karena tugas jang hendak kami lakukan. Tetapi Renny datang pada saja dan mengadjak dansa. Berputarlah kami pada ubin rumahnja dengan disaksikan Iskandar. Perasaan saja lebih takut dari perasaan dan wadjah Renny serta Iskandar jang gembira itu. Saja takut terhadap kedjadian nanti, dan takut kalau² timbul tjemburu Iskandar. Dua-duanja jang mengchawatirkan saja.
Pistol ketjil jang tersembunji dibalik djas-smoking itu sebentar² harus saja lihat, karena mungkin tampak oleh orang lain.
Sudah lama kami saling berputar.
Renny sekonjong-konjong menempelkan mukanja pada arah leher dan telinga saja. Dan saja dengar bisiknja diantara irama waltz piringan hitam dan dengung orang serta bunji sepatu pada lantai, bisiknja :
56