Halaman:Taman Siswa.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mengembangkan dirinja. Adalah terutama musik jang oleh tari²an kumpulan gadis jang berturut-turut itu sebagai sesuatu jang hidup berkesan pada kita dalam dua djam itu dan membawa kita dalam suasana jang lebih tenang dan lebih tinggi.
Untuk pertjakapan dengan Dewantoro kemudiannja, jang hendak mengetahui bagaimana pendapat saja tentang tari serimpi itu, suasana itu adalah suasana jang tepat. Saja berpendapat, bahwa tari Serimpi itu adalah prestasi kebudajaan jang mengherankan, sebenarnja tidak masuk dalam akal, bagaimana anak² dapat menghasilkan tari sedemikian, di Eropah barangkali hal itu tidak mungkin. Hampirlah tidak menjenangkan hati saja, ketika dikatakannja, bahwa masih ditjari djalan menjederhanakannja, bahwa tari²an ini sebenarnja adalah lebih serasi untuk gadis² jang akil-balig dan bahwa ia beranggapan, terutama tjara² tarian Bali jang djauh lebih gembira dan lebih dekat kepada rakjat itu adalah lebih baik untuk anak² jang lebih muda.

Ia mentjeritakan pernah heran membatja dalam buku Rudolf Steiner, bahwa apa jang terasa dalam udjung² djari masuk djuga kedalam djiwa. Apa persamaannja dengan pentingnja gerak-gerik tangan dalam seni tari ini adalah kurang tampak bagi saja, sebab Steiner mendapat teori teosofinja djustru dari kebudajaan India.

― Tetapi Montessori djuga mengandjurkan latihan² meraba, karena konsentrasi pikiran untuk itu akan mengakibatkan ketenangan dan ketertiban batin.

― Memang, tetapi adalah sebaliknja dari itu: bukan gerak-gerik tangan, tetapi impressi. Gerak tari adalah timbul dari ketenangan batin.

Dari Montessori kami kembali kepada pertjakapan kami jang lalu dilapangan terbang dan dari dirinja sendiri. Dewantoro berkata, bahwa perkataan saja jang terachir waktu itu, jang menjatakan, bahwa individualismus terutama hidup dalam golongan² Djawa jang lebih tinggi, jang ditolaknja mula², adalah mungkin benar djuga. Pengoreksian jang teliti ini mengherankan saja sebentar, tetapi kelihatannja sesuai benar dengan gaja hidupnja, ketika ia mendjawab pertanjaan saja tentang tulisannja jang telah lama diterbitkan: „Barangkali baik djuga, bahwa karangan itu telah habis terdjual, sebab pernah terdjadi bahwa saja terkedjut membatja tjetakan kembali utjapan saja, jang djauh terlalu pasti.”

Tentang persesuaiannja dengan Montessori dikatakannja, bahwa Prof. Gunning djuga melihat itu dalam bukunja Naar een groter Nederland jang ditulisnja dalam tahun 1947 setelah perkundjungannja ke Indonesia, dan djuga pengaruh Tagore. Dan ia memberikan sekali lagi gambaran pendapatnja tentang individualismus: ― Kalau kami membatja kesusasteraan Djawa Kuno, seseorang dari kami mempunjai untuk itu tjara sendiri, ritme dan tinggi suara sendiri, tetapi djika kami membatja bersama-sama, maka kami harus mengikuti satu tjara bersama. Malahan untuk itu kami mempunjai dua nama. Bentuk terikat disebutkan gerongan dan bentuk bebas motjo pat, jang sebenarnja berarti „membatja dalam empat ketokan”, sebab lagu membatjakan berkali-kali dibagi dalam empat waktu. Kalau tuan malam² berdjalan melalui kota Djokja, tuan masih dapat mendengar suara jang demikian dari kebanjakan rumah². Kebanjakan orang² asing menganggap, bahwa hal itu mempunjai arti agama, seperti misalnja membatja Koran, tetapi mungkin djuga kedjadian, bahwa puisi² duniawi benar jang dibatja.

Dengan ini ia membitjarakan kembali hidup kebudajaan Djawa, jang sebagai

18