Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Setelah wafat pada tahun 1841 Sultan ini digantikan oleh saudara mudanya yang bergelar Sultan Abdurahman Nasruddin (1841 – 1855).

Dalam pemerintahan Sultan ini Raden Thaha Ningrat menjabat Pangeran Ratu dengan sebutan Pangeran Ratu Jayaningrat. Pada tahun 1851 Pangeran Ratu Jayaningrat (PM) mengadakan hubungan dengan misi dagang Amerika Serikat yang datang di Jambi dengan kapal Flirt di bawah pimpinan Walter Gibson untuk bersama-sama mengusir Belanda dari Jambi.

Pada tahun 1852 Jambi banyak membantu bangsawan-bangsawan Palembang yang melawan Belanda, baik dengan pengiriman mesiu maupun dengan memberikan tempat persembunyian bagi mereka (2, p. 27). Setelah Sultan Abdurahman Nasuddin wafat pada tahun 1855, Pangeran Ratu dinobatkan sebagai penggantinya dengan gelar Sultan Thaha Syaifuddin (1855 – 1904).

Sultan Thaha Syaifuddin merupakan Sultan Jambi terakhir. Beliau adalah pejuang Islam yang sepanjang hidupnya mengadakan perlawanan terhadap imperialisme Belanda yang ingin menanamkan kekuasaan di negerinya. Pada waktu dinobatkan sebagai Sultan Jambi dengan terang-terangan Sultan Thaha Syaifuddin mengumumkan bahwa beliau tidak mau mengakui kekuasaan Belanda dan tidak mau mengadakan perundingan apapun dengan mereka. Sikap Sultan yang sama sekali tidak mengenal kompromi dengan fihak penjajah ini mengakibatkan Belanda mengangkat Sultan baru. Selama pemerintahan Sultan Thaha Syaifuddin ada tiga Sultan yang diangkat oleh Belanda, yaitu Sultan Nazaruddin (1855 – 1881), Sultan Muhamad Muhyiddin (1881 – 1885), dan Sultan Akhmad Zainuddin (1886 – 1899).

Ketiga Sultan tersebut di atas tidak diakui oleh rakyat Jambi. Mereka hanya mengakui satu Sultan yaitu Sultan Thaha Syaifuddin sebagai Sultan Kesultanan Jambi terakhir (10, p. 9).

12