Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/162

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

6. Bangsa-banga dan saudagar-saudagar lainnya yang sebelum pecah peperangan bergaul sebagai sahabat orang-orang Makasar (kerajaan Gowa) harus menjauhkan diri dari pelabuhan Sombaopu.

Di dalam pasal 3 “Perjanjian Garassi“ ini ada disebutkan bahwa orang-orang Makasar (kerajaan Gowa) tidak boleh menjalankan tindakan yang bermusuhan terhadap orang-orang Belanda. Di dalam pasal 4 ada pula disebutkan bahwa orang-orang Makasar tidak boleh mendekati atau menghampiri kedudukan orang-orang Belanda di Benteng Pannakukang, kecuali untuk menjual atau menyerahkan bahan-bahan makanan. Hal ini dengan jelas menunjukkan betapa takutnya orang-orang Belanda kepada orang-orang Makasar yang memang sering sebagai pasukan perenggut nyawa dengan tiba-tiba menyerang dan merenggut nyawa orang-orang Belanda yang dimusuhinya itu. Di dalam kenyataannya memang sering terjadi bahwa orang-orang Belanda yang sedang menuju ke perahu atau kapalnya dengan tidak disangka-sangka terkena anak sumpitan yang beracun dan tidak lama kemudian meninggal karena racun anak sumpitan itu.

Perjanjian Garassi ini adalah sebuah perjanjian gencatan senjata yang mendahului perjanjian perdamaian yang sedang diurus dan akan dirundingkan oleh Karaeng Popo dengan pimpinan V.O.C. di Batavia (Jakarta). Karaeng Popo diutus oleh Sultan Hasanudin sebagai wakil kerajaan Gowa.

Perlu kami singgung di sini, bahwa selama gencatan senjata diadakan, orang-orang Belanda (V.O.C.) mencari dan mempergunakan kesempatan untuk berhubungan dengan orang-orang atau pihak yang memusuhi kerajaan Gowa. Di sini ternyata lagi betapa tidak jujurnya orang Belanda (V.O.C.) yang memang selalu dan terus-menerus berusaha merongrong kerajaan Gowa. Orang-orang Belanda berusaha menghasut orang-orang Bugis, terutama orang-orang Bugis dari Bone, untuk menentang dan melawan kekuasaan Gowa. Seperti telah diketahui pada waktu itu Bone dikalahkan dan ditaklukkan oleh kerajaan Gowa. Banyak orang-orang dan bangsawan Bone yang diangkut sebagai tawanan ke Gowa. Di antara mereka itu terdapat Aru Palaka dan keluarga serta kawan-kawan beliau. Dengan mereka itulah Belanda berusaha mencari hubungan untuk bersama-sama memusuhi dan menentang kekuasaan kerajaan Gowa.


148