Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/142

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

daklah mengherankan jikalau orang-orang Belanda menganggap orang-orang Makasar sebagai musuh mereka yang sangat berbahaya dan sebaliknya pula orang-orang Makasar menganggap orang-orang Belanda (V.O.C.) sebagai musuh mereka yang besar. Oleh karena itu maka di mana saja perahu-perahu Gowa bertemu dengan kapal-kapal Belanda (V.O.C.) di situ sering terjadi pertempuran-pertempuran yang seru. Kapal-kapal Belanda (V.O.C.) yang lebih besar dan persenjataan meriamnya yang lebih berat dapat diimbangi oleh perahu-perahu Makasar yang ramping dan lincah. Perahu-perahu orang-orang Makasar dapat dengan lincah bergerak di perairan yang agak dangkal dan di celah-celah kepulauan karang dan tanah gosong serta dapat mudik di muara-muara sungai, sedang kapal-kapal Belanda mudah kandas di daerah-daerah semacam itu jikalau mereka kurang hati-hati.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin hubungan antara kerajaan Gowa dan orang-orang Belanda (V.O.C.) makin hari makin tegang dan meruncing. Masa pemerintahan Sultan Hasanudin, yakni dalam tahun 1645 dan tahun 1655 diawali dengan pertempuran-pertempuran yang seru antara orang-orang Makasar dan orang-orang Belanda di beberapa tempat. Di daratan Sulawesi Selatan dan di daerah inti kerajaan Gowa sendiri, Belanda (V.O.C.) belum berani mendaratkan pasukan-pasukannya, sehingga mereka terpaksa harus membatasi diri dengan hanya memblokade dan menempatkan kapal-kapalnya di depan Sombaopu dan di perairan di sekitarnya. Pertempuran yang seru terjadi di Buton, di kepulauan Maluku, terutama di sekitar pulau Ambon, di pulau Buru dan di Seram Kecil.

Pertahanan orang-orang Makasar yang berpusat di Assahudi selalu mendapat balabantuan baik dari Gowa maupun dari pasukan-pasukan rakyat Maluku yang menentang Belanda di bawah pimpinan Majira. Orang-orang Belanda (V.O.C.) di bawah pimpinan de Vlamingh van Outshoorn berusaha membujuk mereka agar menghentikan perlawanan mereka. Akan tetapi bujukan de Vlamingh itu sia-sia belaka. Pejoang-pejoang di Maluku itu tetap bertahan dan terus melawan Belanda (V.O.C.) yang bertindak sewenang-wenang. Bahkan pada tanggal 27 Maret 1654


128