bahan-bahan makanan untuk kapal-kapal mereka dan untuk tempat-tempat kedudukan mereka di kepulauan Maluku. Sebagai pelabuhan perdagangan transito terutama dalam perdagangan rempah-rempah dan kayu cendana Sombaopu sangat memenuhi harapan. Di Sombaopu orang-orang Belanda juga bebas, terutama dari gangguan orang-orang Portugis yang menjadi musuh besar orang-orang Belanda. Raja Gowa memperlakukan semua orang asing sama. Mereka diterima dengan baik dan diperbolehkan bertempat tinggal di daerah kekuasaan baginda untuk berdagang. Tentu saja asal mereka tidak mengganggu keamanan dan mau mematuhi peraturan-peraturan kerajaan Gowa. Raja Gowa tidak mengizinkan mereka bertarung atau berperang di wilayah kekuasaan baginda.
Pada tahun 1607 Matelief mengirimkan Abraham Mathysz ke Gowa. Abraham Mathysz ditugaskan tidak hanya untuk mempererat hubungan perdagangan saja, akan tetapi juga untuk menghadap Raja Gowa dan menjajagi apakah baginda tidak mempunyai keinginan untuk bersama-sama orang-orang Belanda (V.O.C.) menaklukkan Banda. Orang-orang Belanda (V.O.C.) bersedia membantu kerajaan Gowa dengan syarat bahwa V.O.C. memperoleh monopoli perdagangan di daerah itu. Akan tetapi Matelief tidak mendapat kabar apapun tentang usulnya itu. Rupanya usul Matelief untuk menaklukkan Banda bersama-sama V.O.C. dengan syarat seperti yang tersebut di atas tidak begitu mendapat tanggapan dari Raja Gowa.
Kemudian V.O.C. (Belanda) mengirimkan Paulus van Soldt dan Jacques l'Hermite untuk mengunjungi dan mengadakan pemeriksaan terhadap kantor perdagangan Belanda (V.O.C.) di Sombaopu. Ternyata bahwa kepala kantor dagang V.O.C. di Sombaopu banyak melakukan kecurangan. Dalam pembukuan ter-
109