MIMBAR DJOEM'AT
—————————
HIDOEP-MATI MENGHENDAKI PERDJOEANGAN
Oleh:
ROEBAI
„Kita tjoerahkan poedjian jang terbit dari djiwa jang soetji terhadap Toehan Allah, Rabboel Djalil jang telah mendjadikan dan mendjandjikan kebahagiaan hidoep dan mati bagi machloek-Nja jang berchidmat-tho’at mendjalankan titah-titah-Nja. Tak loepa kita atoerkan selawat dan salam bagi djoendjoengan semesta ‘alam, Nabi Moehammad s.a.w. serta tak loepa mengingati djasa-djasa Beliau jang moelia dan moerni jang dihormati dan disegani oleh para oemmatnja, baik semasa djiwa Beliau masih berada memimpin mereka ditengah-tengah masjarakat jang baroe moelai bangoen dan insaf akan peri kemestian tjaranja menempatkan hidoep dan meletakkan mati, maoepoen kemoedian dari itoe sepeninggal
Beliau berpisah dari ’alam doenia jang penoeh dengan serba-roepa pertjatoeran diatas koelit doenia ini.
Pengadjaran dan pendidikan Beliau tetap tak lapoek — tak lekang, meskipoen dipaloe oleh peredaran zaman atau masa. Oemmatnja bersoenggoeh-soenggoeh meng'amalkan segala perintah Beliau, didjoendjoeng tinggi dan segala larangannja dilenjapkan sebersih-bersihnja. Moedah-moedahan sadja limpah koernia Toehan Allah bertjoetjoeran dengan kekal bagi mereka
jang berboeat bakti. Amin!”
Saudara-saudara jang moelia! Allah soebhanahoe wa Ta’ala memberi qoedrat manoesia hidoep, hidoep jang berpadoe mati.
— Hidoep jang sedjatinja dan mati jang sebenarnja — boekan hidoep-hidoepan dan tidak poela mati-matian. Ja’ni dalam pada itoe dikehendaki Allah, soepaja manoesia faham dan insaf soenggoeh-soenggoeh akan hakikat rahsia toentoetan hidoep dan rahsia perbekalan mati.
Kalau hanja mengerti: selagi njawa berada didalam toeboeh ia hidoep dan bila njawa berpisah dari toeboehnja ia mati, maka djanganlah ingin hidoep lama-lama, dan djangan poela berketjil hati djika diberi tjap „hidoep-hidoepan atau mati-matian”, karena kedoeanja bo
leh diartikan „bangkai bernjawa” bisa mendjadi hidoep-hidoepan dan mati-matian.
Kita sebagai manoesia jang dihidoepkan dan sebagai manoesia poela jang akan dimatikan haroeslah insaf, bahwa selama hidoep menanggoeng perdjoeangan dan mendjelang mati
menghendaki perdjoeangan terlebih doeloe. Rasa ni’mat lezat jang dikandoeng oleh hidoep dalam perdjoeangan dan aman - damai jang dikandoeng oleh djiwa menghadapi mati sesoedah melaksanakan perdjoeangan.
Bangsa chewan, machloek jang hina itoe selama hidoepnjapoen berdjoeang djoega, mentjari makanannja, tetapi mendjelang matinja bangsa chewan tadi tak perloe berdjoeang oleh karena mereka tak ada 'akalnja memikirkan mati
dan tidak mengarti apa jang dinamakan mati. Mereka hanja berdjoeang oentoek isi peroetnja, mereka hidoep hanja mentjari makan.
Beda soenggoh dengan bangsa manoesia. Manoesia hidoep boekan oentoek makan, tetapi makanannja oentoek hidoep. Hidoep-mati manoesia penoeh dalam perdjoeangan. Serba matjam dan beroepa ragam haroes dilaloeinja selama hidoep dan jang haroes ditempoehnja lebih doeloe sebeloem berpisah meninggalkan 'alam doenia. Tak dapat dipoengkiri, karena manoesia, poen tiap² bangsa haroes memboektikan sesoeatoe keagoengan atau kedjajaan jang ditinggalkannja atau diwariskan bagi angkatan jang hidoep dibelakangnja. Kita tidak boleh heran, bahwa: „Adat hidoep menanggoeng ragam” dan „Adat mati meninggalkan djedjak”. Bermatjam ragam haroes ditanggoeng selama hidoep dan djedjak jang baik haroes ditinggalkan sebagai tanda seorang orang jang soetji dari koetoekan doenia. Titah Toehan Allah, demikian: „Djanganiah kamoe mati (meninggalkan doenia) sebeIlcem kamoe lakoekan (toenaikan) kewadjiban sebagai Moeslim pentjinta Agama.”
(S. Bagarah, 132).
Djadinja, sekalipoen ada pengadjaran tentang haroes mengenangkan mati, akan tetapi dibalik itoe: „Toenaikanlah kewadjiban sebagai Moeslim didalam mengenangkan mati.” Tidak pantas djika kita mengenangkan mati, padahal loepa mengerdjakan kewadjiban² jang dibebankan kepadanja. Disini kami sampaikan nasihat t. K. H: M. Mansoer jang dioetjapkan beliau dalam pidato
rapat oemoem di Djakarta, tgl. 8-11-2608, diantaranja sebagai berikoet:
„Tidak ada risico hidoep hanjalah mati. Batas antara hidoep dan mati itoe hanjalah seperti batas antara ada dan tidak, atau siang dan malam. Oleh sebab itoe, siapa jang berani hidoep haroes berani mati; dan siapa jang takoet mati, djangan hidoep! Djika kita haroes mati, baiklah kita tentoekan mati kita, jang bergoena mati kita itoe oentoek bangsa dan toeroenan kita, oentoek memperhambakan diri kepada Toehan.” Firman Toehan Allah, termaktoeb dalam Soerat Tien, begini: \ „sesoenggoehnja kami djadikan manoesia itoe dalam keadaan jang serba baik dan tjantik, tetapi kemoedian Kami balikkan mereka kelembah jang serendah-rendahnja; ketjoeali mereka jang ber-iman serta mengerdjakan pekerdjaan jang
20