Ditilik dari letak geografis kemudian dihubungkan pula dengan pendatang-pendatang dari luar, melalui Bandar Tua Barus yang dikenal banyak membawa pengaruh kebudayaan Hindu, terlebih dahulu harus melalui Pakpak Dairi kemudian menyebar ke daerah Simalungun dan Karo, dan ada juga yang melalui Dolok Sanggul, Parlilitan hingga ke daerah atak Toba. Kemungkinan ini boleh jadi pengaruh bentuk ataupun gaya seni patung itu bermula dari gaya patung Pakpak Dairi. Namun demikian hal ini masih perlu diselidiki kebenarannya oleh ahli (penulis) berikutnya. Patung-patung primitif seperti patung hewan (gajah) yang terdapat di daerah Pakpak Dairi berfungsi sebagai penjaga kampung dengan tujuan yang sama seperti patung Penghulu Balang yang terdapat di daerah Simalungun dan Karo, kendatipun bentuk dan gayanya berbeda. Patung ini ditempatkan pada pintu gerbang masuk kehalaman kampung bertujuan sebagai setiap orang yang ingin mengganggu atau berbuat penangkal bagi setiap orang yang ingin mengganggu atau berbuat jahat, di samping berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan abu jenazah. Hal itu mengingatkan kita adanya pengaruh kebudayaan Hindu di daerah Pakpak Dairi.
Pengaruh ini juga terlihat pada patung orang menunggang gajah yang terdapat di depan Gedung Nasional di Sidikalang.
Pada mulanya jenis patung itu hanya dimiliki oleh Marga Tano, lazim disebut Raja atau pengetua adat, justru gajah, kuda dan kerbau dianggap sebagai lambang kenderaan roh nenek moyang ke sorga, di samping lambang ke suburan.
Analisis gaya pada patung primitif Pakpak Dairi, patung dibuat dalam sikap duduk, dan kedua tangannya diletakkan di atas kedua lutut, ada juga yang dibuat menyilang di bagian dada. Bentuk mata diukir secara sirkular pada bidang muka yang datar dengan tatapan tajam kedepan kelihatan tampang wajah yang menakutkan. Pangkal hidung dipahat seadanya, kedua daun telinga dibuat kecil namun peka terhadap jenis suara sesuai dengan fungsinya sebagai patung penjaga kampung. Menurut kepercayaan manusia purba setiap suara atau gerak orang yang mencurigakan datang berkunjung ke kampung itu, maka patung itu memberitahukan penduduk agar siaga dan waspada.
Patung-patung peninggalan kultur megalit di daerah Pakpak Dairi masih banyak dijumpai, hanya sayangnya patung itu tidak terpelihara baik, akhirnya banyak yang rusak, sedang usaha-usaha untuk
86