63
diperoleh dari masing-masing partai dan golongan itu menjadi dasar untuk membaharui DPRD, BPH, DPRDGR, MPRS.
3) Mendukung adanya musyawarah Besar Tani, karena Mubes Tani akan melancarkan pelaksanaan UUPA dan UUPBH, sekaligus akan menaikkan produksi khusus di bidang pangan.
Sebelum dikeluarkan Supersemar 11 Maret 1966 yang terkenal itu, suasana politik di Kodya Banjarmasin diliputi oleh kabut tebal yang membawa keraguan bagi masyarakat yang progresif revolusioner, karena sebegitu jauh terhadap PKI dan ormasnya belum juga diambil sesuatu tindakan yang tegas oleh pemerintah pusat, padahal mereka melakukan coup, yang mengakibatkan jatuhnya korban beberapa orang pahlawan revolusi kita.
Beberapa demonstrasi telah dilancarkan, baik oleh parpol ormas yang diorganisasi oleh KAPAK, maupun mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam KAMI/KAPPI, untuk menuntut dibubarkan dengan segera PKI beserta ormasnya. Sangat disesalkan bahwa dalam salah satu peristiwa demonstrasi ini telah jatuh korban seorang mahasiswa yang benama: Hassanuddin Majedi pada tanggal 10 Pebruari 1966.
Dengan diterimanya Supersemar oleh Presiden Suharto merupakan penawar dingin dalam suasana negara yang serba sulit dan tidak memuaskan. Suasana politik mulai cerah kembali setelah ditangkapnya beberapa orang menteri dari kabinet 100 menteri, yang banyak membawa malapetaka dan kesengsaraan kepada rakyat dan negara. Ormas yang bemaung di bawah PKI yaitu: Barisan Tani Indonesia (BTI), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Pemuda Rakyat, CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat), dan HSI (Himpunan Sarjana Indonesia).